Anda di halaman 1dari 3

‫ اش هد ان ال ال ه االّ اهلل‬,‫احلم د اهلل ن ّور القل وب املؤم نني باملعرف ة ف اطمئنّت قل وهبم باالتوحي د‬

‫ واشهد ا ّن حممدا‬,‫الرقيب اجمليد‬


ّ ‫الس موات وما ىف األرض وهو‬
ّ ‫وحده الشريك له يعلم ما ىف‬
‫ اللهم صلى وسلم على‬,‫عبده ورسوله الّذى انار الوجود بنور دينه وشريعته اىل يوم الوعيد‬
)‫سيدنا حممد وعلى اله واصحابه الّذين امنوا وعملوا الصاحلات اىل يوم املوعود (اما بعد‬
‫حق تقاته والمتوتن اال وانتم مسلمون‬
ّ ‫فيا ايها الناس اتّقوا اهلل‬
‫ قد‬.‫ اعوذ بااهلل من الشيطان الرجيم‬.‫واذت قرء القران فااستمعوا له وانصتوا لعلّكم ترمحون‬
‫افلح املؤمنون الّذين هم ىف صالهتم خاشعون‬
Hadirin Rohimakumullah
Pada hari sayyidul ayyam ini, khatib ingin berwasiat khususnya bagi khatib pribadi dan
umumnya kepada para mustami’in sekalian. Marilah kita senantiasa terus berusaha dan tiada
hentinya berusaha untuk meningkatkan frekuensi keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
SWT. Takwa dalam arti memelihara diri kita agar selalu konsisten dalam beribadah kepada Allah
dan meninggalkan serta menjauhi seluruh perkara yang dilarang oleh Allah SWT.
Bentuk ibadah yang nyata dan sering dilaksanakan oleh seorang mukallaf adalah shalat.
Pengertian shalat menurut bahasa adalah do’a, namun tidak semua do’a itu adalah shalat, karena
shalat memiliki tata caranya masing-masing. Sama halnya dengan upacara pengibaran bendera
merah putih yang kita laksanakan pada setiap hari senin, tidak hanya asal begitu saja mengibarkan
bendera merah putih, tetapi ada tata caranya. Karena upacara itu adalah sesuatu yang sakral,
begitupun shalat, shalat tidak hanya berdo’a begitu saja tetapi ada tata caranya. Ini merupaka suatu
dilalah yang menunjukan bahwa ta’rif secara bahasa tidak bisa dijadikan dalil atau landasan
hukum, jadi shalat itu adalah suatu perkataan dan perbuatan ibadah yang diawali dari takbiratul
ihram dan diakhiri dengan salam yang isinya adalah penuh dengan do’a-do’a.

‫اقوال وافعال مفتتحة باالتكبري وخمتتمة باالتسليم‬


Hadirin Rohimakumullah
Keistimewaan perintah shalat 5 waktu ini merupakan hikmah terpenting dari peristiwa isra
dan mi’raj, perintah shalat tersebut diterima langsung oleh Nabi Muhammad SAW tanpa melalui
malaikan penyampai wahyu yaitu malaikat Jibril. Sebab semua perintah Allah diterima oleh para
nabi melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril, tidak langsung diterima oleh nabi, dengan
melihat cara penyampaian perintah shalat yang sangat di istimewakan ini, kita hendaknya
menyadari betapa pentingnya shalat 5 waktu.
Jika kita menggali lebih dalam lagi bertemulah dengan satu kesimpulan bahwa ibadah
shalat adalah pencerminan penyerahan diri yang tulus dari seorang hamba, pengakuan lahir batin
akan keagungan dzat Allah serta janji untuk ta’at dan tunduk kepadaNya. Maka dari itu sekiranya
seorang hamba telah menegakkan shalatnya dengan benar dapat dipastika seluruh perjalanan
hidupnya senantiasa melakukan perbuatan terpuji serta akhlak yang mulia terhindar dari semua
perbuatan tercela dan kemungkaran. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat al-
Ankabut ayat 45
ِ ‫الصلو َة َنتهى ع ِن اْل َفحش‬
‫آء َواْلُمْن َك ِر‬ ِ
َْ َ َ ْ َّ ‫ا َّن‬
Artinya : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar”

