Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FIKIH
“Sholat Berbagai Keadaan”

KELOMPOK 8
Disusun oleh :
1. LISNA(30800122075)
2. MUHAMMAD DEWA AGUNG(30800122049)
3. IHSAN MARHABAN (30800122080)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Pujisyukurkamipanjatkankehadirat Allah

Swt.karenaberkatlimpahannikmatdari-Nya sehinggamakalahkami

yang berjudul“SHALAT BERBAGAI

SITUASI”dapatdiselesaikandenganbaik,

shalawatsertataslimtaklupakamikirimkanatasjunjungankita Nabi

Muhammad shallallahu ‘alahiwasallam yang

telahmembawaummatinidarialamgelapgulitamenujualam yang

terangbenderang.

Walaupundenganusahamaksimaltelahkamilakukan,

tapisebagaimanusiabiasatentunyatidakluputdarikesalahan. Oleh

karenaitu,dengansegalakerendahanhatisayadaripenulismengharapka

nkritik dan saran untukmenyempurnakanmakalahini, dan

kiranyamakalahinidapatmemberikanmasukan dan

informasikepadasemuapihak yang berkaitandenganhalini.

Akhirnyadengansegalakerendahanhati,

penulismohonmaafatassegalakekhilafan dan kesalahan.

Kiranyasegalabantuanpengorbanan yang telahdiberikan oleh

semuapihak, mendapatridhodari Allah SubhanahuWataala. Aamiin.

Penyusun

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I :PENDAHULUAN.................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................................

C. Tujuan..........................................................................................................................

BAB II :PEMBAHASAN................................................................................................
A. Pengertian Shalat....................................................................................................
B. Macam – Macam Shalat.........................................................................................
C. Orang – Orang Yang Tidak DiWajibkan Shalat......................................................
D. Shalat Di Berbagai Keaddan Dan Situasi................................................................

BAB III :PENUTUP........................................................................................................


A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salat atau sholat (pengucapan bahasa Indonesia: [salat]; bahasa Arab: ‫ ٱلَّص اَل ة‬aṣ-ṣalāh, bahasa
Arab: ‫ ٱلَّص َلَو ات‬aṣ-ṣalawāt) adalah salah satu jenis ibadah di dalam agama Islam yang
dilakukan oleh Muslim. Kegiatan salat meliputi perkataan dan perbuatan yang diawali dengan
gerakan takbir dan diakhiri dengan gerakan salam. Kedudukan salat di dalam Islam ialah
sebagai rukun Islam yang kedua. Salat merupakan suatu ibadah yang istimewa di dalam Islam
karena perintah pelaksanaannya diterima oleh Nabi Muhammad dari Allah secara
langsung. Salat dijadikan sebagai penanda utama dalam status keimanan seorang muslim.
Mengerjakan salat merupakan tanda awal keislaman sedangkan meninggalkan salat
merupakan tanda awal kekafiran.
Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai figur pengejawantahan perintah Allah. Dalil
mengenai kewajiban pelaksanaan salat.
Didalam AlQur'an, hadis maupun ijmak para ulama.Persyaratan yang harus dipenuhi dalam
melaksanakan salat ada sembilan, yaitu Islam, berakal, mumayyiz, bersuci, menutup aurat,
bersih dari najis, mengetahui waktu pelaksanaan salat, menghadap ke kiblat dan memiliki
niat. Selain itu terdapat rukun salat yang jumlahnya sebanyak empat belas macam gerakan
dan ucapan, serta delapan hal yang membatalkan salat.
Salat secara umum terbagi menjadi dua jenis yaitu salat fardu dan salat sunah. Salat fardu
terbagi menjadi 5 waktu tertentu yang dikerjakan setiap hari dan bersifat wajib. Sementara
itu, salat sunah bersifat dianjurkan untuk dikerjakan pada waktu tertentu, khususnya pada hari
raya Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian shalat ?

2. Apakah orang sakit diwajibkan untuk shalat ?

3. Orang yang tidak diwajibkan shalat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hukum hukum dalam sholat
2. Untuk mengetahui permasalahan wajib tidak nya shalat bagi orang yang sakit
3. Untuk mengetahui orang-orang yang tidak diwajibkan shalat
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian sholat

Sholat adalah ibadah atau sembahyang wajib bagi setiap umat Muslim. Pada
pelaksanaannya, sholat tidak bisa dilakukan sembarangan. Terdapat syarat sah sholat yang
perlu dipenuhi supaya sholatnya sah di mata Allah SWT.

