Anda di halaman 1dari 22

PENJELASAN TENTANG THAHARAH, SHALAT, ZAKAT DAN

PUASA

DISUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD SUHERI ZUL ALI GANI LUBIS ( 190120131 )

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan judul makalah tentang
Thaharah, Shalat, Zakat, dan Puasa. Telah menjadi tekad saya sejak awal untuk menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, saya mengerjakan makalah ini dengan
sungguh-sungguh dan memberikan berbagai informasi tentang maraton dan atletik yang saya
ambil dari berbagai sumber.

Makalah ini berjudul Pengertian, rukun, macam-macam, syarat, tata cara dan hikmah tentang
Thaharah, Shalat, Zakat, dan Puasa . Sebagai makhluk yang lemah dan tak sempurna, saya
mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan makalah ini. Saya mohon maaf apabila terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata Shalat secara Etimologis, berarti do'a. Adapun shalat secara Terminologis, adalah
seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu., dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Pengertian Shalat ini mencakup segala bentuk salat yang diawali dengan takbirt al-ihram dan
diakhi dengan salam. Digunakan kata shalat untuk ibadah ini, tidak jauh berbeda dengan
pengertian Etimologisnya. Sebab, di dalam shalat terkandung do'a-do'a berupa permohonan,
minta ampun, dan sebagainya.
Adapun yang menjadi landasan kefarduan shalat, diantaranya surat Al-baqarah ayat 45 dan ayat
100: " .. dirikanlah Shalat dan tunaikanlah zakat..'' ; " dan memohonlah pertolongan dengan sabar
dan shalat.."
Kewajiban Shalat dilandasi juga oleh Hadits Nabi yang secara Eksplisit, menyatakan bahwa
shalat termasuk rukun Islam.
:

" Islam dibangun diatas lima dasar ( rukun ) ; syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad utusan Allah, mendirikan Shalat, menunaikan zakat, haji ke Bait Allah, dan puasa
Ramadhan. ''

Dalam Islam, Shalat menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya.
Selain termasuk rukun islam, yang berarti tiang Agama, Shalat juga termasuk Ibadah yang
pertama diwajibkan Allah kepada Nabi Muhammad ketika Mi'raj.
Disamping itu, Shalat memiliki tujuan yang tidak terhingga. Tujuan Hakiki dari Shalat,
sebagaimana dikatakan Al-jaziri, adalah tanda hati dalam rangka mengagungkan Allah sebagai
pencipta. Disamping itu Shalat juga merupakan bukti takwa Manusia kepada Khaliknya. Dalam
salah satu ayat-Nya menyatakan bahwa Shalat bertujuan menjauhkan orang dari keji dan
munkar. (Materi Pendidikan Agama Islam. 2001: 23-24)
Banyak hadits yang menyatakan tentang Hakikat shalat, misalnya: "Sesungguhnya shalat itu
adalah tiang Agama. Barangsiapa menegakkannya, berarti Dia menegakkan Agama, dan
barangsiapa meninggalkannya, berarti dia merobohkannya". Akan tetapi,hakikat shalat bukan
hanya tindakan dan ucapan tertentu, tetapi juga harus disertai dengan kesadaran hati. (Shalat
dalam Persfektif Sufi. 2002: 77)

BAB II
PEMBAHASAN

2.I SHALAT
a.Pengertian solat

Sholat berasal dari bahasa arab yang artinnya ''do'a''. Sedangkan menurut isltilah sholat adalah
ibadah yang dimulai dengan bacaan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan mengucap salam
dengan syarat dan ketentuan tertentu. Segala perkataan dan perbuatan yang termasuk rukun
sholat mempunyai arti dan makna tertentu yang bertujuan untuk mendekatkan hamba dengan
Penciptannya.

Berbagai dalil Mengenai Solat

Dalil tujuan pelaksanaan sholat terdapat dalam Al-quran surat (20:14) yang tertera sebagai
berikut :

Artinya :

Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah
shalat untuk mengingat Aku. ( Surah Taha [20:14] )

Dalam surat Ta Ha (20:14) tersebut menjelaskan bahwa tujuan sholat adalah agar setiap
hambanya senangtiasa selalu berdzikir kepada Allah. Arti berdzikir disini adalah selalu
mengingat Allah dimanapun dan kapanpun. Seperti ketika kita takbir membaca '' Allahuakbar''
yang beratri Allah maha besar menjelaskan tentang keagungan Allah. Ketika hati kita selalu
mengingat Allah membuat jiwa kita menjadi tenang dan tentram.

Dan juga Al Quran Surat (29:45)

-- 29:45

Artinya :

Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah)
mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan. ( Surah Al-'Ankabut [29:45] )

Sedangkan dalam surat Al Ankabut (29:45) menyebutkan bahwa sholat mampu menghindarkan
kita dari perbuatan keji dan mungkar. Dalam ayat tersebut berarti jika sholat kita baik, benar dan
khusyuk, hal tersebut membuat nurani kita paham akan segala larangan yang diperintahkan
untuk tidak dilakukan yang bisa disebut dengan kualitas ketaqwaan seseorang. Karena kualitas
ketaqwaan seseorang akan selalu menjaga hati, lisan dan perbuatan dari niat menyakiti dan
mendzalimi seseorang.

b.Tujuan Sholat

Sholat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktifitas kehidupan manusia. Karena sholat adalah
amalan yang pertamakali akan dihisap di akhirat kelak. Oleh karena itu sholat merupakan ibadah
yang mengatur segala aktifitas baik itu diperintahkan maupun dilarang Tuhan. Aktifitas manusia
berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan penciptannya yang disebut habluminallah sedangkan
aktifitas yang berhubungan dengan manusia disebut habluminannas.

Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal kebaikan dan menyembah
kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah dan salah satunnya adalah sholat. Kita hidup
didunia ini hanya sementara dan dari kehidupan di dunia inilah penentu kehidupan kita
selanjutnya yaitu kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan kekal selamannya. Amalan
perbuatan kita yang akan menentukan kita akan masuk surga ataupun neraka yang menjadi
tujuan hidup manusia sesungguhnya.

Al Quran Surah Al Baqarah ayat 45

Artinya : "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'". (QS. Al Baqoroh : 45)

Ibarat orang mengatakan bahwa hidup didunia adalah permainan. Di dunia kita diuji dengan
waktu dan keadaan. Segalannya sudah diatur didalam Al-Qur'an bahwa manusia bisa memilih
untuk bersujud menyembahNya atau menjadi kafir. Jika di dunia ini kita lolos dari ujian baik itu
kemudahan atau kesulitan kita tetap menjaga iman dan taqwa kita, kita dapat memenangkan
surga, Begitu pula sebaliknya.

Segala amalan yang mengarahkan kita ke surga memang tidak mudah, terjal bak mawar berduri.
Kita akan banyak diuji didunia ini seperti mampukan kita menahan diri dari perbuatan maksiat,
mampukah kita mengorbankan harta kita untuk berjuang di jalan Allah, mampukah kita menahan
diri dari lisan yang kotor, menggunjing, menghasut dan memfitnah, mampukah kita solat dan
berpuasa dalam keadaan sulit sekalipun.

Khusyu dalam Sholat

Allah ta'ala berfirman, menceritakan tentang keadaan orang-orang yang beriman:

"Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu, orang-orang yang khusyu' dalam
sholat mereka" (Al Mu'minun : 1-2)

Dari solat yang benar dan khusyu akan merasuk ke jiwa dan hati terdalam, hati akan menghayati
dan memahami makna yang terkandung dari sholat tersebut, kemudian dari pemahaman akan
terlihat dari segala perbuatan kita yang menunjukkan bagaimana kualitas sholat, ibadah dan
perbuatan kita kepada Allah yang disebut habluminallah.

Hati yang selalu mengingat Allah akan tercermin dari aura, perkataan dan perbuatan kita yang
selalu terjaga dan dapat dikendalikan karena kita akan merasa takut jika tidak dapat
mengendalikan diri dari kemaksiatan, kita akan selalu merasa diawasi dari segala perbuatan yang
akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Sekecil apapun itu.

Dasar Hukum Sholat Wajib dan Sunah


Sholat adalah kewajiban kita sebagai manusia kepada Tuhan penciptanNya, dan pada dasarnya
manusia yang membutuhkan Ibadah Sholat. Yang jikerjakan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan mendapat dosa. Pahala sholat akan lebih banyak jika dikerjakan berjamaah daripada
sendirian. Kewajiban ini menjadi pondasi seperti tiang. Jika tiangnya roboh maka seluruh amalan
kita juga tidak sempurna.

QS. Adz Dzariyat: 56

-- 51:56

Artinya :

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz
Dzariyat: 56)

Sholat Wajib

Sholat adalah kewajiban yang mempunyai hukum wajib dan sunah tergantung jenis sholatnya.
Solat yang termasuk fardu ada dua yaitu fardu ain yaitu sholat yang wajib dikerjakan dan tidak
boleh digantikan oleh orang lain seperti sholat 5 waktu dan sholat jum'at bagi laki-laki sedangkan
fardu kifayah adalah sholat yang wajib dikerjakan dan tidak berkaitan dengan dirinnya seperti
solat jenazah. Sholat Wajib ada 5 yaitu ; Sholat Subuh, Sholat Dzuhur, Sholat Ashar, Sholat
Magrib, Sholat Isya.

Sholat Sunah

Sedangkan sholat sunah adalah sholat yang dianjurkan jika dikerjakan mendapat pahala jika
ditinggalkan tidak berdosa. Contoh Sholat sunah yang biasanya dilakukan setiap hari yaitu
Sholat Dhuha, Sholat Tahajud dll. Sholat sunah ada dua yaitu sunah muakkad yaitu sholat yang
dianjurkan dengan penekanan kuat seperti sholat di hari raya idul fitri dan idul adha sedangkan
sholat sunah ghairu muakkad adalah solat yang dianjurkan tetapi tidak dengan penekanan kuat
seperti sholat rawatib.

