Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SHALAT DALAM ILMU FIQIH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
ACHMAD NOURBERT SYUHADA (220701078)
M.FARHAN HUSAINI (220701052)
ROMY (220701086)

MATA KULIAH: USHUL FIQIH


DOSEN PENGAMPU: Dr. MUHAMMAD ICHSAN, S.Pd.I., M.Ag.

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY ACEH
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Shalat Dalam Ilmu
Fiqih” dapat kami selesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqih. Tim
penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai
kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber, yakni
melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Tim penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan
banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidak
sempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharapkan
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Shalat..........................................................................................................2
2.2 Dasar Hukumnya..........................................................................................................2
2.3 Tujuan Shalat...............................................................................................................3
2.4 Kedudukan Shalat........................................................................................................4
2.5 Syarat-syarat Sah Shalat...............................................................................................5
2.6 Rukun Shalat................................................................................................................5
2.7 Sunah-sunah Shalat......................................................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................................10
3.1 Simpulan....................................................................................................................10
3.2 Saran...........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai
mahluk yang paling sempuma yaitu sholat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi
tidak mengerti terhadap apa yang dilakukaan. Selain itu juga bagi kaum fanatis yang
tidak menghargai tentang arti khilafiyah, dan menganggap yang berbeda itu yang
salah. Oleh karena itu mari kita kaji bersama tentang arti shalat, dan cara
mengerjakannya serta beberapa unsur didalamnya. Dalam pembahasan kali ini juga di
paparkan sholat dan macamnya.

Shalat merupakan salah satu kcwajiban bagi kaum muslimin yang sudah
mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan. Shalat
merupakan rukun islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang)
salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat ,maka ia
mendirikan agama (islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,maka ia
meruntuhkan agama (islam). Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam
sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus
dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit.
Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah. Untuk membatasi bahasan penulisan
dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas tentang shalat wajib
kaitannya dengan kchidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian shalat?
2. Apa yang menjadi dasar hukum shalat?
3. Apakah tujuan shalat?
4. Bagaimana kedudukan shalat?
5. Apa saja syamt-syarat syah shalat?
6. Apa saja sunah-sunah shalat?
7. Apa saja hal•hal yang membatalkan shalat?

1
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar kami selaku penyusun mengetahui bagaimana
segalah hal tentang shalat haik pengertian, rukun, sunat dll, kemudian agar menambah
wawasan para pembaca serta menjadi referensi bagi penulis-penulis berikutnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shalat
Shalat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh umat Muslim.
Shalat memiliki arti yang berbeda-beda menurut bahasa dan istilah. Menurut bahasa,
shalat berarti doa atau permohonan. Menurut istilah, shalat adalah rangkaian gerakan-
gerakan ibadah yang dilakukan dengan cara tertentu, mulai dari takbiratul ihram
hingga salam1. Shalat dilakukan dengan mengikuti gerakan-gerakan yang sudah
ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Gerakan-gerakan shalat ini meliputi rukun, sunnah,
dan fardhu kifayah.

Shalat merupakan ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan yang dimulai
dari takbiratul ihram, lalu diakhiri salam dengan rukun dan syarat-syarat tertentu.
Shalat teramat penting bagi umat Muslim, karena menjadi tiang agama. Isinya adalah
ucapan serta perbuatan yang bermaksud untuk menimbulkan kedekatan batiniah antara
hamba dengan Sang Pencipta.

Shalat juga memiliki berbagai macam jenis berdasarkan hukumnya, seperti


shalat fardhu, shalat sunnah, shalat nawafil, dan lain-lain. Shalat fardhu adalah shalat
yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang telah baligh dan berakal. Shalat fardhu
terdiri dari lima waktu, yaitu shalat subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya. Shalat
sunnah adalah shalat yang dianjurkan untuk dilakukan oleh setiap Muslim, tetapi tidak
wajib. Shalat sunnah terdiri dari berbagai macam, seperti shalat rawatib, shalat dhuha,
shalat tarawih, shalat istikharah, dan lain-lain.