Syarat sah sholat terdiri atas suci yaitu keadaan bersih dari hadas maupun najis, suci badan,
tempat dan pakaian, salat sesuai waktunya, menutup aurat, dan menghadap kiblat.

Sementara itu, macam-macam sholat terbagi menjadi dua. Ada sholat fardu yang hukumnya
wajib, dan sholat sunah yakni boleh dikerjakan tetapi tidak diwajibkan. Sedangkan secara
istilah sholat adalah rangkaian ucapan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Pengertian sholat secara istilah ini disampaikan Syekh Muhammad bin Qasim al-Gharabili
dalam kitab Fathul Qarib (Surabaya:Harisma, 2005) hal.11 dengan narasi berikut:

‫ مختتمٌة بالتسليم بَش رائَط مخصوصٍة‬،‫ أقواٌل وأفعال ُم فَتتَح ٌة بالتكبير‬:‫ كما قال الرافعي‬- ‫وشرعا‬

Artinya: "Dan secara istilah (syara') sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ar-Rofi'i, salat
adalah rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali takbir dan diakhiri dengan salam, serta
syarat-syarat yang telah di tentukan.

Adapun hikmah dari melaksanakan sholat ialah:

1.Pada rangkaian sholat terdapat sujud, yaitu posisi yang menunjukkan keadaan kita sebagai
umat untuk merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta. Sebab kita hanya seorang hamba
yang mutlak sepenuhnya milik Allah SWT

.
2.Dengan melaksanakan sholat, ini berarti tidak ada yang mampu memberikan sebaik-
baiknya pertolongan, melainkan hanya bantuan dari kuasa Allah SWT.

3.Sholat fardu atau wajib ditetapkan sebanyak 5 kali dalam sehari. Ini adalah bentuk
kecintaan dari Allah SWT untuk selalu membuka kesempatan umatnya dalam bertobat. Sebab
dalam satu hari, setiap makhluk ciptaan Allah pasti tidak luput dari perbuatan dosa yang
sengaja maupun tidak disengaja
.
4.Sholat dapat memperkuat tingkat keimanan terhadap Allah SWT. Sebab dalam kehidupan
sehari-hati, setiap makhluk ciptaan Allah pasti tidak luput dari godaan duniawi.

B.Macam - Macam Shalat

Macam-macam shalat Dilihat hukum melaksanakanya, pada garis besarnya shalat di bagi
menjadi dua, yaitu shalat fardu dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardu juga di bagi menjadi
dua, yaitu fardu ain dan fardu kifayah. Demikian pula shalat sunah, juga di bagi menjadi dua,
yaitu sunnah muakkad dan ghoiru muakkad.

1. Shalat fardu

Shalat fardu adalah shalat yang hukumnya wajib, dan apabila di kerjakan mendapatkan pahala,
kalau di tinggal mendaptkan dosa. Contohnya: shalat lima wakktu, shalat jenazah dan shalat
nadzar. Shalat fardu ada 2 yaitu:

> Fardu Ain adalah shalat yang wajib di lakukan setiap manusia. shalat ini di laksanakan sehari
semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar, magrib) dan juga shalat Jum’at.

>Fardu kifayah adalah shalat yang di wajibkan pada sekelompok muslim, dan apabila salah satu
dari mereka sudah ada yang mengerjakan maka gugurlah kewajiban dari kelompok tersebut.
Contoh: shalat jenazah. Shalat fardu karena nadzar adalah shalat yang di wajibkan kepada
orang-orang yang berjanji kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas
segala nikmat yang telah di terimanya. Contoh : Ahmad akan melasanakan ujian, dia bilang
kepada dirinya dan teman-temanya, “ nanti ketika saya sukses mengerjakan ujian dan lulus saya
akan melakukan shalat 50 rokaat “ ketika pengumuman dia lulus maka Ahmad wajib
melaksanakan Shalat nadzar.