Macam-Macam Shalat
1. Shalat Fardu (Shalat Lima Waktu)
Shalat yang yang diwajibkan bagi tiap-tiap orang yang dewasa dan berakal adalah lima kali
dalam sehari semalam. Mula-mula turunnya perintah wajib shalat itu adalah pada malam Isra,
setahun sebelum tahun hijriyah.
Terdapat perbedaan pendapat dikalangan Ulama tentang jumlah bilangan shalat yang difardukan.
Jumhur Ulama, termasuk Malik dan Syafi'i, berpendapat Bahwa jumlah shalat yang wajib hanya
lima, sebagai mana yang disebutkan dalam hadist tentang mi'raj, yaitu : subuh, duhur, ashar,
maghrib, dan isya. Disamping hadist mi'raj, terdapat hadist lain yang meriwayatkan seorang
arabiy datang kepada Nabi dan bertanya tentang islam. Beliau bersabda : " lima shalat sehar
semalam ". ketika orang itu bertanya lagi : "apakah ada yang wajib bagiku selain itu ?" Nabi
menjawab : " tidak ada, kecuali engkau ber-tathawu."
Namun, abu Hanifah dan para pengikutnya menganggap shalat witir termasuk shalat wajib,
sehingga bilangan shalat fardu ada enam. Ia melandasi pendapatnya dari hadist Nabi, diantaranya
berasal dari syu'aib, yang menyatakan bahwa nabi bersabda :
"Allah telah menambahkan sebuah shalat bagi kamu yaitu witir. Oleh kareana itu , hendaklah
kamu memeliharanya."
Disamping itu, ada hadist dari Buraidah Al-Islamiy yang mengatakan bahwa Rasulullah bersabda
:
"shalat witir itu hak (benar) maka barang siapa tidak melakukannya, dia bukan dari (umat)
kami."
a. Waktu-waktu Shalat
Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 103: "sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban
yang di tentukan waktunya bagi orang-orang beriman."
Ketetapan hukum islam yang diperoleh dari nash al qur'an dan sunnah yag qath'i dan sharih
adalah bersifat universal dan fix, dan nerlaku berlaku untuk seluruh umat mansia sepanjang
masa. Namm, sesuai dengan asas-asas hukum islam yang fleksibel. Praktis, dan tidak
menyulitkan dalam batas jangkauan kemampan manusia sejalan dengan kemaslahatan umm dan
kemajuan zaman, dan sesuai pula dengan rasa keadilan, maka ketentuan waktu shalat
berdasarkan al qur'an surat al-isra ayaat 78 dan al-baqorah ayat 187 tidak berlaku untuk seluruh
daerah bumi, melainkan hanya berlaku di zone bumi yang noramal, yang perbedaan waktu siang
dan malamnya relatif kecil, yakni di daerah-daerah khatulistiwa (ekuator) dan tropis (daerah
khatulistiwa sampai garis paralel 45o dari garis lintang utara dan selatan). Lebih dari tiga perlima
bumi yang dihuni manusia termasuk di daerah yang normal, ialah selruh Afrika, Timur tengah,
India, Pakistan, Cina, Asean, Australia, dan seluruh Amerika (Kecuali Canada dan sedikit daerah
selatan dari Argentina- Chili), dan Oceania. Maka waktu Shalat bagi masyarakat Islam yang
tinggal di daerah-daerah normal tersebut adalah waktu setempat ( local time) berdasarkan waktu
terbit dan tenggelam matahari di daerah-daerah yang bersangkutan yang perbedaan waktunya
sekitar satu menit setiap jarak 15 mil.
Adapun waktu shalat bagi masyarakat islam yang tinggal diluar daerah khatulistiwa dan tropis
yakni di daerah-daerah diluar garis paralel 45o dari garis litang utara dan selatan yang abnormal
itu, karena perbedaan siang dan malamnya terlalu besar terutama di daerah sekitar kutub yang 6
bulan dalam keadaan siang terus menerus dan 6 bulan berikutnya dalam keadaan malam, adalah
mengikuti waktu shalat di daerah normal yang terdekat yakni pada garis paralel 45o dari garis
lintang utara dan selatan.
Karena itu bagi masyarakat islam yang tinggal misalnya di negeri Belanda, Inggris, dan negara-
negara Skandivania mengikuti waktu shalatnya dengan waktu bordeaux (Prancis bagian selatan),
yang terletak di garis paralel 45o dari garis lintang utara. Demikian pula bagi masyarakat Islam
yang tinggal di Amerika Utara mengikuti waktu shalat dengan waktu Halifax atau Portland
(Canada).
Adapun dalil syar'i yang memberikan dispensasi (hukum rukhsah, istilah Fiqh) bagi masyarakat
Islam yang tinggal di daerah-daerah yang abnormal untuk mengikuti waktu shalat dari daerah
normal yang terdekat, antara lain menurut surat Al-baqarah ayat 286:

"Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (Masail


Fiqhiyyah. 1993: 274-275)
Adapun waktu bagi masing-masing shalat yang 5 waktu tersebut (Fiqih Islam. 2001: 61-62)
adalah sebagai beikut:

1. Shalat Dzuhur. Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari pertengaahan langit.
Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama dengan panjangnya selain dari
bayang-bayang ketika matahari menonggak (tepat diatas ubun-ubun).

2. Shalat Ashar. Waktunya dimulai dari habisnya waktu dzuhur; bayang-bayang sesuatu lebih
dari pada panjangnya selain dari bayang-bayang ketika matahari sedang menonggak, sampai
terbenam matahari.

