Anda di halaman 1dari 23

ADAB SHALAT DAN BERDZIKIR

A. ADAB SHALAT

Shalat adalah ibadah wajib bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal sehat. Shalat pada
hakikatnya adalah bentuk komunikasi antara seorang hamba dengan Allah Swt.. Akan tetapi, banyak
orang kurang bisa menikmati ibadah shalat. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal, di antaranya adalah
karena ia menganggap shalat hanyalah rutinitas belaka, sehingga shalatnya tidak berdampak apa-apa
dalam kehidupannya. Padahal Allah berfirman bahwa dengan shalat yang khusyu’ maka seseorang akan
bisa terhindar dari berbuat kekejian dan kemunkaran. Sehingga di antara masalah bangsa ini adalah
banyak orang yang shalat, tapi sebagian mereka ada yang melakukan korupsi. Naudzu Billahi. Lalu kita
perlu bertanya; Ada apa dengan shalatnya? Bagaimanakah shalatnya?

Marilah kita agungkan ibadah shalat ini dengan cara memperhatikan adab-adabnya, yaitu:

1. Menjaga waktu dan batas-batasnya.

Ketika waktu shalat masuk, bersegera menunaikannya dengan penuh semangat saat kewajiban itu tiba.
Nabi bersabda pada Bilal: “Wahai Bilal, hiburlah kami dengan shalat!“ (Maksudnya: beradzanlah lalu kita
melaksanakan shalat dan menikmati shalat).

Allah berfirman yang artinya: "Maka celaka bagi orang-orang yang shalat. Yaitu orang yang shalat
mereka lupa diri". Para ulama mengatakan lupa dalam ayat ini terutama adalah masalah meneledorkan
waktu shalat.

2. Demikian pula tempat shalat dan sujud, kita rapikan dan bersihkan dari najis-najis yang ada,
singkirkan gambar, tulisan atau apa saja yang mengganggu kekhusyu’an shalat.

3. Memakai pakaian kita yang terbaik, saat panggilan shalat telah tiba, rapi, santun, baik, harum
semerbak (bagi laki-laki) dan menutup aurat secara sempurna. Allah amat senang kalau perintahnya kita
amalkan dengan suka cita. Allah memerintahkan dalam Al-Quran: ‫ُخ ُذوْ ِز ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلِّ َم ْس ِج ٍد‬

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, …” {QS. al-A’raf 7: 31}.
Memakai pakaian terbaik saat shalat merupakan tanda dan wujud syukur seseorang akan nikmat Allah
Swt. yang dikaruniakan padanya.

4. Menyesal serta bersedih, jika tidak dapat menunaikan dan menikmati shalat dengan baik dan
sempurna. Di antara inti shalat adalah berzikir di dalam shalat. Allah berfirman pada Nabi Dawud: “Dan
dengan berzikir padaKu, hendaklah mereka merasa ni’mat”.

Allah berfirman: “dan sungguh, zikir pada Allah-lah yang terbesar”. Maksudnya adalah kita diharapkan
menikmati zikir atau bacaan-bacaan shalat kita, sehingga berpengaruh pada hati nurani dan amal
perbuatan sehari-hari.

5. Dan supaya kita khusyu’, Nabi memerintah: “shalatlah seperti shalatnya orang yang berpamitan
(dari dunia ini)”. Maksudnya shalatlah seakan-akan ini adalah shalat kalian yang terakhir di dunia.
B. ADAB BERDZIKIR

Kurang afdhal apabila orang yang melaksanakan shalat, usai salam ia langsung berdiri pulang tanpa
berzikir. Sehingga ba'da shalatpun seseorang dianjurkan berzikir. Zikir menurut bahasa berarti ingat.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah mengingat Allah dengan cara memperbanyak mengucapkan
kalimat-kalimat thayyibah sesuai dengan yang diajarkan oleh rasulullah, para sahabat, dan orang-orang
yang soleh sebelum kita.

Allah Swt. berfirman dalam surah al-A’raf ayat 205 yang artinya:

“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan
tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai” (Q.S. al-A’raf [7]:205).

Ayat di atas, maka kita akan paham bahwa zikir adalah suatu yang diperintahkan oleh Allah sesering
mungkin. Kita sebagai seorang Muslim tentunya tidak asing lagi dengan zikir. Hanya saja,terkadang kita
tidak memperhatikan adab/cara berzikir. Sehingga tidak jarang zikir yang kita lakukan tidak berbekas
sama sekali terhadap kehidupan kita. Padahal minimal, zikir bisa menentramkan hati pelakunya,
sebagaimana firman Allah yang berarti: “Bukankah dengan berzikir/ mengingat Allah hati akan menjadi
tentram? ”Oleh karenanya, perlu kita perhatikan adab-adab saat berzikir kepada Allah. Adapun adab
berzikir di antaranya adalah:

Ikhlas dalam berzikir mengharap ridha Allah, membersihkan amal dari campuran dengan sesuatu.
Menghadirkan makna zikir dalam hati, sesuai dengan tingkatannya dalam musyahadah.

1. Berzikir dengan zikir dan wirid yang telah dicontohkan Rasulullah, karena zikir adalah ibadah.
Membaca Al-Quran dengan niat berzikir juga dianjurkan.

2. Mencoba memahami maknanya dan khusu’ dalam melakukannya.

3. Duduk disuatu tempat atau ruangan yang suci seperti duduk dalam shalat juga dianjurkan.

4. Mewangikan pakaian dan tempat dengan minyak wangi, pakaian yang bersih dan halal.

Memilih tempat yang agak sunyi, boleh memejamkan dua mata, karena dengan mata terpejam itu,
tertutup jalan-jalan panca indra lahir, sehingga mengakibatkan terbukanya panca indra hati.

Adab Membaca Alqur’an dan Berdoa

Terdapat beberapa adab dan aturan yang harus diperhatikan oleh umat muslim ketika mereka membaca
Kirab Suci Al – Qur’an dan pada saat membaca doa.