2. Shalat Sunnah

Shalat Sunnah adalah shalat yang apabila di kerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak di
kerjakan tidak mendapatkan dosa. Shalat sunah di sebut juga dengan Shalat tatawu’, nawafil,
manduh, dan mandzubat, yaitu shalat yang di anjurkan untuk di kerjakan. Shalat sunnah juga di
bagi menjadi 2 yaitu:

>Sunnah Muakkad adalah shalat sunah yang sealalu dikerjakan atau jarang sekali tidak
dikerjakan oleh Rosulluloh SAW dan pelaksanaannya sangat dianjurkan dan di tekankan separti
solat witir, solat hari raya dan lain-lain.

>Sunnah ghaeru muakkadah adalah solat sunah yang tidak selalu dikerjakan oleh Rosulluloh
SAW,dan juga tidak di tekan kan untuk di kerjakan. Semua shalat, termasuk shalat sunat
dilakukan adalah untuk mencari keridhoan atau pahala dari Alloh swt. Namun shalat sunat jika
dilihat dari ada atau tidak adanya sebab-sebab dilakukannya, dapat dibedakan manjadi dua
macam, yaitu: shalat sunat yang bersebab dan shalat sunat yang tidak bersebab.

1. Shalat sunat yang bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan karena ada sebab-sebab
tertentu, seperti shalat istisqa’ (meminta hujan) dilakukan karena terjadi kemarau panjang,

shalat kusuf (gerhana) dilakukan karena terjadi gerhana matahari atau bulan, dan lain
sebagainya.

2. Shalat sunat yang tek bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan tidak karena ada
sebabsebab tertentu. Sebagai contoh : shalat witir, shalat dhuha dan lain sebagainya.
Pelaksanaan shalat tidak boleh dilaksanak di sembarang waktu. Allah SWT. Dan Rasulullah
SAW. telah menentukan waktu-waktu pelaksanaan shalat yang benar menurut syariat islam.
Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an surat An- Nisa ayat 103 sebagai berikut:

‫اَفِاَذ ِبُك ْم ُج ُنْو ىَع ٰل َّو ًد اَّو ُقُعْو ِقَي اًما الّٰل َه ا َفاْذ ُك ُرو الَّص ٰل وَة َقَض ْي ُتُم َفِاَذ ا‬
‫اًت ُقْو َّمْو ِك ٰت ًبا ِم ِنْي َن ْلُمْؤ اىَع َلَك اَنْت َة الَّص ٰل و ِاَّن الَّص ٰل وَة اَفَاِقْيُمو اْط َم ْأَن ْنُتْم‬

“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka
Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. Ayat tersebut menetapkan bahwa
shalat dilaksanakan sesuai dengan waktu-waktu yang telah ditetapkan. Shalat yang lima
waktu, memiliki lima waktu yang tertentu. Dalam AlQur’an surat Hud ayat 114 menegaskan
sebagai berikut.

‫لَّسِّي ٰا اِه ْب َن ُيْذ ْلَح َس ٰن ِتاِاَّن َّلْي اِل ِّم َن َلًفاُز َو ِر لَّن َه اا ِيَفَط َر َة لَّص ٰل و اَاِقِمَو‬

‫ْي َن ِك ِر اِللَّذ ىِذ ْك ٰر ِلَك ٰذ ِۗت‬


“Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu 2
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang
yang ingat”. Agar lebih terperinci, berikut dijelaskan mengenai waktu-waktu shalat tersebut:

1. Zuhur, shalat zuhur waktunya mulai matahari condong ke arah barat dan berakhir
sampai baying-bayang suatu benda sama panjang atau lebih sedikit dari benda tersebut.
Hal in idapat dilihat kepada seseorang atau sebuah tiang yang berdiri, bilamana
bayangbayangnya masih persis di tengah atau belum sampai, menandakan waktu zuhur
belum masuk.

2. Asar, shalat asar waktunya mulai dari baying-bayang suatu benda lebih panjang dari
bendanya hingga terbenam matahari. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa shalat
ashar di waktu menguningnya cahaya matahari sebelum terbenam hukumnya makruh.

