Anda di halaman 1dari 9

Cara Khusyu dalam Sholat – Pengertian shalat menurut etimologi adalah do’a dan pujian.

Dengan demikian, ungkapan shalat Allah kepada Nabi-Nya, berarti pujian atau kasih sayang
Allah Swt kepada Nabi Nya. Makna ini bisa kita lihat pada firman Allah yang artinya:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memuji Nabi, wahai orang-orang yang beriman,
berdoalah untuk nabi dan ucapkanlah salam kehormatan padanya. (QS. al-Ahzab: 56).

Firman Allah Swt surat at-Taubah: 103 yang berbunyi, Artinya: Sesungguhnya do’a kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. at-Taubah: 103).

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa shalat mempunyai bentuk lahir yang dapat
disaksikan oleh pandangan mata. Dan inilah pengertian yang diberikan oleh ulama fiqih, yaitu
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam
(baca: tata cara sholat). Tetapi kalau ditinjau dari hakikat dan ruhnya shalat tidak hanya terletak
pada gerak lahir saja, tetapi juga terletak dalam gerak jiwa dan gerak hati, dan itu tidak bisa
diketahui kecuali oleh Allah Swt.

Kalau hati dan jiwa sudah bisa dipadukan dengan badan (melalui gerakan shalat yang benar),
dikonsentrasikan dan di pusatkan sesungguh-sungguhnya dalam menyembah Allah Swt barulah
dapat dikatakan shalat.1 Sedang makna shalat bagi kalangan Ahli Tasawuf lebih dilihat dari sisi
ruh (jiwa) atau hakikat shalat.

Menurut kalangan ini, shalat sering diartikan sebagai: “Menghadapkan hati kepada Allah
sehingga dapat mendatangkan rasa takut kepada-Nya dan menanamkan dalam jiwa rasa
keagungan–Nya dan kesempurnaan-Nya”. Sedang ruh shalat adalah “berharap kepada Allah
dengan sepenuh jiwa dengan segala khusyu’ di hadapan-Nya dengan berikhlas bagi-Nya serta
hadir dalam berdzikir, berdo’a dan memuji.2

Dikatakan pula bahwa hakikat shalat ialah: melahirkan hajat dan kebutuhan kita pada Allah yang
kita sembah, dengan beberapa perkataan dan beberapa gerakan tubuh. Lantaran demikian shalat
dikatakan do’a.

Dalam Islam beberapa definisi di atas baik dari kalangan Ahli Fiqih dan Ahli Tasawuf di atas
tentu tidak saling bertentangan. Tetapi, keduanya saling melengkapi. Bahkan, keduanya harus
dipahami oleh setiap Muslim.

Bayangan sederhananya adalah, orang yang shalatnya rajin, tetapi ia sering melakukan
kedzaliman dan keresahan di masyarakat, tentu tidak baik. Demikian sebaliknya, orang yang
tidak pernah shalat tetapi ia mampu menciptakan kesalehan sosial di masyarakat, tentu tidak
dibenarkan juga.

Yang benar adalah, shalatnya benar dan pada saat yang sama ia mampu memaknai bacaan dan
gerakan shalat sehingga ia mampu menjadi penebar rahmah di masyarakat.Untuk mencapai
shalat yang sempurna, shalat harus dilakukan dengan memenuhi syarat, rukun dan ketentuan lain
serta diikuti dengan gerakan kejiwaan. Dan ibadah shalat itu akan berdampak pada sikap mental
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang telah melakukan shalat dengan baik tidak hanya
mengarahkan hati yang tenang, tetapi juga dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
mungkar.

Pengertian Khusyu’

Adapun pengertian khusyu’ secara etimologi berarti tunduk, takluk, menyerah.3 Sedangkan
shalat berarti berdo’a.4 atau shalat berarti sembahyang, jadi yang dimaksud khusyu’ dalam shalat
adalah tunduk, patuh, menyerah dalam berdo’a dan sembahyang. Khusyu’ merupakan perkara
besar dalam shalat yang telah dijadikan Allah sifat pertama bagi orang-orang yang beriman.

Dalam al-Qur’an disebutkan shalat orang-orang yang khusyu’ yaitu: Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya (Q.S. Al-Mu’minun
1-2).Kemudian dalam surat al-Baqarah ayat 45 Allah SWT. berfirman: Dan jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya sabar dan shalat itu berat rasanya kecuali bagi
orang-orang yang khusyu’ (Q.S. Al-Baqarah: 45).

