Anda di halaman 1dari 119

Etika, Moral dan Akhlak dalam Islam diposting oleh bagus_surya-fisip12 pada 17 December 2012 di

Agama Islam - 4 komentar Pengertian Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari
bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia,
etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Adapun arti etika
dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan
sudut pandangnya. Menurut ahmad amin mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang seharusnya diperbuat. Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak
dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa
moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.Selanjutnya moral dalam arti
istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk,
benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita
dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Ahlak ialah hal ihwan yang melekat pada jiwa (Sanubari). Dari situ timbul perbuatan-perbuatan secara
mudah tanpa dipikir panjang dan diteliti terlebih dahulu (Spontanitas). Apabila hal ihwal atau tingkah
laku itu menimbulkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut pikiran dan syariah, maka
tingkah laku itu disebut ahklak yang baik. Apabila menimbulkan perbuatan-perbuatan yang buruk,
maka tingkah laku disebut ahklak yang buruk. Ahklak terpuji dan baik tidak akan terbentuk begitu saja,
landasan dalam islam adalah al-quran dan al-hadits, yakni kitab Allah dan sunnah rasullnya. Dari
kedua landasan inilah dijelaskan kreteria demi kreteria antara kebajikan dan kejahatan, keutamaan
dan keburukan, terpuji dan tercelah. Kedua Landasan itupula yang dapat dijadikan cermin dan ukuran
akhlak muslim. Ukuran itu ialah iman dan takwa semakin tinggi keimanan dan ketakwaan semakin
tinggi keimanan dan ketakwaan seseorang, akan seakin baik pula ahlaknya, namun sebaliknya,
semakin rendah nilai keimanan dan ketakwaan seseorang maka akan semakin rendah pula kualitas
ahlaknya. Karakteristik etika dalam islam Etika dalam Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:
Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri
dari tingkah laku yang buruk. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik
dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Quran dan al-Hadits yang shohih. Etika
Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat
manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah
manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya
memanusiakan manusia. Etika islam merupakan pedoman mengenai perilaku individu maupun
masyarakat di segala aspek kehidupan yang sesuai dengan ajaran islam. Hubungan tasawuf dengan
akhlak Antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf memiliki hubungan yang berdekatan. Pengertian Ilmu
Tasawuf adalah Ilmu yang dengannya dapat diketahui hal-hal yang terkait dengan kebaikan dan
keburukan jiwa. Tujuan Ilmu Tasawuf itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji.
Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seseorang hares terlebih dahulu
berakhlak mulia.Pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti shalat,
puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf lebihlanjutr
dapat diuraikan sebagai berikut: Ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur'an dan AIHadist mementingkan akhlak. AI-Qur'an dan Al-Hadist menekankan mlai-nilai kejujuran,
kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka
memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian,
hemat, menepati janji, disiplin, mencintai iImu dan berfikir lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus
dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil. Jadi hubungan
antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf dalam Islam ialah bahwa akhlak merupakan pangkal tolak

tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri. Aktualisasi akhlak dalam kehidupan
masyarkat Kedudukan akhlak dalam agama Islam adalah identik dengan pelaksanaan agama Islam
itu sendiri dalam segala bidang kehidupan. Maka pelaksanaan akhlak yang mulia adalah
melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi segala larangan-larangan dalam agama, baik yang
berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan makhluknya, dirinya sendiri, orang lain
dan lingkungannya dengan sebaik-baiknya, seakan-akan melihat Allah dan apabila tidak bisa melihat
Allah maka harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya sehingga perbuatan itu benar-benar
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Akhlak yang perlu diaktualisasikan dalam kehidupan adalah
sebagai berikut: 1. Akhlak kepada Allah swt. a. Mentauhidkan Allah swt. (QS. Al-Ikhlas/112:1-4) b.
Beribadah kepada Allah swt. (QS. Adz-Dzaariyat/51:56) c. Berdzikir kepada Allah swt. (QS. ArRad/13:28) d. Tawakkal kepada Allah swt. (QS. Hud/111:123) 2. Akhlak terhadap diri sendiri a. Sabar
(QS. Al-Baqarah/2:153) b. Syukur (QS. An-Nahl/16:14) c. Tawaddu (QS. Luqman/31:18) d. Iffah, yaitu
mensucikan diri dari perbuatan terlarang (QS. Al-Isra/17:26) e. Amanah (QS. An-Nisa/14:58) f. yajaah
(QS. Al-Anfaal/18:15-16) g. Qanaah (QS. Al-I?sra/17:26) 3. Akhlak terhadap orang lain Akhlak terhadap
kedua orang tua (QS. Al-Isra/17:23-24) Akhlak terhadap keluarga, yaitu mengembangkan kasih sayang,
keadilan dan perhatian. (QS. An-Nahl/16:90 dan QS. At-Tahrim/66:6) Akhlak terhadap tetangga (QS. AnNisa/4:36) 4. Akhlak terhadap lingkungan Berakhlak terhadap lingkungan hidup adalah di mana
manusia menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. Allah
menyediakan kekayaan alam yang melimpah hendaknya disikapi dengan cara mengambil dan
memberi dari dan kepada alam serta tidak dibenarkan segala bentuk perbuatan yang merusak alam.
Maka alam yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat ganda, sebaliknya alam
yang dibiarkan merana dan diambil manfaatnya saja justru mendatangkan malapetaka bagi manusia.
(QS. Al-Qashash/28:77, QS. ar-Rum/30:41, dan QS. Hud/11:61) 4 Komentar Soleh pada : 20 September
2013 "Trimakasih mas semoga semangkin dapat meyakin kan kita seiman " pristya utami pada : 20
January 2014 "terimakasih, bagus banget, dapat membantu dalam mengerjakan tugas saya." Lukman
Hakim pada : 24 March 2014 "Terimakasih atas artikel yang sangat bagus ini, maaf sebelumnya, saya
ingin meralat pada bagian "1.akhlak kepada Allah" pada bagian itu dicantumkan (QS.Huud/111:123) ,
surah Huud itu surah ke 11 bukan 111, terimakasih ya :)"
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

http://bagus_surya-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-69071-Agama%20IslamEtika,%20Moral%20dan%20Akhlak%20dalam%20Islam.html

Pengertian & keterkaitan etika,moral,akhlak dalam pandangan islam


OLEH MAS ANDIK
WEDNESDAY, 6 NOVEMBER 2013
Bagikan :

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam agama Islam diatur berbagai aspek kehidupan yang ada dalam lingkungan
manusia , antara lain : fiqih, aqidah, muamalah, akhlaq, dan lain-lain. Seorang muslim
bisa dikatakan sempurna apabila mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek
tersebut sesuai dengan Al-Quran dan Hadist.Dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam pergaulan, kita mampu menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk.
Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral,
dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.Pada masa seperti ini kehidupan
yang semakin maju sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan akhlak, moral, dan
etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh
dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung
mengarah

pada

perilaku

yang

negatif

dan

meninggalkan

amalan

amalan

ke

islaman. Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan judul Pengertian dan
Keterkaitan Etika Moral Akhlak Dalam Pandangan Islam dengan harapan agar
akhlak, moral, dan etika yang kurang baik dapat diperbaiki sesuai dengan ajaran Islam.
Rumusan
Apa
Apa

Masalah
pengertian
saja

Etika
Butir

butir

dalam
etika

islam?
keislaman?

Bagaimana definisi Moral dan apa nilai nilai yng terkandung dalam moral keislaman?

Bagaimana
Apa

Pengertian
saja

faktor

faktor

Akhlak?
pembentuk

akhlak?

Bagaimana aktualisasi akhlak dalam kehidupan dan bagaimana kedudukan akhlak


dalam
Bagaimana

islam
Keterkaitan

Antara

?
Etika,Moral

dan

Akhlak?

Tujuan Penulisan
Mengetahui apa pengertian Etika dalam islam ?
Memahami apa saja Butir butir etika keislaman ?
Mengetahui Bagaimana definisi Moral dan apa nilai nilai yng terkandung dalam moral
keislaman?
Mengerti Bagaimana Pengertian Akhlak ?
Mengetahui Apa saja faktor faktor pembentuk akhlak ?
Memamahami Bagaimana aktualisasi akhlak dalam kehidupan dan bagaimana
kedudukan akhlak dalam islam ?
Mengetahui Bagaimana Keterkaitan Antara Etika,Moral dan Akhlak ?
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dan browsing
dimana penulis mengambil beberapa sumber (sebagaian besar dari buku dan internet )
dan menyimpulkan apa yang didapatkan dari sumber-sumber tersebut.

PEMBAHASAN
1.Etika Pendidikan Agama Islam
A. Pengertian Etika

Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata lain Mos yang
dalam bentuk jamaknya Mores yang berarti juga adat atau cara hidup (Zubair,
1987:13). Sedangkan Etika menurut para ahli sebagai berikut (Abuddin, 2000: 88-89 ):
Ahmad Amin berpendapat, bahwa etika merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk
melakukan
apa
yang
harus
diperbuat.

Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang


baik buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga pengatahuan
tentang
nilai-nilai
itu
sendiri.
Ki Hajar Dewantara mengartikan etika merupakan ilmu yang mempelajari soal kebaikan
(dan keburukan) di dalam hidup manusia semaunya, teristimewa yang mengenai gerak
gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai
mengenai

tujuannya

yang

dapat

merupakan

perbuatan.

B.Etika Menurut Ajaran Islam

Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang merupakan
bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak yang tercantum
dalam al-quran sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan
keputusan,peraturan)

Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung

Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh para ilmuan
barat. Bila etika barat sifatnya antroposentrik (berkisar sekitar manusia), maka etika
islam bersipat teosentrik (berkisar sekitar Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan
selalu dihubungkan dengan amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan
surga

atau

neraka (Musnamar,

1986:

88)

Dipandang dari segi ajaran yang mendasari etika Islam tergolong etika teologis.
Menurut

Dr.

H.

Hamzah

Yaqub

pengertian

etika teologis ialah yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia,
didasarkan atas ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintahkan Tuhan
itulah yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah
perbuatan yang buruk .
Karakter khusus etika Islam sebagian besar bergantung kepada
konsepnya
mengenai manusia dalam hubungannya dengan Tuhan,
dengan dirinya sendiri,
dengan

alam

dan

masyarakat

2. Butir-butir Etika Islam


Butir-butir etika Islam yang dapat diidentifkasikan, antara lain:
1.Tuhan merupakan sumber hukum dan sumber moral. Kedua hal tersebut disampaikan
berupa wahyu melalui para Nabi dan para Rasul, dikodifikasikan ke dalam kitab-kitab
suci
Allah.
2.Sesuatu perbuatan adalah baik apabila sesuai dengan perintah Allah, serta didasari
atas niat baik.
3.Kebaikan adalah keindahan ahklak, sedangkan tanda-tanda dosa adalah perasaan
tidak enak, serta merasa tidak senang apabila perbuatanya diketahui orang banyak.
4.Prikemanusiaan hendaknya berlaku bagi siapa saja, dimana saja, kapan saja, bahkan
dalam perang .
5.Anak

wajib

berbakti

kepada

orang

tuanya (Musnamar,

1986:

89-93).

3. Definisi Moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata etika, maka
secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut
sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata
moral sama dengan kata etika, maka rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja
yaitu etika dari bahasa Yunani dan moral dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan
bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap
perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam
masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya
orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.

Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama
dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang moralitas suatu
perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan
baik dan buruk.

A.

Moral Islam

Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi Islam. Perintahperintah ini tercantum dalam Al-Qur'an (surat Al-An'aam 6:150-153) di mana Allah
menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus (Shirathal Mustaqim ):
Tauhid (Nilai Pembebasan)
1. Katakanlah: "Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan
bahwasanya Allah telah mengharamkan yang kamu haramkan ini." Jika mereka
mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka; dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami,
dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka
mempersekutukan Tuhan mereka. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia,
Nikah (Nilai Keluarga)
2. berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
3. janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan
4. janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji (homoseks, seks bebas
dan incest), baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan Hayat
(Nilai Kemanusiaan)
5. janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu supaya kamu memahami (nya).
Adil (Nilai Keadilan)
6. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.
7. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan
beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.

8. Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia
adalah kerabat (mu), dan
Amanah (Nilai Kejujuran)
9. penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
ingat,
10. dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa. (copy @wikipedia)
4.

Pengertian

Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi
majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan,
tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik)
dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang
pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan
dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak
merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata,
melainkan

kata

tersebut

memang

sudah

demikian

adanya.

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai

pendapat

para

pakar

di

bidang

ini.

akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (ibnu
miskawiah)
akhlak dan etika itu merupakan dua kata yang memiliki wacana yang sama
yaitu wacana tentang baik dan buruk, tidak lebih dari itu. (al gazhali)
Sedangkan menurut Musthafa ( 1999: 15) akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang
dalam keadaan jiwa yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar
melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
difikirkan

terlebih

dahulu.

Ciri-Ciri

Perbuatan

Akhlak:

1.

Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2.

Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.

3.

Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar.

4.

Dilakukan dengan sungguh-sungguh.

5.

Dilakukan dengan ikhlas

5. Faktor-faktor pembentuk akhlak


A. Instinct (naluri)

Nutritive instinct (auri maka sejak lahir)

Sexual istinct (naluri berjodoh)

Paternal instinct (naluri keibuan dan kebapakan)

Combative instinct (naluriberjuang)

Naluri bertuhan

B.

Keturunan

1. Memiliki keturunan pokok beberapa sifat dan pembawaan yang bersamaan. Misal
badan, perasaan, akal pikiran dan perasaan.

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An nisa )

Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang
menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya
Adam a.s. diciptakan.

Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya
kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya
saya

bertanya

atau

meminta

kepadamu

dengan

nama

Allah.

2.Menurunkan sifat-sifat manusia.

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Hujurat )

3.Menurunkan fisik Azam (kemauan keras).

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa)
seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu
pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.

Perbedaan Akhlakul Karimah dan Akhlakul Mazmumah :

Akhlak Mahmudah/Karimah

Akhlak Mahmudah adalah akhlak yang mulia yang sangat banyak jumlahnya
sepertimengabdi kepada Allah SWT, Mencintai Rasulullah, Sabar,

Pemaaf, Berbakti

kepada orang tua, Suka musyawarah, dll. namun dilihat dari segi hubungan manusia
dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga
bagian

yaitu

Akhlak
Akhlak

Terhadap
terhadap

selain Allah.

Dia

Allah

adalah

memiliki

jangankan manusia,

pengakuan

sifat-sifat

Malaikatpun

Akhlak
Akhlak

:
Allah

dan

terpuji
tidak

kesadaran

demikian
akan

Terhadap
yang

baik

terhadap

bahwa

agung

tiada

sifat

menjangkau

itu,

sendiri

dapat

yang

hakekatnya.

Diri
diri

Tuhan

Sendiri
diartikan

menghargai,

menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya. Contohnya


:

tidak merokok,

Akhlak

tidak

minum-minuman

Terhadap

beralkohol.

Sesama

Manusia

Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut
serta

mendewasakan

kita. Caranya

dapat

kita

dan

merupakan

dilakukan

dengan

bantuan, pertolongan, dan menghargainya.

orang

yang

paling

memuliakannya,

dekat

dengan

memberikan

Akhlakul

Madzmumah

Akhlakul Madzmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebaikan dari
akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas misal : Ujub, Riya, Dengki, Iri, Dendam,
Hasud. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar
dapat dipahami dengan benar dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

6.

Aktualisasi

akhlak

dalam

kehidupan

masyarakat

Akhlak tehadap Allah


Berucap dan bertingkah laku terpuji terhadap Allah SWT, baik melalui ibadah langsung
maupun melalui perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi
dengan Allah diluar ibadah itu.
Akhlak terhadap diri sendiri
Setia (Al-Amanah), Benar (As-Shidqu), Adil (Al-Adlu), Memelihara kesucian diri(AlIfafah),Malu(Al-Hayah),Keberanian(As-Sajaah),Kekuatan(Al-Quwwah),Kesabaran(AsShabru), Kasih sayang(Ar-Rahman), Hemat(Al-Iqtishad).
Akhlak terhadap keluarga
Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:
patuh, ihsan, berterima kasih, dll.
Akhlak terhadap lingkungan
Seotang muslim dituntut untuk menebarkan rahmad bagi seluruh alam (rahmatan lil
alamin) yaitu memandang alam dan lingkungannya denan penuh kasih sayang.

Kedudukan Akhlak Dalam Islam

Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dalam agama Islam. Antaranya:
1.

Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara perutusan utama
Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: Sesungguhnya aku
diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Pernyataan Rasulullah itu
menunjukkan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam.

2.

Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang mana akhlak


yang baik dapat memberatkan timbangan amalan yang baik. Begitulah juga
sebaliknya. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: Tiada sesuatu yang lebih berat
dalam daun timbangan melainkan akhlak yang baik.

3.

Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin. Sabda Rasulullah


saw yang bermaksud: Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah
yang paling baik akhlaknya.

4.

Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh
merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: Akhlak yang baik
mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan
seperti cuka merosakkan madu.

5.

Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji
Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman
Allah swt yang bermaksud: Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki peribadi
yang agung mulia). Pujian allah swt terhadap RasulNya dengan akhlak yang mulia
menunjukkan betapa besar dan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam. Banak
lagi ayat-ayat dan hadith-hadith Rasulullah saw yang menunjukkan ketinggian
kedudukan akhlak dan menggalakkan kita supaya berusaha menghiasi jiwa kita
dengan

6.

7.

akhlak

yang

mulia.

Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam sebuah hadith
diterangkan

bahawa

seorang

Rasulullah,

apakah

itu

Akhlak

yang

baik

lelaki

bertanya

agama? Rasulullah
dapat

menghindarkan

kepada

Rasulullah

menjawab: Akhlak
seseorang

itu

saw: Wahai
yang

baik.

daripada

neraka

sebaliknya akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu jauh dari syurga. Sebuah
hadisth menerangkan bahawa, Si fulan pada siang harinya berpuasa dan pada
malamnya

bersembahyang

sedangkan

akhlaknya

buruk,

menganggu

jiran

tetangganya dengan perkataannya. Baginda bersabda : tidak ada kebaikan dalam


ibadahnya,
8.

dia

adalah

ahli

neraka.

Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakan asas akhlak
seseorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah seolah-olah kita melihatNya
kerana walauun kita tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihat kita.

Hermawan,agus.2012.Pengantar Pendidikan di Perguruan Tinggi.(Kudus:An-Nur)

7. Keterkaitan Etika, Moral, dan Akhlak


Moral, etika dan akhlak memiliki substansi yang sangat dekat bahkan bisa dikatakan
sama. Sebab tujuan ketiganya adalah mencari nilai-nilai positif dalam bertingkah laku
untuk menjadi makhluk yang bermoral etis sebagai ciptaan, baik di mata Tuhan
maupun makhluknya. Namun disini peneliti lebih memilih moral sebagai bahasan sebab
penggunaan moral seperti tersebut di atas lebih cenderung digunakankepada sosial.
Apabila etika dan moral dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa antara etika dan
moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan
manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik atau buruk. Tolak ukur yang di
gunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat,
kebiasaan, dan lainnya yang berlaku dimasyarakat.
Menurut Ibnu Arabi hati manusia itu bisa baik dan buruk, karena di dalam diri manusia
terdapat

nafsu

1.Syahwaniyah
Nafsu

ini

ada

pada

diri

manusia

dan

binatang

yaitu

nafsu

pada

kelezatan

(makanan,minuman) dan syahwat jasmani. Apabila manusia tidak mengendalikan nafsu


ini

maka

manusia

tidak

ada

bedanya

dengan

binatang.

2.Al-Ghadabiyah
Nafsu ini juga ada pada diri manusia dan binatang , cenderung pada marah, merusak,
ambisi dan senang menguasai dan mengalahkan orang lain serta lebih kuat di banding
dengan

syahwaniyah

dan

berbahaya

jika

tidak

dikendalikan

3.Al-Nathiqah
Nafsu yang membedakan manusia dengan binatang. Nafsu ini mampu membuat
berzikir, mengambil hikmah, memahami fenomena alam dan manusia menjadi agung,
besar cita-citanya, kagum terhadap dirinya hingga bersyukur kepada Allah. Yang
menjadikan manusia dapat mengendalikan 2 nafsu di atas dan membedakan mana
yang

baik

dan

mana

Manfaat etika, moral dan akhlak dalam kehidupan

Menjadikan insan yang lebih taqwa kepada Allah.

yang

buruk

Dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Memperbaiki tingkah laku manusia untuk menjadi pribadi yang baik.

Mengetahui dampak positif hidup rukun dalam kehidupan.

Memahami pentingnya arti persatuan di dalam kehudipan.

Menumbuhkan kesadaran pribadi untuk membentuk nuansa kebersamaan dalam


kehidupan sosial.
Dapat berperilaku mahmudah yaitu berakhlak terpuji dan mampu mennghindari

akhlak madzmumah.

Wahyudin,Achmad,dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.(Grasindo)h 53

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas saya disimpulkan bahwa etika merupakan suatu pola
perilaku yang dihasilkan oleh akal manusia dan suatu paham keilmuan yang berguna
untuk

menentukan

pakah

perbuatan

manusia

itu

dikatakan

baik

atau

buruk

berdasarkan pendapat akal pikiran. Definisi moral merupakan nilai-nilai dan normanorma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Moral dalam islam memeiliki Lima Nilai Moral Islam dikenal pula
sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi Islam. Perintah-perintah ini tercantum dalam AlQur'an surat Al-An'aam 6:150-153 yaitu Nilai Pembebasan, Nilai Keluarga ,Nilai
Kemanusiaan,Nilai Keadilan, dan Nilai Kejujuran. Dan definisi Akhlak menurut Ibnu
Miskawaih merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Keterkaitan
Etika Moral dan Akhlak sangatlah penting bagi kehidupan sehari hari dan Kesemuanya
itu juga dapat menjadi pedoman bagi kita untuk mengevaluasi keadaan di sekitar kita
serta kita dapat dengan mudah memfilterisasi segala sesuatu yang kita dapatkan, agar
kita menjadi pribadi yang ber-etika, moral, dan akhlak yang baik.

http://andicvantastic.blogspot.my/2013/11/pengertian-keterkaitanetikamoralakhlak.html

A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan
syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang
hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai
formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,
semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiaptiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia
melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia
bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik
dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya
manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu,
sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang
mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengertian, pembagian dan peranan dari Etika ?
2. Pengertian dari Moral ?
3. Pengertian dan macam-macam dari Akhlak ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan peranan dari Etika
2. Untuk mengetahui pengertian dari Moral
3. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam dari Akhlak

BAB II
PEMBAHASAN
1.1Mendefinisikan pengertian
Akhlak,Moral,Etika,dan Susila
A. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala,
yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah(perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), aladat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).

Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang
pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini,
maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid
atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut
memang sudah demikian adanya.

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang
selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara
singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Sementara itu, Imam Al-Ghazali(1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul


Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang
dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

B.Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak


1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2)Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.

D.Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah

a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap perintah
Allah.

b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.

c) Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu

d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.

e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah
dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan
angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah.

2. Akhlak kepada diri sendiri


a) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu
dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

b) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

c) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri
dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga


Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat
baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak
dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
a) Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata
sopan dan lemah lembut
b) Mentaati perintah
c) Meringankan beban, serta
d) Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

4. Akhlak kepada sesama manusia


a).Akhlak terpuji (Mahmudah)

1) Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk
terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah
dan Rasul-Nya antara lain:
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk
kebaikan manusia.
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.

Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada
sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan.
Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.

2) Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri
dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.

3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama
manusia.

4) Taawun
Taawun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama
manusia.

b) Akhlak tercela (Mazmumah)

1) Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain
beruntung..

2) Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.

3) Gibah dan Fitnah


Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan

nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang


dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang
dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.

4) Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya.

B. Pengertian Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa
moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.

Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik atau buruk.

Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik
atau buruk, benar atau salah.

Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat
mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau
buruk.

Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.
Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau
buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang
digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.
Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep,
sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang
berkembang di masyarakat.

Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku
manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.

B. Perbedaan Antara Etika dan Moral


Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai
untuk pengkajian system nilai yang ada.

Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing
disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb,
fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:

1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.


2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat
diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat
bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral
lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai
tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran

moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan
tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.

C.Pengertian Etika
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran
baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang
menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia,
dan alam.

Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang
azaz-azaz akhlak(moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan
dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.

Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ulama etika adalah ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

B. Etika Dibagi Atas Dua Macam


1. Etikd deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia
terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.

2. Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana
harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari hari.

Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal sebenarnya etika
dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus
dilakukan. Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak. Etiket
juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang
lain. Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain.
Sementa itu etika bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket memandang
manusia dipandang dari segi lahiriah. Sementara itu etika manusia secara utuh.

Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan
baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan
oleh akal manusia.

C. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi


Diantaranya
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku
manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi
sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas
kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap
sebagai orang baik di dalam masyarakat.

D.Etika Dalam Penerapan Kehidupan Seharihari

1.Etika bergaul dengan orang lain


a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah
mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
c) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka
sesuai dengan kemampuan akal mereka.
d) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
e) Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahankesalahannya, dan
tahanlah rasa benci terhadap mereka.

2. Etika bertamu
a) Untuk orang yang mengundang:
- Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orangorang fakir.
- Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan
kewibawaan.
- Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah kegembiraan
dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.
- Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti
menghormatinya.
- Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan tamu
yang baik dan penuh perhatian.

b) Bagi tamu:
- Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang yang
kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap
perasaannya.
- Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya.

- Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih
dari itu.
- Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang terjadi pada
tuan rumah.

3. Etika di jalan
a) Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau
mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur.
b) Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
c) Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa
masuk surga.
d) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.

4. Etika makan dan minum


a) Berupaya untuk mencari makanan yang halal.
b) Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga setelah
makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.
c) Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekalikali mencelanya.
d) Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur.
e) Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri
dengan Alhamdulillah.
f) Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.

5. Etika berbicara
a) Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan..

b) Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang benar
dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.
c) Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
d) Menghindari perkataan jorok (keji).

6. Etika bertetangga
a) Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.
b) Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka
tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah
merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.
c) Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak
mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan
nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
d) Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.

7. Etika pergaulan suami istri


a) Merayu istri dan bercanda dengannya di saat santai berduaan.
b) Meletakkan tangan di kepala istri dan mendo`akannya.
c) Disunnahkan bagi kedua mempelai melakukan shalat dua raka`at bersama, karena hal
tersebut dinukil dari kaum salaf.
d) Haram bagi suami-istri menyebarkan tentang rahasia hubungan keduanya.
e) Hendaknya masing-masing saling bergaul dengan baik, dan melaksanakan kewajiban
masing-masing terhadap yang lain.

8. Etika menjenguk orang sakit

a) Untuk orang yang berkunjung (menjenguk):


- Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk berkunjung,
dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan
membahagiakannya.
- Mendo`akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan disehatkan.
- Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah SWT.

b) Untuk orang yang sakit:


- Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih.
- Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya adalah makhluk
yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa
Ta'ala tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak mem-butuhkan ketaatannya.
- Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan olehnya,
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.

D.Pengertian Susila
Di dalam bahasa Indonesia untuk membahas buruk-baik tingkah laku manusia juga
sering digunakan istilah kesusilaan. Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan
ke dan akhiran an. Susila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Berarti baik,
bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Pada dasarnya kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, mengarahkan,
memandu, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma dan nilainilai yang berlaku dalam masyarakat juga menggambarkan orang yang selalu menerapkan
nilai-nilai yang dipandang baik. Ini sama halnya dengan moral.
Norma ini didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia. Kesusilaan adalah norma yang
hidup dalam masyarakat yang dianggap sebagai peraturan dan dijadikan pedoman dalam
bertingkah laku. Norma kesusilaan dipatuhi oleh seseorang agar terbentuk akhlak pribadi yang
mulia. Pelanggaran atas norma moral ada sanksinya yang bersumber dari dalam diri pribadi.
Jika ia melanggar, ia merasa menyesal dan merasa bersalah.
Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia.
Sanksi bagi pelanggarnya, yaitu rasa bersalah dan penyesalan mendalam bagi pelanggarnya

a.
b.
c.
d.
e.

. Contoh norma kesusilaan, antara lain:


jujur dalam perkataan dan perbuatan;
menghormati sesama manusia;
membantu orang lain yang membutuhkan;
tidak mengganggu orang lain;
mengembalikan hutang;

1.2 Hubungan antara Akhlak dengan


Moral Etika,dan Susila
Apabila etika dan moral dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa antara etika dan
moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia
untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik atau buruk. Tolak ukur yang di gunakan dalam
moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang
berlaku dimasyarakat.
Menurut Ibnu Arabi hati manusia itu bisa baik dan buruk, karena di dalam diri manusia terdapat
3 nafsu :
1.
Syahwaniyah
Nafsu ini ada pada diri manusia dan binatang yaitu nafsu pada kelezatan (makanan,minuman)
dan syahwat jasmani. Apabila manusia tidak mengendalikan nafsu ini maka manusia tidak ada
bedanya dengan binatang.
1.
Al-Ghadabiyah
Nafsu ini juga ada pada diri manusia dan binatang , cenderung pada marah, merusak, ambisi
dan senang menguasai dan mengalahkan orang lain serta lebih kuat di banding dengan
syahwaniyah dan berbahaya jika tidak dikendalikan.
1.
Al-Nathiqah
Nafsu yang membedakan manusia dengan binatankhlg. Nafsu ini mampu membuat berzikir,
mengambil hikmah, memahami fenomena alam dan manusia menjadi agung, besar citacitanya, kagum terhadap dirinya hingga bersyukur kepada Allah. Yang menjadikan manusia
dapat mengendalikan 2 nafsu di atas dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

1.3 Sumber-sumber akhlak


Dalam Islam akhlak adalah bersumber dari dua sumber yang utama iaitu al-Quran dan
al-Sunnah. Ini ditegaskan leh Rasulullah saw dalam sepotong hadith yang
bermaksud :"Sesungguhnya aku diutuskan hanya semata-mata untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia."
Allah swt telah memuji Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam alQuran, firman Allah swt yang bermaksud :
"Sesungguhnya engkau seorang memiliki peribadi yang agung (mulia)."

A.Kedudukan Akhlak dalam Islam

Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dalam agama Islam. Antaranya :
Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara perutusan utama
Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Sesungguhnya aku diutuskan untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia." Pernyataan Rasulullah itu menunjukkan pentingnya
kedudukan akhlak dalam Islam.
Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang mana akhlak yang
baik dapat memberatkan timbangan amalan yang baik. Begitulah juga sebaliknya. Sabda
Rasulullah saw yang bermaksud : "Tiada sesuatu yang lebih berat dalam daun timbangan
melainkan akhlak yang baik."
Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin. Sabda Rasulullah saw
yang bermaksud : "Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik
akhlaknya."
Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh
merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Akhlak yang baik mencairkan
dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan seperti cuka merosakkan
madu."
Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji Rasulullah
kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt yang
bermaksud : "Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki peribadi yang agung )
mulia)."Pujian allah swt terhadap RasulNya dengan akhlak yang mulia menunjukkan betapa
besar dan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam. Banak lagi ayat-ayat dan hadith-hadith
Rasulullah saw yang menunjukkan ketinggian kedudukan akhlak dan menggalakkan kita
supaya berusaha menghiasi jiwa kita dengan akhlak yang mulia.

Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam sebuah hadith
diterangkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw : "Wahai Rasulullah,
apakah itu agama?" Rasulullah menjawab : "Akhlak yang baik."
Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada neraka sebaliknya
akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu jauh dari syurga. Sebuah hadith menerangkan
bahawa, "Si fulan pada siang harinya berpuasa dan pada malamnya bersembahyang
sedangkan akhlaknya buruk, menganggu jiran tetangganya dengan perkataannya. Baginda
bersabda : tidak ada kebaikan dalam ibadahnya, dia adalah ahli neraka."
Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakanasas akhlak seseorang
muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah seolah-olah kita melihatNya kerana walauun kita
tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihat kita.

B.Kepentingan Akhlak dalam Kehidupan Manusia


Akhlak merupakan garis pemisahantara yang berakhlak dengan orang yang tidak
berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah seperti
jasad yang tidak bernyawa. Oleh itu salah satu misi yang dibawa oleh Rasulullah saw ialah
membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu
ekoran penyembahan berhala oleh pengikutnya yang telah menyeleweng.
Hal ini juga berlaku pada zaman jahiliyyah yang mana akhlak manusia telah runtuh
berpunca daripada mewarisi perangai umat yang terdahulu dengan tradisi meminum arak,
membuang anak, membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati, menindas, suka memulau
kaum yang rendah martabatnya dan sebagainya. Dengan itu mereka sebenarnya tidak
berakhlak dan tidak ada bezanya dengan manusia yang tidak beragama.
Akhlak juga merupakan nilai yang menjamin keselamatan daripada api neraka. Islam
menganggap mereka yang tidak berakhlak tempatnya dia dalam neraka. Umpamanya
seseorang itu melakukan maksiat, menderhaka kepada ibu bapa, melakukan kezaliman dan
sebagainya, sudah pasti Allah akan menolak mereka daripada menjadi ahli syurga.
Selain itu, akhlak juga merupakan ciri-ciri kelebihan di antara manusia kerana ianyalambang
kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan kealiman seseorang manusia yang berakal. Dalam
hal ini Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Orang yang sempurna imannya ialah
mereka yang paling baik akhlaknya."
Kekalnya sesuatu ummah juga kerana kukuhnya akhlak dan begitulah juga
runtuhnya sesuatu ummah itu kerana lemahnya akhlaknya. Hakikat kenyataan di atas
dijelaskan dalam kisah-kisah sejarah dan tamadun manusia melalui al-Quran seperti kisah
kaum Lut, Samud, kaum nabi Ibrahim, Bani Israel dan lain-lain. Ummah yang berakhlak tinggi
dan sentiasa berada di bawah keredhaan dan perlindungan Allah ialah ummah yang seperti di
Madinah pada zaman Rasulullah saw.
Ketiadaan akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan menyebabkan
berlaku pelbagai krisis dalaman dan luaranseperti krisis nilai diri, keruntuhan rumahtangga,

masyarakat belia yang mundur dan boleh membawa kepada kehancuran sesebuah negara.
Presiden Perancis ketika memerintah Perancis dulu pernah berkata : "Kekalahan Perancis di
tangan tentera Jerman disebabkan tenteranya runtuh moral dan akhlak."
Pencerminan diri seseorang sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang
ditunjukkan. Malahan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang sebagaimana aqidah
merupakan tunjang agama, syariat merupakan cabang dan rantingnya manakala akhlak adalah
yang mewarnai seperti bunga-bungaan yang menyerikan hiasan pokok tersebut.
Akhlak tidak dapat dibeli atau dinilai dengan wang ringgit Ia wujud di dalam diri
seseorang hasil daripada didikan kedua ibu bapa atau penjaga serta pengaruh dari masyarakat
sekeliling mereka. Jika sejak kecil kita didedahkan dengan akhlak yang mulia, maka secara
tidak langsung ia akan mempengaruhi tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari hinggalah
seterusnya.
Proses pembentukan sesebuah masyarakat adalah sama seperti membina sebuah
bangunan. Kalau dalam pembinaan bangunan, asasnya disiapkan terlebih dahulu, begitu juga
dengan membentuk masyarakat mesti dimulakan dengan pembinaan asasnya terlebih dahulu.
Jika kukuh asas yang dibina maka tegaklah masyarakat itu. Jika lemah maka robohlah apa-apa
sahaja yang dibina di atasnya.
Akhlak amat penting kerana merupakan asas yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika
memulakan pembentukan masyarakat Islam. Sheikh Mohamad Abu Zahrah dalam kitabnya
Tanzim al-Islam Li al-Mujtama' menyatakan bahawa budi pekerti atau moral yang mulia adalah
satu-satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia yang berhati bersih, ikhlas
dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada kebaikan dan benci kepada kejahatan.

C.Ciri-ciri Akhlak Islam


1. Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan menjauhkan diri
dari akhlak yang buruk. Yang menjadi ukuran baik dan burukna adalah syarak, iaitu apa yang
diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah yang
buruk.
2. Lingkungan skop akhlak Islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia.
3. Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna keimanannya
ialah orang yang paling baik akhlaknya.
4. Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga oleh Allah dan sebaliknya orang
yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam neraka.

D.Jalan-jalan Pembentukan Akhlak Mulia


Akhlak adalah sesuatu perilaku yang boleh diubah dan dibentuk, contohnya Saidina
Umar al-Khattab, sebagaimana keadaan beliau semasa berada di zaman jahiliyyah berbanding
keadaannya sesudah memeluk agama Islam. Dari sini dapat disimpulkan bahawa akhlak
merupakan sesuatu yang semulajadi tetapi ianya perlu dibentuk. Terdapat beberapa cara untuk
membentuk dan membina akhlak mulia. Antara cara-cara itu ialah melalui :

a) Pendidikan Iman sebagai Asas Akhlak


Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencorak manusia menjadi seseorang
yang beriman. Iman adalah asas kepada akhlak Islam. Tidak akan sempurna iman seseorang
jika tidak disertai oleh akhlak yang baik. Contohnya dengan melaksanakan segala perintah
Allah yang berupa ibadah kerana kesemua perintah Allah tersebut bertujuan untuk
membersihkan diri dan menyuburkan jiwa manusia dengan sifat-sifat terpuji.
Lantaran itu setiap ayat al-Quran menyeru manusia berbuat baik dan mencegah
manusia daripada melakukan perbuatan mungkar. Biasanya didahului dengan panggilan"Wahai
orang-orang yang beriman" kemudian barulah diikuti dengan perintah atau larangan. Iman yang
teguh tetap memerlukan akhlak yang teguh. Jika berlaku kemerosotan akhlak di kalangan
manusia, puncanya adalah kelemahan iman dan tertakluk kepada kefasikan atau kejahatan
yang dilakukan oleh seseorang.
Pendidikan iman bolehlah disimpulkan sebagai suatu pemulihan tenaga keimanan
seseorang supaya dapat mempertahankan diri manusia daripada segala kerendahan dan
keburukan serta dapat mendorong manusia ke arah kemuliaan.

b) Melalui Latihan dan Bimbingan Pendidik


Berkualiti
Pendidikan yang diberikan itu hendaklah bermula dari rumah yang ditangani oleh ibu
bapa. Selepas itu barulah berpindah ke peringkat sekolah hingga ke pusat pengajian tinggi bagi
pendidikan berbentuk formal. Ibu bapa seharusnya mempunyai keperibadian dan akhlak yang
mantap sebagai pendidik dan pembinbing seperti lemah lembut dalam pertuturan, pergaulan,
sabar, lapang dada, istiqamah, berwawasan dan seumpamanya.

c) Mengambil Rasulullah saw Sebagai Contoh

Rasulullah adalah contoh teladan dan ikutan yang paling tepat bagi semua peringkat
kehidupan. Bersesuaian dengan itu, Allah swt telah berfirman bahawa Nabi Muhammad saw
diutuskan kepada manusia untuk menyempurnakan akhlak di kalangan mereka. Firman Allah
yang bermaksud : "Demi sesungguhnya bagi kamu pada diri Rasulullah saw itu contoh ikutan
yang baik bagi orang-orang yang sentiasa mengharapkan keredhaan Allah dan balasan baik di
hari akhirat serta sentiasa menyebut dan memperingati Allah dalam masa senang dan
susah." Contoh-contoh akhlak Rasulullah saw :
1. Akhlak Rasulullah saw dengan Allah swt

Mengabdikan diri setiap detik dan masa kepada Allah dengan penuh kepatuhan,
ketaatan, kecintaan dan kesyukuran yang tidak berbelah bagi terhadap Allah di samping redha
dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah kepadanya.
Melaksanakan kewajipan yang wajib atau difardhukan serta amalan-amalan sunat
seperti bangun malam mengadakan Qiyamullail, berpuasa sunat, zikir, istighfar, doa, tasbih,
tahmid dan sebagainya.
2. Akhlak Rasulullah saw dengan sesama manusia
Akhlak Rasulullah saw meliputi aspek kekeluargaan, soaial, ekonomi, politik dan
sebagainya. Dari aspek kekeluargaan, Rasulullah saw berjaya mewujudkan suasana yang
harmoni dan Rasulullah saw pernah bersabda : "Rumahku adalah syurgaku."
Rasulullah saw merupakan seorang yang bertanggungjawab, sentiasa memberi kasih
sayang, berlemah lembut dan bertolak ansur terhadap semua ahli keluarganya.
Rasulullah saw juga selalu berbincang dengan para sahabat dan menghargai
pandangan yang diberikan oleh mereka.
Begitu juga akhlak dan sikap Rasulullah saw terhadap orang bukan Islam iaitu
menghormati mereka, bersopan santun dan memberi haknya kepada mereka terutama dari segi
kejiranan. Contohnya kisah baginda dengan seorang wanita Yahudi (jirannya) yang akhirnya
wanita Yahudi tersebut telah memeluk Islam atas keprihatinan, kesabaran dan kemuliaan
akhlak yang ditonjolkan oleh Rasulullah saw.
3. Akhlak Rasulullah saw dengan makhluk lain.
Rasulullah saw begitu peka dan prihatin terhadap makhluk yang lain seperti haiwan,
tumbuha-tumbuhan dan alam sekitar.
Rasulullah saw menasihati umatnya supaya berlaku ihsan kepada haiwan dan binatang
ternakan serta tidak menzalimi atau menyiksa mereka. Demikian juga tumbuh-tumbuhan dan
alam sek.

1.4 korelasi ilmu Akhlak dengan


Tasawuf,Tauhid dan Filsafat

A. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU


TASAWUF
Para ahli tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga bagian. Pertama tasawuf
falsafi, kedua tawasuf akhlaki, dan ketiga tasawuf amali. Ketiga macam tasawuf ini tujuannya
sama yaitu mendekatkan diri kepada allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang
tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji.
Ketiga macam tasawuf ini berbeda dalam hal pendekatan yang digunakan. Pada tasawuf
falsafi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan rasio atau akal pikiran, karena dalam
tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang terdapat di kalangan para
filosof. selanjutnya tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak
yang tahapannya terdiri dari takhalli (mengosongkan diri dari akhlak yang buruk), tahalli
(menghiasinya dengan akhlak yang terpuji), dan tajalli (terbukanya dinding penghalang (hijab))
yang membatasi manusia dengan tuhan, sehingga Nur Illahi tampak jelas padanya. Sedangkan
pada tasawuf amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliayah atau wirid, yang
selanjutnya mengambil bentuk tarikat.

B. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU TAUHID


Ilmu tauhid sebagaimana dikeukakan harun nasution mengandung arti sebagai ilmu yang
membahas tentang cara-cara mengesakan tuhan, sebagaimana salah satu sifat yang terpenting
diantara sifat-sifat tuhan lainnya.
Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid ini sekurang-kurangnya dapat dilihat melalui
analisis sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya. kedua, dilihat dari
segi fungsinya.
Ilmu tauhid tampil dalam memberikan landasan terhadap ilmu akhlak, dan ilmu akhlak
tampil memberikan penjabaran dan pengalaman dari ilmu tauhid. Tauhid tanpa akhlak yang
mulia tidak akan kokoh. Selain itu tauhid memberikan arah pada akhlak, dan akhlak memberi isi
terhadap arah tersebut. Disinilah letak hubungan erat dan dekat antara tauhid dan akhlak.

C. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU


FILSAFAT

Filsafat sebagimana diketahui adalah suatu upaya berfikir mendalam, radikal, sampai ke
akar-akarnya, universal dan sistematik dalam rangka menemukan inti atau hakikat mengenai
segala sesuatu. Dalam filsafat segala sesuatu dibahas untuk ditemukan hakikatnya.
Diantara objek pemikiran filsafat yang erat kaitannya dengan ilmu akhlak adalah tentang
manusia. Para filosof muslim seperti Ibn Sina (9980-1037M) dan Al- Ghazali (1059-1111M)
memiliki pemikiran tentang manusia sebagaimana terlihat dalam pemikirannya tentang jiwa.
Pemikiran tentang manusia juga dapat pula kita jumpai pada Ibn Khaldun. Dalam melihat
manusia Ibn khaldun mendasarkan diri pada asumsi-asumsi kemanusiaan yang sebelumnya
lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran islam. Jauh sebelumitu, al-quran telah
mengambarkan manusia dalam sosoknya yang sempurna melalui istilah basyar, insan, dan alnas.
Selain itu filsafat juga membahas tentang tuhan, alam dan makhluk lainnya. Dari
pembahasan ini akan dapat diketahui dan dirumuskan tentang cara-cara berhubungan dengan
tuhan dam memperlakukan makhluk serta alam lainnya. Dengan demikian akan dapat
diwujudkan akhlak yang baik terhadap tuhan , terhadap manusia, alam dan makhluk tuhan
lainnya.
Dengan mengetahui berbagai ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak tersebut, maka
seseorang yang akan memperdalam ilmu akhlak, perlu pula melengkapi dirinya dengan
berbagai ilmu pengetahuan yang disebutkan diatas. Selain itu uraian tersebut menunjukan
dengan jelas bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang sangat akrab atau berdekatan dengan
berbagai permasalahan lainnya yang ada disekitar kehidupan manusia

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan
mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui
oleh akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah
moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat
dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak
patut.

