Anda di halaman 1dari 10

Bab 3 Menghadirkan Salat dan Zikir dalam Kehidupan

Makna Salat

Sholat memiliki makna doa dalam bahasa. Kementerian Agama (Kemenag) RI menyatakan bahwa sholat
merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Menurut buku “Misteri Kedua Belah Tangan dalam Sholat, Zikir, dan Doa” oleh DR KH Badruddin
Hasyim Subky, M HI, sholat berasal dari kata shalla sholattun yang berarti mendirikan sholat.

Kata “shalla” jika dibaca menjadi “shalallahu ‘alaih” mengandung makna “semoga
Allah SWT memberikan rahmat atau keberkahan kepada hambaNya.”

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Kemenag RI mengartikan sholat sebagai
ibadah berupa berdoa kepada Allah SWT.

Sholat adalah bagian kedua dari rukun Islam dan merupakan ibadah wajib bagi umat
Islam yang sudah baligh atau dewasa.

Dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 238, Allah SWT mengajak untuk menjaga sholat
dengan khusyuk.

Para ulama sepakat bahwa sholat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah sholat lima waktu,
berdasarkan alasan seperti lafal “as-shalawat” yang berbentuk jamak, adanya sholat yang terletak di
tengah antara sholat-sholat lain, dan jumlah sholat dalam sehari yang ganjil, yaitu 5 waktu.

Sholat merupakan peragaan tubuh yang khusus dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Tata Cara Sholat Lima Waktu

1. Berdiri Tegak: Mata merunduk, niat sholat diarahkan semata-mata kepada Allah.
2. Membaca Niat Sholat 5 Waktu: Sesuai dengan waktunya seperti yang dijelaskan.
3. Takbir: Angkat kedua tangan sambil mengucapkan “Allahu Akbar.”
4. Bersedekap: Letakkan tangan kanan di atas tangan kiri, membaca doa Iftitah.
5. Membaca Surat al-Fatihah: Baca surat al-Fatihah dan coba merenunginya.
6. Membaca Surat Pendek dalam Al-Qur’an: Baca surat pendek seperti al-Ikhlas atau al-Falaq.
7. Membaca Allahu Akbar dan Ruku’: Baca “Subhaana rabbiyal ‘adziimi
wabihamdih” sambil mengangkat tangan, lalu ruku’.
8. Berdiri Sambil Mengangkat Tangan: Baca “Sami ‘allaahu liman hamidah” dan lanjutkan
dengan doa i’tidal.
9. Sujud Pertama: Bersujud dan membaca “Subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdih.”
10. Duduk di Antara Dua Sujud: Baca “Rabbighfirlii warhamnii wajburnii…”
11. Sujud Kedua: Sujud kedua dengan membaca doa yang sama.
12. Berdiri untuk Rakaat Kedua atau Selanjutnya: Lakukan langkah-langkah seperti rakaat pertama,
tetapi tanpa membaca doa Iftitah.
13. Tasyahud Awal: Duduk pada tahiyyat pertama dan baca doa.
14. Tasyahud Akhir: Lanjutkan dengan sholawat dan doa kepada Nabi Ibrahim.
15. Salam: Melihat ke kanan dan kiri, sambil mengucapkan salam.

Makna Zikir
1/5
Dzikir, yang berasal dari akar kata “dzakaro” dalam bahasa Arab, merujuk pada tindakan mengingat,
menyebut, dan mengenang. Dalam ajaran Islam, dzikir memiliki arti khusus, yaitu mengingat atau
menyebut nama Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an, dzikir juga merujuk pada doa yang diucapkan oleh
penghuni surga sebagai bentuk pengingatan terhadap keagungan Allah SWT.