3. Magrib, shalat magrib waktunya mulai terbenam matahari dan berakhir sampai
hilangnya cahaya awan merah.

4. Isya, shalat isya waktunya mulai hilangnya cahaya awan merah dan berakhir hingga
terbit fajar shadiq.

5. Subuh, shalat subuh, waktunya dari mulai terbit fajar shadiq hingga terbit matahari

C. Orang – Orang yang tidak Diwajibkan Untuk Shalat


1. Orang Kafir

Pengertian Sholat adalah suatu ibadah jadi secara otomatis orang kafir tidak diwajibkan untuk
menjalankan ibadah sholat. Orang yang tidak wajib sholat seperti orang kafir artinya tidak ada
tuntutan untuknya untuk melakukan sholat.

Tetapi diakhirat kelak mereka akan disiksa disebabkan oleh kemungkinan yang membuat mereka

memiliki kewajiban melakukan sholat apabila saja merek mau islam. Maka dari itu yang harus
dilakukan oleh orang-orang kafir adalah yang pertama masuk atau memeluk agama islam, lalu jika
tanpa hal tersebut mereka masih tidak sah sholat. Namun apabila mereka sudah masuk islam
mereka tidak wajib untuk meng-qodlo atau mengganti sholat sebelumnya.

Akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk orang-orang yang murtad apabila seorang murtad kembali
masuk ke islam maka mereka sangat diwajibkan untuk mengganti (meng-qodlo) sholat yang
mereka tinggalkan saat mereka masih murtad.

2. Anak-anak

Anak-anak tidak diwajibkan untuk menjalankan ibadah sholat sampai mereka baligh atau dewasa.

Meskipun seperti itu orang tua atau walinya wajib untuk mengajari sang anak untuk sholat dengan
tata cara yang baik dan benar sehingga ketika anak sudah menginjak masa baligh mereka sudah
mengetahui bagaimana cara untuk sholat dengan benar.
3.Orang Gila

Orang dengan gangguan jiwa atau mental(gila) adalah orang yang tidak wajib sholat atau ibadah-
ibadah wajib yang lainya. Sementara itu para ulama menyamakan orang-orang yang setengah gila
dengan orang yang benar-benar gila.

4. Ayan (Epilepsi)

Kemudian orang yang tidak wajib sholat selanjutnya adalah orang yang mengalami ayan atau
gangguan pada saat aktivitas sel syaraf pada otak terdapat gangguan, yang memiliki akibat
terjadinya kejang.

Penyakit ini terjadi diakibatkan oleh kelainan genetik atau cidera pada otak yang dialami seperti
stroke atau trauma. Hal inilah yang menyebabkan penderita tidak diwajibkan untuk melaksanakan
sholat.

5. Orang Mabuk Secara Tidak Sengaja

Orang yang mabuk dengan tidak disengaja merupakan orang yang tidak wajib sholat dikarenakan
ketidaksengajaan seperti mabok dalam perperjalanan. Namun apabila Mabuk secara disengaja,
maka orang itu haruslah mengganti solat mereka pada saat mereka sedang mabuk tadi yang
tertinggal setelah mereka sudah sadar.

6. Perempuan yang Haid dan Nifas

Haid atau yang biasa disebut menstruasi adalah rutinitas yang pasti akan dialami oleh setiap
perempuan. Kemudian didalam islam perempuan yang sedang haid termasuk orang yang tidak wajib
sholat.

Terdapat beberapa pihak yang berpikir bahwa larangan itu disebabkan oleh wanita yang sedang haid
adalah wanita yang dalam keadaan kotor.

Namun dalam pandangan islam, wanita yang sedang haid tetaplah suci dan bersih seperti wanita
pada umumnya, yang kotor dan najis adalah darah saat haid, oleh sebab itu orang yang sedang haid
tidak perlu untuk dujauhi atau dihindari.

Demikianlah penjelasan tentang pengertian sholat, syarat wajib sholat, rukun dan syarat sholat.
Serta dijelaskan pula orang-orang yang tidak wajib untuk melakukan ibadah sholat.