Adab Membaca Alqur’an


Al – Qur’an merupakan kitab suci umat muslim di seluruh dunia. Kitab ini merupakan kitab yang
sempurna dan tidak ada keraguan dalam diri setiap muslim mengenai keberannya. Sebab apa yang
ditulis di dalam Al – Qur’an merupakan firman Allah SWT yang tak terbantahkan.

Oleh sebab itu di dalam membaca kitab suci ini dibutuhkan aturan aturan yang disebut dengan adab.
Dan berikut ini adalah adab dalam membaca Al – Qur’an yang wajib untuk kamu perhatikan.

1.) Dalam Keadaan Suci

Merupakan kewajiban bagi umat muslim untuk membaca Al – Qur’an dalam keadaan suci, artinya sudah
melakukan wudhu yang bertujuan untuk menghilangkan hadast kecil di dalam tubuh.

Bahkan diharamkan bagi umat muslim untuk menyentuh kitab suci ini ketika berada dalam keadaan
belum suci atau belum berwudhu.

2.) Membaca dengan Pelan

Disunnahkan bagi umat muslim untuk membaca ayat ayat di dalam Al – Qur’an dengan suara pelan dan
perlahan. Hal ini dilakukan agar kita bisa memahami makna dari ayat ayat yang kit abaca.

Jika kita hanya membaca dengan cara cepat saja namun tidak memahami arti dan maknanya maka hal
tersebut adalah perbuatan yang sia sia.

3.) Membaca Al – Qur’an dengan Khusyu’

Di sini dijelaskan jika kita disunnahkan untuk membaca ayat suci Al – Qur’an dengan khusyu’ dan penuh
dengan penghayatan. Tapi bukan berarti harus menangis yang dibuat buat.

4.) Membaca dengan Suara yang Indah dan Membaguskan Bacaannya


Disunnah bagi kita untuk membaca Al – Qur’an dengan suara yang indah, bahkan lebih indah daripada
saat kita sedang bernyanyi. Namun selain memperindah suara pada saat melantunkan ayat ayat Al –
Qur’an kita juga harus membaca setiap ayat Al – Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas. Dan terang
dalam menyebutkan setiap makhraj hurufnya. Serta penggunaan panjang dan pendek yang benar hingga
memperhatikan penggunaan tajwid.

5.) Membaca Al – Quran Dimulai dengan Isti’azah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Ketika membaca Al – Qur’an diwajibkan bagi kita untuk tidak mengganggu orang di sekeliling kita
terutama mereka yang sedang shalat. Maka dari itu membaca Al – Qur’an tidak diperlukan suara yang
keras ketika berada di tempat umum, terutama ketika berada di Masjid.

Bacalah setiap ayat Al – Qur’an dengan suara yang lirih dan khusyu’.

Adab Membaca Doa

Salah satu cara manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkan atau meraih apa yang dikehendaki
adalah dengan berusaha. Dan apalah artinya usaha tanpa dibarengi dengan doa.

Karena Allah telah menjanjikan pada seluruh umatnya yang berdoa dan meminta dengan kesungguhan
hati, maka dirinya akan mendapatkan apa yang diinginkan. Semuanya berkat Allah SWT.
Namun berdoa hanya sekadar berdoa saja kurang tepat rasanya, sebab ada adab dalam membaca doa
yang wajib untuk kamu perhatikan. Agar doa yang kamu panjatkan dikabulkan.

Berikut ini adalah adab membaca doa agar terkabulkan :

1.) Dengan Menggunakan Hati

Salah satu cara agar doa dapat didengarkan oleh Allah adalah dengan memanjatkannya melalui sepenuh
hati. Dengan cara menghadirkan Allah SWT dalam setiap tarikan napas, denyut nadi dan detak jantung.
Pada dasarnya Allah selalu bersama kita, kapanpun dan dimanapun kita berada. Allah SWT akan selalu
melihat dan mengawasi. Bahkan Allah bisa mendengar isi hati dan bisikan kita.

Maka dari itu membaca doa tak perlu dengan suara lantang agar didengarkan. Cukup dengan penuh
kesungguhan hati dan menghadirkan Allah SWT dalam diri kita. Maka Allah akan melihat kesungguhan
hati kita.

2.) Dengan Rasa Takut Serta Rasa Penuh Harap

Pastinya ketika kita berdoa kita sangat berharap Allah SWT akan mengabulkan segala doa yang kita
panjatkan. Maka dari itu saat kita berdoa, berodalah dengan memasrahkan diri hanya pada Allah semata
agar Allah mengabulkan setiap doa yang kita panjatkan.

3.) Dengan Menggunakan Suara yang Lembut

Berdoa bukan harus dengan menggunakan suara keras dan lantang. Tapi bisa dengan cara berbisik dan
menggunakan suara yang lembut. Karena berdoa bisa dibilang bagaikan meratap dan mengiba pada
Allah SWT yang selalu dekat dengan kita. Maka berdoa yang seperti ini yang akan didengar oleh Allah.
4.) Diawali Dengan Istighfar, Menyesal dan M

engakui Dosa – Dosa

Sebelum berdoa kita bisa beristighfar dan meminta ampunan dari Allah SWT dengan kerendahan hati
dan memuji serta mensucikan Allah dalam doa doa yang kita panjatkan.

Nah, itulah beberapa adab membaca Alqur’an dan berdoa yang baik dan benar menutut anjuran Islam.
Agar kita mendapatkan keberkahan dan pahala saat melantunkan ayat suci Al – Qur’an. Sedangkan doa
yang kita panjatkan bisa didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT.