Dalam surat Yunus ayat 10, dzikir dinyatakan sebagai “Subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau, ya
Tuhan kami), “Salam” (salam sejahtera), dan “Al-hamdu lillahi Rabbil ‘alamin” (segala puji bagi Allah
Tuhan seluruh alam). Syaikh Ibn Utsaimin mengkategorikan makna dzikir dalam Al-Qur’an sebagai
nasehat, wahyu, dan juga sebagai nama lain untuk Al-Qur’an itu sendiri. Dzikir dalam Al-Qur’an
memiliki peran sebagai pengajaran bagi seluruh alam tanpa meminta imbalan, serta sebagai sumber
ketenangan dan keyakinan bagi orang yang beriman. Imam Ibnu Qoyyim juga menegaskan bahwa
dzikirullah merujuk pada Al-Qur’an yang membawa ketenangan hati dan penguatan iman.

Keutamaan Dzikir dalam Alquran

Keutamaan dzikir dalam Al-Qur’an, seperti yang dijelaskan oleh Khalid Basalamah dalam buku
“Dzikir Pagi dan Petang”, meliputi beberapa aspek.

1. Pertama, berdzikir setelah sholat akan memberikan pahala besar kepada individu dan juga
menjauhkannya dari perbuatan keji dan munkar. Surat Al-Ankabut ayat 45 menyatakan bahwa
sholat mencegah perbuatan buruk dan mengingat Allah memiliki keutamaan yang lebih besar.
2. Kedua, bagi yang berdzikir untuk mengingat Allah SWT, Allah juga akan mengingat dan
memperhatikan hamba tersebut. Al-Baqarah ayat 152 mengingatkan bahwa mengingat
Allah akan mendatangkan pengingatannya terhadap kita dan mengajarkan kita untuk
bersyukur.
3. Ketiga, berdzikir juga dapat mengakibatkan pengampunan atas dosa-dosa.
Seperti dalam surat As-Saffat ayat 143-144, Allah mengampuni dosa Nabi Yunus setelah ia
berdzikir dan ia dibebaskan dari perut ikan yang menahannya.

Salat untuk Meraih Ketakwaaan dan Menghindari Perilaku Tercela

Ibu Hj. Sulaiman Hamid mengartikan makna sejati shalat berdasarkan QS. Al-Ankabut ayat 45. Firman
Allah tersebut menekankan pentingnya membaca Al-Quran dan mendirikan shalat. Shalat memiliki
peran dalam mencegah perbuatan keji dan mungkar. Keji merujuk pada tindakan yang melanggar
moral dan mungkar adalah perbuatan bertentangan dengan fitrah dan maslahah. Al-Quran mendorong
menganjurkan perbuatan baik (ma’ruf) dan mencegah perbuatan buruk (munkar).

Namun, meskipun seseorang secara fisik melaksanakan shalat, perilaku keji dan mungkar masih tampak.
Ini disebabkan karena shalat belum diterima oleh Allah SWT. Penolakan ini mungkin disebabkan oleh
kurangnya pemenuhan syarat dan rukun.shalat. Oleh karena itu, hanya fisik melakukan shalat tanpa
memenuhi syarat dan rukun akan membuat shalat menjadi tidak bermakna dan sia-sia.

Hikmah melaksanakan Salat dan Zikir

Perintah untuk mendirikan sholat terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 43, di mana Allah SWT
menyuruh umatnya untuk melaksanakan sholat, membayar zakat,
dan rukuk bersama dengan orang yang rukuk. Rasulullah SAW juga memerintahkan umatnya untuk
menjalankan sholat sebagaimana yang diajarkan olehnya.

Sholat yang diwajibkan pada setiap muslim disebut sholat fardhu atau sholat lima waktu. Sholat
memiliki hikmah penting dalam kehidupan dunia dan akhirat, antara lain:

1. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.


2/5
2. Memberikan ketenangan lahir dan batin.
3. Mendapatkan kecintaan kepada Allah SWT.
4. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
5. Menyucikan dan membersihkan jiwa.
6. Menyediakan kebutuhan pokok manusia yang melebihi segala-galanya.
7. Memberikan ketentraman dan kepuasan yang hakiki.
8. Meringankan untuk melakukan kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan.
9. Menghibur dalam kesulitan dan mengurangi penderitaan.
10. Membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan ketergantungan pada mereka.
11. Meraih ridha Allah sebagai hikmah utama dari ibadah sholat.