D.Shalat Di Berbagai Keadaan Dan Situasi

Kita semua pasti pernah merasakan perjalanan jauh dan kegiatan ibadah kita terhambat
bahkan terlambat dalam melakukan shalat tepat waktu dan Pada Artiel kali ini kita akan
membahas tentang Shalat jamak dan Qasar,dsini kita akan bahas satu per satu.
Adapun pengertian shalat Jamak yaitu shalat yg dilaksanakan dengan mengumpulkan
dua salat wajib dalam satu waktu, seperti salat Zuhur dengan Asar dan salat Magrib dengan
salat Isya (khusus dalam perjalanan). Adapun pasangan salat yang bisa dijamak adalah
salat Dzuhur dengan Ashar atau salat Maghrib dengan Isya. Salat jamak dibedakan
menjadi dua tipe yakni:

· Jama’ Taqdim penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu dengan cara
memajukan salat yang belum masuk waktu ke dalam salat yang telah masuk waktunya
(seperti penggabungan pelaksanaan salat Asar dengan salat Zuhur pada waktu salat Zuhur
atau pelaksanaan salat Isya dengan salat Magrib pada waktu salat Magrib)

· Jama’ Ta’khir penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu dengan cara
mengundurkan salat yang sudah masuk waktu ke dalam waktu salat yang berikutnya
(seperti penggabungan pelaksanaan salat Zuhur dengan salat Asar pada waktu salat Asar,
atau pelaksanaan salat Magrib dengan salat Isya pada waktu salat Isya.

Adapun pengertian dari Shalat Qasar adalah melakukan salat dengan


meringkas/mengurangi jumlah rakaat salat yang bersangkutan. Salat Qasar merupakan
keringanan yang diberikan kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan (safar).
Adapun salat yang dapat diqasar adalah salat zuhur, asar dan isya, di mana rakaat yang
aslinya berjumlah 4 dikurangi/diringkas menjadi 2 raka’at saja.dan tidak boleh mengqasar
salat subuh dengan zuhur dan harus berpasangan zuhur dengan ashar magrib dengan isya

Dalil yang memperkuat diperbolehkannya penggabungan pelaksanaan salat adalah hadits


dari Muadz bin Jabal: ” Bahwa Rasulullah SAW pada saat perang Tabuk, jika matahari telah
condong dan belum berangkat maka menjamak sholat antara Dzuhur dan Ashar. Dan jika
sudah dalam perjalanan sebelum matahari condong, maka mengakhirkan sholat Dzuhur
sampai berhenti untuk sholat Ashar. Dan pada waktu sholat Maghrib sama juga, jika
matahari telah tenggelam sebelum berangkat maka menjama’ antara Maghrib dan ‘Isya.
Tetapi jika sudah berangkat sebelum matahari tenggelam maka mengakhirkan waktu sholat
Maghrib sampai berhenti untuk sholat ‘Isya, kemudian menjamak keduanya. “(HR. Abu
Dawud dan At- Tirmidzi)

Dan pada Artikel kali ini kita juga akan membahas Syarat sah untuk shalat jamak dan
Qasar,adapun syarat sah shalat jamak dan Qasar, Jarak perjalanan yang dilakukan minimal
sejauh 2 hari perjalanan kaki atau 16 farsah (80,64 Km), Seorang musafir dan perjalanan
yang dilakukan harus bertujuan baik,Sakit atau dalam sulit,Salat dilakukan secara adaan
(tunai) bukan secara qada’,Berniat Salat Jamak/Salat Qasar ketika Takbiratul Ihram.

Adapun shalat dalam berbagai keadaan yaitu:

Keadaan pertama adalah shalat sambil berdiri bagi yang mampu, walaupun kondisinya seperti posisi
orang yang rukuk (agak membungkuk) atau memakai tongkat atau bersandar pada tembok.
Keadaan kedua adalah bagi yang tidak mampu berdiri karena mengalami kesulitan, gambarannya itu
ia mengalami keadaan sangat sakit sehingga sulit khusyuk dan thumakninah, maka kondisi ini ia
shalat sambil duduk dan memberi isyarat ketika rukuk dan sujud, keadaan sujud lebih rendah dari
rukuk. Keadaan duduk di sini tidaklah dijelaskan, artinya duduk bagaimana pun dibolehkan. Namun,
duduk yang lebih baik adalah duduk bersila karena duduknya lebih mudah (tidak tegang)
dibandingkan dengan duduk iftirasy. Tujuannya pula adalah duduk ini akan membedakan duduk
yang menggantikan posisi berdiri dan duduk yang sesuai

Keadaan ketiga adalah jika tidak mampu shalat sambil duduk, maka shalat dilakukan sambil
berbaring ke samping. Hadits menunjukkan secara mutlak apakah berbaring ke samping kanan
ataukah ke kiri. Yang paling utama (afdal) adalah yang paling mudah. Jika berbaring ke kanan atau ke
kiri sama-sama mudah, berbaring ke kanan itu lebih afdal. Wajah nantinya menghadap kiblat. Jika
tidak mampu dihadapkan ke kiblat, shalat dalam keadaan apa pun sesuai kemampuan. Ketika rukuk,
cukup berisyarat dengan kepala ke dada sedikit, lalu ketika sujud lebih menunduk lagi.