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.

Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam
pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi
pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu anhu seorang sahabat yang
mulia menyatakan: Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik
budi pekertinya.(HR.Bukhari dan Muslim).

B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita
termasuk kedalam golongan kaumnya.

DAFTAR PUSTAKA
- Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
- Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo
Persada, 2004
- Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini disadur dari
persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf)
- Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera: Jakarta.
Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa: Bandung
- Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.
- Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera. Jakarta.
- Masyhur, Kahar. 1986. Meninjau berbagai Ajaran; Budipekerti/Etika dengan Ajaran Islam.
Kalam Mulia. Jakarta.
- Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka Setia. Bandung.
- Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
http://favoritgawat.blogspot.my/2014/11/etika-moral-dan-akhlak-dalam-islam.html

Etika Islam
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Etika Islam (bahasa Arab: ) atau "Adab dan Akhlak Islamiyah" adalah etika dan moral
yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang tercantum di dalam Al-Quran dan Sunnah, dengan
[1][2]
mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad
, yang di dalam akidah Islamiyah dinyatakan
sebagai manusia yang paling sempurna akhlaknya.

Daftar isi

[sembunyikan]

1Definisi

2Kedudukan Adab dan Akhlak

3Ruang lingkup akhlak mulia

4Di antaraAdab dan Akhlak yang disyariatkan


4.1Beradab dan berakhlak mulia dalam bermasyarakat

5Doa memohon akhlak yang baik

6Rujukan

7Pranala luar

Definisi[sunting | sunting sumber]


Akhlak memiliki makna yang sama dengan Adab, dan terbagi menjadi dua yaitu akhlak yang terpuji
(akhlaq mahmudah) dan akhlak yang tercela ("akhlaq madzmumah").
Akhlak secara bahasa maknanya adalah perangai atau tabiat, yaitu gambaran batin yang dijadikan
tabiat bagi manusia.[3].
Pengertian akhlak menurut Imam Al-Qurthubi: "Akhlaq adalah sifat-sifat seseorang, sehingga dia
dapat berhubungan dengan orang lain. Akhlak ada yang terpuji dan ada yang tercela. Secara umum
makna akhlak yang terpuji adalah engkau berhias dengan aklak yang terpuji ketika berhubungabn
dengan sesama, dimana engkau bersikap adil dengan sifat-sifat terpuji dan tidak lalim karenanya.
Sedangkan secara rinci adalah memaafkan, berlapang dada, dermawan, sabar, menahan
penderitaan, berkasih sayang, memenuhi kebutuhan hidup orang lain, mencintai, bersikap lemah
lembut dan sejenis itu. Sedangkan Akhlak yang tercela adalah sifat-sifat yang berlawanan dengan
itu."[4]
Sedangkan pengertian Adab (Akhlak) yang tercela adalah kebalikannya.

Kedudukan Adab dan Akhlak[sunting | sunting sumber]


Terdapat banyak dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menyebutkan tentang tingginya
kedudukan seseorang yang beradab dan berakhlak yang baik, di antaranya:
Dari Al-Qur'an:

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orangorang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan."
QS.Ali-Imran: 134[5].
Dari As-Sunnah, yaitu hadits-hadits nabi

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia" [6]

"Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang terbaik akhlaknya" [7]"

"Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (di
antara mereka)[8]

"Pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia" [9]

"Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya (di Hari Kiamat) dibanding Akhlak
mulia"[10]

"Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempatnya
denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya"[11]

Dari Nawwas bin Siman al-Anshari, katanya: Saya bertanya kepada Rasulullah
tentang
kebaikan dan tentang dosa. Dia menjawab, Kebaikan adalah akhlak yang mulia, dan dosa
adalah sesuatu yang bergejolak dalam dadamu dan engkau merasa tidak senang apabila orang
lain mengetahuinya [12].

Dan masih banyak dalil-dalil lain yang menunjukkan tingginya kedudukan Akhlak dan Adab yang
baik di dalam ajaran Islam.

Ruang lingkup akhlak mulia[sunting | sunting sumber]


Ruang lingkup akhlak yang terpuji adalah mencakup hubungan terhadap sesama manusia, juga
hubungan hamba terhadap Allah. Secara umum jika ditinjau dari objeknya, adab dan akhlak mulia di
dalam Islam bisa ditemui di dalam lima objek:

Adab kepada Allah, yaitu adab bagaimana seseorang berinteraksi dengan Allah dan syariatNya, semisal dalam beribadah, berdoa, bertawakkal, berprasangka, bersyukur, dan takut
kepada Allah.

Adab kepada Al Quran, yaitu adab bagaimana seseorang berinteraksi dengan Al Quran,
misalnya bagaimana adab membacanya, menghafalnya, menjaganya, dan mengamalkannya.

Adab kepada Rasulullah, yakni bagaimana adab seseorang berinteraksi dengan Rasulullah
dan ajarannya, misalnya bagaimana mencintai, mentaati, dan memuliakan dia.

Adab kepada diri sendiri, misalnya bagaimana seseorang menyucikan dirinya, baik
secara zahir maupun batin.

Adab kepada makhluk Allah, misalnya kepada orang tua, guru, karib kerabat, tetangga, dan
masyarakat secara umum. Termasuk juga bagaimana berinteraksi dengan binatang dan
tumbuhan. Adab dalam hubungan terhadap sesama makhluk mencakup:
1. Menahan diri untuk tidak menyakiti.
2. Mencurahkan kemurahan hati dan dermawan (jiwa, kedudukan harta dan Ilmu)
3. Menampakkan wajah yang ramah, ceria dan berseri[13].

Atau jika ditinjau dari dari keadaannya, adab dan akhlak mulia yang diatur oleh Islam juga bisa
ditemukan ketika makan, minum, berkendaraan, berbicara, tidur, mandi, menuntut ilmu, berpakaian,
dan seterusnya, yang tak satu pun keadaan di dalam kehidupan keseharian seorang muslim kecuali
telah diatur bagaimana adab dan akhlaknya, mulai dari masalah sebesar urusan pemerintahan
hingga sekecil adab buang air.

Di antaraAdab dan Akhlak yang disyariatkan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Adab dan Akhlak di dalam Islam

Beradab dan berakhlak mulia dalam bermasyarakat[sunting | sunting sumber]


Di antaraadab yang semakin lama semakin penting untuk dipelajari dan diamalkan adalah adab dan
akhlak di dalam bermasyarakat. Hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang satu
sama lain saling berinteraksi dengan interaksi yang semakin lama semakin kompleks. Agar di dalam
interaksi sosial tersebut tidak tercipta adanya gesekan-gesekan yang bisa berujung pada
problematika sosial, seperti kekerasan, kerusuhan, kesenjangan, dan lain-lain, maka penting bagi
seseorang untuk mengetahui adab dan akhlak yang diajarkan oleh Islam di dalam bermasyarakat.
Berikut ini beberapa contoh bagaimana beradab dan berakhlak mulia di dalam bermasyarakat:

Cintailahsaudaramu sebagaimana mencintai diri sendiri

Tidak beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia


mencintai dirinya sendiri (HR. Bukhari dan Muslim).

Muliakan tamu dan tetanggamu

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan
tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
memuliakan tamunya (HR. Bukhari dan Muslim)

Berbuat baiklah kepada temanmu

Sebaik-baik teman di sisi Allah Taala adalah yang paling berbuat baik kepada temannya (HR.
Tirmidzi, shahih)

Tolonglah saudaramu yang kesulitan

Barang siapa yang membantu seorang muslim dan menghilangkan kesulitan yang ada pada dirinya
dari kesuliatan-kesulitan dunia, maka Allah akan hilangkan baginya kesuliatan dari kesulitankesulitan di hari kiamat kelak (HR. Muslim)

Balaslah kejelekan orang lain dengan kebaikan

Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari
Allah (QS. Asy Syura : 40)

Berterimakasihlah atas kebaikan orang lain

Tidaklah bersyukur kepada Allah seseorang yang tidak berterima kasih kepada manusia (HR.
Bukharidalam Al AdabulMufrad)

Tebarkanlah salam

Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling
mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian (HR. Tirmidzi, shahih)

Hormati yang tua, sayangi yang muda

Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati yang lebih tua, dan tidak
menyayangi yang lebih muda (HR. Ahmad, hasan)

Menjaga tangan dan lisan

Seorang muslim yang baik adalah yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan
lisan dan tangannya (HR. Bukhari)

Doa memohon akhlak yang baik[sunting | sunting sumber]


Seorang muslim tidak diajarkan untuk menyandarkan hanya kepada usahanya dirinya sendiri tetapi
juga harus diiringi dengan doa. Doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah

adalah,

"Allahumma kamaa hassanta khalqi, fahassin khuluuqi (Ya Allah,


sebagaimana Engkau telah membaguskan tubuhku, maka baguskanlah
akhlakku)"[14]

Konsep Etika
Definisi
Istilah etika berasal dari perkataaan Yunani kuno iaitu ethos yang membawa erti kebiasaan, adat,
akhlak, keperibadian dan watak. Ethos juga membawa maksud adat kebiasaan.[1] Ia juga membawa
maksud karakter. Perkataan ethos juga terdapat dalam kamus bahasa inggeris yang bermaksud sifat
moral dalam sesuatu bangsa.
Dalam bahasa Inggeris, ethic bermaksud akhlak, tatasusila, kesusilaan dan etika. Manakala ethics
bermaksud prinsip akhlak, ketatasusilaan dan ilmu etika. Menurut kamus lain, ethic bermaksud system of
moral and principal rules of conduct yang bermaksud sistem prinsip akhlak; peraturan-peraturan perilaku.
Manakala ethics pula bermaksud sains yang menumpukan perhatian kepada akhlak.
Dalam bahasa Melayu, etika bermaksud kepercayaan ataupun tanggapan terhadap sesuatu perkara
sama ada ianya benar, salah, baik atau buruk.[2] Manakala menurut Kamus Dewan Edisi Ketiga pula,
etika bermaksud ilmu berkaitan prinsip akhlak atau moral yang menjadi pegangan seseorang individu
atau sesuatu kumpulan. Ia juga melibatkan tanggungjawab dan akibat tingkahlaku seseorang atau
profesion terhadap masyarakat. Contohnya Etika Perkhidmatan Awam yang melibatkan kakitangan
awam.[3]
Pembahagian Etika
Etika secara umum terbahagi kepada dua jenis iaitu etika berbentuk deskriptif dan normatif. Etika
deskriptif adalah disiplin yang membicarakan sistem moral yang dianuti individu atau golongan dan
berbeza mengikut perbezaan individu, masa, tempat atau keadaan. Ia dibicarakan dalam aspek yang
luas.[4]
Manakala etika normatif pula menilai, mengkritik dan membuat keputusan terhadap sistem moral yang
ada. Ia juga mencadangkan sistem etika yang standard berpandukan sistem yang sedia ada, contohnya
etika pemimpin dan etika perubatan. [5]
Etika Menurut Islam
Etika dalam Islam adalah akhlak.[6] Ia merujuk kepada nilai akhlak atau prinsip moral yang berdasarkan
al-Quran dan Hadith. Etika Islam juga merujuk kepada nilai-nilai baik dan dengan melakukannya

seseorang akan mendapat ganjaran pahala.[7] Selain itu ia juga dapat ditakrifkan sebagai ilmu
pengetahuan yang mengajarkan mana baik dan mana yang buruk berdasarkan ajaran Allah dan
RasulNya.[8]
Ciri-Ciri Etika Islam
Etika Islam mempunyai ciri-cirinya yang tersendiri yang membezakannya daripada etika menurut
perspektif barat. Ciri-cirinya yang istimewa ini tidak terkandung di dalam etika mengikut falsafah barat.
Antara ciri-cirinya adalah seperti indeks untuk menentukan etika diukur berdasarkan Al-Quran dan AsSunnah dan bukannya akal semata-mata.[9]
Etika Islam bersifat universal dan komprehensif serta dapat diterima oleh seluruh manusia di setiap masa
dan tempat termasuk dalam bidang politik dan kepimpinan. Etika Islam berkait rapat dengan hukum halal
dan haram, pahala dan dosa. Termasuk dalam konsep ibadah. Ia tertakluk kepada konsep matlamat tidak
menghalalkan cara.

http://ciptaan-mulia.blogspot.my/p/konsep-etika.html

AGAMA DAN ETIKA ISLAM

A. Latar Belakang Masalah


Etika atau akhlak merupakan bagian dari agama Islam, sebagaimana kedudukan AlQuran sebagai referensi paling penting tentang etika bagi umat Islam baik secara individu
maupun kelompok. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan
kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Etika merupakan alat kontrol

psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa etika, masyarakat manusia tidak akan
berbeda dari kumpulan binatang.
Apabila seseorang memiliki aqidah yang benar dan kokoh, serta akhlak (etika) yang
baik, maka ia akan dengan mudah melaksanakan syariat Islam secara konsisten, demikian
pula dalam melaksanakan aturan-aturan yang telah ditentukan.
Akhlak merupakan perilaku manusia yang nampak maupun yang tidak nampak seperti
kegiatan hati. Akhlak bukanlah sebatas sopan santun kepada sesama manusia tetapi lebih luas
lagi, yakni meliputi hubungan dengan Allah (Hablum minallah), dan hubungan dengan sesama
manusia (Hablum minannas), bahkan hubungan dengan alam sekitar (Hablum minal alam).
Objek bahasan akhlak dengan syariat Islam adalah sama, yang berbeda hanyalah
sudut pandangnya. Contoh, Shalat. Dari perspektif syariat Islam fiqih, shalat dipandang
sebagai

kegiatan

ibadah

mahdloh

dengan

tatacara

tertentu,

dari

mulai takbiratul

ihram sampai salam. Sedangkan shalat dalam perspektif akhlak adalah taqarrub kepada Allah,
melalui jalanmahabbah (perasaam cinta) bukan sekadar karena suatu kewajiban.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan essensi agama Islam ?
2. Apa pengertian, dasar, dan bentuk-bentuk etika dalam Islam ?
3. Apa hubungan antara agama dan etika Islam ?

BAB II
KAJIAN TENTANG AGAMA
DAN ETIKA ISLAM

A. Agama Islam
1. Pengertian Agama Islam

Agama adalah aturan dari Tuhan YME, untuk petunjuk kepada manusia agar dapat
selamat dan sejahtera atau bahagia hidupnya di dunia dan akherat dengan petunjuk-petunjuk
serta pekerjaan nabi-nabi beserta kitab-kitab-Nya.[1]
Secara etimologi, agama berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya tidak kacau,
diambil dari dua suku kata a berarti tidak dan gama berarti kacau, secara lengkapnya agama
ialah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau.[2]
Poerwodarminto memberi batasan tentang agama, yaitu segenap kepercayaan (kepada
Tuhan, Dewa, dan sebagainya) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu.[3]
Menurut

Endang

Saifudin

Anshari

memberikan

definisi,

bahawa

agama, Religi, atau dien (pada umumnya) adalah suatu sistem credo(tata keyakinan) atas
adanya Yang Mutlak di luar manusia atau sistemaRitus (tata peribadatan) manusia kepada yang
dianggapnya Yang Mutlak itu, serta suatu sistema Norma (tata kaidah) yang mengatur
hubungan manusia dengan sesama manusia dan dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan
dengan keimanan dan tata peribadatan termaksud.[4]
Menurut pandangan Islam, agama adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada
manusia, sejak manusia digelarkan di atas muka bumi ini, dan terbina dalam bentuknya yang
terakhir dan sempurna dalam Al Quran yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya
yang terakhir, yakni Muhammad Ibn Abdullah, suatu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang
jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material.
Agama yang penulis maksudkan di sini adalah agama Islam, yang secara etimologi
Islam berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata asalsalima yang berarti selamat sentosa. Dari
asal kata itu dibentuk kataaslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa
dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.[5]
Kata Islam ialah nama yang diberikan Allah sendiri, sebagaimana yang tercantum dalam
Al Quran surat Ali Imron ayat 19 :

()
Artinya: Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam ... [6]

Menurut Abdurrahman An Nahlawi menyatakan bahwa Islam adalah agama yang


menuntun kita supaya mengerjakan amal saleh yang diridloi Allah, menuntut kita supaya
mengarahkan segala tingkah laku, naluri dan kehidupan kita, sehingga dapat merealisasi
undang-undang Illahi secara riil. Islam selalu menggambarkan tujuan dalam tingkah laku
praktis, merealisasi tuntunan tabiat insani dan tuntunan syariat Islam sekaligus.[7]
Din al-Islam merupakan tatanan hidup (syariah = aturan, jalan hidup) ciptaan Allah
untuk mengatur segenap aktivitas manusia di dunia, baik aktivitas lahir maupun aktivitas
batin. Aturan Allah yang terkandung dalam al-Islam ini bersifat absolut. Selanjutnya, aturan
Allah dibagi dua, yakni : Pertama, aturan tentang tata keyakinan disebut Aqidah (sistema
credo). Kedua adalah aturan tentang tata cara beribadah, yang disebut syariah ibadah
(sistema ritus). Ada satu lagi yang disebut Akhlaq, yakni aturan tentang tatacara menjalin
hubungan dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitar. Akhlaq ini,
sebenarnya, adalah syariah ibadah juga, hanya saja dilihatnya dari persepktif layak dan
tidaknya suatu perbuatan dilakukan, bukan sekadar wajib dan haram. Aqidah, syari;ah dan
akhlaq ini dalam terminology lain adalah Imam, Islam dan Ihsan.[8]
Jadi agama adalah merupakan aturan-aturan atau perundang-undangan yang
datangnya dari Tuhan diturunkan kepada manusia sebagai pedoman hidup di dunia akherat
agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat kelak.
Agama sebagai refleksi atas cara beragama tidak hanya terbatas pada kepercayaan
saja, tetapi juga merefleksi dalam perwujudan-perwujudan tindakan kolektifitas umat, bangunan
perubahan.
Perwujudan-perwujudan tersebut keluar sebagai bentuk dari pengungkapan cara
beragama sehingga agama dalam arti umum dapat diuraikan menjadi beberapa unsur/dimensi
religiositas.
Agama yang dianggap sebagai suatu jalan hidup bagi manusia(way of life) menuntun
manusia agar hidupnya tidak kacau. Agama befungsi untuk memelihara integritas manusia
dalam membina hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia dan dengan
alam yang mengitarinya.
Dengan kata lain, agama pada dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur untuk
terwujudnya integritas hidup manusia dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan
alam yang mengitarinya. Agama merupakan firman Tuhan yang diwahyukan kepada utusannya
untuk disampaikan kepada umat.

2. Essensi Agama Islam


Din berasal dari kata dana yadinu dinan berarti tatanan, sistem atau tatacara hidup.
Jadi Din al-Islm berarti tatacara hidup Islam. Tidak tepat apabila din diterjemahkan sebagai
agama, sebab istilah agama (religion, religie) hanyalah merupakan alih bahasa saja yang tidak
mengandung makna substantif dan essensil. Lebih dari itu apabila dinditerjemahkan sebagai
agama maka maknanya menjadi sempit. Di Indonesia misalnya, agama yang diakui hanya ada
enam , yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kunghuchu padahal di Indonesia
terdapat ratusan bahkan mungkin ribuan tatacara hidup.
Dengan memaknai din sebagai tatanan hidup, maka yang dimaksud dengan istilah
muslim adalah orang yang ber-din al-Islm, sedangkan istilah kafir adalah orang-orang yang
ber-din ghair al-Islam.
Din al-Islam sebagai tatanan hidup meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan, dari
mulai masalah ritual sampai kepada masalahmumalah termasuk masalah sosial budaya,
sosial ekonomi, sosial politik, bahkan sampai kepada masalah kenegaraan. Seseorang yang
mengaku

muslim

atau

menganut din al-Islm harus

mengikuti

tatanan

hidup

Islam

secara kffah ; integratif dan komprehensif apapun resikonya. Apabila ia menolaknya, maka ia
pasti akan terpental di akhirat sebagaimana diterangkan di dalam QS. 3 : 19 dan ayat 85 :






( 19 : ) )



)










)
(85 :
Artinya: Sesungguhnya dn atau tatanan hidup (yang diriai) di sisi Allah hanyalah Islam (QS. 3 : 19 )
Barangsiapa mencari tatanan hidup selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (dn
itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS. 3 : 85).

Din terbagi dua yang sangat jelas bedanya, yakni din al-haq dandin al-Bathil. Yang
dimaksud dengan din al-haq ialah din yang berisi aturan Allah yang telah didesain sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan fitrah manusia. Aturan ini kemudian dituangkan di dalam kitab
undang-undang Allah, yakni Al-Quran. Sedangkan di luar din al-Islam adalah din yang berisi
aturan manusia sebagai produk akal, hasil angan-angan, imajinasi, hawa nafsu serta
merupakan hasil kajian falsafahnya. Tatanan hidup yang demikian bukan saja tidak bisa
menyelamatkan manusia tapi justeru mencelakakan.

Berdasarkan pengelompokkan din ini, maka manusia sebagai pemilih din, otomatis
hanya

terbagi

menjadi

dua

kelompok

yang

jelas-jelas

berbeda

(furqn),

yakni

kelompok Huda dan kelompok Dhallin (kelompok orang-orang yang tersesat).


Kelompok Hud adalah kelompok yang memilih din Islam sebagai tatanan hidupnya. Ini
berarti bahwa mereka telah mengikuti jalan yang haq sehingga Allah akan menghapuskan
segala

kesalahannya.

Sedangkan

kelompok Dhalalah adalah

orang-orang

yang

memilih din selain Islam. Ini berarti mereka telah mengikuti aturan yang salah dan telah
menjadikan syetan sebagai pimpinan mereka. Mereka itulah orang-orang yang sesat
sebagaimana ditegaskan oleh Allah di dalam Al-Quran surat 7 : 30 dan surat 47 : 1,2,3













(30)







Artinya: Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka.
Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan
mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.