Mengamalkan Salat Lima Waktu dan Zikir Secara Istikamah

Salat dan zikir adalah ibadah yang harus terus dilakukan dalam menjalani kehidupan. Untuk menjaga
konsistensi dalam menjalankan keduanya, kita dapat melakukan beberapa langkah:

1. Menyadari Tujuan: Menyadari bahwa salat dan zikir bertujuan mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Keduanya berperan sebagai pengikat untuk terus berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.
2. Memahami Manfaat: Memahami manfaat salat dalam kehidupan, seperti memberikan
ketenangan, keingatan kepada Allah, rasa syukur, kesabaran, dan menghindari perbuatan buruk.
Salat juga berdampak pada kesehatan fisik dan semangat hidup.
3. Pandangan Akhirat: Mengingat bahwa akhirat adalah tujuan akhir kita. Kita harus
menyadari bahwa dunia hanya sementara dan kita akan kembali kepada Allah. Oleh karena itu,
kita perlu mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi.
4. Tidak Menunda: Tidak menunda salat dan zikir. Segera lakukan salat begitu mendengar azan,
meskipun harus menunda pekerjaan. Kekuatan tekad diperlukan untuk salat tepat waktu.
5. Niat yang Tulus: Melakukan salat dan zikir dengan niat tulus hanya untuk Allah, bukan untuk
pujian atau perhatian orang lain.
6. Salat Berjamaah: Upayakan melakukan salat berjamaah. Salat berjamaah lebih baik dan jika
tidak memungkinkan ke masjid, ajaklah orang yang tinggal bersama
untuk salat bersama.

3/5
Bab 4 Mengagungkan Allah Swt. dengan tunduk pada perintah- Nya

Sujud Syukur

Sujud Syukur adalah suatu tindakan dalam Islam di mana seseorang bersujud sebagai tanda rasa syukur
kepada Allah setelah mendapatkan nikmat atau karunia-Nya. Berikut rangkuman tentang pengertian,
hukum, dalil, sebab-sebab, syarat, rukun, bacaan, dan hikmah dari Sujud Syukur:
Pengertian Sujud Syukur: Sujud Syukur adalah sujud yang dilakukan sebagai tanda rasa terima kasih
kepada Allah ketika mendapat nikmat atau karunia, atau saat terhindar dari malapetaka.

Hukum dan Dalil: Mengungkapkan rasa syukur kepada Allah dengan Sujud Syukur adalah Sunnah.
Rasulullah Saw. mengajarkan untuk bersujud ketika mendapat kabar gembira atau nikmat. Contoh hadis
yang mendukung praktik ini adalah yang diceritakan oleh Abu Bakrah dan lainnya.

Sebab-sebab Sujud Syukur

Beberapa alasan untuk melaksanakan Sujud Syukur adalah:

1. Mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah.


2. Menerima kabar gembira atau berita menyenangkan.
3. Terhindar atau selamat dari bahaya atau musibah.

Syarat Sujud Syukur

1. Suci dari hadas dan najis pada badan, pakaian, dan tempat.
2. Menghadap kiblat seperti dalam shalat.
3. Menutup aurat.

Rukun Sujud Syukur

1. Niat untuk melaksanakan sujud syukur.


2. Takbiratul ihram, dimulai dengan mengucapkan “Allaahu akbar”.
3. Sujud dengan membaca doa sujud syukur.
4. Duduk setelah sujud tanpa membaca tasyahud.
5. Salam setelah bangun dari sujud.

Bacaan yang Masyhur: Bacaan yang umumnya dibaca ketika sujud syukur adalah kalimat yang
mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan.

Hikmah Sujud Syukur

1. Mendekatkan diri kepada Allah yang memberikan nikmat dan keselamatan.


2. Mencegah sifat sombong karena sadar bahwa semua yang diperoleh berasal dari
Allah.
3. Berpotensi mendapatkan penambahan nikmat.
4. Ungkapan kepasrahan hamba kepada Tuhannya.
5. Pahala dan ganjaran di akhirat bagi orang yang pandai bersyukur.
6. Dapat berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental.