Dari ayat tersebut di atas muncul sebuah pertanyaan “kenapa banyak orang yang
mengerjakan shalat tetapi selalu melakukan kejahatan dan kemungkaran”? Padahal ayat tersebut
menerangkan bahwa shalat itu mencegah kejahatan dan kemungkaran. Jawabannya adalah jika

kita kaji pada ayat tersebut terdapat ‫َنْت َهى‬ yaitu kalimat fi’il mudhari’ yang memiliki makna ‫تعليل‬
yaitu sebuah harapan atau ketidakpastian. Jadi walaupun orang tersebut rajin beribadah
melakasanakan shalat belum tentu orang tersebut tercegah dari perbuatan maksiat. Kita bisa
tercegah dari kemaksiatan apabila melaksanakan shalatnya dengan benar disertai dengan ilmunya,
kemudian seluruh perjalanan hidupnya dihiasi oleh perilaku terpuji serta akhlak yang mulia dan
orang tersebut akan mendapat kebahagiaan disurga nanti apabila melakukan shalatnya dengan
benar dan khusyu. Sebagaimana dengan Firman Allah dalam surat al-Mu’minun ayat 1-2

Yaitu orang yang khusyu dalam shalatnya, sudah sangat jelas diterangkan pada ayat diatas
bahwa pasti berbahagia bagi seorang muslim yang melaksanakan shalatnya dengan khusyu,
meskipun demikian yang menentukan kita akan masuk surga/tidaknya itu dengan fadhal Allah,
belum tentu orang yang rajin ibadah akan masuk surga, begitupun sebaliknya, belum tentu orang
yang maksiat akan masuk neraka, meskipun demikian janganlah kita berfikir untuk tidak
beribadah dan mengerjakan maksiat, karena yang menentukannya adalah fadhal Allah, justru oleh
sebab itu, kita tidak akan mendapatkan fadhal Allah apabila kita tidak berbuat amal-amal bagus
untuk mecarinya keridhannya untuk tidak melaksanakan ibdah kepada Allah. Mana mungkin kita
akan mendapatkan keuntungan. Apabila modal yang kita miliki belum terpenuhi, jadi apabila kita
ingin mendapatkan fadhal Allah, kehidupan kita harus terhiasi oleh seluruh perkara yang bersifat
mana mungkin kita akan mendapatkan fadhal apabila kita tidak beribadah. Ibadah, melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangannya Insya Allah dengan begitu kita akan mendapatkan
fadhal Allah
Hadirin jama’ah shalat jum’at yang di rahmati Allah. Banyak sekali manfaat dari
melaksanakan shalat, salah satunya bisa menyembuhkan berbagai macam peyakit hati, bukan
hanya itu saja. Di dalam ilmu biologi semua gerakan shalat mulai dari takbir sampai dengan salam
penuh dengan berbagai manfaat yang dapat menyehatkan tubuh dan melancarkan peredaran darah,
oleh sebab itu orang yang melaksanakan shalat terjaga akan kesehatannya, baik kesehatan jasmani
maupun rohani.
Kemudian apabila kita berbicara tentang pahala shalat khususnya shalat berjam’ah banyak
sekali pahalanya mulai dari pahala barisan paling depan dibelakang imam, disebelah kanan imam,
dan pahala berjama’ah
Sebagaimana yang diterangkan oleh M. Sakho Ad-Dimiyati di dalam kitab hal 45

Nadzom ini sesuai dengan hadist Rasulullah Saw, yang ditukil oleh Imam Nawawi
didalam kitab riyadusshalihin

Yang artinya:
Dari Ibnu Umar R.A. Rasulullah Saw bersabda. “ Shalat berjamaah lebih utaman
27 derajat dari pada shalat sendirian “.
Kesimpulan dari uraian yang telah saya sampaikan adalah, mari kita senantiasa beribadah
keppada Allah salah satunya adalah dengan mengerjakan sahalat 5 waktu. Karena shalat
merupakan kewajiban bagi kita seorang muslim yang mukallaf. Didalam shalat bukan hanya
pahala yang kita dapat, tetapi bisa menjadi obat bagi kita

Shalatlah kamu karena sesungguhnya shalat itu adalah obat untuk sehat
Demikian khutbah yang saya sampaikan mudah-mudahan kita semua diberikan taufik dan
hidayah oleh Allah agar selalu ingat kepadanya dan konsisten dalam beribadah kepadanya

Anda mungkin juga menyukai