Beli Jam Tangan kelas atas Dapatkan Cincin Naga Berlapis Emas 24K
CLASSIC FNGEEN
Selain itu, jika kita menyadari bahwa situasi yang kita hadapi sehari-
hari berputar seperti roda gerobak. Mungkin hari ini kita bisa
beribadah dengan baik dan tulus, tapi siapa yang tahu hari berikutnya
kami memiliki kemalasan suatu? Mungkin hari ini kita sangat senang,
tapi siapa yang tahu besok nasib kita atau lusa menjadi sebaliknya?
Oleh karena itu, dalam kondisi yang baik seperti yang kita masih perlu
berdoa. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, “Tiada sesuatu yang
paling mulia dalam -pandangan Allah, selain dari berdoa kepada-Nya,
sedang kita dalam keadaan lapang.” (HR. Al-Hakim).
Pengertian Doa
Menurut bahasa doa berasal dari Bahasa Arab الدعاءyang merupakan
bentuk masdar dari mufrad داعىyang memiliki bermacam-macam arti.
Dalam kamus Bahasa Arab di bawah judul huruf و, ع, دdisebutkan
sebagai berikut:
Dalam al-Qur’an terdapat 203 ayat dengan arti yang beragam. Sedang
menurut istilah doa berarti memohon kepada Allah SWT secara
langsung untuk memperoleh karunia dan segala yang diridhoiNya dan
untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau bencana yang tidak
dikehendakinya.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Klasifikasi
Perjanjian Internasional Beserta Penjelasannya
Namun demikian, antara doa dan dzikir tetap terjadi suatu perbedaan
baik dari segi definisi maupun dari segi-segi lainnya. Dari segi definisi
kita tahu bahwa doa adalah permohonan hamba terhadap TuhanNya,
sedangkan definisi dzikir adalah ucapan maupun perbuatan hamba
yang disukai para umat untuk menghasilkan jalan mengingat dan
mengenang akan Allah SWT. Yang dimaksud dengan ucapan dalam
dzikir, seperti lafadz-lafadz البقيّة الصالحاتyaitu:
bacaan Tasbih, Tahlil, Tahmid, Taqdis, Taqbir, Hauqolah, Hasbalah,
Istighfar dan doa-doa. Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan
dzikir yaitu perbuatan jiwa dan raga manusia yang tujuannya untuk
ta’at kepada Allah SWT.
Selanjutnya, dari segi waktu dan tempat, dzikir tidak terbatas oleh
waktu dan tempat, akan tetapi dzikir tetap memiliki etika yang harus
dilaksanakan bagi pendzikir itu sendiri. Dzikir hanya terbatas pada
ruang yang ditempati seperti ditempat-tempat yang dimakruhkan
untuk mengucapkan lafadh-;lafadh dzikir, contohnya di WC dan
ketika sedang membuang hajat, dikala sedang berjima’, sedangkan
mendengarkan khutbah serta dalam keadaan mengantuk. Sedang
pelaksanaan dzikir dapat dilakukan dalam segala rupa keberadaan
kita, yakni dikala sedang duduk, di kala sedang berdiri dan sedang
berjalan (lihat QS, 3: 190 – 191).