Sujud Syukur merupakan tindakan yang memungkinkan umat Muslim untuk mengekspresikan rasa syukur,
rendah hati, dan ketergantungan kepada Allah atas nikmat dan karunia-Nya.
Sujud Sahwi
4/7
Sujud Sahwi adalah sujud yang dilakukan pada akhir shalat atau setelahnya sebagai kompensasi atas
kekurangan dalam pelaksanaan shalat akibat kelalaian atau lupa. Istilah “sahwi” berasal dari bahasa
Arab yang berarti lupa atau lalai.

Hukum dan Dalil

Sujud Sahwi dianjurkan untuk dilakukan ketika terdapat kekurangan dalam shalat, baik dengan
meninggalkan apa yang diperintahkan atau melakukan apa yang dilarang tanpa sengaja. Hadis Rasulullah
SAW menyatakan bahwa jika seseorang merasa ragu
tentang jumlah rakaat yang telah dilakukan dalam shalat, ia harus meninggalkan
keraguannya, mengikuti yang dia yakini, dan melakukan dua sujud sebelum salam. Jika jumlahnya
semestinya lima rakaat, maka sujud sahwi menggenapkan shalatnya, sedangkan jika jumlahnya empat
rakaat, sujud sahwi menjadi tanda penghinaan bagi setan.

Sebab Sujud Sahwi

Ada tiga kondisi yang memicu pelaksanaan sujud sahwi, yaitu:

1. Menambah rakaat atau gerakan dalam shalat.


2. Mengurangi rakaat atau gerakan dalam shalat.
3. Ragu dalam menjalankan shalat fardhu atau sunnah karena kelalaian.

Tata Cara Sujud Sahwi

1. Dilakukan dengan dua sujud sebelum salam.


2. Takbir dilakukan sebelum sujud sahwi.
3. Sujud dilakukan dengan tujuh anggota tubuh.
4. Selama sujud, bacaan “Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw” diulang beberapa kali.
5. Jika seseorang lupa melakukan sujud sahwi dan jeda setelah salam terlalu lama, ia bisa masuk
kembali ke dalam shalat dan melakukan sujud sahwi.

Hukum Sujud Sahwi

Sujud Sahwi dianjurkan dan diwajibkan dalam shalat fardhu dan sunnah jika terdapat kelalaian atau
lupa dalam pelaksanaannya. Bagi makmum di belakang imam, mayoritas ulama berpendapat tidak wajib
melakukan sujud sahwi, kecuali jika imam sendiri keliru dalam pelaksanaan shalat.

Sujud Sahwi merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap integritas dan kualitas pelaksanaan
shalat. Ia memungkinkan individu untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi karena kelalaian atau
lupa, menunjukkan pentingnya ketelitian dan konsentrasi dalam menjalankan ibadah.

Hikmah Sujud Sahwi


1. Menyadari Kekurangan Manusia: Sujud Sahwi mengingatkan manusia bahwa kesalahan,
keraguan, dan lupa adalah hal yang manusiawi. Ini menjadi pengingat bahwa manusia tidak boleh
sombong dan angkuh, karena semua manusia rentan melakukan kesalahan.
2. Penyempurna Kesalahan: Sujud Sahwi berfungsi sebagai cara untuk memperbaiki kekurangan dan
kesalahan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan shalat.
Dengan merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan, individu lebih sadar akan
kualitas dan kesempurnaan ibadah mereka.
3. Menggenapkan Pahala: Sujud Sahwi memberikan kesempatan untuk

5/7
mendapatkan pahala lebih banyak. Dalam usaha memperbaiki pelaksanaan shalat, Allah
memberikan pahala tambahan kepada individu yang mengakui kesalahannya dan berusaha
memperbaikinya.
4. Menghinakan Setan: Melalui sujud sahwi, setan yang berusaha menggoda manusia untuk berbuat
kesalahan di dalam ibadahnya akan merasa terhina. Sujud sahwi menjadi simbol kemenangan
manusia atas upaya setan untuk mengganggu ibadah.
5. Menumbuhkan Kesadaran akan Kelemahan Manusia dan Keagungan Allah:
Sujud Sahwi memberikan kesempatan bagi individu untuk merenungkan kelemahan dan keterbatasan
manusia. Ini juga memperkuat kesadaran akan keagungan Allah, yang memberi kemungkinan untuk
memperbaiki diri dan mendapatkan ampunan- Nya meskipun manusia berbuat kesalahan.