2.2 Dasar Hukumnya


Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan wajib bagi umat Islam. Dasar
hukum shalat dapat ditemukan dalam Al-Quran, hadis, dan ijma ulama. Berikut adalah
beberapa dalil yang menjelaskan kewajiban shalat:

1. Dari Al-Quran, Allah SWT berfirman: "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat
dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk." (QS. Al-Baqarah: 43) . Ayat ini

2
menunjukkan bahwa shalat adalah salah satu rukun Islam yang harus dilakukan
oleh setiap Muslim.
2. Dari hadis, Rasulullah SAW bersabda: "Islam dibangun di atas lima perkara:
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan haji ke
Baitullah bagi yang mampu." (HR. Bukhari dan Muslim) . Hadis ini menegaskan
bahwa shalat adalah salah satu pilar Islam yang harus dipenuhi oleh setiap
Muslim.
3. Dari ijma ulama, para ulama sepakat bahwa shalat adalah fardhu 'ain, yaitu
kewajiban individu yang tidak dapat diwakilkan. Selama seorang Muslim masih
hidup, ia harus melaksanakan shalat sesuai dengan syarat dan rukunnya. Tidak ada
alasan yang dapat membatalkan kewajiban shalat, kecuali jika seseorang tidak
sadar atau gila .
Shalat adalah ibadah yang mengandung banyak manfaat dan hikmah bagi umat
Islam. Shalat dapat membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan
ketaqwaan, menjaga kesehatan, dan menghindarkan dari perbuatan maksiat. Shalat
juga merupakan sarana komunikasi antara hamba dan Tuhan, serta bukti keimanan dan
ketaatan kepada-Nya. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga shalat kita
dengan baik dan benar.

2.3 Tujuan Shalat


Tujuan melaksanakan shalat adalah sebagaimana yang digambarkan di dalam
Al-Quran paling tidak ada tiga bentuk. Pertama, shalat adalah untuk mengingat atau
dzikir kepada Allah. Kedua, shalat adalah untuk mencegah sifat keji dan mungkar.
Ketiga, shalat sebagai penolong. Dibawah ini akan dijelaskan ketiga bentuk tujuan
shalat tersebut:

1. Mengingat Allah
Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa tujuan untuk mendirikan shalat adalah untuk
mengingat Allah. Hal ini disebutkan dalam firman-Nya QS. Thaha 20:14 yang
artinya:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah)selain aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingatku” (QS. Thaha 20:14).

3
Ayat di atas menggambarkan bahwa dengan mengingat Allah hati manusia menjadi
tenang dan tentram. Shalat diperintahkan untuk berdzikir (mengingat) Allah
dengan harapan hati manusia menjadi tenang dan nyaman.
2. Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar
Tujuan shalat selanjutnya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Sebagaimana Allah berfirman pada QS. Al-Ankabut 29:45 yang artinya:
“Bacalah apa yang Telah diriwayatkan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keuramaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan” (QS. Al-Ankabut 29:45).
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa shalat didirikan untuk mencegah
perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang dikerjakan dengan penuh kekhusyukan
dan kekonsistenan terhadap rukun-rukunnya memiliki dampak efektif dalam
mencegah perbuatan keji dan mungkar.
3. Shalat Sebagai Penolong
Shalat adalah penolong bagi mereka yang mengerjakannya dengan baik dan benar.
Sebagaimana dalam firman-Nya QS. Al-Baqarah 2:153 yang artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, jadilanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-
Baqarah 2:153).
Sabar dan shalat merupakan dua pondasi untuk mendapatkan dan mengharapkan
pertolongan dari Allah. Shalat dalam ayat di atas adalah sarana untuk mencegah
perbuatan tidak baik yang dapat menimpa semua manusia baik yang terang-
terangan maupun yang sembunyi. Di dalam shalat terdapat harapan untuk
pertolongan Allah karena hanya dengan pertolongan-Nya semua tampak menjadi
baik.
2.4 Kedudukan Shalat
Shalat memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Di antaranya hal yang
menunjukkan betapa penting dan tingginya kedudukan shalat dalam Islam adalah:

1. Shalat merupakan tiang agama. Artinya, shalat adalah pondasi utama yang
menopang keberadaan agama Islam. Tanpa shalat, agama islam akan runtuh.

