Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ray Ardi Putra

Kelas : 6-C
NIM : 1175030297

Akhlaq Tasawuf : Akhlak, Etika, Moral, dan Kesusilaan

Istilah akhlak, etika, moral dan kesusilaan sepintas memiliki arti yang sama yang
intinya mennyangkut perilaku manusia. Baik akhlak, etika, moral, dan kesusilaan semua
terkait pada diri manusia, dan tentunya manusia hidup dengan keempatnya. Namun, baik itu
akhlak, etika, moral, dan kesusilaan adalah sesuatu yang berbeda baik pengertianya dan juga
contoh penerapannya.

1. Akhlak
Definisi akhlak secara gais besar adalah perbuatan baik ataupun buruk manusia yang
dilakukan secara spontan. Menurut definisi dari[CITATION Rek18 \p 14 \l 1057 ] “ Akhlak
adalah sikap atau prilaku baik dan buruk yang dilakukan secara berulang-ulang dan
diperankan oleh seseorang tanpa disengaja atau melakukan pertimbangan terlebih
dahulu.” Sedangkan menurut definisi dari [CITATION Mah99 \p 5 \l 1057 ] “... akhlaq
adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya.” Dengan demikian,
penerapan akhlak dilakukan secara refleks, dan tidak diintervensi oleh hal lain. Akhlak
juga dikategorikan menjadi dua yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Sebagai contoh, jika Amir melihat seorang wanita tua yang hendak menyebrang jalan
saat banyak kendaraan berkecepatan tinggi, dengan spontan Amir membantu wanita tua
tersebut untuk menyebrang. Hal yang dilakukan oleh Amir dilakukan dengan spontan
dan dari hati, maka dari itu, hal itu termasuk akhlak, dalam hal ini alklak terpuji.
Sementara contoh dari akhlak tercela, salah satu contohnya yaitu perilaku DARMAJI
(dahar lima ngaku hiji). Mastur sedang membeli gorengan dan dia hendak membeli satu.
Ketika pedagang gorengan sedang lengah Mastur spontan mengambil gorengan-
gorengan yang tersedia di grobak sang pedagang, hal ini dikategorikan sebagai akhlak
tercela.
2. Etika
Etika dalam definisi yang dijelaskan oleh Mudhlor Ahmad dalam[CITATION Rek18 \p
12 \l 1057 ] “Ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan seseorang kepada sesama, menyatakan tujuan perbuatan seseorang,
dan menunjukan jalan untuk melakukakan apa yang seharusnya dilakukan.” Sedangkan
kata ‘etika’ sendiri diambil dari bahasa Yunani ‘Ethos’yang berarti adat, watak atau
kesusilaan.
Etika dapat disesuaikan berdasarkan konteksnya, konteks yang dimaksud adalah
dimana kita berada, dengan siapa kita berhubungan, dan situasi apa yang kita hadapi.
Sebagai contoh, ketika sedang makan maka kita dituntut untuk tidak mengucapkan hal-
hal yang jorok karena akan membuat keadaan memburuk.

3. Moral
Moral adalah hal yang berkaitan mengenai baik atau buruknya berdasarkan suatu
daerah dan budayanya. Senada dengan hal ini, [CITATION Rek18 \p 14 \l 1057 ] bahwa
“Sedangkan moral adalah suatu hal yang berkenaan dengan baik dan buruk
dengan ukuran tradisi dan budaya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.”
Seseorang bisa dikatakan memiliki moral yang baik apabila orang tersebut mengikuti
adat dan budaya di tempat yang bersangkutan. Artinya jika seseorang tidak menataati
atau melanggar adat dan budaya setempat bisa dikatakan orang tersebut tidak bermoral
menurut daerah setempat. Biasanya pelanggar moral dan adat setempat akan diberi
sanksi.

4. Kesusilaan
Menurut bahasa sansekerta, kesusilaan yang terdiri dari dua kata yaitu “su” yang
berarti lebih baik; dan kata “sila, yang berarti prinsip (dasar) atau dengan kata lain
‘aturan hidup.’ Karena menyangkut aturan hidup, maka dari itu ada turan-aturan
mengenai kehidupan sosial secara universal.
Kesusilaan diatur dalam sebuah norma yang yang disebut norma susila. Dalam norma
susila diatur bagaimana bertingkah dan berperilaku sesuai nilai-nilai kemasyarakatan dan
budaya.
Hal-hal yang membedakan antara akhlak dengan etika, moral, dan kesusilaan adalah
sumbernya. Etika, moral dan kesusilaan bersumber dari filsafat Yunani, namun sumber
akhlak berasal dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Apabila jika bersudut pandang dari objeknya, akhlak menitikberatkan mengenai
hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia.[CITATION Mah99 \p 8 \l 1057 ] Namun,
etika, moral dan kesusilaan hanya menitikberatkan pada hubungan antar sesama manusia
saja. Maka dari itu tujuan utama dari alhlak tertuju kepada Allah (teosentris), manun
tujuan dari etika, moral, dan kesusilaan hanya sebatas pada hubungan pada sesama
manusia saja. (antroposentis)

Berikut dalil dan hasits yang menerangkan tentang akhlak terpuji dalam islam (kerja
keras) :

ِ ‫ون إِ َل ٰى َعال ِِم ْال َغ ْي‬


‫ب َوال َّش َها َد ِة‬ َ ‫َوقُ ِل اعْ َملُوا َف َس َي َرى هَّللا ُ َع َم َل ُك ْم َو َرسُولُ ُه َو ْالم ُْؤ ِم ُن‬
َ ‫ون ۖ َو َس ُت َر ُّد‬
َ ُ‫َف ُي َن ِّب ُئ ُك ْم ِب َما ُك ْن ُت ْم َتعْ َمل‬
‫ون‬
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan. (At Taubah 105)

ِ َّ‫مَا أَ َك َل أَ َح ٌد َط َعامًا َق ُّط َخيْرً ا ِمنْ أَنْ َيأْ ُك َل ِمنْ َع َم ِل َي ِد ِه َوإِنَّ َن ِبي‬
‫هللا دَ اوُ دَ َع َل ْي ِه‬
‫ان َيأْ ُك ُل ِمنْ َع َم ِل َي ِد ِه‬
َ ‫ال َّساَل ُم َك‬
“Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan
hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as.
memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)

Referensi

Mahyuddin. (1999). Kuliah Aqhlaq Tasauf. Jakarta: Kalam Mulia.


Reksiana. (2018). Kerancuan Istilah Karakter Akhlak, Moral, dan Etika. Thaqaffiyat Vol.19
No.1, 1-30.

Anda mungkin juga menyukai