ADAB KEPADA ORANG TUA DAN GURU

Abdullah Ibnu Amar al-‘Ash r.a. berkata : Bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda : “Keridhaan
Allah tergantung kepada keridhaan orang tua.” (HR. Tirmidzi). Dari hadits diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa adab kepada orang tua dan guru sangatlah penting. Berikut adalah
beberapa adab atau sikap kita kepada orang-orang yang telah berjasa dalam hidup kita,
khususnya orang tua dan guru.Ko

A. ADAB KEPADA ORANG TUA

Orang tua merupakan orang yang secara jasmani menjadi asal keturunan anak, orang tua
merupakan sosok yang paling dekat hubungannya dengan anaknya. Pengorbanan orang tua
sungguh tiada tara, mereka mendidik kita dan menyerahkan hidupnya untuk keselamatan
anaknya.

Islam mengajarkan agar seorang anak untuk selalu menaati orang tuanya selama tidak
bertentangan dengan agama. Dalam Al-Qur’an Allah sering mengiringkan perintah ta’at kepada-
Nya diikuti dengan berbuat baik pada orang tua, karena merekalah tangan kedua setelah Allah.
Sebagaimana Firman Allah swt. dalam surah An-Nisa’ ayat 36 sebagai berikut.

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu memperekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
(QS. An-Nisa 4:36).

Dalam ayat tersebutm dijelaskan bahwa kita diwajibkan beribadah kepada Allah swt., juga
berbuat baik kepada orang tua. Terutama seorang Ibu yang secara khusus Allah menyebutkan
betapa berat mendidik anaknya, sejak dalam kandungan, melahirkan, menyusui, serta mendidik
ke tahap selanjutnya.
Oleh karena itu, ketika Rasulullah saw. ditanya, kepada siapa lebih awal berbuat baik? Beliau
menjawab “kepada Ibumu, lalu Ibumu, dan Ibumu baru kemudian kepada bapakmu.”

Selanjutnya Allah swt. memerintahkan bersyukurlah atas ni’mat iman dan ihsan serta
bersyukurlah kepada orang tua mu atas ni’mat tarbiyyah (pendidikan). Karena keduanya
penyebab adanya kamu dan karena pendidikan mereka yang baik sehingga menjadi kuat.
Kita harus selalu berbuat baik kepada kedua orang, sebagaimana Firman Allah dalam surah

Luqman ayat 14.


Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.
Hanya kepada Aku kembalimu” (QS. Luqman 31:14).

Dan yang harus menjadi pertimbangan adalah pendidikan dan kasih sayang orang tua terhadap
anaknya tidaklah hanya dua tahun. Sebagaimana tuntunan Al-Qur’an, pendidikan anak
diberikan sampai sang anak dewasa, bahkan sampai sang anak berkeluarga, seorang ibu pun
sering membimbing anaknya.

Tetapi perlu diperhatikan, jika kedua orang tua membawa kita untuk kekufuran dan syirik
kepada Allah swt., maka tidak perlu untuk di ta’ati.

Akan tetapi, tetaplah bergaul dalam urusan dunia baik dengan baik dan Ihsan sekalipun mereka
musyrik. Karena kekufuran , mereka terhadap Allah, tidaklah menghilangkan kelelahannya
dalam mendidik anak-anaknya, maka wajarlah jika Allah memerintahkan kita untuk merawat
kedua orang tua kita pada masa tuanya ditunjukkan dalam firman Allah swt. QS. Al-Isra ayat 23
berikut.

Artinya : Dan Tuhanmu menetapkan bahwa janganlah kamu menyembah melainkan kepada-
Nya dan berbuat baiklah kepada ibu bapak. Jika sampai salah seorang mereka atau keduanya
telah tua dalam pemeliharaanmu (berusia lanjut), maka janganlah engkau katakan kepada
keduanya “ah” dan janganlah engkau bentak keduanya, dan berkatalah kepada keduanya
perkataan yang mulia (23). Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil (24)” (QS. Al-Isra 17 : 23-24).

Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa adab kepada orang tua (yang masih
hidup) adalah sebagai berikut :

Jangan berkata kasar yang dapat menyakiti perasaan kedua orang tua.
Berkata baik, sopan dan santun kepada kedua orang tua
Bertanggung jawab atas kehidupan dan kesejahteraannya di hari tuanya
Merendahkan diri di hadapan kedua orang tua.
Jangan membentak atau memarahi kedua orang tua
Maka merugilah orang yang bersama kedua orang tuanya tetapi ia tidak bisa memeliharanya
dengan baik dan berbakti kepada keduanya. Hal ini sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw.
yang artinya
Dari Suhail, dari ayahnya dan Abu Hurairah. Rasulullah saw. bersabda, “Merugilah ia (sampai 3
kali)”. Para sahabat bertanya, “Siapa ya Rasulullah?”. Rasulullah saw. bersabda, “merugilah
seseorang yang hidup bersama kedua orang tuanya atau salah satunya di saat mereka tua
renta, tetapi ia tidak masuk surga”. (HR. Muslim).

B. ADAB KEPADA GURU


Guru merupakan ‘orang tua kedua’ kita, merekalah yang berjasa dalam mendidik kita setelah
orang tua, Ilmu yang kita peroleh saat ini tidak lepas dari peranan seorang guru, seseorang
dapat membedakan baik dan buruk karena ilmu. Islam meletakkan ilmu di atas yang lainnya,
dan Islam juga meninggikan derajat orang yang berilmu dibanding yang lain.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya “Umamah Al-Bahili berkata bahwasannya
Rasulullah saw. bersabda : “Kelebihan orang alim (ulama) atas ahli ibadah seperti kelebihanku
atas orang yang paling rendah di antara kamu. Kemudian Baginda besabda lagi :
Sesungguhnya para malaikat dan penduduk langit dan bumi hingga semut dalam lubangnya
serta ikan bersalawat (berdoa) untuk orang-orang yang mengejar kebaikan kepada manusia”
(HR. Imam Tirmidzi).

Selain itu biasanya Orang tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan berbagai macam
ilmu kepada anaknya, maka dari itu peran guru adalah mengajarkan berbagai macam ilmu.
Setelah hormat dan ta’at kepada orang tua, setiap muslim wajib hormat dan menghargai
gurunya, karena gurunya merupakan orang yang perannya sangat penting dalam mendidik kita.
Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang siswa menghargai dan menghormati gurunya
Sebagaimana diperintahkan dalam sabda Nabi Muhammad saw. berikut.