Sujud Tilawah

Sujud Tilawah adalah sujud yang dilakukan saat seseorang mendengar atau membaca ayat-ayat
tertentu dalam Al-Qur’an yang menyiratkan panggilan untuk sujud. Ini dapat dilakukan dalam
konteks salat atau di luar salat. Sujud tilawah juga dikenal sebagai sujud bacaan.

Ayat Sajadah adalah ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang, ketika dibaca atau didengar,
memerintahkan untuk melakukan sujud. Berikut adalah 15 contoh ayat Sajadah dalam Al-Qur’an:

1. Al-A’raf: 206
2. Ar-Ra’d: 15
3. An-Nahl: 49-50
4. Al-Isra’: 107-109
5. Maryam: 58
6. Al-Hajj: 18, 77
7. Al-Furqan: 60
8. An-Naml: 25-26
9. As-Sajda: 15
10. Fussilat: 38 (mayoritas ulama), 37 (Malikiyah)
11. Sad: 24
12. An-Najm: 62 (ayat terakhir)
13. Al-Inshiqaq: 20-21
14. Al-‘Alaq: 19 (ayat terakhir)

Ayat-ayat Sajadah sering ditandai dengan simbol seperti kubah atau tugu di sisi kanan atau kiri.

Dalam hadis yang disebutkan dalam artikel tersebut, sujud tilawah memiliki keutamaan besar. Hadis
tersebut menyatakan bahwa jika seseorang membaca ayat Sajadah dan kemudian sujud, setan akan
menjauhinya dengan menangis, karena manusia patuh dan setia dalam melaksanakan sujud, sementara
setan menolak untuk melakukannya
dan pantas mendapatkan hukuman neraka.

Artikel tersebut memberikan pemahaman yang baik tentang konsep sujud tilawah, ayat- ayat Sajadah, dan
keutamaan sujud tilawah berdasarkan hadis.

Tata Cara Melakukan Sujud Tilawah

Para ulama sepakat bahwa cara melakukan sujud tilawah yang benar adalah satu kali saja. Bentuk
sujudnya pun sama dengan sujud dalam salat seperti biasanya. Namun, ada perbedaan cara
melakukannya di dalam salat dan di luar salat.

6/7
Cara Sujud Tilawah di Luar Salat

Jika mendengar ayat Sajadah saat tidak salat, ada dua pendapat:

1. Pertama, mengangkat tangan dan mengucapkan takbir, berhenti sejenak, kemudian takbir lagi saat
turun sujud tanpa mengangkat tangan. Bangun, duduk sejenak
tanpa tahiyat, lalu akhiri dengan salam.
2. Kedua, turun dalam posisi sujud tanpa mengangkat tangan atau takbir sebelumnya.
Duduk ke posisi tasyahud, tanpa salam akhir.

Cara Sujud Tilawah di Dalam Salat

Dalam salat sendiri, sujud tilawah dilakukan dengan mengucapkan takbir, sujud satu kali, membaca doa
sujud tilawah, berdiri kembali, lalu melanjutkan salat hingga salam.

Jika salat berjamaah, ikuti imam. Jika imam tidak sujud tilawah, tidak perlu. Jika imam sujud tilawah,
ikuti.

Bacaan Sujud Tilawah

Bacaan saat sujud tilawah mirip bacaan sujud dalam salat. Ada bacaan lain:

1. Bacaan dari Hudzaifah, Rasulullah sujud dengan membaca: “Subhaana robbiyal a’laa” (Maha
Suci Allah Yang Maha Tinggi).
2. Bacaan dari Aisyah, Nabi Muhammad SAW membaca saat ruku dan sujud:
“Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy” (Maha Suci Engkau Ya
Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa- dosaku).