Selain itu dalam al-Qur’an surat al-Baqarah. 238, Allah SWT. berfirman: “Peliharalah shalat
(mu) dan peliharalah shalat wustho berdirilah untuk Allah (dalam shalat) dengan khusyu’ (Q.S.
al-Baqarah. 238).

Sedangkan khusyu’ menurut beberapa ulama dalam bukunya Hasby Ash-Shiddiqy yang berjudul
“Pedoman Shalat” adalah sebagai berikut:Sebagian ulama, “Khusyu ialah memejamkan mata
(penglihatan) dan merendahkan suara”.

Ali bin Abi Thalib r.a.: “Khusyu’ ialah berpaling kekanan dan kekiri di dalam shalat.”

Amr Ibnu Dinar: “Khusyu ialah tenang dan bagus kelakuannya”.

Ibnu Sirin: “Khusyu’ ialah tiada mengangkat pandangan dari tempat sujud”.

Ibnu Jubair: “Khusyu ialah mengarahkan pikiran kepada shalat, sehingga tidak mengetahui orang
di sebelah kanan dan kiri”.

Atha: “Khusyu ialah tiada mempermainkan tangan, tiada memegang-megang badan dalam
shalat.5

Dalam melaksanakan shalat, perlunya memperhatikan gerakan dan bacaan apa saja yang wajib
maupun yang sunnah dikerjakan dalam shalat. Demikian pula tentang persyaratan yang harus
dipenuhi mengenai kebersihan pakaian, tempat shalat, dan anggota tubuh kita ketika hendak
memulai shalat dan juga selama mengerjakannya (baca: Tuntunan Sholat Lengkap). Akan
tetapi yang demikian itu saja tidak cukup. Karena tujuan utama shalat adalah mengingat Allah
SWT.

Dengan demikian sudah seharusnyalah, shalat yang kita laksanakan secara rutin dan dalam
waktu-waktu tertentu sepanjang hari, dapat menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa
menyadari bahwa Allah SWT senantiasa mengetahui apa saja yang kita lakukan. Dan karenanya
pula, hal itu menjadi seyogyanya menjadi pendorong terbaik agar kita selalu berupaya berbuat
hal-hal yang mendatangkan keridhaan-Nya dan mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar.

Oleh sebab itu disamping mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan bacaan serta
gerakan fisik dalam shalat, wajib pula mengetahui tentang makna-makna batiniah yang tidak
boleh diabaikan. Yaitu demi menjadikan shalat benar-benar sebagai sarana bertaqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT.

Manfaat dan keutamaan Shalat yang Khusyu’

Shalat merupakan sarana hubungan (shilah) antara hamba dengan Rabb-nya. Shalat juga
membantu seseorang untuk melepaskan diri dari keterkaitan (ta’alluq) dengan dunia. Dalam
shalat manusia memasrahkan diri dengan segenap jiwa raga, memalingkan semua urusan dunia
dengan selalu mengagungkan agama Allah.

Hubungan manusia dengan Tuhannya dalam shalat menimbulkan perasaan tenang, damai dan
terasa lepas semua beban yang ada.Adapun manfaat shalat yang dapat diambil yaitu:

a. supaya manusia menyembah hanya kepada Allah saja, tunduk dan sujud kepadanya, sebagai
firman Allah surat Thaha ayat 14. Artinya: “Tidak ada tuhan selain aku, maka sembahlah aku (Q.
S. Thaha: 14).

b. Supaya manusia selalu ingat pada Allah yang memberikan hidup dan kehidupan, sebagaimana
firman Allah: Artinya: Dirikanlah shalat, shalat itu untuk dzikir/mengiangat kepada-Ku (Q. S.
Thaha: 14).

c. Supaya manusia terhindar dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, yang akan
mendatangkan kehancuran, sebagaimana firman Allah Surat al-Ankabut ayat 45 Artinya;
Sesungguhnya shalat itu mencega perbuatan keji dan mungkar. (Q.S. Al-Ankabut: 45)

Adapun keutamaan shalat khusyu’ menurut Abdullah Gimnastiar ialah: 6

a. Sebagai pembuka pintu hikmah

Kebahagiaan yang paling mahal sebenarnya ialah ketika seseorang disingkapkan tirai hatinya
oleh Allah, sehingga, ia dapat memahami hikmah di balik setiap kejadian yang dialaminya.
Bahkan ia akan sangat sedikit sekali merasakan kekecewaan atau terpukul akibat kejadian yang
tidak diduga-duga.