Muliakanlah orang-orang
Artinya : muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu. (HR. Abu
Hasan).

Orang yang berilmu tidaklah pandai begitu saja tanpa proses belajar. Proses belajar bisa
dilakukan secara formal maupun non-formal. Proses belajar biasanya membutuhkan pembina
yang biasa disebut guru, yang mempunyai andil besar dalam proses belajar. Guru akan
membukakkan pintu-pintu ilmu lain baginya, yang menunjukkan bila kita salah, agar tidak
tergelincir pada kekeliruan. Hendaknya orang yang sedang belajar dan berilmu itu bersikap baik
terhadap guru.

Berikut adalah beberapa adab murid kepada guru.

1. MULIAKAN DAN MENGHORMATI GURU


Memuliakan orang yang berilmu/guru termasuk perkara yang dianjurkan, sebagaimana
Rasulullah saw. berikut.

Ibnu Abbas r.a berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Bukan termasuk golongan umatku orang
yang tidak menyayangi yang muda, tidak menghormati yang tua, tidak memerintahkan
kebajikan dan tidak melarang kemungkaran” (HR. Tirmidzi).

Agar mendapat ilmu dan taufik, seorang murid hendaknya memuliakan dan menghargai guru,
serta berlaku lemah lembut dan sopan santun, jangan memotong pembicaraannya, dan
memperhatikan dengan baik. Agar kita mendapat ilmu yang bermanfaat, aamiin
2. MENDOAKAN UNTUK KEBAIKAN BAGI GURU

Rasulullah saw. bersabda :

Ibnu Umar r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Jika ada orang yang memberimu, maka
balaslah pemberian itu, jika tidak bisa membalasnya, maka doakanlah ia, sehingga kamu
memandang telah cukup membalas kebaikan tersebut”.

Ibnu Jama’ah ra. berkata : “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunyqa sepanjang
masa, memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya, dan menunaikan haknya apabila telah
wafat”. “Dan karena ilmu yang telah diberikannya juga, hendaknya seorang murid mendoakan
gurunya, semoga ia diberikan pahala atas ilmu yang telah diberikan kepada muridnya”.

3. REDAH HATI KEPADA GURU

Sama halnya dengan adab kepada orang tua, kita juga harus merendahkan hati kepada guru,
walaupun sang murid lebih pintar, hendaknya menghidari perdebatan dengan guru, dalam hal
ini seorang murid hendaklah bersikap rendah hati kepada gurunya, karena sesungguhnya
rendah hatinya seorang murid kepada gurunya adalah kemuliaan dan tunduknya adalah
kebangaan, sebagaimana Ibnu Jama’ah pernah mengatakan demikian.

Nabi Muhammad saw. bersabda, yang artinya : “Abu Hurairah ra. berkata : bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda :”Pelajarilah ilmu, pelajarilah ilmu ketenangan dan kesopanan, dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kamu ambil ilmunya” (HR. Tabrani). Ibnu Abbas juga
peenah menyampaikan :”Aku merendahkan diri tatkala aku menuntut ilmu, maka aku
dimuliakan tatkala aku menjadi guru”.

4. MENCONTOH AKHLAKNYA

Guru adalah teladan bagi muridnya, oleh karenanya, hendaklah seorang murid mencontoh
akhlak dan kepribadian gurunya yang baik. Seperti mencontoh kebiasaan dan ibadahnya.
Seorang guru pasti membrikan hal-hal yang baik secara lisan atau perbuatan terhadap murid-
muridnya.

5. MENENANGKAN HATI GURU

Seorang murid hendaknya tidak membuat gusar gurunya. Imam Syafi’i dalam pertemuannya
dengan gurunya, Imam Malik, pada tahun 170 H, hampir tidak pernah meninggalkan gurunya
sampai gurunya wafat pada tahun 179 H. Imam Syafi’i tidak pernah meninggalkannya, kecuali
ketika ia pergi ke Mekah untuk menjenguk ibunya ataupun pergi ke pusat ilmu atau faqoh.
Itupun setelah diperoleh izin dan restu daru gurunya.

Ada sebuah cerita tentang Imam Syafi’i, ketika beliau berziarah ke makam Abu Hanifah, ia
datang bersama dengan salah satu murid seniornya Abu Hanifah, bernama Hasan Asy-
Syaibani. Setelah tiba di makam, Hasan Asy-Syaibani mempersilahkan Imam Syafi’i untuk
menjadi imam shalat subuh.

Pada rakaat kedua Imam Syafi’i tidak membaca qunut; padahal dalam mahzabImam Syafi’i
sendiri membaca qunut asalah sunat ab’ad, tetapi beliau meninggalkan membaca qunut.
Setelah selesai shalat, Hasan Syaibani bertanya, “Mengapa Anda tidak membaca qunut wahai
Syafi’i? Bukankah engkau berpendapat bahwa qunut subuh sebuah amalan sunat yang perlu
dibaca?” Aku malu dengan pemilik kuburan ini” Sahut Imam Asy-Syafi’i.

etika (adab) dalam bersosial media menurut pandangan Islam:

a. Tabayyun (cek dan ricek)

Dalam (QS. Al-Hujurat [49]:6) disebutkan bagaimana etika serta tata cara menyikapi sebuah berita yang
kita terima, sebagai berikut:

۟ ‫ُوا قَوْ ۢ ًما ب َج ٰهَلَ ٍة فَتُصْ بح‬


َ‫ُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم ٰنَ ِد ِمين‬ ِ ِ
۟ ‫صيب‬ ٌ ۢ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا إِن َجٓا َء ُك ْ'م فَا ِس‬
ِ ُ‫ق بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُ ٓو ۟ا أَن ت‬

Yā ayyuhallażīna āmanū in jā`akum fāsiqum binaba`in fa tabayyanū an tuṣībụ qaumam bijahālatin fa


tuṣbiḥụ 'alā mā fa'altum nādimīn

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat
[49]:6)

Quraish Shihab menerangkan ada dua hal yang dapat diperhatikan terkait ayat tersebut. Pertama,
tabayyun terhadap pembawa berita apakah orang fasiq (orang yang aktivitasnya diwarnai dengan
pelanggaran agama).