7/7
3. Bacaan dari Ali bin Abi Tholib, Rasulullah sujud dengan membaca doa yang panjang.
Artinya, dia bersujud kepada Allah, beriman, dan berserah diri, serta mengagungkan Allah.

Hukum Sujud Tilawah

Sujud tilawah adalah sunnah, seperti yang ditegaskan dalam hadis:

1. “Wahai manusia, kita melewati ayat sajadah. Barangsiapa bersujud, dia mendapatkan pahala.
Barangsiapa tidak bersujud, dia tidak berdosa.” – Hadis riwayat Bukhari.
2. Nabi membacakan surat An-Najm, tetapi tidak sujud. – Hadis riwayat Bukhari dan
Muslim.

Hikmah Sujud Tilawah

1. Perlindungan dari Setan: Orang yang melakukan sujud tilawah akan dijauhi oleh setan. Ini
mencegah godaan setan yang dapat mengarahkan manusia kepada perbuatan durhaka.
2. Jaminan Surga: Pelaksanaan sujud tilawah memberikan jaminan surga dari Allah
SWT. Namun, jaminan ini tergantung pada keseluruhan ketakwaan dan amal baik seseorang,
bukan hanya sekadar sujud tilawah.
3. Kepatuhan dan Kerendahan Hati: Sujud tilawah menjadi ekspresi patuh dan rendah hati
terhadap perintah Allah. Ini adalah bentuk penghormatan dan pengabdian kepada-Nya.
4. Pengingat Kesalahan Manusia: Sujud tilawah mengingatkan manusia bahwa mereka rentan
terhadap kesalahan dan lupa. Ini mencegah timbulnya sifat sombong, angkuh, dan takabur,
serta mendorong perbaikan akhlak.
5. Kesadaran atas Keagungan Allah: Melalui sujud tilawah, manusia disadarkan akan keagungan
Allah sebagai Pencipta dan Penguasa segalanya. Ini memperkuat kesadaran akan kedaulatan-Nya.
6. Bentuk Rasa Syukur: Sujud tilawah juga menjadi wujud rasa syukur atas segala nikmat yang
diberikan Allah kepada manusia. Ia mengingatkan manusia untuk bersyukur atas berbagai
karunia-Nya.

Bab 5 Damaskus: Pusat Peradaban Timur Islam (661-750M)

Sejarah berdirinya Bani Umayyah di Damaskus

Dinasti Umayyah adalah dinasti Islam didirikan pada 661 Masehi hingga 750 Masehi. Ini adalah kekhalifahan
pertama setelah era Khulafaur Rasyidin dalam sejarah Islam. Dinasti ini dinamai dari khalifah pertamanya,
Umayyah bin Abd asy-Syams atau Muawiyah bin Abu Sufyan. Terbagi dalam dua periode utama: 660-750 M di
Damaskus dan 756-1031 M di Cordoba, Spanyol.

Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah

Pemerintahan Khulafaur Rasyidin mengalami krisis setelah puncak kejayaan di bawah Utsman bin Affan
dan kemunduran di bawah Ali bin Abi Thalib. Dinasti Umayyah bermula dari perang saudara, Perang
Shiffin, antara Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib setelah kematian Utsman. Muawiyah memenangkan
perang ini dan mendirikan dinasti dengan dukungan kuat dari rakyat Syria dan keluarga Bani Umayyah.
Kemampuan administratif dan diplomasi Muawiyah juga berperan.

Masa Kejayaan Dinasti Umayyah

Dinasti Umayyah berperan dalam ekspansi Islam, pembangunan, dan ilmu pengetahuan. Empat khalifah
menonjol:

8/4
Muawiyah bin Abu Sufyan (661-680 M):

1. Memindahkan ibu kota dari Kufah ke Damaskus.


2. Mengganti sistem kekhalifahan menjadi kerajaan berdasarkan garis keturunan.
3. Membangun dinas pos dan mengubah kepemilikan harta.