Bagi orang yang shalatnya terjaga dengan baik, maka berkahnya adalah kelapangan hati dan
khusnudhan (prasangka baik) terhadap segala kejadian yang menimpa. Kejadian yang menimpa
betul-betul dipahami sebagai rizki yang sangat besar dari Allah. Imbasnya ialah ia akan selalu
jernih hati menikmati berbagai episode kejadian hidup.

b. Benteng dari kemaksiatan


Shalat ketika dikerjakan dengan penuh kekhusyu’an, maka takkan ada seorang ahli shalat yang
khusyu’ menjadi orang yang bergemilang kekejian. Takkan ada pezina yang ahli shalat khusyu’,
takkan ada perampok keji yang ahli shalat khusyu’.

Kalau ada orang yang melakukan shalat, tetapi tetap berbuat maksiat, maka tentu saja
kekhusyu’annya sangat diragukan. Karena, bila seseorang berusaha sungguh-sungguh menjaga
shalatnya dengan baik, maka Allah mengetahui perjuanganya, tentu saja tidak akan menyia-
nyiakan kegigihan hamba yang mendekatinya.

Jadi bila kita masih ringan dan mudah tergelincir dalam berbuat maksiat, itu bisa jadi merupakan
indikasi bahwa kualitas shalat kita masih buruk dan perlu segera diperbaiki.

c. Mengundang pertolongan Allah

Dalam surat Al-Baqarah ayat 45 Allah berfirman: Artinya: Dan mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan shalat (Q.S. Al-Baqarah : 45)

Shalat itu bagaikan kunci sebuah lemari yang berisi harapan-harapan kita. Akan menjadi mimpi
jikalau kita menginginkan segera datangnya pertolongan Allah, tetapi kita tidak pernah
memperdulikan mutu shalat yang kita lakukan, bagai menginginkan isi lemari tapi tidak
memiliki kuncinya. Oleh karena itu kegigihan kita dalam memperbaiki shalat serta kesungguhan
dalam memperbanyak sujud, berarti kesungguhan kita dalam membuka kunci pertolongan Allah.

d. Penggugur dosa.

Shalat bila dikerjakan dengan penuh kekhusyuan, maka akan menjadi seseorang siap untuk mati
setiap saat, karena memiliki bekal yang cukup untuk pulang kehadapanya.
Jika kita ingin mengetahui serta ingin mengambil manfaatnya dalam pelaksanaan kehidupan
sehari-hari, maka harus mencari dan mengumpulkan syarat dan batas khusyu’ itu karena tanda-
tanda itu telah ditunjukkan dalam ayat-ayat firman Allah dalam surat al-Fath ayat 29 yang
artinya:

Dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (Q.S. al-Fath :
29).

Shalat yang khusyu’ (mencari keridhaan-Nya dan telah diridhai-Nya) telah ditandai dengan
bekas (sujud) yang terdapat dalam muka mushalli.7 Pengertian ayat ini secara harfiyah tidak
berlawanan dengan hukum fisika modern, ilmu faal (teknologi), ilmu dialektika dan lain-lain.
Orang yang telah diberi bekas pada bagian tempat sujud sebagai tanda hamba yang telah diterima
pengabdiannya akan sangat bahagia dalam hidupnya.

Tanda-tanda Orang yang Khusyu dalam Sholat


Secara simbolis tanda-tanda itu ditafsirkan lagi pada tanda-tanda lain pada wajah misalnya
pandangan mata yang bening karena sering bercermin kehadapan yang maha suci, senyum ikhlas
selalu muncul akibat pembiasaan taqwa sabar dan ridha, tutur bahasa yang baik, lembut dan
rendah hati akibat pembacaan menbaca kalimat- kalimat suci.

a. Perbuatan Keji dan Mungkar akan Lenyap

Pada surat al-Ankabut telah diterangkan, jika shalat yang sebenarnya telah dicapai (khusyu)
maka perbuatan keji dan mungkar akan lenyap. Tidak perlu ditegaskan lagi karena alam telah
dilengkapi oleh Tuhan dengan jalinan ketertiban hukum sebab akibat yang sangat rapih.