Kedua, menyangkut dengan isi berita bahwa perlu adanya penyelidikan kebenaran sebuah berita.

Kedua hal ini merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan. Islam tidak membenarkan adanya share
berita tanpa melakukan penyelidikan kevalidan secara mendalam.

b. Menyampaikan informasi dengan benar.

Islam mengajarkan opini yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta serta diungkapkan dengan
tulus.

Tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya di media sosial. Istilah ini disebut
qaul zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu.

Firman Allah SWT:

ُّ ‫س ِمنَ ااْل َوْ ثَا ِن َواجْ تَنِبُوْ ا قَوْ َل‬


‫الزوْ ِر‬ ْ َّ‫ت هّٰللا ِ فَهُ َو خَ ْي ٌر لَّهٗ ِع ْن َد َرب ٖ ِّۗه َواُ ِحل‬
َ ْ‫ت لَ ُك ُم ااْل َ ْن َعا ُم اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم فَاجْ تَنِبُوا الرِّج‬ ِ ٰ‫ۙ ٰذلِكَ َو َم ْن يُّ َعظِّ ْم ُحرُم‬

Dzaalika wa mai yu'azzim hurumaatil laahi fahuwa khairul lahuu 'inda Rabbih; wa uhillat lakumul
an'aamu illaa maa yutlaa 'alaikum fajtanibur rijsa minal awsaani wajtanibuu qawlaz zuur
Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua
binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-
berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta." (QS. Al-hajj [22]:30)

c. Haram menebar fitnah, kebencian, dan lainnya.

Dalam Fatwa MUI No 24 Tahun 2017, disebutkan juga mengenai Hukum dan Pedoman Bermuamalah
Melalui Media Sosial. Hal ini berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menggunakan medsos yang
berdampak positif.

Isi dari fatwa tersebut sebagai berikut:

Melakukan ghibah; fitnah, namimah (adu-domba); dan menyebarkan permusuhan.


Melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan berdasarkan suku, ras. atau antara golongan;
Menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik, seperti info tentang kematian
orang yang masih hidup;
Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala yang terlarang secara syari;
Menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai dengan tempat atau waktunya.
d. Media sosial digunakan untuk amar ma’ruf nahi munkar yang menjamin dan mengatur kebebasan
ekspresi.
Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap insan. Namun, berpendapat sering kali disalahgunakan
untuk membuat fitnah, opini palsu, dan menebar kebencian yang sering diutarakan melalui media sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media secara harfiah diartikan sebagai alat (sarana)
komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk.

Advertising

Advertising
Sedangkan sosial berarti berkenaan dengan masyarakat.

Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan
umpan balik secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan
tak terbatas.

Dikutip dari laman Binus oleh Abdul Rasyid (2017), media digital berbasis media sosial juga bisa
menimbulkan dampak negatif (mudharat).

Contohnya peredaran berbagai berita yang tidak benar, hoaks, ghibah, kebencian, permusuhan, fitnah,
hingga adu domba (namimah) di media digital berbasis media sosial.

Adab Bersosial Media Dalam Pandangan Islam

Dalam buku Akidah Akhlak Kelas VIII yang diterbitkan Kementerian Agama (2020), terdapat beberapa
etika (adab) dalam bersosial media menurut pandangan Islam:
a. Tabayyun (cek dan ricek)

Dalam (QS. Al-Hujurat [49]:6) disebutkan bagaimana etika serta tata cara menyikapi sebuah berita yang
kita terima, sebagai berikut:

۟ ‫ُوا قَوْ ۢ ًما ب َج ٰهَلَ ٍة فَتُصْ بح‬


َ‫ُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم ٰنَ ِد ِمين‬ ِ ِ
۟ ‫صيب‬ ٌ ۢ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا إِن َجٓا َء ُك ْ'م فَا ِس‬
ِ ُ‫ق بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُ ٓو ۟ا أَن ت‬

Yā ayyuhallażīna āmanū in jā`akum fāsiqum binaba`in fa tabayyanū an tuṣībụ qaumam bijahālatin fa


tuṣbiḥụ 'alā mā fa'altum nādimīn

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat
[49]:6)

Quraish Shihab menerangkan ada dua hal yang dapat diperhatikan terkait ayat tersebut. Pertama,
tabayyun terhadap pembawa berita apakah orang fasiq (orang yang aktivitasnya diwarnai dengan
pelanggaran agama).

Kedua, menyangkut dengan isi berita bahwa perlu adanya penyelidikan kebenaran sebuah berita.

Kedua hal ini merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan. Islam tidak membenarkan adanya share
berita tanpa melakukan penyelidikan kevalidan secara mendalam.

b. Menyampaikan informasi dengan benar.

Islam mengajarkan opini yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta serta diungkapkan dengan
tulus.

Tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya di media sosial. Istilah ini disebut
qaul zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu.

Firman Allah SWT:

ُّ ‫س ِمنَ ااْل َوْ ثَا ِن َواجْ تَنِبُوْ ا قَوْ َل‬


‫الزوْ ِر‬ ْ َّ‫ت هّٰللا ِ فَهُ َو خَ ْي ٌر لَّهٗ ِع ْن َد َرب ٖ ِّۗه َواُ ِحل‬
َ ْ‫ت لَ ُك ُم ااْل َ ْن َعا ُم اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم فَاجْ تَنِبُوا الرِّج‬ ِ ٰ‫ۙ ٰذلِكَ َو َم ْن يُّ َعظِّ ْم ُحرُم‬

Dzaalika wa mai yu'azzim hurumaatil laahi fahuwa khairul lahuu 'inda Rabbih; wa uhillat lakumul
an'aamu illaa maa yutlaa 'alaikum fajtanibur rijsa minal awsaani wajtanibuu qawlaz zuur

Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua
binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-
berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta." (QS. Al-hajj [22]:30)

c. Haram menebar fitnah, kebencian, dan lainnya.