Dalam

pandangan

Al-Quran,

din

al-Islm adalah

satu-satunyadn ciptaan

Allah, dn yang satu ini adalah aturan untuk seluruh umat manusia tanpa kecuali. Namun pada
tataran realita sekarang ini Din al-Islam menjadi banyak ragam dan versinya. Semua ini
sebagai akibat kesalahan manusia sendiri.
Sementara itu, din-din hasil ciptaan manusia berdasarkan akal, imajinasi dan falsafah
sebagaimana telah dikemukakan di atas telah melahirkan banyak din dan isme-isme lainnya,
antara lain Materalisme, Kapitalisme, Liberalisme, Markisme, Komunisme, Nasionalisme, dan
Kolonialisme.
Segala macam aturan hasil manusia tersebut yang termasuk katagori din al-bathil telah
terbukti gagal dalam mengatur umat manusia. Materealisme yang bertitik tolak dari dan
berorientasi kepada materi telah melahirkan orang-orang yang serakah; Kapitalisme yang
menitikberatkan kepada penguasaan kapital (modal) telah melahirkan terjadinya monopoli;
Liberalisme yang menitikberatkan kebebasan dan menonjolkan hak individu telah melahirkan
terjadinya jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin, serta melahirkan kecemburuan
sosial dan dekadensi moral;

Sedangkan Komunisme telah melahirkan manusia yang tidak

mengenal Tuhan dan tidak mengenal hak milik individu sehingga melahirkan ketidakpuasan.
Oleh karena tatanan hidup produk falsafah manusia itu telah terbukti tidak membawa
keselamatan, maka manusia harus segera hijrah kepada din al-Islm.

B. Etika Islam
1. Pengertian Etika Islam
Istilah etika secara etimologi berasal bahasa Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan
atau adat.[9] Dan dari kata Latin : Ethic (us),dalam bahasa Gerik : Ethikos = a body of moral
principles or values. Ethic= arti sebenarnya ialah kebiasaan, habit, custom. Jadi dalam
pengertian aslinya, apa yang disebut baik itu ialah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat.
Lambat laun pengertian etika itu berubah, seperti pengertian sekarang : Etika ialah suatu ilmu
yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai
baik dan mana jahat.[10]
Menurut Ah. Amin, Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia dan di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang seharusnya diperbuat.[11]
Istilah lain dari etika, biasanya digunakan kata : moral, susila, budi pekerti, akhlak,
sebagaimana dijelaskan oleh Hasbullah Bakri, bahwa etika dalam bahasa Arab disebut budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi'at.[12]
Menurut Rachmat Jatnika, kata etika sering disebut (sinonim) dengan kata akhlak dan
moral.[13] Sedangkan menurut Asmaran AS, walaupun etika sering disamakan dengan kata
akhlak dan moral, ketiga istilah tersebut sebenarnya mempunyai perbedaan dan persamaan.
Menurutnya, persamaannya diantaranya terletak pada obyeknya yaitu ketiganya sama-sama
membahas baik-buruk tingkah laku manusia. Sedangkan perbedaannya terletak pada
parameter masing-masing. Akhlak menilai perbuatan manusia menggunakan parameter agama,
sedangkan etika menggunakan pertimbangan akal pikiran, sementara moral menggunakan adat
kebiasaan yang umum di masyarakat.[14]
Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak
adalah sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya
keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tenteram sehingga sejahtera
batiniyah dan lahiriyah. Tetapi ada perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak,
yaitu terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika
dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik dan buruk adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits.[15]

Karena dalam pembahasan ini adalah etika yang berkaitan dengan tata kerama dalam
Islam, maka penulis lebih condong kepada pengertian etika dalam arti akhlak yang
menggunakan ukuran baik buruk berdasarkan wahyu, yaitu : Al-Qur'an dan Hadits, dan
kemudian berdasarkan Atsarus shahabah dan kemaslahatan umat.
Akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jama dari khuluqun (
) yang menurut

lughat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Adapun pengertian akhlak
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Yunahar Ilyas
Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul
secara spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih
dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.[16]
b. Menurut Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga
Akhlak adalah tindakan-tindakan seseorang yang dapat diberikan nilai baik/buruknya,
yaitu perkataan dan perbuatan yang termasuk ke dalam ketegori perbuatan akhlak.[17]
c. Menurut Ibnu Asyif
Menurut Ibnu Asyif dari buku An-Nihayah sebagaiman dikutip oleh Humaidi
Tatapangarsa, diterangkan lima hakikat makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia yang
tepat yaitu (jiwa dan sifat-sifatnya). Sedangkan akhlak menurut gambaran bentuk luarnya (raut
muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya dan lain sebagainya).[18]
d. Menurut Ah. Amin
Akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu
disebut akhlak.[19]
e. Menurut Al-Ghazali
Menurut Imam Ghozali yang dikutip kembali oleh HA. Mustafa dalam bukunya Akhlak
dan Tasawuf mengemukakan defenisi akhlak sebagai berikut ;










.






Artinya : Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatanperbuatan dengan mudah dengan tidak mempertimbangkan pikiran (lebih dahulu).[20]

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika Islam -yang dikenal dengan
akhlak- adalah perbuatan yang dilakukan sebagai aktualisasi dari Nas yaitu Al-Quran dan AsSunnah Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika merupakan perbuatan manusia yang
dilakukan tanpa dorongan dari luar (orang lain atau yang lainnya) dan dilakukan dengan penuh
nilai baik dan buruk, baik menyangkut perkataan maupun perbuatan manusia. Sedangkan
antara etika, moral dan akhlak, adalah sama, namun yang menjadi perbedaan adalah etika
menggunakan pertimbangan akal pikiran, moral menggunakan adat kebiasaan yang umum di
masyarakat, dan akhlak dari parameter agama.

2. Dasar Etika dalam Islam


Dasar etika dalam Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah, diantaranya :
a.

Al-Qur'an Surat Al-Qalam ayat 4, yang menerangkan bahwa Allah telah menjadikan pribadi
Rasul sebagai suri tauladan yang baik, beliau dibekali akhlak yang luhur dan mulia, yang
berbunyi :



( 4 : )

Artinya :

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Al-Qolam: 4).[21]

b. Al-Qur'an Surat Al-Ahzab Ayat 21, yang meneybutkan bahwa Rasulullah S.A.W. sebagai figur
yang yang teladan bagi umatnya, yang berbunyi :


( 1: ) ...








Artinya :

Sesunguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik [22]

c. Al-Qur'an Surat Shad Ayat 46 :

(46 :)






Artinya : Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka)
akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS. Shad : 46).
[23]

d. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim dari Abu Hurairah ra. :

[24]







Artinya :

Bahwasannya aku diurus oleh Allah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak (budi pekerti).

Dari ayat dan hadits di atas jelas bahwa dasar etika Islam adalah Al-Quran dan Hadits.
Sedangkan tujuan akhlak pada pokoknya dalah agar setiap manusia berbudi pekerti
(berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan
ajaran Islam.
3.

Bentuk-Bentuk Etika Islam


Bentuk-bentuk etika dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari perbedaan manusia dalam
segala seginya, dan dari segi perbuatan manusia.
Bila

ditinjau

dari

perbuatan

manusia,

etika

dibedakan

menjadi

dua

yaitu

akhlak madzmumah (etika tercela) dan akhlak mahmudah (etika terpuji).


Selanjutnya dalam pembahasan ini hanya dikaji akhlakmahmudah (etika terpuji) yang
khususnya pada hubungan manusia dengan Allah SWT yang meliputi shalat lima waktu dan
puasa Ramadlan serta hubungan manusia dengan sesamanya yang meliputi etika terhadap
orang tua, etika terhadap guru, etika terhadap teman sebaya dan etika terhadap masyarakat
pada umumnya.
a. Etika terhadap Allah
Etika terhadap Allah meliputi amal perbuatan yang dilakukan dengan cara berhubungan
dengan Allah, melalui media-media yang telah disediakan Allah, seperti salat, puasa dan haji.
[25]
b. Etika manusia terhadap manusia
Etika terhadap sesama manusia ini mengarah kepada bergaul dan berbuat baik kepada
orang lain[26]. Etika ini meliputi semua hubungan antara manusia satu dengan manusia yang
lain, yang terdiri dari :
1). Etika terhadap orang tua

Orang tua (ayah dan ibu) adalah sosok yang luhur maka dihadapan anak-anaknya
mereka memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya tanpa mengharapkan imbalan
apapun, hanya harapan untuk dikaruniai putra-putri yang shaleh dan shalehah.
Allah S.W.T. berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Isra : 23









.( 23 : )
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang
diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali kamu
jangan mengatakan kepadanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia (QS. Al-Isra: 23).[27]

Dalam ayat tersebut di atas menjelaskan bahawa perintah berbakti kepada orang tua
ditetapkan pada urutan setelah perintah untuk tidak menyekutukan Allah S.W.T. yakni perintah
untuk tidak berkata kasar kepadanya melainkan harus memepergauli keduanya dengan tutur
kata yang sopan.
2). Etika terhadap guru
Guru adalah orang tua kedua bagi anak setelah orang tua kandungnya, karena gurulah
yang mendidik anak sebagai lanjutan dari pendidikan yang diterima dalam keluarga, oleh
karena itu seorang murid harus selalu menghormati dan memuliakan gurunya. Sebagaiman
penuturan Azzarnuji sebagai berikut ;

[28]

Artinya : Ketahuilah bahwasannya seorang yang mencari ilmu tidak akan mendapat ilmu dan manfaat
kecuali dengan menghormati dan memuliakan ilmu dan pemikirannya serta menghormati dan
memuliakan gurunya.

3)

Etika terhadap keluarga

Keluarga merupakan sebuah persekutuan antara ibu-bapak dengan anak-anaknya


yang hidup bersama dalam sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan yang sah
menurut hukum, dimana di dalamnya ada interaksi (saling berhubungan dan mempengaruhi)
antara satu dengan lainnya[29]. Kehidupan dalam keluarga mampu menumbuhkembangkan
potensi anak sebagai wahana menstranfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi
kebudayaan. Oleh karena itu penanaman keimanan dan pembiasaan beribadah kepada Allah
yang dimulai dari kehidupan keluarga amat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti ajaran Allah yang ditunjukkan dalam Al Qur'an Surat Al An'aam ayat 151 :



























(151)






)

Artinya : Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami
akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatanperbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya). (QS. Al-An'aam : 151).[30]

Ayat ini menjelaskan tentang larangan menyekutukan Allah, perintah memelihara dan
mendidik anak-anak mereka, larangan berbuat keji. Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran
budi pekerti kepada anak-anaknya tentang bagaimana membentuk keluarga yang baik dan
bagaimana memelihara keturunan merupakan hal yang sebenarnya telah ditetapkan oleh Allah.
Oleh karena itu tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak menikah dan tidak membentuk
keluarga sakinah, karena hal itu merupakan perbuatan yang benar-benar telah diatur
berdasarkan petunjuk Allah.
4)

Etika terhadap tetangga


Tetangga merupakan orang yang berada di sekitar kita dan hidup bersama
berdampingan dengan kita. mereka selalu bersama-sama membentuk sebuah masyarakat yang
baik dan saling menghormati dan menjaga diri dan keluarga mereka masing-masing sesuai
dengan aturan yang telah disepakati bersama. Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat An Nisaa'
Ayat 36 :


















(36)

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri. (QS. An-Nisaa' : 36).[31]

Ayat ini menjelaskan tentang perintah berbuat baik kepada tetangga baik yang dekat
maupun yang jauh. Berbuat baik dapat diterjemahkan sebagai perilaku yang baik untuk saling
menghormati dan saling menghargai karena mereka harus hidup untuk saling berdampingan
satu sama lainnya. Perbuatan yang baik kepada tetangga akan membuahkan hasil yang baik
pula yaitu mendapatkan perlakuan yang baik diantara mereka dan mendapatkan ketentraman
hidup selama mereka hidup bermasyarakat.
5) Etika terhadap teman sebaya
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Ia tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu kehadiran teman sangat diperlukan baik
perorangan maupun kelompok. Dalam bahasan ini yang terutama adalah teman sebaya baik
sebaya dari segi usia maupun sebaya dari segi lainnya.
Agar diterima sebagaimana teman atau sahabat maka setiap orang harus dapat
membawa diri, menjaga perasaan serta mengetahui hak-hak yang harus dipenuhi. Seperti
hadits Nabi Muhammad S.A.W. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ;










( )







Artinya : Hak orang Islam terhadap orang lainnya ada 6 (enam) apabila engkau berjumpa dengannya
berilah salam kepadanya, apabila mengundangmu penuhilah undangannya, apabila meminta
nasihat padamu nasihatilah dia, apabila ia bersin lalu memuja Allah S.W.T. maka doakanlah ia
olehmu, apabila ia sakit tengoklah dia dan apabila dia meninggal dunia iringlah dia.[32]

Dalam kehidupan sehari-hari seorang teman harus senantiasa menjaga dan memenuhi
hak-hak yang lain serta dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang dapat diberikan
antara lain dalam bentuk saling membantu atau saling menolong dalam hal-hal yang
dibenarkan oleh agama. Firman Allah S.W.T. dalam Al-Quran surat Al-Maidah Ayat 2 :







(2 : )

Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan janganlah tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS. Al-Maidah : 3).[33]

Demikian Islam telah meletakkan dasar persatuan di kalangan umat Islam. Dengan
dipenuhi hak-hak teman, saling membantu dan menolong serta menghindari sifat-sifat dan
perbuatan yang menjadi sebab perpecahan maka akan terbina kerukunan dan kebersamaan
antar sesama manusia.
6) Etika terhadap masyarakat pada umumnya
Sebagai mahluk sosial yang hidup dalam masyarakat maka setiap manusia harus dapat
menempatkan dirinya pada posisi yang tepat sehingga kehadirannya dapat diterima oleh
masyarakat tersebut, karena di dalam masyarakat inilah sesungguhnya hakikat kehidupan
manusia.
Masyarakat tersusun dari pribadi-pribadi yang beraneka ragam. Agar dapat bergaul
dengan mereka secara baik, menurut pandangan Islam, seorang mumin adalah saudara bagi
mumin lainnya. Tidak hanya memandang kaya atau miskin, berpangkat atau jelata, berkulit
putih atau hitam, semuanya adalah saudara sekeyakinan. Sebagaimana firman Allah S.W.T.
dalam Surat Al-Hujarat : 10













( 10 : )



Artinya : Sesungguhnya orang-orang mumin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antar kedua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (QS. Al-Hujurat: 10).
[34]

C. Hubungan antara Agama dengan Etika Islam


Agama dan etika dalam Islam mempunyai hubungan yang sangat erat,
karena dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang sangat
penting. Hal itu dapat dilihat dalam beberapa hal berikut :
1. Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul dengan maksud utama untuk membina
dan menyempurnakan akhlak.
Tugas nabi yang digariskan dalam sejarah hidupnya cukup menarik simpati manusia
untuk mengikuti dan melaksanakan ajaran-ajaran risalahnya. Karena Risalah yang diajarkan
Nabi Muhammad memberikan informasi tentang faktor-faktor keutamaan akhlak, lengkap
dengan penjelasan aspek-aspeknya.[35]
2.

Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah pernah
mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang baik.

3. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat.
4. Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.
5. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.,
misalnya: shalat, puasa, zakat dan haji.
6. Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan akhlak beliau.
7. Di dalam al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak.[36]
Ayat Al-Quran dan Hadits Nabi saw. banyak mengemukakan akhlak yang diserukan
untuk dipraktekkan, antara lain sabar. Amar maruf dan nahi munkar, adil, kasih sayang,
amanah, ikhlas, jujur, pemaaf dan toleransi. [37]
Pentingnya etika dalam Islam ini juga dapat dilihat dari keberadaan hukum-hukum Islam
yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) Al-Ahkam Al-Itoqdiyah,
yaitu hukum yang berhubungan dengan keimanan kepada Allah, kepada Kitab Allah, kepada
Malaikat Allah, kepada Rasul Allah dan hari akhir. 2) Al-Ahkam al-Khuluqiyah, yaitu hukumhukum yang berkaitan dengan keutamaan-keutaman yang digunakan oleh manusia untuk
menghiasi dirinya, dan keburukan-keburukan yang harus dijauhi olehnya. 3) Al-Ahkam
Al-Amaliyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan pekerjaan orang-orang mukalaf
seperti ibadah, muamalah, jinayat dan lain-lain.[38]
Seanjutnya Abdul Wahab Khalaf menjelaskan bahwa hukum yang pertama, yaitu AlAhkam Al-Itoqdiyah merupakan asas al-din(dasar agama), yang kedua, yaitu Al-Ahkam al-

Khuluqiyahmerupakan mukmil hadza al asas wa mutammuhu (penyempurna dasar yang


pertama, yaitu Al-Ahkam Al-Itoqdiyah), yang ketiga, Al-Ahkam Al-Amaliyah, yang disebut
dengan fiqih.[39]
Pada waktu Islam pertama kali datang di Makkah, orang-orang Makkah tidak diajak
bicara kecuali tentang masalah aqidah dan akhlak, karena penguatan aqidah dan pelurusan
akhlak merupakan dasar yang digunakan sebagai pondasi atas semua pembentukan syariat
dan peraturan-peraturan yang ada.
Hal ini kiranya dapat dimaklumi, bahwa berapapun jumlah peraturan yang ada jika tidak
dilandasi dengan aqidah dan akhlak yang baik, maka peraturan tersebut niscaya tidak akan ada
artinya. Betapa banyak undang-undang yang ada di Indonesia, tapi betapa banyak pula orang
yang melanggar dan mengabaikan undang-undang tersebut karena diantaranya disebabkan
lemahnya aqidah dan rusaknya etika dari para pelakunya.
Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan keberadaan akhlak, bahkan menjadikan
akhlak sebagai penyempurna aqidah -sebagai dasar agama- sebelum diwajibkan hukum
amaliyah bagi umat Islam.
Keberadaan etika atau akhlak dalam Islam merupakan suatu hal yang sangat penting
dan fundamental dalam Islam, karena dengan etika yang baik manusia akan siap dalam
melaksanakan syariat, mentaati perintah, dan mentaati peraturan-peraturan yang wajib ditaati.
Dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang erat antara agama dengan
akhlak atau etika Islam karena akhlak merupakan bagian dari ajaran agama Islam dan sebagai
penyempurna bagi dasar agama Islam.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.

Agama merupakan aturan-aturan atau perundang-undangan yang datangnya dari Tuhan


diturunkan kepada manusia sebagai pedoman hidup di dunia akherat agar memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akherat kelak. Agama (Din) terbagi dua yang sangat jelas bedanya,
yaknidin al-haq dan din al-Bathil. Sedangkan Islam merupakan din al-haq.Dalam pandangan
Al-Quran, agama Islam (din al-Islm) adalah satu-satunya din ciptaan Allah, yang merupakan

aturan untuk seluruh umat manusia tanpa kecuali. Dan sebagai tatanan hidup meliputi seluruh
aspek

hidup

dan

kehidupan,

dari

mulai

masalah

ritual

sampai

kepada

masalahmumalah termasuk masalah sosial budaya, sosial ekonomi, sosial politik, bahkan
sampai kepada masalah kenegaraan. Seseorang yang mengaku muslim atau menganut agama
Islam harus mengikuti tatanan hidup Islam secara kffah ; integratif dan komprehensif apapun
resikonya.
2. Etika merupakan perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dorongan dari luar (orang lain atau
yang lainnya) dan dilakukan dengan penuh nilai baik dan buruk, baik menyangkut perkataan
maupun perbuatan manusia. Sedangkan antara etika, moral dan akhlak, adalah sama, namun
yang menjadi perbedaan adalah etika menggunakan pertimbangan akal pikiran, moral
menggunakan adat kebiasaan yang umum di masyarakat, dan akhlak dari parameter agama.
Dasar etika Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Sedangkan tujuan akhlak pada pokoknya
adalah agar setiap manusia berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai
atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Ditinjau dari perbuatan manusia,
etika

dibedakan

menjadi

dua,

yaitu

akhlakmadzmumah (etika

tercela)

dan

akhlak mahmudah (etika terpuji). Akhlak mahmudah meliputi etika terhadap orang tua, etika
terhadap guru, etika terhadap teman sebaya dan etika terhadap masyarakat pada umumnya.
3. Hubungan antara agama dan etika Islam
Islam sangat memperhatikan keberadaan akhlak, bahkan menjadikan akhlak sebagai
penyempurna aqidah sebelum diwajibkan hukum amaliyah bagi umat islam. Dalam
keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang sangat penting.
Islam sangat memperhatikan keberadaan akhlak, bahkan menjadikan akhlak sebagai
penyempurna aqidah -sebagai dasar agama- sebelum diwajibkan hukum amaliyah bagi umat
Islam.
Keberadaan etika atau akhlak dalam Islam merupakan suatu hal yang sangat penting
dan fundamental dalam Islam, karena dengan akhlak yang baik manusia akan siap dalam
melaksanakan syariat, mentaati perintah, dan mentaati peraturan-peraturan yang wajib ditaati.
Dengan demikian, berarti ada hubungan yang erat antara agama dengan akhlak atau
etika Islam karena akhlak merupakan bagian dari ajaran agama Islam dan sebagai
penyempurna bagi dasar agama Islam.

B. Kata Penutup

Puji syukur Al-Hamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis sangat menyadari, bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran demi perbaikan makalah ini.
Harapan penulis semoga kata makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, penerj. Muhammad Rifai, (Semarang: Wicaksana,
1993).
Aly, Hery Noer & S. Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta, Friska Agung Insani, 2000).
Amin, Ah., Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).
An Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Terjemah Rahman Astuti,
(Bandung: Risalah, 1989).
Anshari, Endang Saifudin, Kuliah Al Islam, (Jakarta: Rajawali, 1986).
Ar, Zahruddin, Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004).
As, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1992).
As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar, Al-Jami'ush-Shaghir, (Surabaya: Al-Hidayah, t.th.).
Ausop, Asep Zaenal, Modul Pendidikan Agama Islam di Institut Teknologi Bandung Pembentukan
Karakter (Character Building), (Bandung: Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi
Bandung, 2005).
Azzarmiji Muhammad bin Ahmad Nabhan, Talimul Mutaalim, (Surabaya: Al-Hidayah, t.th.).
Bakri, Hasbullah, Sistematik Filsafat, (Jakarta: Widjaya, 1992).
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2002).
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004).
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), 2004).

Jatnika, Rachmat, Sistem Etika Islami, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996).


Kahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama, (Jakarta: Pustaka Setia, 2000).
Khollaf, Abdul Wahab Khollaf, Tarikh Tasyri Al-Islami, (Bairut: Dar Al-Fikr, t.th,).
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1999).
Mustafa, Akhlak dan Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003).
Poerwodarminto, WJS., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Razak, Nasruddin, Dienul Islam, (Bandung: Al Maarif, 1993).
Salam, Burhanuddin, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000).
Sauri, Sofyan, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta,
2004).
Soenarjo dkk, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002).
Tatapangarsa, Humaidi, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya : Bina Ilmu, 1984).

http://pascasarjanastainkds.blogspot.my/2013/10/agama-dan-etika-islam_7949.html
ETIKA ISLAM - Suatu Pengenalan
Menurut perspektif Barat, etika Islam dikategorikan sebagai etika keagamaan (religious ethics). Namun,
hakikat sebenarnya konsep dan skop etika Islam lebih jauh daripada itu. Ia tidak terhad kepada hal-hal
keagamaan sahaja, tetapi ruang lingkupnya merangkumi segenap urusan kehidupan manusia.

Etika Islam adalah sinonim dengan akhlak. Menurut para tokoh pemikir Islam, akhlak didefinisikan
sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang dan perbuatan akan lahir daripadanya dengan mudah
tanpa memerlukan pertimbangan fikiran terlebih dahulu. Berdasarkan pengertian tersebut, keadaan
jiwa dalaman seseorang dilihat sebagai pencetus dan penggerak kepada pembinaan sikap dan tingkah
laku luaran. Pengertian ini melayakkan akhlak sebagai istilah yang paling tepat dan lengkap bagi etika
Islam, berbanding istilah-istilah lain seperti nilai, moral dan norma sebagaimana yang diyakini Barat.

Terdapat empat kriteria yang menjadikan etika Islam ini cukup unik dan tersendiri.

Pertama ialah dari segi sumber asasnya. Asas etika Islam adalah bersumberkan sumber ketuhanan (dalil
naqli) iaitu al-Quran dan al-Hadith. Dalam masa yang sama, Islam turut mengiktiraf sumber
kemanusiaan (dalil `aqli) yang terdiri daripada taakulan akal, naluri dan juga pengalaman manusia.
Namun, akal, naluri dan pengalaman ini mestilah digunakan dengan bimbingan wahyu al-Quran dan alHadith itu sendiri. Kombinasi sumber ketuhanan dan sumber kemanusiaan ini menghasilkan etika Islam
yang mantap bagi mendasari segala aktiviti kehidupan manusia.

Berbeza dengan etika Barat, sumber pembentukannya adalah bergantung penuh kepada akal, naluri
dan pengalaman manusia. Keupayaan ketiga-tiga sumber tersebut amat terbatas. Ketiga-tiga sumber
tersebut seringkali dipengaruhi oleh unsur-unsur luar seperti warisan adat tradisi, tekanan pihak
tertentu dan hawa nafsu. Hal ini menyebabkan para moralis Barat cenderung untuk mengetengahkan
teori mengikut pertimbangan peribadi dan pemahaman yang berbeza-beza. Perbezaan fahaman ini
adalah berpunca daripada kegagalan akal, naluri dan pengalaman membuat suatu penilaian yang
seragam dan bersifat sejagat yang boleh diterima oleh semua pihak.

Kedua ialah dari segi skopnya. Etika Islam meliputi aspek teori (majal al-nazar) dan praktis (majal al`amal). Ia tidak hanya melibatkan pemikiran teoritis para ulama silam dalam pelbagai bidang ilmu,
bahkan turut diperincikan dalam bentuk praktikal berhubung kelakuan manusia itu sendiri. Akhlak yang
dipamerkan oleh Rasulullah s.a.w. merupakan model ikutan yang paling tepat. Baginda mempraktikkan
tuntutan akhlak Islam dalam pengurusan diri, rumahtangga, masyarakat mahupun pentadbiran negara.
Gandingan aspek teori dan praktis ini menjadikan etika Islam cukup lengkap untuk dilaksanakan dalam
segenap aspek kehidupan.

Ketiga ialah dari segi rangkuman nilainya. Nilai-nilai dalam etika Islam merangkumi pelbagai aspek dan
dimensi. Bersesuaian dengan sifat Penciptanya yang memiliki segala kesempurnaan, maka nilai-nilai
yang digubal-Nya melambangkan keagungan-Nya, menepati fitrah semulajadi manusia dan mesra
sepanjang zaman. Sesuatu yang dikategorikan sebagai baik atau buruk, betul atau salah itu akan kekal
dan diterimapakai oleh umat manusia sepanjang masa. Ini berbeza dari teori etika Barat yang sentiasa
berubah-ubah dan hanya diterimapakai bagi suatu tempoh masa tertentu sahaja.

Dari sudut kategori nilai, etika Islam meliputi nilai positif (ijabiyah) dan nilai negatif (salbiyah). Nilai
positif merujuk kepada nilai yang memberi kesan baik kepada hati dan diri manusia serta dituntut
untuk diamalkan. Nilai negatif pula meninggalkan kesan yang kurang baik dan wajar dihindari kerana

mendatangkan kemudharatan kepada banyak pihak. Dari aspek hubungan, etika Islam mengambilkira
nilai-nilai dalam hubungan manusia dengan Pencipta (habl min Allah), hubungan sesama manusia (habl
min al-nas) dan hubungan dengan alam sejagat. Dari segi skop nilai, etika Islam meliputi dimensi zahir
(kelakuan) dan batin (kejiwaan) manusia. Etika Islam diinterpretasikan melalui pendekatan lahiriah
iaitu melalui penampilan, sikap, perlakuan dan bahasa, mahupun pendekatan batiniah iaitu melalui
hati.

Keempat ialah dari segi faktor kepatuhannya. Asas kepatuhan Muslim terhadap etika Islam juga cukup
unik. Sesuatu itu bukanlah baik dan buruk secara semulajadi (zatnya), tetapi Allah s.w.t. yang
menetapkan baik atau tidak sesuatu perkara itu. Maka, faktor yang menggalakkan kepatuhan kepada
etika Islam adalah ketaatan dan kepatuhan kepada ajaran Islam itu sendiri. Segala nilai yang dianjurkan
oleh Islam dilaksanakan semata-mata kerana Allah s.w.t. dengan penuh keyakinan, iltizam dan kerelaan
hati, bukan disebabkan oleh peraturan kerja ataupun arahan ketua atasan.

Keempat-empat kriteria di atas memperlihatkan keunikan dan keunggulan etika Islam sejajar dengan
kesyumulan ajaran Islam. Paling menarik, ia memperlihatkan keupayaan etika Islam untuk mengurus
multidimensi kehidupan manusia. Di samping memperoleh kebaikan di dunia, ia turut menjanjikan
kebahagiaan di akhirat kelak (al-falah). Ia ternyata jauh lebih baik daripada etika Barat yang jelas
menafikan hak Allah s.w.t., mengabaikan pembangunan dalaman diri manusia dan hanya
berorientasikan keduniaan. Persoalannya, adakah etika Islam berbeza sama sekali dengan etika Barat?
Apakah wujud persamaan antara keduanya? Perkara ini bakal dikupas dalam kesempatan yang akan
datang, insyaAllah.

http://azzahk.blogspot.my/2007/04/etika-islam-suatu-pengenalan.html

Makalah Agama Tentang Etika Moral Dan Akhlak.

Kata Pengantar

Alhamdulillah,kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.Berkat rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
tema Etika, Moral dan Akhlak.
Makalah ini berisi tentang tata cara penerapan etika dan moral pada umumnya dan akhlak pada
khususnya.Dengan bahasa yang singkat,padat,&mudah dimengerti didasarkan pada dalil-dalil
yang relevan.Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang
menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan makalah.Pembahasan yang menjelaskan
pengertian dan penerapan etika, moral dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. ETIKA
2. MORAL
3. AKHLAK
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan
syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang
hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai
formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,
semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiaptiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat
atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan
halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.
Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau
patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah
yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama
dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia
bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan peranan dari Etika
2. Untuk mengetahui pengertian dari Moral
3. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam dari Akhlak

BAB II
PEMBAHASAN
1. ETIKA
A. Pengertian
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik
buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut
peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika
adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat disebut
sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

B. Etika Dibagi Atas Dua Macam


1. Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
2. Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus
bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal sebenarnya etika dan etiket
merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan.
Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak. Etiket juga terbatas

pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu
sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Sementa itu etika
bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket memandang manusia dipandang
dari segi lahiriah. Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik
atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal
manusia.

C. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:


1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku
manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas
kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap
sebagai orang baik di dalam masyarakat.

D. Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari


1. Etika bergaul dengan orang lain
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah
mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
c) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka
sesuai dengan kemampuan akal mereka.
d) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
e) Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahankesalahannya, dan tahanlah
rasa benci terhadap mereka.

2. Etika bertamu
a) Untuk orang yang mengundang:
- Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orangorang fakir.
- Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan
kewibawaan.
- Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah kegembiraan
dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.
- Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti
menghormatinya.
- Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan tamu
yang baik dan penuh perhatian.

b) Bagi tamu:
- Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang yang
kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap
perasaannya.
- Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya.
- Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal
lebih dari itu.
- Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang terjadi pada
tuan rumah.

3. Etika di jalan
a) Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau
mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur.
b) Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
c) Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa
masuk surga.
d) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.

4. Etika makan dan minum


a) Berupaya untuk mencari makanan yang halal.
b) Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga setelah
makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.
c) Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekalikali mencelanya.
d) Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur.
e) Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar bisa dapat beribadah kepada
Allah, agar kamu mendapat pahala dari makan dan minummu itu.
f) Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri dengan
Alhamdulillah.
g) Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.

5. Etika berbicara
a) Hendaknya pembicaraan selalu di dalam kebaikan..
b) Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang benar
dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari
bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi
siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh
Al-Albani).
c) Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadits
Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan
yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang
berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para sahabat bertanya: Wahai
Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong". (HR. AtTurmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).

d) Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.


e) Menghindari perkataan jorok (keji).
f) Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu.
g) Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk
berbicara.
h) Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak
mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat
mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan.

6. Etika bertetangga
a) Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.
b) Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka
tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah
merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.
c) Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak
mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat
baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
d) Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.
e) Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia bila
mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.
f) Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.

8. Etika menjenguk orang sakit


a) Untuk orang yang berkunjung (menjenguk):
- Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk berkunjung,
dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan
membahagiakannya.
- Mendo`akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan disehatkan.
- Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah SWT.
b) Untuk orang yang sakit:
- Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih.
- Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya adalah makhluk
yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa
Ta'ala tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak mem-butuhkan ketaatannya.
- Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan olehnya, dan
segera mem-bayar/menunaikan hak-hak dan kewajiban kepada pemi-liknya, dan menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya.

9. Etika Berbeda Pendapat


a) Ikhlas dan mencari yang hak serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat.
b) Juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.
c) Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan Sunnah.

d) Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu denga cara
menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran
yang baik.
e) Berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah
penelitian yang dalam dan difikirkan secara matang.
f) Sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah.
g) Berpegang teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan, bantah membantah dan
kasar menghadapi lawan.

10. Etika Berkomunikasi Lewat Telepon


a) Hendaknya penelpon memulai pembicaraannya dengan ucapan Assalamualaikum, karena dia
adalah orang yang datang, maka dari itu ia harus memulai pembicaraannya dengan salam dan
juga menutupnya dengan salam.
b) Pilihlah waktu yang tepat untuk berhubungan via telepon, karena manusia mempunyai
kesibukan dan keperluan, dan mereka juga mempunyai waktu tidur dan istirahat, waktu makan
dan bekerja.
c) Jangan memperpanjang pembicaraan tanpa alasan, karena khawatir orang yang sedang
dihubungi itu sedang mempunyai pekerjaan penting atau mempunyai janji dengan orang lain.
d) Maka hendaknya wanita berhati-hati, jangan berbicara diluar kebiasaan dan tidak melantur
berbicara dengan lawan jenisnya via telepon, apa lagi memperpanjang pembicaraan,
memperindah suara, memperlembut dan lain sebagainya.

2. MORAL
A. Pengertian
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos
yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral
adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk,
benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat
mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau
dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan
adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan
demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan

etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia
adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.

B. Perbedaan Antara Etika dan Moral


Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral
atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk
pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam
kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat
diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat
bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih
mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut
telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri.
Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada
dorongan atau paksaan dari luar.

3. AKHLAK
A. Pengertian
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan)
dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang
diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan
bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan
perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Sedangkan sebagaian ulama
yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan
sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah
menjadi budaya sehari-hari.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia. Akhlak yang
buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat manusia.
Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan orang
lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan

membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi S.A.W.bersabda yang bermaksud: "Orang
Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya."(H.R.Ahmad).
Nabi S.A.W.bersabda yang maksudnya:"Sesungguhnya aku diutus adalah untuk
menyempurnakan budipekerti yang mulia."(H.R.Ahmad).
Wa innaka la'ala khuluqin 'adzim, yang artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di
atas budi pekerti yang agung (Al Qalam:4).
Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:
1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.

B. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap perintah
Allah.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.
c) Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah
dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan
angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah.

2. Akhlak kepada diri sendiri


a) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu
dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
b) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

c) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda,
kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan
dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga


Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga
yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik
kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan
dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
a) Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata
sopan dan lemah lembut
b) Mentaati perintah
c) Meringankan beban, serta
d) Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

4. Akhlak kepada sesama manusia


a) Akhlak terpuji (Mahmudah)
1) Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap
seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan RasulNya antara lain:
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk
kebaikan manusia.
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama
manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan
berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.
2) Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam
pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Allah berfirman , Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya, dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil. (Q.S. Al
Isra/17:24)
Ayat di atas menjelaskan perintah tawaduk kepada kedua orang tua.
3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia. Allah
berfirman, Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S.Alkafirun/109: 6)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang
diyakini.
4) Taawun

Taawun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengansesama manusia.
Allah berfirman, ...dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...(Q.S. Al Maidah/5:2)
b) Akhlak tercela (Mazmumah)
1) Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain
beruntung. Allah berfirman, Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan
Allah kepada sebagian kamu atassebagian yang lain.(Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa
yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari mereka usahakan.
Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya... (Q.S. AnNisa/4:32)
2) Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan. Allah
berfirman, Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik
bagi orang yang sabar (Q.S. An Nahl/16:126)
3) Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila
kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan
apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Allah
berfirman, ...dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah
ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik... (Q.S. Al Hujurat/49:12).
4) Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu
benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya. Allah berfirman,
Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu
berita maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (Q.S. Al
Hujurat/49:6).
D. PERBEDAAN ETIKA,MORAL DAN AKHLAK
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau
standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan
Al Quran dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau
kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu
baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika
bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam
pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu
akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus
ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul
sebagaimana disabdakannya : Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia.(Hadits riwayat Ahmad).

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari aqidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah
telah mendorong pelaksanaan syariat akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak
merupakan perilaku yang tampak apabila syariat Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral
biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan
perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.
Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam
pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya
adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu anhu seorang sahabat yang mulia
menyatakan: Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi
pekertinya. (HR.Bukhari dan Muslim).

B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat
menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan
sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk
kedalam golongan kaumnya.
http://nurdinfivers1.blogspot.my/2014/02/makalah-agama-tentang-etika-moraldan.html

Pengantar
Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat penting.
Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah/ibadah. Ibarat
pohon, akhlak merupakan buah kesempurnaan dari pohon tersebut setelah akar dan batangnya kuat.
Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan
syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter yang sebenarnya memiliki
esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang.

Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini
membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini
bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya
membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan
pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan
syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan syariah), Nabi dapat
merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam pada waktu itu.

Tujuan dari kajian tentang akhlak ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman yang baik
tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya memiliki komitmen (moral
feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari (moral action). Dengan
kajian ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki sikap, moral, etika, dan karakter keagamaan yang baik
yang dapat dijadikan bekal untuk mengamalkan ilmu yang ditekuninya di kehidupannya kelak di tengah
masyarakat.

Pengertian Akhlak
Secara etimologi, istilah Akhlak berasal dari bentuk jamak khuluk yang berarti watak, tabiat, perangai dan
budi pekerti. Imam al-Ghazali memberi batasan khuluk sebagai : Khuluk adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa pertimbangan dan
pemikiran mendalam. Dari pengertian ini, suatu perbuatan dapat disebut baik jika dalam melahirkan
perbuatan-perbuatan baik itu dilakukan secara spontan dan tidak ada paksaan atau intervensi dari orang
lain.

Ibnu Miskawaih dalam kitab Tahdzibul Akhlak menjelaskan bahwa khuluk ialah keadaan gerak jiwa yang
mendorong kearah melakukan perbuatan tanpa pertimbangan dan pemikiran. Dalam buku tersebut
dijelaskan bahwa gerak jiwa meliputi dua hal. Pertama, alamiah dan bertolak dari watak seperti adanya
orang yang mudah marah hanya karena masalah sepele atau tertawa berlebihan karena mendengar
berita yang tidak memprihatinkan. Kedua, keadaan jiwa yang tercipta melalui kebiasaan, atau latihan.
Pada awalnya keadaan tersebut terjadi karena dipikirkan dan dipertimbangkan, namun pada tahapan
selanjutnya keadaan tersebut menjadi satu karakter yang melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan
masak-masak. Oleh karena itu, pendidikan akhlak sangat diperlukan untuk mengubah karakter manusia
dari keburukan ke arah kebaikan.

Hubungan Antara Akidah Dengan Akhlak


Sesuai dengan pengertian di atas, akhlak merupakan manifestasi iman, Islam dan Ikhsan sebagai refleksi
sifat dan jiwa yang secara spontan dan terpola pada diri seseorang sehingga melahirkan perilaku yang
konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan berdasarkan keinginan tertentu. Semakin kuat dan
mantap keimanan seseorang, semakin taat beribadah maka akan semakin baik pula akhlaknya. Dengan
demikian, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan ibadah dan tidak pula dapat dipisahkan dengan akidah
karena kualitas akidah akan sangat berpengaruh pada kualitas ibadah yang kemudian juga akan sangat
berpengaruh pada kualitas akhlak.
Akidah dalam ajaran Islam merupakan dasar bagi segala tindakan muslim agar tidak terjerumus kedalam
perilaku-perilaku syirik. Syirik disebut sebagai kezaliman karena perbuatan itu menempatkan ibadah tidak
pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya. Oleh karena itu muslim
yang

baik

akan

menjaga

segala

ryang

memiliki

akidah

yang

benar,

ia

akan

mampu

mengimplementasikan tauhid itu dalam bentuk akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Allah berfirman
dalam surat Al-Anam (06) : 82 :

Artinya : Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.

Orang yang mendapat petunjuk adalah mereka yang tahu bersyukur, sehingga perbuatan mereka
senantiasa sesuai dengan petunjuk Allah. Inilah yang dimaksud dengan akhak mulia. Dengan demikain
ada hubungan yang amat erat antara akidah dengant akhlak, bahkan keduanya tidak dapat dipisahkan.

Sumber Akhlak
Pembicaraan tentang Akhlak berkaitan dengan persoalan nilai baik dan buruk. Oleh karena itu ukuran
yang menjadi dasar penilaian tersebut harus merujuk pada nilai-nilai agama Islam. Dengan demikian,
ukuran baik buruknya suatu perbuatan harus merujuk pada norma-norma agama, bukan sekedar
kesepakatan budaya. Kalau tidak demikian, norma-norma akan berubah seiring dengan perubahan

budaya, sehingga sesuatu yang baik dan sesuai dengan agama bisa jadi suatu saat dianggap buruk pada
saat bertentangan dengan budaya yang ada.

Dalam Islam, akhlak menjadi salah satu inti ajaran. Fenomena ini telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat alQalam (4) :

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Keseluruhan akhlak Rasulullah ini juga diungkapkan oleh Aisyah r.a. saat ditanya tentang akhlak Nabi.
Saat itu Aisyah berkata : Akhlak Nabi adalah Al Quran. Demikian juga disebutkan dalam Al Quran surat
Al Ahzab (33) : 21.

Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Dengan demikian bagi umat Islam, untuk menunjuk siapa yang layak dicontoh tidak perlu sulit sulit,
cukuplah berkiblat kepada akhlak yang ditampilkann oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis
dinyatakan : orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik budi
pekertinya (HR. Ahmad dari Abu Hurairah). Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh at Turmudzi
dari Jabir r.a., Rasulullah menyatakan : Sungguh di antara yang paling aku cintai, dan yang paling dekat
tempat duduknya dengan aku kelak pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara
kamu.

Merujuk pada paparan di atas, sumber akhlak bagi setiap muslim jelas termuat dalam Al Quran dan
hadis Nabi. Selain itu, sesuai dengan hakekat kemanusiaan yang dimilikinya, manusia memiliki hati
nurani (qalbu) yang berfungsi sebagai pembeda antara perbuatan baik dan buruk. Hal tersebut sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat Wabishah tatkala beliau bertanya
tentang kebaikan (al-birr) dan dosa (al-itsm) dalam dialog seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sebagai berikut :

Hai Wabishah, bertanyalah kepada hatimu sendiri, kebaikan adalah sesuatu yang jika kamu lakukan,
jiwamu merasa tentram, sedang dosa adalah sesuatu yang jika kamu lakukan, jiwamu bergejolak dan
hatimu pun berdebar debar meskipun orang banyak memberi tahu kepadamu (lain dari yang kamu
rasakan).

Berkaitan dengan hati nurani, muncul persoalan, dapatkah dijamin bahwa hati nurani selalu dominan
dalam jiwa manusia sehingga suaranya selalu didengar, mengingat dalam diri manusia terdapat dua
potensi yang selalu bertolak belakang yaitu potensi yang mengarah kepada kebaikan (taqwa) dan potensi
yang mengarah pada keburukan (al-fujur), dimana kekuatan yang lebih menonjol tentunya menjadi
dominan dalam mempengaruhi keputusan suatu persoalan.

Oleh karena itu, agar hati nurani seorang muslim selalu dalam kondisi kepada kebaikan, maka ia harus
selalu disucikan. Seorang muslim perlu menjaga rutinitas dan kontinuitas ibadah, berusaha untuk selalu
mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah, membaca sejarah orang orang terdahulu serta selalu berusaha
untuk saling menasehati dengan sesamanya.

Macam-macam Akhlakul Karimah


Dalam Al Quran dan hadis banyak dijelaskan bagaimana perilaku (akhlak) yang sesuai dengan aturan
Islam. Seperti misalnya di dalam Al Quran surat Asy-Syams (91) : 7-10 yang berbunyi :

Artinya : Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Ayat di atas menjelaskan bahwa barang siapa ingin mencapai kebahagiaan hidup, hendaknya dia
mensucikan jiwanya dari sifat sifat tercela dan berusaha memiliki ketakwaan yang tinggi. Artinya, dia
harus selalu berusaha meningkatkan ketakwaan dengan cara yang benar.