b. Bekerja dengan baik-baik dalam menghiasi kehidupan

Efek yang akan didapat nanti bertimbal balik dengan apa yang diusahakan; yaitu terhindar dari
kerja yang buruk jadi kerja yang baik-baik akan menghiasi kehidupan sehari-hari, ini merupakan
ciri-ciri kedua tanda-tanda orang telah khusyu’. Allah berfirman dalam Q.S.al-Maarij : 19-23
yang artinya:

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. (Q.S. al-Maarij : 19-23)

c. Tidak berkeluh Kesah dengan Keterbatasan dan memiliki ketentraman batin

Ciri berikutnya, dua tanda sekaligus. Orang-orang yang mendirikan shalat akan terhindar dari
sifat-sifat umum manusia tidak akan berkeluh kesah dalam kesusahan dan kemiskinan dan tak
ada kikir, kalau mendapatkan kebaikan dan kekayaan mushalli akan kelihatan sabar, pemurah
dan kasih sayang dalam berbagai keadaan.

Allah berfirman dalam Q.S. Thaha: 14 yang artinya : Sesengguhnya Aku ini adalah Allah, tidak
ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
Aku (Q.S. Thaha: 14).

Allah berfirman dalam Q.S. Ar-ro’du: 28 yang artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
lah hati menjadi tenteram (Q.S. Ar-ro’du: 28).

Ayat di atas menjelaskan bahwa hati yang tenteram hanya di dapat dengan cara mendirikan
shalat. Seseorang yang telah khusyu’ shalatnya, akan mendapatkan ketenteraman hati meskipun
dalam kondisi yang sulit; dan betapapun juga tersembunyi ketentraman hati itu di dalam dada,
akan memberi bekas kepada wajah dan tingkah laku seseorang ketenangan dan ketentraman
batin.

d. Diberi Kecukupan Rezeki


Allah berfirman yang artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakanya. kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang
memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa. (Q.S.
Toha :132).

Masalah rizki adalah masalah pokok kehidupan, meliputi, kebutuhan lahir maupun batin
manusia. Persoalan inilah yang dicari oleh manusia pagi dan petang. Sebagaimana firman Allah
SWT: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari
dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. (Q.S. Ar-Ruum: 23).

Namun, bagi orang yang bersabar melakukan shalat, jaminan (rizki) telah diberikan oleh Allah
sehingga terdapat pula kesabarannya ketika melakukan tugas hidup itu. Mengusahakan dan
melengkapinya, ia telah dikaruniai ketenangan dan ketentraman lahir batin, serta bersabar atas
apa saja yang terjadi atas dirinya.

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (Q.S. al- Baqarah.45).

e. Selalu terlihat penuh kesabaran dalam setiap keadaan

Ciri shalat khusyu’ berikutnya adalah sabar. Orang sabar tak menghiraukan penolong lain selain
Allah. walaupun itu berat. Jika susunan itu dibalikkan untuk menggali pengertian yang ada di
dalamnya akan terdapat pengertian al-Mukminun ayat 1-2 yang artinya : “Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.
(Q.S. al-Mukminun : 1-2).

f. Memiliki Kebahagiaan Lahir dan Batin

Ciri berikutnya, orang yang telah khusyu’ shalatnya, mereka berbahagia lahir dan batin di dalam
maupun di luar shalat.

Mencermati dari ciri shalat yang khusyu’, maka muslim yang mendirikannya selalu dalam
keadaan tenang, sabar, dan bahagia dalam menjalani kehidupan ini.

Dalam prosesnya shalat yang dilaksanakan dengan khusyu’ terdapat nilai pendidikan diantaranya
ialah melatih kita untuk mengetahui bacaan serta menghayati shalat secara benar sehingga tujuan
shalat dapat terarah dengan baik dan sempurna, dilihat dari aspek pendidikan moral, shalat
khusyu’ akan dapat membentuk akhlak mulia, dari pendidikan spiritual dapat melatih shalat lebih
khusyu’ dan lebih dekat dengan Allah, juga secara psikologis dapat mendidik jiwa menjadi lebih
tenang.