3. Shalat Maghrib. Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq (mega) merah.

4. Shalat Isya. Waktinya mulai dari terbenamnya syafaq merah (sehabis waktu maghrib) sampai
terbit fajar kedua

5. Shalat Shubuh. Waktunya mulai dari terbit fajar kedua sampai terbit matahari.

b. Syarat wajib shalat 5 waktu

Islam

Suci dari haid (Kotoran dan nifas)

Berakal

Baligh

Telah sampai dakwah (perintah rasul kepadanya)

Melihat atau Mendengar

erjaga (tidak tidur dan tidak lupa)

c.Syarat Sah Shalat

Suci dari hadats besar dan hadats kecil

Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis

Menutup aurat

Mengetahui masuknya waktu shalat

Menghadap ke kiblat (ka'bah)


d. Rukun Shalat

Niat

Berdiri bagi yang mamapu

Takbiratul ihram

Membaca surat Fatihah

Ruku serta tuma'ninah

I'tidal serta tuma'ninah

Sujud dua kali dengan tuma'ninah

Duduk diantara dua sujud dengan tuma'ninah

Duduk akhir

Membaca Tasyahd akhir

Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad

Memberi salam yang pertama (kanan)

Menertibkan rukun

e. Hal-hal yang membatalkan Shalat


1) Meninggalkan salah satu rukun
2) Meninggalkan salah satu syarat
3) Sengaja berbicara
4) Banyak bergerak
5) Makan dan minum

f. Niat dalam shalat


Shalat (Fiqih Niat. 2006: 260) merupakan ibadah yang tidak bisa di nalar dan para Ulama telah
menyepakati atas kewajiban ibadah ini.
Tidak sedikit Ulama yang mengatakan secara ijma' tentang kewajiban niat dalam shalat. Mereka
tidak membedakan antara shalat fardhu dengan shalat lainnya., bahkan niat di wajibkan dalam
sujud tilawah dan sujud syukur karena kedua sujud tersebut merupakan suatu ibadah.
Ada yang berpendapat bahwa shalat berbeda bentuknya dengan amalan biasa dan ibadah lain,
lalu kenapa juga harus memakai niat?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah niat dalam shalat bukanlah untuk membedakan shalat dengan
kebiasaan atau ibadah yang lain, namun untuk membedakan jenis shalat antara shalat fardhu dan
shalat tidak fardhu.
Imam syafi'i mengatakan bahwa Allah mewajibkan shalat, ada shalat fardhu dan ada shalat tidak
fardhu, Allah berfirman,
" dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji."(al-Israa': 79)

Niat berfungsi untuk membedakan jenis shalat dan tingkatan shalat tersebut, sehingga shalat
dngan memakai niatlah yang di terima olah Allah.
2. Shalat Sunnah
Selain shalat fardhu, ada juga yang di namakan dengan shalat sunnah yang diatur tersendiri, baik
waktu maupun pelaksanaannya. Dikatakan orang, bahwa hikmah adanya ajaran shalat sunnah
sehabis shalat fardhu itu adalah agar menjadi penambah shalat fardhu yang mungkin kurang
tanpa di sengaja seperti kurang adabnya dan shalat sunnah sebelum shalat fardhu agar lebih
konsentrasi dalam memasuki shalat fardhu itu dengan hati yang lapang mengerjakannya dan siap
menghadapinya.
Sengaja di syariatkan shalat sunnat juga ialah untuk menambal kekurangan yang mungkin
terdapat pada shalat-shalat fardhu, juga karena shalat itu mengandung keutamaan yang tidak
terdapat pada ibadah-ibadah lain.
Dari Abu Hurairah r.a. diceritakan bahwa Nabi SAW bersabda, yang artinya:
"sesungguhnya yang pertama-tama akan di hisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat
atu ialah shalat. Tuhan berfirman kepada Malaikat, sedangkan Ia adalah Maha Lebih
Mengetahui: "periksalah shalat hamba-Ku, cukupkah atau rangkah?" maka jiakalau terdapat
cukup, dicatatlah cukup. Tetapi jikalau terdapat kekerangan, tuhan berfirman pula; "periksalah
lagi, apakah hambah-Ku itu mempunyai amalan shalat sunnah ? Jikalau terdapat ada shalat
sunahnya, lalu tuhan berfirman lagi: ' cukupkanlah kekurangan shalat fard hambahku itu dengan
shalat sunnahnya" selanjutnya diperhitungkanlah amal pebuatan itu menurut cara demikian".

Macam-macam Shalat Sunnah:

A Shalat 'Idain
Shalat 'idain (Shalat dua hari Raya) termasuk sunah muakadah yang disyari'atkan berdasarkan al
qur'an, as-sunnah, dan ijma'. Dalil al-Qur'an dapat dijumpai dalam Q.S Al Kautsar ayat 2 yang
artinya:" maka dirikanlah shalat, karena tuhanmu; dan berkorbanlah."
shalat dalam ayat tersebut ditafsirkan sebagai perintah shalat idul adha namun, perintah itu tidak
menunjukan wajib, sebab ada hadist riwayat bukhori dan muslim bahwa seseorang ('arabiy)
setelah mendapatkan penjelasan tentang kewajiban shalat fardu, bertanya kepada Nabi : "apakah
masih ada shalat yang wajib atasku selain itu ?" beliau menjawab : "tidak, kecuali bila engkau
hendak melakukan tatthawu." (Materi Pendidikan Agama Islam. 2001: 48)
Hadits Nabi Saw.:

Artinya: Dari Aisyah r.a. dia berkata: Rasulullah Saw. Bersabda : Fithri itu ialah hari orang-
orang berbuka puasa dan Adha itu ialah hari orang-orang berqurban. (H.R.At Turmudziy)
Dalam Hadits tersebut terkandung dalil bahwa yang perlu di perhatikan dalam penetapan hari
raya itu ialah kesepakatan orang banyak dan orang yang hanya sendirian mengetahui Hari raya
dengan melihat Bulan, harus atasnya di cocokkan dengan oranglain dan dia harus mengikuti
keputusan orang banyak dalam penentuan shalat Hari raya, berbuka dan berkurban. (Terjemahan
Subulus salam. 1991: 259)
Pelaksanaan shalat 'Idain (Materi Pendidikan Agama Islam. 2001: 48) ini, menrut kesepakan
ulama, dituntut secara berjama'ah. Abu Hanifah dan ulama lainnya mengatakan tuntutan
melakukan shalat 'id hanya ditunjukan kepada orang yang bertempat tinggal di kota. Namun,
menurut Syafi'i, tuntutan itu berlaku secara luas, meliputi orang musafir, perempuan dan budak
bahkan orang yang sedirian. Waktu shalat 'id itu sejak matahari sampai kepada waktu zawal, dan
sebaiknya dilaksanakan setelah matahari naik setinggi tombak.

B. Shalat Istisqa
Shalat istisqa (Materi Pendidikan Agama Islam. 2001: 49) dilakukan dalam rangka memohon
turunnya hujan. Ulama sepakat, bila kebutuhan akan air menjadi sulit karena lama tidak turun
hujan, disunahkan melakukan istisqa, pergi keluar kota, berdo'a, memohon agar Allah
menurunkan hujan. Mayoritas mereka memasukan shalat sebagai istisqa dari upacara istisqa itu,
namun Abu Hanifah tidak memandang demikian.
Hukum shalat Istisqa adalah sunnah muakkad, yaitu apabila shalat itu dilaksanakan ketika
membutuhkan air, dengan tata cara- tata caranya. ( Fiqih empat Madzhab. 1994: 318)
Dalam kitab "al hudan nabawiy" telah dihitung macam-macam cara nabi saw, melakukan minta
hujan itu.
Pertama : keluarnya Nabi saw. menuju tempat shalatnya dan khutbahnya sambil memohon.
Kedua : beliau meminta hujan itu pada hari jum'at di atas mimbar sewaktu tengah khutbahnya.
Ketiga : beliau berdo'a minta hujan di atas mimbar di madinah, dengan do'a minta hujan saja
bukan pada hari jum'at tanpa melakukan shalat meminta hujan.
Keempat : bahwa beliau meminta hujan sewaktu beliau duduk dalam mesjid, beliau mengangkat
tangannya sambil berdo'a kepada Allah SWT.
Kelima : bahwa nabi saw. Pernah berdo'a minta hujan itu dengan duduk pada batu licin dekat
zaura (nama tempat yang menjadi pasar pada masa utsman) yaitu suatu tempat di luar pintu
mesjid
Keenam : beliau pernah berdo'a minta hujan pada suatu peperangan, karena sumber mata air
sudah dahulu dikuasai oleh kafir musyrik (musuhnya). Lalu mulai saat itu juga pada daerah yang
dikuasai Nabi saw. diturunkan hujan. (Terjemahan Subulus salam. 1991: 316)

C. Shalat Tahiyat masjid


Orang yang masuk masjid disunatkan melakukan salat dua raka'at, sebelum duduk, sebagai
penghormatan (tahiyat) masjid, sesuai hadits Nabi:" jika seseorang diantara kamu datang ke
masjid, maka hendaklah ia melakukan shalat dua raka'at.'' Tatapi, jika ia masuk ketika shalat
jama'ah akan dimulai, ia tidak di tuntut lagi melakukannya. Lagipula, penghormatan terhadap
masjid itu telah tercapai dengan melekukan shalat wajib tersebut.
Jika seseorang masuk ke masjid pada hari jum'at ketika Imam sedang menyampaikan khotbah,
hendaklah ia melakukan shalat tahiyatul masjid dengan ringkas. Dalam suatu riwayat dikatakan:"
apabila seseorang diantara kamu datang ketika Imam sedang berkhotbah, maka hendaklah ia
shalat dua raka'at, dan hendaklah ia melakukannya dengan ringkas." (Materi Pendidikan Agama
Islam. 2001: 50)
Sabda Rasulullah Saw:

Dari Abu Qatadah, "Rasulullah Saw. Berkata, 'Apabila salah seorang diantara kamu masuk ke
mesjid, maka janganlah duduk sebelum shalat dua rakaat dahulu'." (Riwayat Bukhari dan
Muslim) dalam (Fiqih Islam. 2001: 146)
D. Shalat Dhuha
Shalat Dhuha ialah shalat sunnat dua rakaat atau lebih. Sebanyak-banyaknya dua belas rakaat.
Shalat ini dikerjakan ketika waktu dhuha, yaitu waktu matahari naik setinggi tombak yaitu kira-
kira pukul 8 atau pukul 9 sampai tergelincir matahari.
Dari Abu Hurairah, Ia berkata,"Kekasihku (Rasulullah saw.) telah berpesan kepadaku tiga
macam pesan: (1) Puasa tiga hari setiap bulan, (2) Shalat Dhuha dua rakaat, dan (3) Shalat Witir
sebelum tidur." (Riwayat Bukhari dan Muslim) dalam (Fiqh Islam. 2001: 147)
Shalat Dhuha hukumnya Sunnat menurut pendapat tiga Imam Madzhab. Malikiyyah menyangkal
pendapat itu. Mereka berpendapat bahwa shalat Dhuha itu hukumnya mandub muakkad, bukan
sunnat. Adapun waktunya adalah sejak matahari menyingsing sebatas ketinggian satu tombak
hingga tergelincir (zawal). Yang lebih utama hendaknya ia memulai shalat itu setelah seperempat
siang. Batas minimal shalat dhuha adalah dua rakaat. Sedangkan maksimalnya 8 rakaat. Apabila
Ia menambah jummlah rakaatnya lebih dari batas itu karena sengaja dan tahu dengan berniat
shalat dhuha, maka selebihnya dari 8 rakaat itu tidak sah. Sedangkan apabila hal tersebut ia
lakukan karena lupa dan tidak tahu, maka menurut Syafi'iyah dan Hanabillah ia sah sebagai
shalat nafilah mutlak.(Fiqih empat Madzhab. 1994: 269)
E. Shalat Tahajud
Shalat sunnah tahajud utama dilakukan pada waktu malam setelah tidur terlebih dahulu.
Keutamaan ini terkait dengan beratnya melakukan shalat setelah tidur dan juga terkait dengan
pelaksanaannya pada saat manusia sedang tidur dan lalai mengingat Allah. Waktu yang terbaik
baginya pada akhir malam sesuai dengan ayat 17-18 dari Surat Al-dzariyyat." Mereka sedikit
sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir malam-malam mereka memohon (kepada Allah)."
Bila malam dibagi tiga, maka sepertiga bagian setelah tengah malam merupakan waktu terbaik.
Sebagaimana diriwayatlkan Umar bahwa shalat yang paling disukai Allah adalah shalat Nabi
Daud. Ia tidur sepuluh malam, kemudin bangkit berdiri (shalat) sepertiganya, dan tidur lagi
seperenamnya. (Materi Pendidikan Agama Islam. 2001: 49)
Sabda Rasulluh Saw.:

Dari Abu Hurairah, tatkala Nabi Saw. Ditanya orang,' Apakah shalat yang lebih utama selain dari
shalat fardhu yang lima?' Jawab Beliau," Shalat pada waktu tengah malam." (Riwayat Muslim
dan lainnya) dalam ( Fiqih islam. 2001: 148)
F. Shalat Rawatib
Shalat Sunnah Rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu.
Seluruh shalat sunnah rawatib ini ada 22 raka'at, yaitu:
a) 2 raka'at sebelum shalat shubuh (sebelum shalat shubuh tidak ada sunnah ba'diyah)
b) 2 raka'at sebelum shalat zhuhur, 2 atau 4 ra'kaat sesudah shalat dzuhur)
c) 2 raka'at atau 4 raka'at sebelum shalat ashar (sesudah shalat ashar tidak ada sunnah ba'diyah)
d) 2 raka'at sesudah shalat maghrib
e) 2 raka'at sebelum shalat isya
f) 2 raka'at sesudah shalat isya
Di antara shalat-shalat tersebut ada yang di namakan "sunnah muakkad" artinya sunnah yang
sangat kuat, yaitu:
a) 2 raka'at sebelum shalat dzuhur, dengan niatnya:
.Artinya:
" aku niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua raka'at karena Allah Ta'ala. Allahu akbar."
b) 2 raka'at sesudah dzuhur
c) 2 raka'at sebelum ashar
d) 2 raka'at sesudah maghrib
e) 2 raka'at sebelum isya
f) 2 raka'at sesudah isya
Shalat-shalat tersebut, yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dinamakan "Qabliyyah", dan yang
dikerjakan sesudah shalat fardhu dinamakan "Ba'diyyah".
Ketentuan-ketetuan shalat Rawatib:
a) Niatnya menurut macam shalatnya
b) Tidak dengan adzan dan iqamah
c) Dikerjakan tidak dengan berjama'ah
d) Bacaannya tidak dinyaringkan
e) Jika lebih dari dua raka'at, tiap-tiap dua raka'at satu salam
f) Diutamakan sebaiknya tempat mengerjakan pindah bergeser sedikit dari tempat shalat fardhu
yang baru dikerjakan. (Risalah Tuntunan shalat lengkap. 2011: 80-83)

2.2 THAHARAH

PENGERTIAN THAHARAH

Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah membersihkan diri,
pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan
oleh syariat islam.

Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam ibadah.
Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6

[5:6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

A. Bersuci lahiriah

Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan lingkungan
dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah membersihkan
badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau dan warnanya. QS
Al-Muddassir ayat : 4

[74:4] dan pakaianmu bersihkanlah,


B. Bersuci batiniah

Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan
maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan nashoha yaitu
memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

MACAM-MACAM ALAT THAHARAH

Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci misalnya, kita
tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah, batu, kayu dan
benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak ditemukan.

Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh dan tidak boleh
digunakan untuk bersuci.

Macam-macam air

Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah

· Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :

1. Air hujan

2. Air sumur

3. Air laut

4. Air sungai

5. Air danau/ telaga

6. Air salju

7. Air embun

QS Al- Anfal ayat : 11[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk
mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan
untuk menguatkan hatimu dan memperteguh denganya telapak kaki(mu).

· Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tapi tidak
dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.

· Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan perak. Air
ini makruh digunakan untuk bersuci
· Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh digunakan
untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnanya

· Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa, warna dan
baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270
liter menurut ulama kontemporer)

CARA-CARA THAHARAH

Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi junub atau
mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan bertayamum. Dan
bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu masuk kategori kayu) yaitu
dengan beristinja.

Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya:

1. Najis ringan (najis mukhafafah)

Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum makan
apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan najis
ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.

2. Najis sedang (najis mutawassitah)

Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis tersebut
hilang (baik rasa, bau dan warnanya).

3. Najis berat (najis mughalazah)

Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang pasti
(qat’i) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan barang
najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya
dengan tanah atau batu.

cukup sampai sini penjelasan saya tentang thaharah ini. cukup singkat tapi semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

2.3 Zakat
Zakat termasuk Rukun Islam Ke-4

Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk diberikan kepada
golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai dengan yang
ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun Islam ke-4 dan menjadi salah satu unsur paling
penting dalam menegakkan syariat Islam.

Oleh karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya dan telah
diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.

Macam-Macam Zakat

Zakat

Zakat Bisa Berupa Beras

Zakat terdiri dari dua macam:


1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang hari raya Idul
Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan setara 3,5 liter (2,5 kilogram)
makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Makanan pokok di Indonesia adalah nasi, maka
yang dapat dijadikan sebagai zakat adalah berupa beras.
2. Zakat Maal
Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil pertambangan,
hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis
penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.
Dalam Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1998, pengertian
zakat maal adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang Muslim atau badan yang
dimiliki orang Muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
Promo BNI Griya
UU tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok yang
dikeluarkan pada bulan Ramadan oleh setiap Muslim bagi dirinya dan bagi orang yang
ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.
Perhitungan Zakat
zakat
Cara Menghitung Zakat
1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga beras yang biasa kamu
makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per orang sebesar
Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat, maka zakat fitrah per orang = 2,5 kg x harga beras per
kg.
2. Zakat Maal
Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung nisab zakat
maal = 85 x harga emas pasaran per gram.
Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah kedua yang
dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta. Total harta yang dimiliki
Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun lalu.
Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat maal 85 x Rp 600 ribu =
Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar zakat maal
sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per tahun.
3. Zakat penghasilan
Untuk mengetahui zakat penghasilanmu, kurangi total pendapatan dengan utang. Lalu hasilnya
dikali 2,5%. Nisab zakat penghasilan adalah 520 x harga makanan pokok.
Contoh: Irman menerima gaji bulanan Rp 7 juta. Punya utang cicilan motor sebesar Rp 1 juta.
Maka sisa penghasilan tersebut masih Rp 6 juta. Di sisi lain, rata-rata harga beras 1 kg adalah
Rp 10 ribu. Jadi batas nisab zakat penghasilan 520 x Rp 10 ribu = Rp 5,2 juta.
Karena sisa gajimu sudah melebihi batas nisab, maka zakat penghasilan yang wajib dibayar
adalah Rp 6 juta x 2,5% = Rp 150 ribu.
Penerima Zakat
Orang Miskin
Yang Berhak Menerima Zakat
Siapa saja yang berhak menerima zakat? Yang berhak mendapatkan zakat menurut kaidah
Islam dibagi menjadi 8 golongan. Golongan-golongan tersebut adalah:
1. Fakir
Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.
2. Miskin
Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi kebutuhan dasar
untuk hidupnya.
3. Amil
Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Mu'alaf
Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan memerlukan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Promo KPR CIMB Niaga Smart Rate
5. Hamba Sahaya
Orang yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin
Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan bahwa kebutuhan
tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup untuk membayar utangnya.
7. Fisabilillah
Orang yang berjuang di jalan Allah.
8. Ibnus Sabil
Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan kepada Allah.
Dari pembahasan di atas, kamu pasti sudah dapat mengetahui apakah kamu termasuk orang
yang harus membayar zakat atau yang berhak menerima zakat. Dengan memenuhi kewajiban
Anda sebagai umat Muslim untuk membayar zakat, tentu saja banyak kebaikan yang bisa
didapat. Beberapa kebaikan tersebut di antaranya adalah:
Mempererat tali persaudaraan antara masyarakat yang kekurangan dengan yang berkecukupan
Mengusir perilaku buruk yang ada pada seseorang
Sebagai pembersih harta dan menjaga seseorang dari ketamakan harta
Ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadamu
Untuk pengembangan potensi diri bagi umat Islam
Memberi dukungan moral bagi orang yang baru masuk agama Islam.
Menciptakan Ketenangan
Promo Indopremier
Zakat dapat memberikan ketenangan dan ketentraman, bukan hanya kepada penerima tapi juga
kepada orang yang membayar zakat. Perlu diingat bahwa segala hal baik yang telah kamu
lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah SWT, seperti berzakat maka tidak akan
mengurangi sedikitpun hartamu, tapi Allah menjanjikan akan melipatgandakannya. Jadi jangan
kikir atau pelit ya.