Ayat lain di dalam Al Quran mengajarkan kepada manusia untuk menahan hawa nafsunya, sebagaimana
terdapat dalam surat an-Naaziat (79) : 40-41 yang berbunyi :

Artinya : Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).

Dalam Al Quran surat Ali Imron (3) : 200, Allah swt berfirman

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah
bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

Ayat di atas mengajarkan kepada manusia untuk tetap tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai
ujian dan cobaan yang menimpa dirinya dalam kehidupannya.

Al Quran surat at-Taubah (09) : 119 mengajarkan kepada manusia untuk bertakwa dan jujur dalam setiap
perbuatan.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orangorang yang benar.

Jujur hendaknya tidak hanya kepada orang lain, tetapi juga terhadap diri sendiri. Salah satu perilaku jujur
misalnya saat menjalani ujian semester. Sebagai seorang muslim, hendaklah mahasiswa tidak tergoda
untuk berlaku curang dengan cara menyontek atau menekan dosen yang mengajar untuk memberi nilai
yang diinginkannya, padahal tidak sesuai dengan kemampuan dirinya.

Dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja
profesional sesuai dengan ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya. Salah satu hadis yang diriwayatkan
oleh imam Malik, Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Turmudzi dan Nasai dari Abu Hurairah yang
menyatakan : Sungguh, seandainya kamu mencari kayu seikat yang dibawa di atas punggung (untuk
kemudian dijual) , lebih baik bagimu daripada minta minta kepada seseorang yang mungkin diberi atau
ditolak.
Hadis ini dengan tegas melarang umat Islam untuk menjadi pengemis, yang bekerja dengan
mengandalkan belas kasihan orang lain.

Berkaitan dengan berbagai bentuk akhlakul karimah, Ibnu Miskawaih menunjukkan berbagai macam
kebajikan sebagai berikut:

1. Kearifan

Pandai (al-dzaka), kecepatan dalam mengembangkan kesimpulan yang melahirkan pemahaman

Ingat (al-dzikru), kecepatan dan kemampuan berimajinasi

Berfikir (al-taaqqul), kemampuan untuk menyesuaikan antara ide dengan realitas

Kejernihan pikiran (shafau al-dzihni), kesiapan jiwa menyimpulkan hal yang dikehendaki.

Ketajaman dan kekuatan otak (jaudat al-dzihni), kemampuan jiwa untuk merenungkan masa lalu
atau sejarah.

Kemampuan belajar dengan mudah (suhulat at-taallum), kekuatan dan ketajaman jiwa dalam
memahami sesuatu.

2. Kesederhanaan

Rasa malu (al-haya)

Tenang (al-daat)

Sabar (as-shabru)

Dermawan (al-sakha)

Integritas (al-hurriyah)

Puas (al-qanaah)

Loyal (al-damatsah)

Berdisiplin diri (al-intizham)

Optimis atau berpengharapan baik (husn-al-huda)

Kelembutan (al-musalamah)

Anggun berwibawa (al-wiqar)

Wara

3. Keberanian

Kebesaran jiwa

Tegar

Ulet

Tabah

Menguasai diri

Perkasa

4. Kedermawanan

Murah hati (al-karam)

Mementingkan orang lain (al-itsar)

Rela (al-nail)

Berbakti (al-muwasah)

Tangan terbuka (al-samahah)

5. Keadilan

Bersahabat

Bersemangat sosial (al-ulfah)

Silaturrahmi

Memberi imbalan (mukafaah)

Baik dalam bekerja sama (husn al-syarikah)

Kejelian dalam memutuskan persoalan (husn al-qadha)

Cinta (tawaddu)

Beribadah kepada Allah

Taqwa kepada Allah

Muhammad Iqbal menjelaskan bahwa untuk mencapai martabat manusia sempurna, manusia harus
memiliki syarat syarat sebagai berikut:
1. Isyqo Muhabbat, artinya kecintaan yang sangat mendalam kepada Allah yang akan melahirkan
rasa kasih sayang terhadap makhluk-makhluk-Nya.
2. Syajaah, artinya keberanian yang tertanam di dalam pribadi seseorang sehingga berani beramar
maruf nahi munkar.
3. Faqr, artinya orang yang memiliki pendirian yang teguh dan perwira sehingga mempunyai rasa
kemandirian yang tinggi, tidak suka tergantung kepada orang lain.
4. Tasamuh (toleransi), artinya semangat tenggang rasa yang ditebarkan diantara sesama
manusia sehingga mencegah terjadinya konflik yang berkepanjangan.
5. Kasbi halal, artinya usaha-usaha yang sesuai dengan ketentuan agama (halal).
6. Kreatif, artinya selalu mencari hal-hal barun untuk meingkatkan kualitas kehidupan.

Ancaman Akhlak Dalam Kehidupan Modern


Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa paling tidak ada tiga macam ancaman terhadap akhlak manusia
dalam kehidupan modern dewasa ini, yaitu ananiyyah, madiyyah dan nafiyyah.

Ananiyyah artinya individualisme, yaitu faham yang bertitik tolak dari sikap egoisme, mementingkan
dirinya sendiri, sehingga mengorbankan orang lain demi kepentingannya sendiri. Orang orang yang
berpendirian semacam ini tidak memiliki semangat ukhuwah Islamiyah, rasa persaudaraan dan toleransi
(tasamuh) sehingga sulit untuk merasakan penderitaan orang lain. Padahal seseorang baru dikatakan
berakhlak mulia tatkala ia memperhatikan nasib orang lain juga.

Madiyyah artinya sikap materialistik yang lahir dari kecintaan pada kehidupan duniawi yang berlebihan.
Hal demikian dijelaskan oleh Allah dalam Al Quran surat Hud (11) : 15-16 yang berbunyi :

Artinya : Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak
akan dirugikan., Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.

Nafiyyah artinya pragmatis yaitu menilai sesuatu hanya berdasarkan pada aspek kegunaan semata.
Ketiga ancaman terhadap akhlak mulia ini hanya akan dapat diatasi manakala manusia memiliki pondasi
aqidah yang kuat dan senantiasa melakukan amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

REFERENSI

Al-Quran al-Karim

Marzuki, Dr. M.Ag, Buku PAI UNY.

M. Junaidi Sahal, 1421 H, Seri Kumpulan Materi Aqidah Islam, Surabaya : MPPU Madani .

Nasruddin Razak, 1996, Dienul Islam, Bandung : PT. Almaarif. Cet. 13.

Tim UII, 2002, Menuju Kemantapan Tauhid dengan Ibadah dan Akhlakul Karimah, Yogyakarta :
http://www.totaltren.com/2015/01/mengenal-konsep-akhlak-dalam-islam.html

AKHLAK DALAM ISLAM


Konsep Akhlak
Walaupun manusia boleh dipisahkan daripada bidang ilmu atau pemikiran, bahkan juga
boleh dipisahkan daripada agama dan kepercayaan, tetapi tidak boleh dipisahkan dengan
akhlak atau moral. Ini kerana setiap perbuatan, amalan atau tindakan yang diambil tidak
terlepas atau terkeluar daripada lingkungan hukuman sama ada terhadap dirinya atau orang
lain ataupun benda lain iaitu adakah baik atau tidak segala tindakan tersebut. Jika baik

jawapannya perkara itu akan dilakukan tetapi jika jahat perkara itu akan ditinggalkan. Itulah
akhlak yang baik. Tetapi jika sebaliknya yang dilakukan itulah akhlak yang buruk.
Dari sini ternyata kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia sehingga di kalangan orang
yang tidak bermoral mereka merasakan perlu adanya suatu akhlak yang diakui bersama
oleh mereka supaya dapat mengatur kehidupan yang lebih baik menurut pandangan
mereka.
Islam merangkumi aqidah, dan syariat itu mengandungi roh akhlak. Akhlak adalah roh
kepada risalah Islam sementara syariat adalah lembaga jelmaan daripada roh tersebut. Ini
bererti Islam tanpa akhlak seperti rangka yang tidak mempunyai isi, atau jasad yang tidak
bernyawa. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Islam itu akhlak yang baik". Begitu juga
sabda Baginda yang bermaksud : "Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya selain
daripada akhlak yang mulia."

Pengertian Akhlak
Akhlak dari segi bahasa : berasal daripada perkataan 'khulq' yang bererti perilaku,
perangai atau tabiat. Maksud ni terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak
Rasulullah saw yang bermaksud :"Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran." Akhlak
Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan,
pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan
ajaran al-Quran.
Akhlak dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pertimbangan terlebih dahulu."
Menurut Ibnu Maskawih, "Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal fikiran terlebih dahulu."
Menurut Profesor Dr Ahmad Amin, "Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan dan ia akan
menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan."
Daripada definisi tersebut dapat kita fahami bahawa akhlak merupakan suatu perlakuan
yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya pemikiran di
dalam melakukan sesuatu tindakan.

Perbezaan Akhlak, Moral dan Etika


Yang dimaksudkan dengan akhlak secara umum ialah sistem atau tingkah laku manusia
yang bersumberkan kepada asas wahyu atau syarak. Sementara yang dimaksudkan dengan

etika ialah sistem tingkah laku manusia yang selain daripada wahyu, tegasnya yang
bersumberkan falsafah. Kata etika berasal daripada bahasa Inggeris "Ethic" dan bahasa
Greek "Ethos" yang membawa maksud nilai-nilai atau perkara yang berkaitan dengan sikap
yang menentukan tingkah laku sesuatu golongan.
Kata moral pula ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah
ditentukan oleh etika sama ada baik atau jahat dinamakan moral. Moral ini terbahagi kepada
dua iaitu baik dan jahat. Yang baik ialah segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika
sebagai baik. Danyang jahat ialah tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai jahat.

Perbezaan Antara Akhlak dan Moral @ Etika


i) Akhlak merupakan satu sistem yang menilai tindakan zahir dan batin manusia manakala
moral ialah satu sistem yang menilai tindakan zahir manusia sahaja.
ii) Akhlak mencakup pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan manusia
dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk lain manakala moral
mencakupi pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan manusia dengan
manusia sahaja.
iii) Nilai-nilai akhlak ditentukan oleh Allah swt melalui al-Quran dan tunjuk ajar oleh
Rasulullah saw manakala moral ditentukan oleh manusia.
iv) Nilai-nilai akhlak bersifat mutlak, sempurna dan tetap manakala nilai-nilai moral bersifat
relatif, subjektif dan sementara.

Contoh-contoh Perbezaan Antara Akhlak dan Moral


1. Pakaian : Menurut Islam pakaian bagi seseorang muslim mestilah menutup aurat.
Seandainya mereka tidak menutup aurat maka ia telah dianggap sebagai orang yang tidak
berakhlak kerana telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Berbeza
dengan moral, jika seseorang itu mendedahkan aurat tetapi masih mempunyai perlakuan
yang baik, maka mereka masih dianggap bermoral oleh sesetengah pihak.
2. Pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan : Fenomena seumpama ini sudah
menjadi suatu lumrah bai masyarakat di Barat dan masyarakat kita. Berdasarkan penilaian
Barat perkara ini masih dianggap bermoral, sebaliknya jika dilihat dari sudut akhlak Islam,
perlakuan sedemikian sudah dianggap tidak berakhlak.
3. Bersalaman : Bersalaman di antara lelaki dan perempuan yang bukan mahramnya
adalah haram menurut Islam walaupun tujuannya untuk merapatkan hubungan. Tetapi
perkara ini dibolehkan dalam sistem moral.

Skop Akhlak Islam


Skop akhlak Islam adalah luas merangkumi segenap perkara yang berkaitan dengan
kehidupan manusia sama ada hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
manusia dan hubungan manusia dengan makhluk lain.
a) Akhlak dengan Allah : Antara ciri-ciri penting akhlak manusia dengan Allah swt ialah :
o

Beriman kepada Allah : iaitu mengakui, mempercayai dan meyakini bahawa Allah
itu wujud serta beriman dengan rukun-rukunnya dan melaksanakan tuntutantuntutan di samping meninggalkan sebarang sifat atau bentuk syirik terhadapnya.

Beribadah atau mengabdikan diri, tunduk, taat dan patuh kepada Allah :
iaitu melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangannya dengan
ikhlas semata-mata kerana Allah swt.

Sentiasa bertaubat dengan tuhannya : iaitu apabila seseorang mukmin itu


terlupa atau jatuh kepada kecuaian dan kesilapan yang tidak seharusnya berlaku lalu
ia segera sedar dan insaf lalu meminta taubat atas kecuaiannya.

Mencari keredhaan Tuhannya : iaitu sentiasa mengharapkan Allah dalam segala


usaha dan amalannya. Segala gerak geri hidupnya hanyalah untuk mencapai
keredhaan Allah dan bukannya mengharapkan keredhaan manusia walaupun kadang
kala terpaksa membuat sesuatu kerja yang menyebabkan kemarahan manusia.

Melaksanakan perkara-perkara yang wajib, fardhu dan nawafil.

Redha menerima Qadha' dan Qadar Allah : Sabda Rasulullah saw yang
bermaksud : "Apabila mendapat kesenangan dia bersyukur dan apabila dia ditimpa
kesusahan dia bersabar maka menjadilah baik baginya."

b) Akhlak dengan manusia :


o

Akhlak dengan Rasulullah : iaitu beriman dengan penuh keyakinan bahawa nabi
Muhammad saw adalah benar-benar nabi dan Rasul Allah yang menyampaikan
risalah kepada seluruh manusia dan mengamalkan sunnah yang baik yang berbentuk
suruhan ataupun larangan.

Akhlak dengan ibubapa : iaitu berbuat baik (berbakti) ke pada ibu bapa. Berbuat
baik di sini mengandungi erti meliputi dari segi perbuatan, perkataan dan tingkah
laku. Contohnya berkata dengan sopan dan hormat, merendahkan diri, berdoa untuk

keduanya dan menjaga keperluan hidupnya apabila mereka telah uzur dan
sebagainya. Firman Allah swt yang bermaksud : " Kami perintahkan manusia berbuat
baik kepada kedua ibu bapa."
o

Akhlak dengan guru : Maksud dari sebuah hadith Nabi saw: "Muliakanlah orang
yang kamu belajar daripadanya." Setiap murid dikehendaki memuliakan dan
menghormati gurunya kerana peranan guru mengajarkan sesuatu ilmu yang
merupakan perkara penting di mana dengan ilmu tersebut manusia dapat
menduduki tempat yang mulia dan terhormat dan dapat mengatasi berbagai
kesulitan hidup sama ada kehidupan di dunia ataupun di akhirat.

Akhlak kepada jiran tetangga : Umat Islam dituntut supaya berbuat baik terhadap
jiran tetangga. Contohnya tidak menyusahkan atau mengganggu mereka seperti
membunyikan radio kuat-kuat, tidak membuang sampah di muka rumah jiran, tidak
menyakiti hati mereka dengan perkataan-perkataan kasar atau tidak sopan dan
sebagainya. Malah berbuat baik terhadap jiran tetangga dalam pengertiannya itu
dapat memberikan sesuatu pemberian kepada mereka sama ada sokongan moral
atau material.

Akhlak suami isteri : Firman Allah swt yang bermaksud : "Dan gaulilah olehmu
isteri-isteri itu dengan baik."

Akhlak dengan anak-anak : Islam menetapkan peraturan terhadap anak-anak.


Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Kanak-kanak lelaki disembelih aqiqahnya
pada hari ketujuh dari kelahirannya dan diberi nama dengan baik-baik dan
dihindarkan ia daripada perkara-perkara yang memudharatkan. Apabila berusia
enam tahun hendaklah diberi pengajaran dan pendidikan akhlak yang baik."

Akhlak dengan kaum kerabat : Firman Allah yang bermaksud : "Sesungguhnya


Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan dan memberi kepada kaum
kerabat."

c) Akhlak terhadap makhluk selain manusia :


o

Malaikat :Akhlak Islam menuntut seseorang muslim supaya menghormati para


malaikat dengan menutup kemaluan walaupun bersendirian dan tidak ada orang lain
yang melihat.

Jin : Adab terhadap golongan jin antaranya Rasulullah melarang membuang hadas
kecil di dalam lubang-lubang di bumi kerana ia adalah kediaman jin. Sabda Rasulullah
saw yang bermaksud :"Jangan kamu beristinjak dengan tahi kering dan jangan pula

dengan tulang-tulang kerana sesungguhnya tulang-tulang itu adalah makanan


saudara kamu dari kalangan jin."
o

Haiwan ternakan : Haiwan yang digunakan untuk membuat kerja, maka tidak boleh
mereka dibebani di luar kesanggupan mereka atau dianiaya atau disakiti. Malah
ketika hendak menyembelih untuk dimakan sekalipun, maka hendaklah
penyembelihan dilakukan dengan cara yang paling baik iaitu dengan menggunakan
pisau yang tajam, tidak mengasah pisau di hadapan haiwan tersebut atau
menyembelih haiwan di samping haiwan-haiwan yang lain.

Haiwan bukan ternakan : tidak menganiayai haiwan-haiwan bukan ternakan


seperti mencederakannya dengan menggunakan batu dan sebagainya.

Alam : Manusia diperintahkan untuk memakmurkan sumber-sumber alam demi


kebaikan bersama. Islam menetapkan bahawa alam ini tidak boleh dicemari dengan
kekotoran yang boleh merosakkan kehidupan manusia dan kehidupan lainnya.

Sumber Akhlak Islam


Dalam Islam akhlak adalah bersumber dari dua sumber yang utama iaitu al-Quran dan alSunnah. Ini ditegaskan leh Rasulullah saw dalam sepotong hadith yang
bermaksud : "Sesungguhnya aku diutuskan hanya semata-mata untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia."
Allah swt telah memuji Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam
al-Quran, firman Allah swt yang bermaksud : "Sesungguhnya engkau seorang memiliki
peribadi yang agung (mulia)."

Kedudukan Akhlak dalam Islam


Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dalam agama Islam. Antaranya :
o

Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara perutusan utama
Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Sesungguhnya aku
diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Pernyataan Rasulullah itu
menunjukkan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam.

Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang mana akhlak


yang baik dapat memberatkan timbangan amalan yang baik. Begitulah juga
sebaliknya. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Tiada sesuatu yang lebih berat
dalam daun timbangan melainkan akhlak yang baik."

Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin. Sabda Rasulullah


saw yang bermaksud : "Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah
yang paling baik akhlaknya."

Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh
merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Akhlak yang baik
mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan
seperti cuka merosakkan madu."

Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji
Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman
Allah swt yang bermaksud :"Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki peribadi
yang agung )mulia)." Pujian allah swt terhadap RasulNya dengan akhlak yang mulia
menunjukkan betapa besar dan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam. Banak
lagi ayat-ayat dan hadith-hadith Rasulullah saw yang menunjukkan ketinggian
kedudukan akhlak dan menggalakkan kita supaya berusaha menghiasi jiwa kita
dengan akhlak yang mulia.

Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam sebuah hadith
diterangkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw : "Wahai
Rasulullah, apakah itu agama?" Rasulullah menjawab : "Akhlak yang baik."

Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada


neraka sebaliknya akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu jauh dari syurga.
Sebuah hadith menerangkan bahawa, "Si fulan pada siang harinya berpuasa dan
pada malamnya bersembahyang sedangkan akhlaknya buruk, menganggu jiran
tetangganya dengan perkataannya. Baginda bersabda : tidak ada kebaikan dalam
ibadahnya, dia adalah ahli neraka."

Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakan asas akhlak
seseorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah seolah-olah kita melihatNya
kerana walauun kita tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihat kita.

Kepentingan Akhlak dalam Kehidupan Manusia


Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak
berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah
seperti jasad yang tidak bernyawa. Oleh itu salah satu misi yang dibawa oleh Rasulullah saw
ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang
terdahulu ekoran penyembahan berhala oleh pengikutnya yang telah menyeleweng.

Hal ini juga berlaku pada zaman jahiliyyah yang mana akhlak manusia telah runtuh
berpunca daripada mewarisi perangai umat yang terdahulu dengan tradisi meminum arak,
membuang anak, membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati, menindas, suka memulau
kaum yang rendah martabatnya dan sebagainya. Dengan itu mereka sebenarnya tidak
berakhlak dan tidak ada bezanya dengan manusia yang tidak beragama.
Akhlak juga merupakan nilai yang menjamin keselamatan daripada api neraka. Islam
menganggap mereka yang tidak berakhlak tempatnya dia dalam neraka. Umpamanya
seseorang itu melakukan maksiat, menderhaka kepada ibu bapa, melakukan kezaliman dan
sebagainya, sudah pasti Allah akan menolak mereka daripada menjadi ahli syurga.
Selain itu, akhlak juga merupakan ciri-ciri kelebihan di antara manusia kerana
ianya lambang kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan kealiman seseorang manusia
yang berakal. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Orang yang
sempurna imannya ialah mereka yang paling baik akhlaknya."
Kekalnya sesuatu ummah juga kerana kukuhnya akhlak dan begitulah juga runtuhnya
sesuatu ummah itu kerana lemahnya akhlaknya. Hakikat kenyataan di atas dijelaskan dalam
kisah-kisah sejarah dan tamadun manusia melalui al-Quran seperti kisah kaum Lut, Samud,
kaum nabi Ibrahim, Bani Israel dan lain-lain. Ummah yang berakhlak tinggi dan sentiasa
berada di bawah keredhaan dan perlindungan Allah ialah ummah yang seperti di Madinah
pada zaman Rasulullah saw.
Ketiadaan akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan menyebabkan
berlaku pelbagaikrisis dalaman dan luaran seperti krisis nilai diri, keruntuhan
rumahtangga, masyarakat belia yang mundur dan boleh membawa kepada kehancuran
sesebuah negara. Presiden Perancis ketika memerintah Perancis dulu pernah
berkata : "Kekalahan Perancis di tangan tentera Jerman disebabkan tenteranya runtuh moral
dan akhlak."
Pencerminan diri seseorang sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang
ditunjukkan. Malahan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang sebagaimana aqidah
merupakan tunjang agama, syariat merupakan cabang dan rantingnya manakala akhlak
adalah yang mewarnai seperti bunga-bungaan yang menyerikan hiasan pokok tersebut.
Akhlak tidak dapat dibeli atau dinilai dengan wang ringgit Ia wujud di dalam diri seseorang
hasil daripada didikan kedua ibu bapa atau penjaga serta pengaruh dari masyarakat
sekeliling mereka. Jika sejak kecil kita didedahkan dengan akhlak yang mulia, maka secara
tidak langsung ia akan mempengaruhi tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari hinggalah
seterusnya.
Proses pembentukan sesebuah masyarakat adalah sama seperti membina sebuah
bangunan. Kalau dalam pembinaan bangunan, asasnya disiapkan terlebih dahulu, begitu

juga dengan membentuk masyarakat mesti dimulakan dengan pembinaan asasnya terlebih
dahulu. Jika kukuh asas yang dibina maka tegaklah masyarakat itu. Jika lemah maka
robohlah apa-apa sahaja yang dibina di atasnya.
Akhlak amat penting kerana merupakan asas yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika
memulakan pembentukan masyarakat Islam. Sheikh Mohamad Abu Zahrah dalam kitabnya
Tanzim al-Islam Li al-Mujtama' menyatakan bahawa budi pekerti atau moral yang mulia
adalah satu-satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia yang berhati bersih,
ikhlas dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada kebaikan dan benci kepada
kejahatan.