Ciri-ciri tambahan Orang yang khusyu’ dalam Sholatnya

a. Gemetarnya hati
Yaitu ketika mendengar ayat-ayat Allah, sifat-sifat-Nya, keagungan-Nya, Kekuasaan-Nya,
dengan spontan timbul rasa takut dalam hatinya. Besarnya rasa takut ini kemudian berakibat
hatinya gemetar. Inilah tanda-tanda orang mukmin yang sejati.

Maksud dari hati gemetar di atas, bukan berarti takut, stres, deg-degan, atau hal-hal yang bersifat
negatif. Melainkan begitu dekatnya hati kepada Allah SWT, sehingga ketika melihat, mendengar
dan merasakan segala kekuasaan Allah, hati akan terasa kecil dan hina. Hal ini akan dapat
mendorong hati untuk lebih dekat, akrab, hangat dalam mendekatkan diri pada Tuhannya.

b. Reaksi fisik

Perasaan khusyu’ pada diri seorang hamba yang beriman bisa membuat adanya reaksi fisik
tertentu, seperti kulitnya merinding. Perasaan merinding juga dikarenakan hati terasa begitu
dekat pada Allah SWT .

c. Tangisan

Ekspresi kekhusyu’an seorang hamba dengan tangisan atau cucuran air mata, nampaknya bisa
menambah kedekatan hamba kepada Tuhannya. Hal inilah yang dicatat dalam Al-Qur’an surat
al-Isra: 109 yang artinya: “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu. (Q.S. al-isra: 109).

Ekspresi kekhusyu’an dengan tangisan di atas, merupakan suatu penghayatan dari hati dalam
bertutur kata, bersikap, bertingkah laku selama hidup. Semuanya itu dipertaruhkan dihadapan
Allah, oleh sebab itu seseorang akan merasa hina dihadapan-Nya, karena hanya Allah lah yang
paling sempurna.

d. Ketenangan.

Kekhusyu’an seorang hamba dapat dilihat dari fisiknya yang tenang dan jiwanya yang tenang
dalam beribadah. Ketenangan di atas merupakan keikhlasan seseorang dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah SWT.

Shalat merupakan ibadah yang paling fundamental dalam Islam. Ia bukan sekadar kewajiban
bagi setiap Muslim, tetapi (seharusnya) merupakan kebutuhan manusia secara spiritualitas.
Shalat berasal dari kata shalla-yushalli-shalat-shilat, yang berarti hubungan.

Dalam konteks sufisme, shalat berarti adanya keterjalinan atau hubungan vertikal antara makhluk
dan Khalik, antara hamba dan Tuhannya. Shalat merupakan wahana untuk mendekatkan diri
pada Tuhan, ber-taqarrub kepada Allah SWT, penguasa jagat raya ini.

Oleh karena itu, seorang Mukmin yang benar-benar shalat, jiwanya tenang dan pikirannya
lapang.Rasa khusyu’ dalam shalat tidak hanya di lakukan dalam hati saja, tetapi seluruh aktivitas
fisik ketika shalat pun harus betul-betul mengekspresikan hati yang khusyu’.
Karena, khusyu’ tidaknya anggota badan bisa mempengaruhi rasa kekhusyu’an hati. Bahkan
khusyu dan tidaknya hati seseorang ketika melaksanakan shalat, bisa dilihat dari anggota
badannya. Misalnya orang yang memainkan jenggotnya ketika shalat, itu adalah salah satu bukti
keterkaitan antara hati dengan anggota badan.

Keterangan-keterangan lain yang menguatkan bahwa rasa khusyu’nya hati akan dipengaruhi
sikap tenangnya anggota badan ketika melaksanakan shalat, bisa dilihat dalam surat al-
Mukminun ayat 1-2, yang artinya: Beruntunglah orang-orang yang beriman (mukmin), yaitu
mereka yang khusyu’ dalam shalatnya. (Qs. al-Mukminun: 1-2).