Dalam Fatwa MUI No 24 Tahun 2017, disebutkan juga mengenai Hukum dan Pedoman Bermuamalah
Melalui Media Sosial. Hal ini berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menggunakan medsos yang
berdampak positif.

Isi dari fatwa tersebut sebagai berikut:

Melakukan ghibah; fitnah, namimah (adu-domba); dan menyebarkan permusuhan.


Melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan berdasarkan suku, ras. atau antara golongan;
Menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik, seperti info tentang kematian
orang yang masih hidup;
Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala yang terlarang secara syari;
Menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai dengan tempat atau waktunya.
d. Media sosial digunakan untuk amar ma’ruf nahi munkar yang menjamin dan mengatur kebebasan
ekspresi.
Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap insan. Namun, berpendapat sering kali disalahgunakan
untuk membuat fitnah, opini palsu, dan menebar kebencian yang sering diutarakan melalui media sosial.

Allah SWT meminta agar setiap umat (manusia) membela apa yang baik benar, seperti diterakan dalam
dalam surah berikut:
ٰۤ ُ
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬
َ 'ِ‫ول ِٕٕى‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْنك‬
‫َر ۗ َوا‬

Waltakum minkum ummatuny yad'uuna ilal khairi wa yaamuruuna bilma 'ruufi wa yanhawna 'anil
munkar; wa ulaaa'ika humul muflihuun

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung." (QS. Ali Imran:104)

e. Tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain

Media sosial tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain, seperti disampaikan dalam firman Allah
SWT:

‫َسى اَ ْن يَّ ُك َّن خَ ْيرًا ِّم ْنه ۚ َُّن َواَل ت َْل ِم ُز ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوْ ا‬ ٓ ٰ ‫َسى اَ ْن يَّ ُكوْ نُوْ ا خَ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َس ۤا ٌء ِّم ْن نِّ َس ۤا ٍء ع‬
ٓ ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل يَسْخَ رْ قَوْ ٌم ِّم ْن قَوْ ٍم ع‬
ٰ ۤ ٰ ُ ‫ق بَ ْع َد ااْل ِ ْي َما ۚ ِن َو َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَا‬
َ‫ك هُ ُم الظّلِ ُموْ ن‬ َ 'ِ‫ول ِٕٕى‬ ُ ْ‫س ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬ ِ ۗ ‫بِااْل َ ْلقَا‬
َ ‫ب بِ ْئ‬

Yaaa ayyuhal laziina aamanuu laa yaskhar qawmum min qawmin 'asaaa anyyakuunuu khairam minhum
wa laa nisaaa'um min nisaaa'in 'Asaaa ay yakunna khairam minhunna wa laa talmizuuu bil alqoob; bi'sal
ismul fusuuqu ba'dal iimaan; wa mal-lam yatub fa-ulaaa'ika humuzh zhalimuun

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan
yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat [49]:11)
f. Larangan menebarkan kebencian dan berita palsu

Dalam (QS. An-Nur [24]:4) Allah SWT melarang untuk menebar kebencian dan membuat berita palsu:
ٰۤ ُ ۚ
َ‫ك هُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن‬
َ 'ِ‫ول ِٕٕى‬ ‫ت ثُ َّم لَ ْم يَأْتُوْ ا بِاَرْ بَ َع ِة ُشهَد َۤا َء فَاجْ لِ ُدوْ هُ ْم ثَمٰ نِ ْينَ َج ْل َدةً َّواَل تَ ْقبَلُوْ ا لَهُ ْم َشهَا َدةً اَبَدًا َوا‬ َ ْ‫ۙ َوالَّ ِذ ْينَ يَرْ ُموْ نَ ْال ُمح‬
ِ ‫ص ٰن‬
I

Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera,
dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang
yang fasik." (QS. An-Nur [24]:4)

Edukaloka

Adab Bergaul dengan Saudara, Teman, dan Tetangga

Home Belajar Online Adab Bergaul Dengan Saudara, Teman, Dan Tetangga

Skip to content

Adab Bergaul dengan Saudara, Teman, dan Tetangga

POSTED ONAUGUST 7, 2020

BELAJAR ONLINE

Yuk, Kita simak video Adab Bergaul dengan Saudara, Teman, dan Tetangga dibawah ini!

Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari seseorang manusia. Penciptaan manusia
sebagai mahluk sosial membuatnya selalu membutuhkan orang lain. Hidup bermasyarakat tentu bukan
perkara yang mudah, hal ini merupakan perkara yang tidak boleh disepelekan. Menjaga akhlak dalam
hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat penting. Hal ini bertujuan agar hubungan baik dengan
orang lain selalu terjalin dengan harmonis sehingga menciptakan rasa cinta, damai dan tentram di
antara masyarakat.

Setiap muslim wajib memiliki akhlak karimah, dan tuntunan akhlak karimah adalah ajaran Islam. Sumber
hukum akhlak karimah juga merupakan sumber hukum Islam itu sendiri yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah.
Oleh karena itu seseorang tidak mungkin memiliki akhlak karimah apabila tidak menjalankan syariat
Islam secara benar.
Adab Bergaul dengan Saudara, Teman, dan Tetangga

Gambar : potret anak-anak muslim Indonesia

Sumber : http://pedomanbengkulu.com/wp-content/uploads/2017/06/Anak-Indonesia.jpg

Dalam agama islam ada beberapa aspek atau hal menyangkut Adab bergaul yang harus diketahui
diantaranya adalah dengan siapa kita bergaul dan bagaimana cara bergaul dengan orang lain. Untuk
lebih jelasnya simak penjelasan berikut ini mengenai pergaulan dalam islam.