Ciri-ciri Akhlak Islam


1. Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan menjauhkan
diri dari akhlak yang buruk. Yang menjadi ukuran baik dan burukna adalah syarak, iaitu apa
yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah
yang buruk.
2. Lingkungan skop akhlak Islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia.
3. Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna
keimanannya ialah orang yang paling baik akhlaknya.
4. Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga oleh Allah dan sebaliknya orang
yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam neraka.

Jalan-jalan Pembentukan Akhlak Mulia


Akhlak adalah sesuatu perilaku yang boleh diubah dan dibentuk, contohnya Saidina Umar alKhattab, sebagaimana keadaan beliau semasa berada di zaman jahiliyyah berbanding
keadaannya sesudah memeluk agama Islam. Dari sini dapat disimpulkan bahawa akhlak
merupakan sesuatu yang semulajadi tetapi ianya perlu dibentuk. Terdapat beberapa cara
untuk membentuk dan membina akhlak mulia. Antara cara-cara itu ialah melalui :

a) Pendidikan Iman sebagai Asas Akhlak


Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencorak manusia menjadi seseorang yang
beriman. Iman adalah asas kepada akhlak Islam. Tidak akan sempurna iman seseorang jika
tidak disertai oleh akhlak yang baik. Contohnya dengan melaksanakan segala perintah Allah

yang berupa ibadah kerana kesemua perintah Allah tersebut bertujuan untuk membersihkan
diri dan menyuburkan jiwa manusia dengan sifat-sifat terpuji.
Lantaran itu setiap ayat al-Quran menyeru manusia berbuat baik dan mencegah manusia
daripada melakukan perbuatan mungkar. Biasanya didahului dengan panggilan "Wahai
orang-orang yang beriman" kemudian barulah diikuti dengan perintah atau larangan. Iman
yang teguh tetap memerlukan akhlak yang teguh. Jika berlaku kemerosotan akhlak di
kalangan manusia, puncanya adalah kelemahan iman dan tertakluk kepada kefasikan atau
kejahatan yang dilakukan oleh seseorang.
Pendidikan iman bolehlah disimpulkan sebagai suatu pemulihan tenaga keimanan seseorang
supaya dapat mempertahankan diri manusia daripada segala kerendahan dan keburukan
serta dapat mendorong manusia ke arah kemuliaan.

b) Melalui Latihan dan Bimbingan Pendidik Berkualiti


Pendidikan yang diberikan itu hendaklah bermula dari rumah yang ditangani oleh ibu bapa.
Selepas itu barulah berpindah ke peringkat sekolah hingga ke pusat pengajian tinggi bagi
pendidikan berbentuk formal. Ibu bapa seharusnya mempunyai keperibadian dan akhlak
yang mantap sebagai pendidik dan pembinbing seperti lemah lembut dalam pertuturan,
pergaulan, sabar, lapang dada, istiqamah, berwawasan dan seumpamanya.

c) Mengambil Rasulullah saw Sebagai Contoh


Rasulullah adalah contoh teladan dan ikutan yang paling tepat bagi semua peringkat
kehidupan. Bersesuaian dengan itu, Allah swt telah berfirman bahawa Nabi Muhammad saw
diutuskan kepada manusia untuk menyempurnakan akhlak di kalangan mereka. Firman Allah
yang bermaksud : "Demi sesungguhnya bagi kamu pada diri Rasulullah saw itu contoh
ikutan yang baik bagi orang-orang yang sentiasa mengharapkan keredhaan Allah dan
balasan baik di hari akhirat serta sentiasa menyebut dan memperingati Allah dalam masa
senang dan susah." Contoh-contoh akhlak Rasulullah saw :
1. Akhlak Rasulullah saw dengan Allah swt
o

Mengabdikan diri setiap detik dan masa kepada Allah dengan penuh kepatuhan,
ketaatan, kecintaan dan kesyukuran yang tidak berbelah bagi terhadap Allah di
samping redha dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah kepadanya.

Melaksanakan kewajipan yang wajib atau difardhukan serta amalan-amalan sunat


seperti bangun malam mengadakan Qiyamullail, berpuasa sunat, zikir, istighfar, doa,
tasbih, tahmid dan sebagainya.

2. Akhlak Rasulullah saw dengan sesama manusia


o

Akhlak Rasulullah saw meliputi aspek kekeluargaan, soaial, ekonomi, politik dan
sebagainya. Dari aspek kekeluargaan, Rasulullah saw berjaya mewujudkan suasana
yang harmoni dan Rasulullah saw pernah bersabda : "Rumahku adalah syurgaku."

Rasulullah saw merupakan seorang yang bertanggungjawab, sentiasa memberi kasih


sayang, berlemah lembut dan bertolak ansur terhadap semua ahli keluarganya.

Rasulullah saw juga selalu berbincang dengan para sahabat dan menghargai
pandangan yang diberikan oleh mereka.

Begitu juga akhlak dan sikap Rasulullah saw terhadap orang bukan Islam iaitu
menghormati mereka, bersopan santun dan memberi haknya kepada mereka
terutama dari segi kejiranan. Contohnya kisah baginda dengan seorang wanita
Yahudi (jirannya) yang akhirnya wanita Yahudi tersebut telah memeluk Islam atas
keprihatinan, kesabaran dan kemuliaan akhlak yang ditonjolkan oleh Rasulullah saw.

3. Akhlak Rasulullah saw dengan makhluk lain.


o

Rasulullah saw begitu peka dan prihatin terhadap makhluk yang lain seperti haiwan,
tumbuha-tumbuhan dan alam sekitar.

Rasulullah saw menasihati umatnya supaya berlaku ihsan kepada haiwan dan
binatang ternakan serta tidak menzalimi atau menyiksa mereka. Demikian juga
tumbuh-tumbuhan dan alam sekitar.

Faktor-faktor keruntuhan akhlak (Halangan dalam pembentukan akhlak)


a) Persekitaran
Faktor persekitaran banyak mempengaruhi pembentukan peribadi seseorang. Antaranya
ialah :
o

Individu yang hidup dalam keluarga yang tidak mengamalkan cara hidup yang
berakhlak, maka jiwanya akan terdidik dengan tingkah laku, tutur kata dan gaya
hidup yang tidak baik.

Kehadiran teknologi canggih dalam media massa sama ada bercetak atau elektronik
juga sedikit sebanyak memberi kesan dalam pembentukan akhlak seseorang iaitu
melalui adegan-adegan ganas dan berunsur seks yang boleh merosakkan jiwa
mereka.

Pengaruh rakan sebaya dan masyarakat sekeliling juga merupakan faktor yang
membentuk keperibadian dan akhlak seperti tingkah laku, tutur kata dan cara
bertindak.

Permasalahan keluarga yang melibatkan ibu bapa contohnya pergaduhan dan


perceraian boleh membawa kepada permasalahan sosial seperti lari dari rumah,
menyertai rakan sebaya mahupun kumpulan yang rosak akhlaknya sehingga
membawa kepada pergaulan bebas, perzinaan, pengambilan dadah, pelacuran
(bohsia) dan seumpamanya.

Budaya masyarakat yang cenderung ke arah liberalisme juga membawa


masyarakat kini mudah terjeba dengan budaya rock, rap, lepak dan seumpamanya.

b) Nafsu
Nafsu adalah anugerah Allah swt kepada manusia dan nafsu juga adalah musuh sebati
dengan diri manusia yang melaksanakan hasrat nafsu manusia. Manusia yang terlalu
menurut kehendak nafsunya akan terdorong untuk melakukan keburukan. Seandainya nafsu
tidak dapat dikawal, sudah asti boleh menghilangkan maruah diri, agama dan nilai budaya
sesebuah masyarakat dan membawa kepada kemungkaran sebagaimana berlaku dalam
masyarakat kini.

c) Syaitan
Satu lagi musuh ghaib yang sentiasa mendampingi manusia dengan memperalatkan nafsu
manusia iaitu syaitan. Fungsi syaitan adalah sebagai agen perosak akhlak manusia berlaku
sejak Nabi Adam a.s. dan berterusan hingga ke hari kiamat.
Kesimpulannya setiap manusia yang hidup terpaksa menghadapi ujian dan cubaan hidup
dalam usaha melatih diri menjadi manusia yang berakhlak dan bersedia menghadapi segala
rintangan.

Cara-cara mengatasi dan memperbaiki akhlak :

Menguatkan nilai-nilai aqidah dan keimanan dalam jiwa.

Mengawal pancaindera daripada melihat atau mendengar perkara-perkara yang


membangkitkan atau menguatkan syahwat dan hawa nafsu yang menjadi punca
segala sifat buruk dan keji.

Mempelajari huraian atau penjelasan al-Quran dan Hadith serta penafsirannya


oleh para ulama mengenai akhlak terpuji untuk membersihkan jiwa.

Melatih diri membiasakan perbuatan-perbuatan baik seperti ibadah berupa solat,


puasa dan lain-lain dan menjauhkan diri daripada segala perbuatan buruk dan keji.

Berkawan dan berjiran dengan orang-orang yang berakhlak mulia kerana kawan
atau jiran memberi kesan atau pengaruh dalam pembinaan akhlak seseorang.

Mempelajari kehidupan para nabi, sahabat, ulama atau auliya dan


menjadikan kehidupan mereka sebagai contoh teladan dalam kehidupan kita.

Dalam segala tindak tanduk kita hendaklah sentiasa mengikuti dan menggunakan
akal fikiran dan janganlah mengikut perut dan hawa nafsu kita.

Sentiasa berdoa memohon bantuan Allah swt agar dilengkapkan diri dengan akhlak
yang mulia dan mendapatkan perlindungan daripada perkara-perkara yang tidak
diingini.

https://sites.google.com/site/khazalii/4udi2052akhlakdalamislam

pengERTIAN MORAL
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata etika, maka
secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut
sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata
moral sama dengan kata etika, maka rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja
yaitu etika dari bahasa Yunani dan moral dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan
bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap
perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam

masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya
orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya
sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang moralitas suatu
perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan
baik dan buruk.

Moral Islam
Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi Islam.
Perintah-perintah ini tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-An'aam 6:150-153 di mana
Allah menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus (Shirathal Mustaqim ):
Tauhid (Nilai Pembebasan)
1. Katakanlah: "Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan
bahwasanya Allah telah mengharamkan yang kamu haramkan ini." Jika mereka
mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka;
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayatayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang
mereka mempersekutukan Tuhan mereka. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa
yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
Nikah (Nilai Keluarga)
2. berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
3. janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami
akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan
4. janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji (homoseks, seks
bebas dan incest), baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan

Hayat (Nilai Kemanusiaan)


5. janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan
oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).
Adil (Nilai Keadilan)

6. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.
7. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.
8. Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia
adalah kerabat (mu), dan
Amanah (Nilai Kejujuran)
9. penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat,
10. dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan
itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa.

Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan
dan kelakuan.Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat
atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia
dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika
dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan
bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah
baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau
rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang
tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika
lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika
berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di

masyarakat.Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam
bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab
disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama,
perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua,
kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan
yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan
dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap
waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga,
kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan,
bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang
dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut
diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya
kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan
perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut
telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran
moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan
suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.
Lebih jauh menurutnya fungsi pokok agama adalah mengintegrasikan hidup. Bahwa
agama dengan nilai-nilai moralnya amat diperlukan dalam kehidupan manusia.
Contoh kecil dari hubungan agama dan moral ini dapat dilihat dari fenomena
dewasa ini tentang kekhawatiran masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial
yang merugikan akhlak atau moral di kalangan penduduk kota-kota besar. Dalam
hal ini nilai-nilai moral dalam agama dirasa penting untuk diterapkan.
Dalam Islam, al-Quran misalnya menginginkan untuk menegakkan kehidupan
masyarakat yang egaliter, baik sosial,politik dan sebagainya yang ditegakkan pada
dasar-dasar etika. Hal tersebut dapat dilihat dari ayat-ayat yang menyiratkan
tentang memakmurkan bumi atau menjauhi kerusakan di dunia. Juga dapat
dilihat dari ayat tentang tugas manusia yang dinyatakan dengan amar maruf dan
nahi mungkar. Sampai di sini semakin jelalah akan adanya hubungan yang tak
teroisakan antara nilai-nilai agama yang diinternalisakan kepada manusia dengan
pendidikan agama dengan pendidikan moral.

http://evanamtk.blogspot.my/2011/06/moral-dalam-islam.html

Moralitas al Qurn serta Tauladan Muhammad


Dalam Islam, moralitas atau sisitem perilaku, terwujud melalui proses aplikasi sistem nilai/norma yang
bersumber dari al Qurn dan sunnah Nabi. Berbeda dengan etika atau moral yang terbentuk dari sistem
nilai/norma yang berlaku secara alamiah dalam masyarakat, yang dapat berubah menurut kesepakatan
serta persetujuan dari masyarakatnya, pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Sistem etika ini
sama sekali bebas dari nilai, serta lepas dari hubungan vertikal dengan kebenaran hakiki.
Dalam surat Ali Imran, ayat 190-191 disebutkan,sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta
pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab (yaitu) orang-orang yang berdzikir
pada Allah ditengah ia berdiri, duduk dan berbaring, serta bertafakur tentang penciptaan langit dan bumi.
(kemudian ia berkata), Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia.. Dalam ayat
ini, setidaknya dapat diambil tiga titik penting, yakni ulul albab (sisi kemanusiaan), Dzikrullah (sisi keTuhanan), serta Tafakur (sisi kealaman).
Perenungan terhadap Tuhan, merupakan landasan bagi kebijaksanaan yang akan lahir dari setiap kerja
dan aktifitas manusia. Dengan pelaksanaan perenungan terhadap Tuhan secara kontinyu, akan
membawanya pada kesadaran ilahiyah. Sedangkan tafakur (kerja berfikir) manusia merupakan kerja
universal dan integral. Dalam hal ini, berfikir bukan saja terhadap langit dan bumi, akan tetapi juga
terhadap segala sesuatu yang ada didalamnya, termasuk berbagai fenomena dan arus sejarah
kehidupan yang dialami oleh umat manusia, dari waktu kewaktu. Formulasi dari hasil berfikir terhadap
alam inilah yang selanjutnya dirumuskan sains dan teknologi, sebagai salah satu bentuk dari produk
budaya manusia.
Disinilah letak keberhasilan manusia untuk menjadi hamba yang bergelar ulil albab. Seorang ulil
albab akan menjalani hidup serta kehidupannya dengan dua landasan, yakni landasan dzikir dan
landasan pikir. Landasan dzikir menekankan pada rasa tanggungjawabnya didalam memanfaatkan alam
semesta, semata-mata hanya demi kemaslahatan umat, sedangkan landasan pikir akan membawanya
untuk senantiasa melakukan kerja perekayasaan terhadap alam semesta, dengan menghasilkan
berbagai temuan sain yang aplikatif (teknologi).
Hubungan diantara kedua landasan tersebut, dalam kaitannya dengan alam semesta, tercermin dalam
sikap dan tingkah laku (moral), disaat manusia melaksanakan fungsinya sebagai khalifatullah. Moral
merupakan sikap manusia yang dimanifestasikan kedalam perbuatannya. Oleh karena itu, antara sikap
dan perbuatan harus menyatu, dan tidak boleh saling kontradiktif, atau dalam bahasa yang lebih populer
adalah menyatunya kata dan perbuatan.
Disamping itu, Nabi Muhammad, sebagai al matsalul kamil (contoh yang sejati dan sempurna), juga telah
memberikan tauladan terhadap umatnya untuk berlaku menurut nilai-nilai moralitas yang luhur. Bahkan,
salah satu fungsi diutusnya Muhammad adalah untuk menyempurnakan moral masyarakat. Sehingga
pribadi Muhammad merupakan contoh moralitas yang sangat luhur, bagi pembentukan tatanan sosial
masyarakat yang bermartabat.

Oleh karena itu, moral bukan saja bersifat personal, seperti jujur, adil dan bertanggungjawab, akan tetapi
juga berdimensi publik, yakni terciptanya etika kolektif, serta kehidupan sosial yang santun. Dengan etika
kolektif inilah, akan terbangun etika organisasi yang mengharuskan setiap individu untuk berjalan
bersama, menurut landasan etika kolektif tersebut. Namun demikian, pada dasarnya etika publik ini
terbentuk dari etika individu, sehingga tidak mungkin akan tercipta etika publik, tanpa adanya kesadaran
masing-masing pribadi akan nilai moralitas.
Pendidikan agama dan moral merupakan pedoman sangat penting bagi dalam proses belajar mengajar
sebagai salah satu antisipasi agar anak-anak didik kita terhindar hal-hal yang bertentangan dengan
agama di era globalisasi saat ini. Dikatakan, dengan kuatnya pendidikan agama akan menciptakan
generasi yang bermoral dan berkualitas. Kondisi itulah yang saat ini ditanamkan Yayasan Pendidikan
Harapan, sehingga melahirkan generasi-generasi yang berkualitas dengan cirinya iman, ilmu dan amal.
Pendidikan moral bisa disamakan pengertiannya dengan pendidikan budi pekerti. Pendidikan moral
merupakan pendidikan nilai-nilai luhur yang berakar dari agama, adat-istiadat dan budaya bangsa
Indonesia dalam rangka mengembangkan kepribadian supaya menjadi manusia yang baik. Secara
umum, ruang lingkup pendidikan moral adalah penanaman dan pengembangan nilai, sikap dan perilaku
sesuai nilai-nilai budi pekerti luhur. Di antara nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah sopan santun,
berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertakwa, berkemauan keras, bersahaja,
bertanggung jawab, bertenggang rasa, jujur, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai
karya orang lain, rasa kasih sayang, rasa malu, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar,
semangat kebersamaan, setia, sportif, taat asas, takut bersalah, tawakal, tegas, tekun, tepat janji,
terbuka, dan ulet. Jika anggota masyarakat telah memiliki karakter dengan seperangkat nilai budi pekerti
tersebut, diyakini ia telah menjadi manusia yang baik.
Zaim Elmubarok dalam bukunya Membumikan Pendidikan Nilai (2009) berkeyakinan bahwa sentral
pendidikan nilai adalah keluarga. Menurutnya, keluarga adalah satu-satunya sistem sosial yang diterima
di semua masyarakat, baik yang agamis maupun yang non-agamis. Sebagai lembaga terkecil dalam
masyarakat, keluarga memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial umat manusia.
Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-lembaga penting sosial
dan dalam tingkat yang sangat tinggi, ia berkaitan erat dengan kelahiran peradaban, transformasi warisan
dan pertumbuhan serta perkembangan umat manusia. Secara keseluruhan, semua tradisi, keyakinan,
sopan santun, sifat-sifat individu dan sosial, ditransfer lewat keluarga kepada generasi-generasi
berikutnya.
Zaim juga menanggap keluarga merupakan batu pondasi setiap masyarakat besar manusia, dimana
semua anggotanya memiliki peran mendasar dalam memperkokoh hubungan-hubungan sosial dan
pengembangan serta penguatan di semua aspeknya. Untuk itu, semua usaha guna memperkuat
bangunan keluarga, akan membuka peluang untuk pertumbuhan jasmani dan rohani yang sehat, dan
pengokohan nilai-nilai moral di tengah masyarakat. Teori ini sangat relevan dengan kenyataan sosial
yang berlaku di Indonesia, bahwa lembaga keluarga merupakan modalitas sosial yang sudah terbangun
sejak lama dan selalu dijaga hingga sekarang.

Para pakar meyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dimana jiwa dan raga anak akan
mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Untuk itulah keluarga memainkan peran yang amat
mendasar dalam menciptakan kesehatan kepribadian anak dan remaja. Tentu saja status sosial dan
ekonomi keluarga di tengah masyarakat berpengaruh pada pola berpikir dan kebiasaan anak. Dengan
demikian, berdasarkan bentuk dan cara interaksi keluarga dan masyarakat, anak akan memperoleh
suasana kehidupan yang lebih baik, atau sebaliknya, akan memperoleh efek yang buruk darinya.

Tantangan Pendidikan Moral


Tantangan yang akan menghadang dalam upaya menanggulangi kemerosotan moral dan budi pekerti
anak antara lain sebagai berikut:
1.

2.
3.

4.

5.

Arus globalisasi dengan teknologinya yang berkembang pesat merupakan tantangan tersendiri
dimana informasi baik positif maupun negative dapat langsung diakses dalam kamar/rumah. Tanpa
adanya bekal yang kuat dalam penanaman agama (yang telah tercakup di dalamnya nilai moral dan
budi pekerti) hal itu akan berdampak negative jika tidak di saring dengan benar.
Pola hidup dan perilaku yang telah bergeser sedemikian serempaknya di tengah-tengah
masyarakat juga merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan.
Moral para pejabat/birokrat yang memang suda amat melekat seperti koruptor, curang/tidak
jujur, tidak peduli dengan kesusahan orang lain, dan lain-lain ikut menjadi tantangan tersendiri karena
bila mengeluarkan kebijakan, diragukan ketulusan dan keseriusan diimplementasikan secara benar.
Kurikulum sekolah mengenai dimasukannya materi moral dan budi pekerti ke dalam setiap mata
pelajaran juga cukup sulit. Ini terjadi karena ternyata tidak semua guru dapat mengaplikasikan model
integrated learning tersebut ke dalam mata pelajaran lain yang sedang diajarkannya atau yang
diampunya.
Kondisi ekonomi Indonesia juga menjadi tantangan yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Karena bagaimanapun, setiap ada kebijakan pasti memerlukan dana yang tidak sedikit

https://goenable.wordpress.com/tag/pendidikan-moral-menurut-pandangan-islam/

AKHLAK DALAM ISLAM


Secara sederhana, paradigma adalah cara memandang. Paradigma mirip jenis kaca
mata yang kita gunakan. Paradigma adalah kaca mata batin kita kacamata persepsi
kita. Paradigma menentukan apa yang kita yakini dan pada akhirnya menentukan
prilaku kita. Secara ilmiyah, paradigma adalah a constellation of beliefs, values, and
technicques shared by the members of a given scientific community. Menurut Thomas
kuhn, paradigma tidak saja bersifat kognitif, tetapi juga normative. Sementara menurut
Jalaluddin rahmat, paradigma diartikan sebagai kumpulan keyakinan, nilai, dan aturan
perilaku yang dianut oleh kelompok tertentu dan untuk konteks Islam , kelompok
tertentu dalam Islam.