Kesimpulan maksud khusyu’ dalam ayat di atas, bisa kita lihat pada penjelasan Ibnu ‘Abbas. Ia
menjelaskan bahwa yang di maksud dengan khusyu’ pada ayat di atas mencakup dua aspek:
pertama, rasa takut dan rendah hati dalam hati; kedua, tenangnya seluruh anggota badan
(termasuk pandangan matanya).8

Hukum Shalat Khusyu

Mengenai hukum shalat khusyu’, muncul perbedaan pendapat di kalangan ulama, apakah khusyu
itu menjadi syarat sah atau menjadi salah satu rukun shalat yang menentukan sah atau batalnya
shalat. Di bawah ini dicantumkan beberapa pendapat tentang hukum khusyu’.:

a. Menurut Imam al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya, hukum khusyu’ itu apakah rukun atau
merupakan syarat sah atau hanya penyempurnaan shalat, ada dua pendapat: Pertama, khusyu’
merupakan rukun shalat dan inilah yang benar. Kedua, merupakan kesempurnaan shalat.

b. Menurut al-Haitamy khusyu’ merupakan sunnah dalam shalat.Akan tetapi khusyu itu mesti
ada. Karena tanpa khusyu’ shalatnya akan kosong tidak mendapatkan pahala. Berbeda dengan
pendapat yang menyatakan bahwa menghadirkan hati dan tenangnya anggota badan itu
merupakan wajib dalam shalat.

c. Menurut as-Shan’any ditegaskan bahwa ada pebedaan tentang kewajiban khusyu’ di dalam
shalat. Menurut jumhur ulama khusyu’ tidak wajib. Imam Nawawy juga menegaskan ulama telah
ijma’ bahwa khusyu’ tidaklah wajib.

d. Menurut imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, mengemukakan dalil tentang


mensyaratkan khusyu’ dan hadirnya hati di dalam shalat antara lain Firman Allah: Artinya:
Sesengguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (Q.S. Thaha: 14).

Tata Cara Menghadirkan Kekhusyuan dalam Sholat

Meskipun secara batin tidak bisa dipastikan apakah seseorang khusyu’ atau tidak dalam
shalatnya, tetapi ini bisa dilihat dari sikap dzahirnya. Dengan sikap dzahir ini, dapat dilihat
bahwa seorang sedang shalat dengan khusyu’. Dalam hal ini, al-Hafidz Ibnu Rajab al- Hilali,
menuturkan, bahwa sifat – sifat shalat khusyu di antaranya :
a. Meletakkan tangan kanan pada tangan kiri saat berdiri sebelum ruku’. Sikap seperti itu
menunjukkan bahwa shalat seseorang khusyu’. Tindakan seperti itu menunjukkan ketundukan
dihadapan Allah Swt.

b. Seluruh anggota tubuh (fisik) Thumakninah (tenang) dalam setiap gerakan.

Sikap yang tenang dalam shalat mengandung arti bahwa setiap gerakan shalat dilakukan dengan
tidak terburu-buru. Semua gerakan shalat dilakukan dengan sempurna. Karena dengan
ketenangan akan mudah untuk mendapatkan rasa khusyu’.

c. Hati menghadap hanya kepada Allah Swt tidak kepada selain-Nya

Hal ini dapat dipahami dengan dua keadaan: Pertama, hati tidak berpaling kepada Allah Swt, dan
mengosongkan hati dari semua hal selain aktivitas shalat. Kedua, hati dan penglihatan mata tidak
berpaling ke kanan dan ke kiri. Pandangan mata tertuju ke tempat sujud, sedang hati menghadap
kepada Allah Swt.

d. Ruku’, dengan menunjukkan ketundukan dan kepatuhan disertai dengan ketundukan hati
kepada Allah Swt.

e. Sujud dengan menundukkan kepala sejajar dengan bumi sebagai bukti ketaatan dan kepatuhan.

Ketika seseorang yang shalat merendahkan kepala yang menjadi anggota badan paling mulia dan
sejajar dengan kaki serta muka mencium bumi, pada saat itulah manusia harus menyadari bahwa
ia sangat hina dan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kekuasaan dan keagungan
Allah Swt. Lebih dalam lagi, manusia harus menyadari juga bahwa dulu ia diciptakan Allah dari
tanah, maka ia pun akan kembali dikubur dalam tanah.

f. Menyifati Allah dengan sifat yang agung.

Selain dengan sikap ruku’ dan sujud, kekhusyu’an seorang hamba kepada Allah disempurnakan
dengan ungkapan pujian yang menunjukkan kemuliaan, kebesaran, keagungan, dan ketinggian
sifat-sifat-Nya. Dengan demikian segala aktivitas yang dilakukan dalam ibadah shalat tidak ada
yang sia-sia. Namun mengandung makna dan manfaat terhadap jasmani dan rohani untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/cara-khusyu-dalam-sholat/

Anda mungkin juga menyukai