Dalil yang mewajibkan kita memiliki akhlak karimah antara lain:

Perintah untuk hidup tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan

Allah Saw. berfirman dalam surah Al Maidah ayat 2

Artinya:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran….”. (Q.S. Al-Maidah: 2)

beberapa aspek atau hal menyangkut pergaulan yang harus diketahui diantaranya adalah dengan siapa
kita bergaul dan bagaimana cara bergaul dengan orang lain. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan
berikut ini mengenai pergaulan dalam islam :

Adab Bergaul dengan Teman Sebaya

Teman sebaya adalah teman yang sederajat dengan kita. Contoh teman sebaya adalah teman sekelas di
sekolah, teman belajar atau teman bermain. Sesama teman sebaya harus saling menolong, saling
menghormati, dan saling peduli satu sama lainnya. Kalau kita bergaul baik dengan teman sebaya, kita
akan mempunyai banyak teman di mana saja kita berada. Adab bergaul dengan teman sebaya antara
lain:
Mengucapkan assalamu’alaikum setiap kali bertemu teman.

Menghormati teman sebaya dan selalu berbaik baik kepada mereka.

Memaafkan kesalahan teman bila mereka lupa atau tidak sengaja melakukan kesalahan.

Tidak menghina dan meremehkan teman.

Tidak pelit dan tidak sombong kepada teman Anak yang bagus adabnya akan disukai oleh teman-
temannya.

Oleh karena itu, agar dicintai dan dihormati teman-teman sebaya, kita harus bergaul.

Akhlak Terhadap Tetangga dan Masyarakat

Di antara adab-adab yang paling utama dan sangat dianjurkan oleh Islam adalah sebagai berikut.

Memuliakan tetangga dan tidak menyakiti mereka.

Memulai salam

Selalu tersenyum dan ceria saat bertemu

Menolong saat dalam kesulitan

Memberikan penghormatan

Menasihati dalam lemah lembut

Menutupi aib

Saling berkunjung

Demikianlah penjelasan adab yang berisi tentang etika dan sistem pergaulan yang diatur dalam islam.
Dalam bergaul dengan sesama manusia hendaknya kita selalu memperhatikan hal-hal tersebut. Semoga
bermanfaat.

ADAB BERJALAN MENURUT ISLAM

Adab berjalan menurut Islam sebagai berikut:

1. Tenang dan sopan


Tenang dan sopan dalam berjalan maksudnya tidak “jelalatan” (pandangan mata kesanakemari),
pandangan mata ke depan dan mau melihat orang di depannya, wajah tidak seram, gerakan tubuh tidak
terlalu bebas, kaki melangkah tenang, gerakan tangan melambai teratur.

2. Badan lurus dan kepala sedikit menunduk

Jangan sampai dikatakan sombong karena kita berjalan dengan dada dibusungkan dan pandangan mata
selalu ke atas.

3. Berjalan secara normal

Lebih baik berjalan agak cepat dari pada berjalan lemah gemulai yang membuat orang lain (orang yang
berjalan di belakangnya) tidak sabar menunggu. Sebisa mungkin tidak membuat masalah dalam
berjalan.

4. Menciptakan kenyamanan dalam berjalan

Maksudnya membuat orang yang melihat kita berjalan menjadi nyaman karena kita berjalan tidak
mengada-ada dan biasa saja.

5. Mempunyai tujuan dengan jelas

Dalam berjalan semestinya mempunyai tujuan dengan jelas yang diniati menuju ke suatu dengan baik.

6. Boleh berhenti jika ada keperluan (yang mendesak)

Adab berjalan diperbolehkan berhenti jika ada keperluan tetapi dianjurkan sebentar saja. Misalnya,
sedang berkalan bertemu dengan teman lama yang lama tidak bertemu lalu menyapa, bersalaman, dan
berbincang-bincang sekedar menanyakan kabarnya, itu tidak masalah. Pembicaraan tidak boleh
ngelantur sehingga tujuan (niat) berjalan rusak karenanya.
7. Tidak mancari perhatian dalam berjalan

Jika kita berjalan dengan tujuan mencari perhatian orang lain berarti tidak menerapkan adab berjalan
menurut Islam.

8. Tidak berjalan dengan sambil makan

Meskipun hanya makan “makanan kecil”, tidak diperkenankan berjalan sambil makan. Jika terpaksa,
makanan dikunyah dan ditelan dulu barulah berjalan. Berjalan dengan makan akan menimbulkan sifat
tidak tahu malu. Termasuk berjalan dengan berbincang-bincang jika bersama orang lain.

9. Berjalan harus fokus

Jika berjalan tidak fokus (konsentrasi) bahwa seseorang sedang berjalan, maka bahaya mudah datang.

10. Tidak mendahului orang lain

Maksudnya adab bejalan yang baik termasuk tidak mendahului orang lain yang berjalan di depan kita
atau orang yang berjalan lebih awal dari kita tanpa permisi.

ADAB BERPAKAIAN MENURUT ISLAM

Adab berpakaian menurut Islam sewajarnya berhubungan dengan budaya masing-masing suku dan
bangsa. Bagi kita bangsa Indonesia adab berpakaian menurut Islam artinya adab berpakain yang tidak
melanggar ajaran Islam sebagai berikut:

1. Menata niat berpakaian


Berniat berpakaian untuk melaksanakan perintah Allah Swt. yaitu melindungi aurat dan menjaga
kesehatan tubuh agar tidak mudah sakit.

2. Berpakaian memenuhi syarat menutup aurat

Baik orang Islam laki-laki maupun orang Islam perempuan wajib menutup aurat dalam berpakaian jika
dapat dilihat oleh yang bukan mukhrim. Terutama bagi wanita jangan berpakaian yang ketat. Menutup
aurat bukan tergantung 1 (satu) model pakaian saja, selama model itu tidak menyalahi ajaran agama
berarti masih memenuhi syarat menutup aurat.