Abdul Malik bin Marwan (684-705 M):

1. Mencetak mata uang Arab sendiri.


2. Mendirikan pabrik kapal dan Mahkamah Khusus.
3. Memperbaiki sistem kerja dinas pos.

Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M):

1. Peduli pada yatim, orang tua sendiri, musafir, penyandang disabilitas, ulama, dan fakir miskin.
2. Membangun pabrik, gedung pemerintahan, rumah sakit, dan panti asuhan.
3. Memilih pegawai pemerintahan dengan ketat.

Umar bin Abdul Aziz (717-720 M):

1. Mengembalikan harta yang dikuasai negara kepada pemiliknya.


2. Menyebarkan Islam melalui diplomasi.
3. Menerapkan hukuman dengan adil.
4. Mengurangi kemiskinan dengan cepat.

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Kekhalifahan Bani Umayyah di Damaskus (661-750 M) telah mencapai berbagai kemajuan dalam berbagai
bidang:

Bidang Militer dan Kekuasaan

1. Ekspansi wilayah yang mencakup Asia, Afrika, dan Eropa.


2. Menguasai wilayah Spanyol, Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriah, Palestina, Iran, dan sebagian India
serta Perancis.

Bidang Politik dan Pemerintahan

1. Tata pemerintahan yang ditingkatkan untuk wilayah yang semakin kompleks.


2. Khalifah didampingi oleh majelis penasihat dan lima sekretaris.
3. Khalifah Muawiyah mendirikan dinas pos, mencetak mata uang, dan
mengembangkan jabatan hakim.
4. Khalifah Abdul Malik bin Marwan menciptakan mata uang dinar dari emas dan menjadikan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi.

Bidang Sosial dan Budaya

1. Hubungan antarbangsa membawa akulturasi seni dan ilmu pengetahuan.


2. Kemajuan dalam seni bangunan terlihat di Dome of the Rock dan bangunan Masjid
Damaskus dan Masjid Agung Kordoba.
3. Penggunaan khat Arab sebagai motif ukiran.
4. Perkembangan sastra dengan tokoh-tokoh seperti Umar bin Abi Rabiah dan
Tuwais.

9/4
Bidang Ilmu Pengetahuan

1. Pengembangan bahasa Arab.


2. Pusat kegiatan ilmu berkembang.
3. Ilmu qira’at (seni baca Al Quran), tafsir, hadis, fikih, nahwu, jughrafi, dan tarikh berkembang.
4. Upaya menerjemahkan buku-buku pengetahuan ke dalam bahasa Arab.
5. Pendirian lembaga pendidikan untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan.

Memetik nilai Islami dalam Sejarah Bani Umayyah di Damaskus

Hikmah yang Dapat Dipetik dari Bani Umayyah di Damaskus

Dari kekhalifahan Bani Umayyah di Damaskus, kita bisa mengambil pelajaran berharga:

1. Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan: Melalui tindakan yang mengikuti ajaran agama, mereka
memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
2. Semangat Menuntut Ilmu: Mereka menunjukkan semangat tinggi dalam mengejar
ilmu dan pengetahuan.
3. Pengembangan Budaya Islam: Bani Umayyah menerapkan budaya yang sesuai dengan ajaran
Islam, menghasilkan kemajuan di berbagai bidang.
4. Persatuan dan Kesatuan: Mereka memperkuat persatuan dan kesatuan tanpa memandang
perbedaan warna kulit, negara, suku, dan bangsa.
5. Semangat Membela Agama dan Bangsa: Kekhalifahan ini memiliki semangat kuat untuk
membela agama, bangsa, dan negara.
6. Tanggung Jawab dalam Tugas: Bani Umayyah menunjukkan tanggung jawab tinggi dalam
pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan.
7. Kepemimpinan yang Dicintai: Pemimpin mereka menjadi teladan, dicintai oleh
rakyat karena kepemimpinan yang baik.
8. Cinta Tanah Air dan Pembangunan Bangsa: Semangat cinta tanah air dan usaha membangun
bangsa tercermin dalam upaya pembangunan infrastruktur dan pendidikan.

Hikmah-hikmah ini menunjukkan bahwa pemerintahan yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam mampu
menciptakan lingkungan yang produktif, harmonis, dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.

10/

Anda mungkin juga menyukai