2.4 PUASA

Pengertian Puasa
Secara bahasa, puasa atau shaum dalam bahasa Arabnya berarti menahan diri dari segala
sesuatu. Jadi, puasa itu ialah menahan diri dari segala perkara seperti makanan, minuman,
berbicara, menahan nafsu dan syahwat, dls. Sedangkan secara istilah, puasa yaitu menahan diri
dari segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa yang dimulai sejak terbit fajar hingga
matahari terbenam. Dalam Al-qur’an surat Al-Baqoroh ayat 187 menerangkan tentang
kewajiban berpuasa.
Macam-macam Puasa
Ada beberapa macam puasa, antara lain:
-Puasa wajib yang terdiri dari: puasa ramadhan, nadzar dan kafarat.
-Puasa sunnah yang terdiri dari: puasa senin kamis, muharam, syawal, arofah dls.
-Puasa makruh yang terdiri dari puasa yang dikhususkan pada hari jumat dan sabtu.
-Puasa haram yang terdiri dari puasa hari raya idul fitri dan hari raya idul adha serta puasa
sepanjang tahu.
Puasa Wajib
Puasa ramadhan. Yakni puasa sebulan penuh dibulan ramdhan yang hukumnya wajib
bagi setiap umat muslim yang sudah baligh. Kewajiban melaksanakan puasa dibulan ramadhan
terdapat dalam Qur’an surat Al-baqoroh ayat 183.
Puasa nadzar. Merupakan puasa yang disebabkan karena sebuah janji, nadzar secara bahasa
adalah janji. Sehingga puasa yang dinadzarkan hukumnya wajib.
Puasa kafarat atau kifarat. Yakni puasa yang dilakukan untuk menggantikan dam atau denda
atas pelanggaran yang hukumnya wajib. Puasa ini ditunaikan dikarenakan perbuatan dosa,
sehingga bertujuan untuk menghapus dosa yang telah dilakukan. Adapun macam-macam puasa
kafarat antara lain : kafarat karena melanggar sumpah atas nama Allah, kafarat dalam
melakukan ibadah haji, kafarat karena berjima’ atau berhubungan badan suami istri di bulan
ramadhan, membunuh tanpa sengaja, membunuh binatang saat sedang ihram.
Puasa Sunnah
Puasa sunnah senin kamis. Rasulullah telah memerintah umatnya untuk senantiasa
berpuasa di hari senin dan kamis, karena pada hari senin merupakan hari kelahiran beliau dan
kamis adalah hari pertama kali Al-Qur’an diturunkan. Dan pada hari senin kamis juga, amal
perbuatan manusia diperiksa, sehingga beliau menginginkan ketka diperiksa, beliau dalam
keadaan berpuasa.
Puasa sunnah syawal. Puasa enam hari dibulan syawal atau setelah bulan ramadhan. Bisa
dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal atau dilakukan secara tidak
berurutan. Rasulullah bersabda yang artinya: “Keutamaan puasa ramadhan yang diiringi
dengan puasa syawal ialah seperti orang yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).
Puasa muharrom. Yakni puasa pada bulan Muharram dan yang paling utama ialah pada hari ke
10 bulan muharram yakni assyuro’. Puasa ini memiliki keutamaan dan yang paling utama
setelah puasa ramadhan.
Puasa arofah. Yakni puasa pada hari ke-9 Dzuhijjah, dimana keistimewaannya ialah akan
dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu & dosa-dosa di tahun yang akan datang (HR. Muslim).
Dosa-dosa yang dimaksud ialah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa besar hanya
bisa diampuni dengan jalan bertaubat atau taubatan nasuha.

Puasa di bulan Sya’ban. Pada bulan sya’ban ini, segala amal akan diangkat kepada Rabb
sehingga diperintahkan untuk memperbanyak puasa.

Puasa daud. Yakni puasa yang dilakukan nabi daud dan caranya yaitu sehari puasa dan sehari
tidak atau dengan cara selalng seling dan puasa ini sangat disukai Allah SWT.

Puasa MakruhJika melakukan puasa pada hari jumat atau sabtu, dengan niat dikhususkan atau
disengaja maka hukumnya makruh kecuali bermaksud atau berniat mengqodho puasa ramadhan,
puasa karena nadzar ataupun kifarat.

Puasa Haram
Hari Raya Idul Fitri. Yang jatuh pada tanggal 1 Syawal yang ditetapkan sebagai hari raya
umat muslim. Pada hari ini, puasa diharamkan karena hari ini merupakan hari kemenangan
karena telah berpuasa sebulan penuh dibulan ramadhan.
Hari Raya Idul Adha. Pada tanggal 10 Dzulhijjah merupakan hari raya qurban dan hari raya
kedua bagi umat muslim. Berpuasa pada hari ini diharamkan.
Hari Tasyrik. Jatuh pada tanggal 11, 12 & 13 Dzulhijjah.
Puasa setiap hari atau sepanjang tahun dan selamanya.

KESIMPULAN
Saya hanya ingin mengingatkan bahwa Allah SWT sangat murka pada hamba-
Nya yang lalai dalam SHALAT .
Daftar Pustaka
Shalat : https://www.kompasiana.com/yuliayulia/5cd66b9595760e59595147b3/tugas-
pendidikan-agama-islam-universitas-buana-perjuangan-karawang?page=all

Zakat : https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/tips/19/05/27/ps570c-pengertian-
dan-macammacam-zakat

Thaharah : http://pengacaramuslim.com/pengertian-macam-dan-cara-thaharah/

Puasa : https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/08/pengertian-puasa-dan-macam-
macam-puasa-terlengkap.html

Anda mungkin juga menyukai