3. Berpakaian yang bersih dan nyaman

Seorang muslim yang baik selalu berpakaian yang bersih dan harum agar nyaman. Selama keharuman
pakaian tidak menyolok, diperbolehkan.

4. Model pakaian sesuai jenis kelamin

Islam mengajarkan dengan jelas bahwa laki-laki seharusnya menggunakan pakaian yang pantas dipakai
laki-laki, wanita menggunakan pakaian yang pantas dipakai wanita.

5. Tidak berpakaian yang glamour

Sekaya apapun seorang muslim tidak pantas memakai pakaian yang glamour (menyolok dan
berlebihan). Apalagi pakaian itu tidak disesuaikan dengan acara atau aktifitas yang ada.

6. Berpakaian disesuaikan dengan acara/ kegiatan

Maksudnya berpakaian sesuai dengan kesepakatan bersama atau aturan yang ada. Selama tidak
menyalahi ajaran Islam tidak masalah.
7. Tidak meniru-niru model pakaian yang dilarang agama

Sebagai seorang muslim sudah barang pasti dalam berpakaian mempunyai aturan sendiri. Bukan berarti
Islam membatasi model berpakaian, selama model itu tidak bertentangan dengan ajaran agama,
diperbolehkan.

8. Berpakaian hendaknya menyesuaikan usia

Di zaman sekarang, banyak orang berpakaian tanpa menyesuaikan usia. Meskipun tidak terlalu vital,
tanpa disadari penampilan seorang kakek seperti anak muda akan menjadi persoalan sendiri.

9. Mendahulukan tangan kanan dan berdoa

Maksudnya jika sedang akan memulai memakai pakaian didahulukan bagian tubuh sebelah kanan,
seperti tangan kanan, dan tidak lupa berdoa (paling tidak membaca basmalah). Dimaksudkan agar
pakaian yang kita pakai menjadi berkah dalam hidup.

ADAB MAKAN DAN MINUM MENURUT ISLAM

Adab makan dan minum menurut Islam sebagai berikut:

1. Sebelum makan dan minum membaca basmalah

Membaca basmalah sebelum memulai aktifitas makan dan minum sangatlah penting dalam adab makan
dan minum menurut Islam. Hal ini menunjukkan rasa syukur kepada Allah Swt. dan rezeki yang kita
gunakan untuk makan dan minum berkah.

2. Menjaga kehalalan makanan dan minuman


Makanan yang kita makan dan minuman yang kita minum hendaknya dijaga kehalalannya. Dimulai dari
sumber rezeki yang kita dapatkan, proses mengatur rezeki itu, sampai dengan terwujud makanan dan
minuman yang akan kita makan dan kita minum.

3. Makan dan minum dengan duduk

Sebagai muslim yang menjaga adab makan dan minum sebaiknya makan dan minum dengan duduk.
Secara medis makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita melalui proses duduk lebih baik
terserap dalam tubuh daripada yang melalui proses dengan berdiri.

4. Menggunakan tangan kanan

Dalam makan dan minum sebaiknya menggunakan tangan kanan kecuali jika tangan kanan kita kurang
berfungsi. Sifat tangan kiri hanya membantu tangan kanan.

5. Makan dan minum tidak berbicara

Jika ingin makan dan minum lancar dan sehat, maka saat makan dan minum tidak berbicara.

6. Tidak mencela makanan dan minuman

Sebagai muslim yang baik, senang atau tidak senang dengan makanan dan minuman yang akan kita
makan dan kita minum, kita tidak boleh menyela.

7. Makan mulai dari pinggir baru tengah


Artinya jika sendang makan, makanlah bagian pinggir dulu, baru bagian tenga. Hal ini bermaksud agar
kita tidak mengaduk-aduk makanan yang belum tentu habis kita makan dan terlihat tidak menjijikkan.

8. Tidak meniup-niup makanan dan minuman

Selain untuk menjaga kesopanan, tidak meniup-niup makanan dan minuman juga ajaran agama, Jika
tidak sangat mendesak hindari perbuaan tersebut.

9. Makan dan minum tidak terlalu kenyang

Orang Islam yang baik tidak akan merasa tamak karena makan dan minum tidak sampai kekenyanagan
(terlalu kenyanga). Makan dan minum secukupnya saja agar badan sehat dan hati tidak keras.

10. Mengakhiri makan dan minum dengan bacaan hamdalah

Biasanya sebelum makan kita berdoa dan membaca basmalah. Bagitu pula setelah makan paling tidak
membaca hamdalah dan berdoa. Dengannya Allah Swt. akan memberkahi rezeki kita sebagai bekal
mendapatkan ridha-Nya.

HIKMAH BERADAB BERJALAN, BERPAKAIAN, MAKAN DAN MINUM

Hikmah beradab berjalan, berpakaian, makan dan minum menurut Islam antara lain:

1. Semakin mantap menjadi orang Islam karena masalah kebiasaan sehari-hari diatur sehingga
menjadikan kita semakin santun dan beradab.

2. Memperoleh kepuasan batin dalam menerapkan aktifitas sehari-hari yang kita butuhkan.

3. Semakin dapat meningkatkan ajaran Islam dan menjadikannya kebiasaan hidup


4. Semakin menjadi pribadi yang terarah dan teratur dalam bersikap dan berperilaku

5. Dapat menjauhi sifat ceroboh (ketegesa-gesaan dalam beraktifitas).

6. Menjadikan hubungan sosial semakin nyaman dan damai.

7. Mewujudkan perlakuan lebih baik dari orang lain.

8. Dapat menerapkan ajaran agama dan nilai-nilai sosial yang tidak bertentangan dengan agama

9. Menjadikan kita umat yang taat beragama dan jauh dari sifat tamak dan mengadaada.

10. Dapat konsisten dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.

11. Menjadikan jiwa dan raga sehat.

Anda mungkin juga menyukai