Sementara kata akhlak (bahasa Arab), secara etimologis, adalah bentuk jamak dari kata
khuluq. Khuluq di dalam Kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,
dan tabiat. Akhlaq berakar dari kata kha-la-qa yang berarti menciptakan. Seakar dengan
kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq yang berarti yang diciptakan dan khalq yang
berarti penciptaan.
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan prilaku makhluq
(manusia). Atau dengan kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang lain dan
lingkunganya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau
prilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq (Tuhan). Dari pengertian
etimologis seperti ini, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau morma prilaku
yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.
Sedangkan secara istilah, banyak ulama mendefinisikan pengertian akhlak diantaranya
adalah sebagai berikut:

Imam al-Ghazali :
.
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuaatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Ibnu maskawih :

Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak
membutuhkan pikiran.

Ahmad amin :

Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat.
Disamping akhlak, moral dan etika juga sama-sama menentukan nilai baik dan buruk
seseorang. Bedanya akhlak mempunyai standar ajaranyang bersumber kepada alQuran dan sunnah Rasul, etika berstandarkan akal pikiran sedangkan moral
berstandarkan adat atau kebiasaan yang terdapat didalam masyarakat.

Ibrahim Anis:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Abdul karim Zaidan:


Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan
dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatanya baik atau buruk untuk
kemudian memilih melakukan atau meninggalkanya.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perbuatan manusia baru disebut akhlak
kalau terpenuhi dua syarat, yaitu:
Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu hanya dilakukan sesekali
saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada suatu ketika, orang yang jarang
berderma tiba-tiba memberikan uang atau bantuan kepada orang lain, karena alasan
tertentu. Dengan tindakan ini ia tidak dapat disebutorang yang murah hati atau disebut
sebagai orang berakhlak dermawan. Karena hal itu tidak melekat pada jiwanya. Lebih
jauh tentang keterulangan perbuatan manusia, yang selanjutnya disebut akhlak, Ahmad
Amin dalam bukunya al-Akhlak menyatakan bahwa pada dasarnya akhlak itu adalah

membiasakan kehendak (adah al-iradah). Kata membiasakan disini dipahami dalam


pengertian melakukan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan
(adah). Adapun yang dimaksud dengan kehendak (iradah) adalah menangnya
keinginan untuk melakukan sesuatu setelah mengalami kebimbangan untuk
menentukan pilihan terbaik di antara beberapa alternatif. Apabila iradah sering terjadi
pada seseorang, maka akan terbentuk pola yang baku, sehingga selanjutnya tidak perlu
membuat pertimbangan-pertimbangan lagi, melainkan secara langsung melakukan
tindakan yang telah dilaksanakan tersebut.
Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikir atau diteliti terlebih dahulu sehingga
benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa
atau setelah difikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu secara matang, tidak disebut
akhlak. Ada dua hal yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kebiasaan: (1)
ada kecenderungan hati padanya, (2) ada pengulangan yang cukup banyak, sehingga
mudah mengerjakanya tanpa memerlukan fikiran lagi.
Selanjutnya, kesan yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa istilah akhlak itu
bersifat netral, belum menunjukan kepada baik dan buruk. Namun demikian, apabila
istilah akhlak itu disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang
dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya bila seseorang berlaku tidak sopan kita
mengatakan kepadanya: Kamu tidak berakhlak. Maksudnya adalah kamu tidak
memiliki akhlak mulia, dalam hal ini sopan santun.
Pembagian Akhlak

Segala sesuatu yang ada di dunia ini jika kita perhatikan, maka akan jelas bahwa
semuanya ini berpasang-pasangan.
Ada siang dan malam, ada hujan dan panas, ada laki-laki dan perempuan, ada ahklak
mahmudah dan mazmumah dan sebagainya.

1.
akhlak mahmudah
akhlak mahmudah artinya: akhlak terpuji, contoh akhlak mahmudah adalah:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sabar, adalah mampu menahan diri atau mampu mengendalikan amarah.


Ikhlas, adalah mengejakan sesuatu amal hanya semata-mata karena Allah, yakni
harus mengharap ridhoNya.
Jujur, adalah mengatakan sesuatu itu dengan apa adanya dan harus dengan hati
yang lurus.
Pemaaf, adalah orang yang memberikan maaf kepada peminta maaf yang
menyadari kesalahannya.
Pemurah, adalah sikap seseorang yang ringan untuk mengeluarkan sebagian
hartanya untuk kepentingan orang lain,
Menepati janji, adalah orang yang datang ketempat yang sudah disepakati
sebelumnya.

2.
akhlak mazmumah
ahklak mazmumah adalah akhlak yang buruk atau tercela, contoh akhlak mazmumah
adalah:
1.
Ujub dan Takabur
Ujub adalah mengagumi kemampuan dirinya sendiri. Sedangkan takabur, adalah
membanggakan diri karena dirinya merasa lebih dari pada yang lain.
2.
Ria dan Sumah
Ria adalah beramal baik dan bermaksud ingin memperoleh pujian orang lain.
Sedangkan sumah, adalah berbuat atau berkata agar didengar orang lain sehingga
namanya jadi terkenal.

3.
Malas dan Tamak
Malas adalah enggan atau tidak mau melakukan sesuatu, dan Tamak( serakah) adalah
terlalu bernafsu untuk memiliki sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri.

4.

Dendam dan Iri hati

Dendam adalah keinginan untuk membalas kejahatan yang dilakukan orang lain atas
dirinya. Dan Iri hati adalah perasaan tidak senang apabila melihat orang lain mendapat
kesenangan.

5.
Fitnah dan Penipuan
Fitnah adalah berita bohong atau desas- desus tentang seseorang dengan maksud yang
tidak baik. Sedangkan penipuan adalah perkataan atau perbuatan tidak jujur dengan
maksud menyesatkan seseorang dan mencari untung dari perbuatannya tersebut.

6.
Bohong dan Khianat
Bohong adalah dusta, berarti tidak sesuaidengan keadaan yang sebenarnya., sedangkan
Khianat adalah perbuatan tidak setia terhadap pihak lain.

7.
Bakhil dan Takut miskin
Bakhil adalah perasaan tidak rela memberikan sesuatu kepada orang lain atau untuk
kepentingan agama. Dan Takut miskin adalah rasa cemas akan menderita hidupnya
karena kekurangan harta.

KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN AKHLAK DALAM ISLAM


1.Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok
risalah Islam.
2.Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok Islam

3.akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan sesorang nanti pada hari
kiamat


4.Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorangsebagai ukuran kualitas
imanya


5.Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada
allahSWT.Lihat nash tentang shalat puasa dan haji
6.Nabi Muhammad SAW selalu berdoaagar Allah SWT membaikan akhlak beliau.
7.di dalam al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak.

CIRI-CIRI AKHLAK DALAM ISLAM

Yang dimaksud karakteristik akhlak islam adalah ciri-ciri khusus yang ada dalam akhlak
islam. ciri-ciri khusus ini yang membedakan dengan akhlak wadliiyah atau akhlak yang
diciptakan oleh manusia, atau hasil consensus manusia dalam menentukan baik dan
buruknya perbuatan, yang disebut moral.

Akhlak nabi Muhammad saw adalah akhlak islam, karena ia bersumber pada al-Quran
yang datang dari Allah swt. Al-quran sendiri diyakini memiliki kebenaran mutlak, tidak
ada keraguan sedikitpun di dalamnya, berlaku sepanjang masa dan untuk semua
manusia. Oleh karena itu akhlak islam memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

Kebaikanya bersifat mutlak (al-khairiyah al-muthlaqah) yaitu kebaikan yang


terkandung dalam akhlak islam merupakan kebaikan murni, baik untuk individu
maupun untuk masyarakat luas, kapanpun dan dimanapun.

Kebaikanya bersifat menyeluruh (al-shalahiyah al-ammah). Yaitu kebaikan yang


terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala
zaman dan di semua tempat.
Tetap, langeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat
tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu, tempat dan perubahan kehidupan manusia.
Kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzamul mustajab), yaitu kebaikan yang
terkandung di dalamnya merupakan hukum yang harus dilaksanakan, sehingga ada
sanksi hukum tertentu bagi orang-orang yang tidak melaksanakan.
Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah), yaitu allah yang memiliki
sifat maha mengetahui seluruh isi alam semesta, dan apa yang dilahirkan dan
disembunyikan oleh manusia, maka perbuatan manusia selalu diawasi dan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. Tidak ada sekecil dzarrah-pun yang lepas
dari pengawasan Allah SWT.
Berpijak dari lima ciri-ciri akhlak Islam di atas, Ahmad Azhar basyir merinci kembali
melalui lima dengan istilah: (1) Akhlak rabbani; (2) Akhlak manusiawi; (3)
Akhlak universal; (4) Akhlak keseimbangan; dan (5) Akhlak realistic.
1.Akhlak Rabbani (Al-Akhlaq Al-Rabbaniyyah)
Akhlak rabbani (al-Akhlaq al-Rabbaniyyah), yaitu akhlak dalam Islam itu bersumber
kepada wahyu Allah yang termaktub di dalam al-quran dan as-sunnah al-nabawuyah.
Dalam al-quran dijelaskan bahwa tujuan para rasul allah ialah mewujudkan
masyarakat yang ber-Ketuhanan (rabaniyah), yaitu masyarakat yang para anggotanya
dijiwa oleh semangat mencapai ridha allah, melalui perbuatan baik bagi sesamanya dan
kepada seluruh makhluk.



Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah
dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: Hendaklah kamu menjadi penyembah-

penyembahku bukan penyembah Allah. Akan tetapi (dia berkata): Hendaklah kamu
menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan
disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS Ali Imron (3): 79)
Makna rabbaniyah itu sendiri sama dengan berkeimanan dan berketakwaan atau
lebih sederhana dapat dikatakan beriman dan bertakwa. Oleh karena iman dan takwa
adalah fondasi dari ajaran Islam bagi kehidupan manusia, maka akhlak rabbaniyah itu
adalah akhlak yang bernilai bagi perwujudan dari iman maupuntakwa. Perwujudan ini
dalam bentuk sikap,pandangan hidup dan perbuatan nyata yang sesuai dengan nilainilai rabbanuyah.
Ciri Rabbani dalam akhlak Islam bukanlah moral yang tradisional dan
situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai mutlak. Akhlak
Rabbani mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam kehidupan
manusia.
Al Quran mengajarkan, Inilah jalan-Ku yang lurus, hendaklah kamu
mengikutinya, jangn kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai berai dari
jalan-Nya. Demikian yang diperintahkan kepadamu, agar kamu bertaqwa. (Q.S.
Al Anam: 153)

2.Akhlak Manusiawi (Al-Akhlaq Al-Insaniyyah)


Akhlak manusiawi (al-akhlaq al-Insaniyyah), yaitu bahwa ajaran akhlak islam selalu
sejalan dan memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah
memihak kepada kebaikan dan kebenaran, walaupun sering pemihakanya itu
bertentangan dengan lingkungan dan hasrat nafsunya. Kalau ada seseorang yang
mengikuti hawa nafsunya saja, dan memihak kepada kebenaran semu, hasil rekayasa
tangan dan otak jahil manusia, sesungguhnya ini bertentangan dengan hati nuraninya
yang memihak kepada kebenaran hakiki. Fitrah yang dibawa manusia sejak lahir tidak
dapat dilawan, ditolak, dan direkayasa, ia akan selalu membawa kepada ketenangan dan
kebahagiaan yang hakiki. Dimanapun orang berbuat maksiat, akan selalu dihantui rasa
bersalah, berdosa, dan tidak pernah tenteram. Hal ini karena bertentangan dengan
fitrah kebenaran yang ada di dalam dirinya sendiri.

Akhlak Islam selalu menuntun untuk berbuat yang baik, memihak kepada kebenaran,
dan media untuk menca[ai kebahagiaan yang hakik. Akhlak islam benar-benar menjaga
dan memlihara keberadaan manusia sebagai makhluk yang terhormat, terpuji sesuai
dengan fitrahnya.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(QS ar-Rum(3): 30).
3.Akhlak Universal (Al-Akhlaq Al-Syamilah)
Akhlak universal (Al-Akhlaq al-syamilah), maksudnya adalah bahwa akhlak Islam itu
bersifat universal dan sempurna, siapapun yang melaksanakan akhlak islam dijamin
akan selamat. Contohnya al-Quran menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib
dijauhi oleh setiap orang, yakni :
1.
Menyekutukan Allah,
2.
Durhaka kepada kedua orang tanpa alasan yang sah,
3.
Membunuh anak karena takut miskin,
4.
Berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi,
5.
Membunuh orang tanpa alasan yang sah,
6.
Makan harta anak yatim,
7.
Mengurangi takaran dan timbangan,
8.
Membebani orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya,
9.
Persaksian tidak adil,
10.
Mengkhianati janji dengan Allah (Qs, al-Anam, 6:151-152).
Orang-orang yang non islam sekalipun kalau melaksanakan akhlak Islam, mislanya
tidak berjudi, berzina, selalu berkata sopan, lemah lembut, tidak menyakiti hati orang
lain, senang membantu orang lain yang terkena musibah, sabar, dan selalu berterima
kasih atas rezki yng didapat dengan cara yang halal dan lain sebagianya, yang masuk
dalam kelompok akhlak mahmudah, dijamin hidupnya akan bahagia di dunia ini. Inilah
universalisme akhlak islam yang berlaku untuk semua orang dan bangsa di seluruh
dunia, tanpa membedakan etnis, ras dan suku.

Akhlak Islam itu telah sempurna, sebagaiman kesempurnaan ajaran Islam itu sendiri.
Hal ini dapat dilihat bahwa Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana bersikap dan
berperilaku kepada allah, melaiknkan juga mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Apabila hubungan segitiga,
yakni kepada Allah, sesama manusia dan alam telah terjalin dengan baik, maka dijamin
terciptanya kehidupan yang harmonis, bahagia, dan damai, baik secara spiritual
maupun material.
4.Akhlak Keseimbangan (Al-Akhlaq At-Tawazun)

Akhlak keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun), artinya bahwa akhlak islam berada di


tengah-tengah antara pandangan yang menghayalkan manusia bagaikan malaikat yang
selalu suci, bersih, taat terus kepada Allah, selalu mengikuti apa yang diperintahkan,
dan pandangan yang menitikberatkan manusia bagaikan tanah, syetan, dan hewan yang
tidak mengenal etika, selalu mengajak kepada kejahatan dan perbuatan-perbuatan
nista. Manusia dalam pandangan Islam terdapat dua kekuatan dalam dirinya, yaitu
kekuatan kebaikan pada hati nuraniya dan kekuatan jahat pada hawa nafsunya.
Manusia memilki naluriyah hewaniyah dan naluriyah ruhaniyah malaikah. Dua naluri
tersebut harus dibimbing oleh akhlak islam su[aya tetap berada dalam keseimbangan.
Naluriyah hewaniyah tidak dapat dipisahkan dari jasad manusia, melainkan harus
diarahkan untuk disalutkan sesuai dengan prosedur dan aturan-aturan dalam Islam.
manusia adalah makhluk yang berakal, bermartabat dan terhormat, kalau terus berada
dan mengembangkan fitrah religiusitasnya. Namun manusia dapat meluncur ke tingkat
yang paling rendah, hina dina bagaikan hewan, kalau tidak dapat menjaga fitrah bahkan
melawanfitrah tersebut, dengan selalu berbuat nista. Akhlak Islam menjaga manusia
agar selalu berada pada tingkat kemanusiaan dan menuntun kepada kebahagiaan yang
seimbang antara dunia dan akhirat. QS Al-baqarah(2): 201.

5.Akhlak Realistic (Al-Akhlaq Al-Waqiiyyah)

Akhlak realistic (al-Akhlaq al-Waqiiyyah), yaitu akhlak Islam memperhatikan


kenyataan (realitas) hidup manusia. Manusia memang makhluk yang sempurna,
memilki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan makhluk ciptaan allah lainya, tetapi
manusia juga memiliki kelemahan-kelemahan. Ini adalah realitas bagi manisia, karena
tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Satu sisi ada kelebihan, dan di sisi
lain ada kelemahan. Kerja sama, tolong ,emolong adalah suatu bentuk kesadaran
manusia bahwa dalam dirinya ada kelemahan dan kebaikan.
Untuk itulah akhlak Islam mengajarkan untuk menghargai dan menghormati orang
lain, melakukan kerja sama atau saling kenal mengenal, kontak komunikasi dengan
suku dan bangsa lain. Adalah kesombongan kalau ada orang yang mengatakan bahwa ia
mampu hidup dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan jasa orang lain. Ia tidak
sadar, bahwa pakaian, kaca mata, sepatu, topi, ikat pinggang yang menempel setiap saat
di tubuhnya, dan makanan, minuman, buah-buahan yang disantap setiap hari adalah
bagian dan hasil jasa orang lain. Tiap orang tidak akan mampu menyediakan kebutuhan
hidup dengan tangannya sendiri.



Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(QS Al-Maidah (5):3).

Selain itu, akhlak islam juga realistis adalah bahwa allah tidak akan memberi beban
kesanggipan kepada manusia di luar kemampuanya. Allah tidak egois dan memaksa
kepada manusia, justru allah melihat kenyataan yang ada. Kalau memang manusia tidak
sanggup melaksanakan perintah-perintah sesuai dengan aturan dan ketetapan yang
telah ditetapkan secara rinci, manusia diberi kebebasan untuk mengambil keringanan
(rukhsah) yang telah diberikan. Misalkan manusia boleh marah kepada orang lain yang
berbuat tidak baik kepadanya, namun apabila memaafkan itu lebih baik. Perbuatan
memberi maaf baik diminta ataupun tidak diminta adalah perbuatan yang mulia.
Manusia sesungguhnya memilki kemampuan untuk memaafkan orang lain, karena
Allah telah mengukur kemampuan yang dimiliki oleh manusia.


Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (QS Al-baqarah (2): 286).

Ruang Lingkup Akhlaq


Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian yaitu :

Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan

dan Akhlaq dalam keadaan darurat


Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan

anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-

kaedah adab.
Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan

hubungan luar negeri.


Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.

Berangkat dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis membagi


pembahasan akhlaq menjadi :

Akhlaq terhadap Allah SWT.


Akhlaq terhadap Rasulullah SAW.
Akhlaq pribadi
Akhlaq dalam keluarga
Akhlaq bermasyarakat dan
Akhlaq bernegara

Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan
sangat penting dalam kehidupan, seperti terlihat dalam beberapa poin berikut ini :
Rasulullah SAW. Menempatkan penyempurnaan akhlaq, yang mulia sebagai misi pokok
Risalah Islam, sebagai sabdanya :Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlaq yang mulia. (HR. Baihaqi). Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama

Islam, sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agam dengan akhlaq yang baik,
sebagaimana sabda beliau.Terjemahannya :
Ya Rasulullah, apakah agama itu ? beliau menjawab : agama itu adalah akhlak yang
baik.
Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari
kiamat. Rasulullah SAW. Menjadikan baik buruknya akhlaw seseorang sebagau ukuran
kualitasnya. Islam menjadikan akhlaw baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada
Allah SWT.Nabi Muhammad SAW. Selalu berdoa agar Allah SWT. Membaikkan akhlaq
beliau.

Perbuatan Baik dan Buruk


Yang dimaksud perbuatan baik adalah :

Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan

Sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan, kesenangan,

persesuaian dan seterusnya.


Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang

memberikan kepuasan
Sesuatu dengan sesuai dengan keinginan yang bersifat berfitrah
Sesuatu hal yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan

perasaan senang atau bahagia.


Adapun yang dimaksud dengan perbuatan buruk adalah :

Sesuatu yang tidak baik, tidak seperti seharusnya, tidak sempurna dalam

kualitas, di bawah standart, kurang dalam nilai dan tidak mencukupi.


Sesuatu yang keji, jahat, tidak bermoral dan tidak menyenangkan
Adalah segala sesuatu yang tercela, karena melanggar norma-norma atau aturan-

aturan menurut yang ditetapkan oleh syara (agama).


Ukuran Baik dan Buruk
Persepsi Manusia Tentang Baik dan Buruk
Banyak orang yang berselisih pendapat untuk menilai suatu perbuatan, ada yang
melihatnya baik dan ada yang melihatnya buruk. Dipandang baik oleh suatu masyarakat
atau bangsa dipandang buruk yang lain. Dipandang baik pada waktu ini dinilai buruk
pada waktu yang lain.

Selanjutnya dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan nilai


yang mendasarinya, kriteria lain yang harus diperhatikan adalah cara melakukan
perbuatan itu. Meskipun seseorang mempunyai niat baik, tetapi lakukan dengan cara
yang salah, dia dinilai tercela karena salah melakukannya, bukan tercela karena niatnya.
Kadang-kadang tercelanya manusia itu dapat berpangkal dari keyakinan yang salah,
bukan karena niatnya.
Tingkah laku manusia dapat diketahui bahwa element-element pokok yang perlu
diperhatikan padanya adalah :

Kehendak (Karsa), yakni sesuatu yang mendorong yang ada di dalam jiwa
manusia.
Manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak tersebut.

Barangkali hal ini dapat disamakan dengan ungkapan karya, yakni perbuatan dalam
mewujudkan karsa tadi. Kalau karsa dan karya menjadi satu, maka bisa dipastikan
adanya aktivitas yang tidak kecil artinya.
Selanjutnya untuk menialai baik buruknya niat dan cara seseorang dalam melakukan
perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran Islam sebagaimana firman Allah SWT.
Dalam QS. An-Nisa (4) : Terjemahannya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan oramg-orang
yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan perndapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebi utama bagi kamu dan lebih baik akibatnya.

Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah
1. untuk membentuk pribadi muslim,
2. bertingkah laku yang baik demi meningkatkan derajat kehidupan manusia,
3. menyempurnakan keimanan

4. sebagai pengatur cara hidup berkeluarga dan bertetangga


5. mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara.

Jadi mempelajari ilmu akhlak bukanlah sekedar untuk mengetahui mana akhlak
baik dan buruk, akan tetapi tang penting adalh, mengamalkan dan menerapkan akhlak
yang luhur itu dalam kehidupan sehari-hari, sesuai tuntutan ajaran Islam.

https://manggasugengrawuh.wordpress.com/2012/12/25/2
0-fakta-menarik-tentang-islam/

Anda mungkin juga menyukai