Keadaan keempat adalah shalat sambil telentang, punggung di bawah, dan kedua kaki ke arah kiblat.
Yang paling utama (afdal) adalah kepala diangkat sedikit agar bisa dihadapkan ke kiblat.

Keadaan kelima adalah jika tidak mampu berisyarat dengan kepala, maka ada yang membolehkan
berisyarat dengan mata, ketika rukuk mata berkedip sedikit. Setelah mengucapkan SAMI’ALLAHU
LIMAN HAMIDAH, mata kembali dibuka. Ketika sujud, lebih dikedipkan lagi. Syaikh ‘Abdullah Al-
Fauzan menyatakan bahwa hadits tentang hal ini dhaif. Ada pendapat kedua, jika memang tidak bisa
berisyarat dengan kepala, maka menjadi gugur padanya. Ada pendapat ketiga yang menyatakan
bahwa kalau tidak bisa melakukan gerakan sebagai isyarat, maka ucapan yang bisa diucapkan tetap
ada. Berdiri cukup dengan niat di hati, lalu ia bertakbir, lalu membaca surah, kemudian rukuk dengan
niat di hati, lalu bertakbir, membaca tasbih ketika rukuk, lalu berdiri iktidal dengan niat, lalu
mengucapkan SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH. Adapun yang mengatakan bahwa isyarat dengan jari
tidaklah ada dalil yang menunjukkan hal ini.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sholat adalah ibadah atau sembahyang wajib bagi setiap umat Muslim. Pada
pelaksanaannya, sholat tidak bisa dilakukan sembarangan. Terdapat syarat sah sholat yang
perlu dipenuhi supaya sholatnya sah di mata Allah SWT.

Syarat sah sholat terdiri atas suci yaitu keadaan bersih dari hadas maupun najis, suci badan,
tempat dan pakaian, salat sesuai waktunya, menutup aurat, dan menghadap kiblat.

Sementara itu, macam-macam sholat terbagi menjadi dua. Ada sholat fardu yang hukumnya
wajib, dan sholat sunah yakni boleh dikerjakan tetapi tidak diwajibkan.

sedangkan secara istilah, istilah shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.

Adapun macam macam shalat yakni shalat fardu dan shalat sunnah. Shalat Fardu adalah
sholat yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dari Allah

SWT, dan Hukum Meninggalkan Shalat Dengan Sengaja akan mendapatkan dosa.sedangkan
sholat sunnah adalah beragam jenis shalat yang dianjurkan untuk dikerjakan, akan tetapi
tidak diwajibkan. Seorang muslim tidak berdosa ketika tidak melaksanakan salat sunah,
sedangkan melaksanakannya berarti memperoleh pahala. Shalat sunah terbagi lagi menjadi
dua, yaitu shalah sunah muakkad dan salat sunah ghairu muakkad. Shalat sunah muakkad
adalah shalat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati
wajib), seperti salat dua hari raya muslim dan shalat tarawih. Sedangkan shalat sunah ghairu
muakkad adalah shalat sunah yang dianjurkan tanpa anjuran dengan penekanan yang
kuat. Shalat sunah merupakan salah satu jenis dari salat nawafil yang dibedakan dari salat
mustahab dan salah tathawwu'.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kata kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada para
pembaca
DAFTAR PUSTAKA

https://hidayatullah.com/kajian/tazkiyatun-nafs/read/2018/01/23/133715/dirikanlah-shalat-
dalam-berbagai-keadaan.html

https://academic.uii.ac.id/2020/03/26/pentingnya-shalat/

https://rsroemani.com/rv2/tetapsholat/

https://id.wikipedia.org/wiki/Salat

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/memahami-dan-meyakini-kewajiban-shalat-
dalam-berbagai-keadaan/

Anda mungkin juga menyukai