4
2. Shalat merupakan amal seseorang yang akan dihisab pertama kali. Kualitas shalat
seseorang akan menentukan kualitas amalan lainnya. Jika shalatnya baik, maka
amalan lainnya akan baik pula. Jika shalatnya buruk, maka amalan lainnya akan
buruk pula.
3. Shalat merupakan syari’at Islam yang terakhir kali lenyap. Jika syari’at Islam yang
terakhir kali sudah lenyap, maka tidak ada syari’at yang masih tersisa selainnya.
Dalam riwayat Abu Umamah yang marfu’ disebutkan:
“Syari’at Islam akan lenyap satu demi satu. Setiap kali suatu syari’at Islam
lenyap, maka manusia pun akan berpedoman pada aturan yang menggantikannya.
Syari’at islam yang pertama kali akan lenyap adalah hokum, sedangkan yang
terakhir kali lenyap adalah shalat.” (HR. Ahmad. Di-shahih-kan Albani dalam
Shahihut Targhib Wat Tarhib, I/229).
4. Shalat merupakan wasiat Nabi terakhir yang ditunjukan kepada umatnya.
5. Merupakan rukun Islam dan tiangnya yang paling agung setelah kedua syahadat.
6. Shalat adalah penghubung antara hamba dan Allah. Dengan shalat, seseorang dapat
berkomunikasi dengan Allah, memuji-Nya, mengingat-Nya, memohon ampunan
dan rahmat-Nya, serta bersyukur atas nikmat-Nya.
7. Shalat adalah kunci surga. Dengan shalat, seseorang dapat meraih ridha Allah dan
masuk surga-Nya.
2.5 Syarat-syarat Sah Shalat
Orang yang akan melaksanakan shalat, hendaklah memenuhi beberapa syarat
yang telah ditentukan agar shalat yang dilakukannya sah. Syarat-syarat tersebut
sebagai berikut:

1. Sudah masuk waktu shalat.


2. Suci dari hadats besar dan hadats kecil.
3. Suci dari najis.
4. Menghadap kiblat.
5. Menutup aurat.
2.6 Rukun Shalat
Rukun shalat merupakan perkara atau amalan yang harus dikerjakan oleh orang
yang wajib shalat. Bila tertinggal salah satunya maka shalatnya tidak sah atau batal.
Rukun shalat terdiri atas:

5
1. Niat.
2. Berdiri (bagi yang mampu).
3. Takbiratul ihram. Yaitu mengucapkan “Allahu akbar” sebagai tanda dimulainya
shalat.
4. Membaca surah al-Fatihah.
5. Rukuk.
6. I’tidal.
7. Sujud
8. Duduk di antara dua sujud.
9. Duduk tasyahud akhir.
10. Membaca doa tasyahud akhir.
11. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
12. Memberi salam.
13. Tertib.
2.7 Sunah-sunah Shalat
Sunah-sunah shalat ialah hal-hal yang dianjurkan untuk dikerjakan dalam shalat.
Melakukannya mendapat pahala dan meninggalkannya tidak berdosa namun mendapat
kerugian. Pasalnya, sunah-sunah shalat memengaruhi kesempurnaan dan kekhusyukan
shalat. Sunah dalam shalat ada dua macam, adalah sebaga berikut:

1. Sunnah Ab’adh
Sunnah ab'adh merupakan amalan yang dikerjakan dalam salat yang jika
ditinggalkan dengan sengaja atau tidak maka kita disunnahkan melakukan sujud
sahwi. Adapun, sunnah ab'adh dalam salat mencakup:
1) Duduk tasyahud awal.
2) Membaca tasyahud awal.
3) Membaca sholawat atas Nabi SAW pada tasyahud awal.
4) Membaca sholawat atas keluarga Nabi SAW pada tasyahud akhir.
5) Membaca doa qunut bagi yang biasa memanjatkannya saat shalat subuh.
2. Sunnah Haiat
Sunnah haiat adalah amalan sunnah yang jika jika lupa dikerjakan ketika salat maka
kita tidak perlu melakukan sujud sahwi. Hal-hal yang termasuk sunnah haiat ialah:

6
1) Mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu ketika takbiraul ihram, ketika
akan rukuk, ketika bangkit dari rukuk, dan ketika berdiri setelah tasyahud awal.
2) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri saat berdiri.
3) Mengarahkan pandangan ke tempat sujud.
4) Membaca doa iftitah.
5) Membaca ta'awudz.
6) Membaca amin, disunnahkan setelah surat Al Fatihah.
7) Membaca ayat lain sesudah surat Al Fatihah.
8) Menempelkan kening, hidung dan beberapa anggota tubuh lainnya ketika
sedang sujud. Hendaknya kita bersujud di atas tujuh tulang, yaitu dahi, hidung,
kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki.
9) Membaca doa-doa salat.
10) Duduk istirahat sebelum bangkit dan sesudah sujud kedua sebelum rakaat
berikutnya.
11) Tasyahud awal.
12) Membaca shalawat atas Nabi SAW.
13) Berdoa sesudah membaca sholawat.
14) Salam kedua. Salam pertama termasuk rukun salat yang tidak boleh
ditinggalkan, sementara salam kedua termasuk sunnah salat.
2.8 Hal-hal Yang Membatalkan Shalat

Bila seseorang melakukan salah satu dari hal-hal yang berikut ini maka batallah
shalatnya atau tidak sah yakni sebagai berikut:

1. Murtad.
Murtad atau keluar dari Islam, menjadi pembatal salat karena sebagaimana yang
kita ketahui bahwa salah satu syarat sahnya salat adalah beragama Islam. Demikian
orang yang status keislamannya lepas, maka otomatis salatnya batal.
2. Gila.
Menjadi gila atau hilangnya akal sehat juga menjadi hal yang membatalkan salat.
Lantaran di antara syarat sah salat yakni berakal, maka tidak sah bila salat
dilakukan oleh orang gila atau orang yang kehilangan akalnya.
3. Belum masuk waktu shalat.

7
Salat tidak sah jika dilakukan sebelum waktunya. Maka jika seseorang sedang salat
tanpa mengetahui waktunya, dan di tengah salat baru masuk waktu, maka salatnya
itu langsung batal.
4. Terkena najis.
Suci dari najis menjadi salah satu syarat sah salat. Sehingga tak sah salat seseorang,
apabila di bajunya, di badannya, atau pada tempat salatnya terkena najis.
5. Berhadats kecil.
Tak hanya najis, salat pun mesti suci dari hadats baik besar maupun kecil. Apabila
muslim berhadats kecil disengaja ataupun tidak, maka batal salatnya. Hadats kecil
di sini berupa keluarnya sesuatu melalui kemaluan seperti air kencing, mani, wadi,
madzi, kotoran, hingga kentut. Semua hal yang keluar dari dua lubang (qubul dan
dubur), membuat batal salat seseorang.
6. Berhadats besar.
Terkena atau mengalami hadats besar juga dapat membatalkan salat seseorang. Yag
termasuk hadats besar adalah keluar air mani, persetubuhan, meninggal dunia, haid,
nifas dan melahirkan.
7. Terbukanya aurat secara sengaja.
Bila aurat terbuka dalam waktu lama, maka membuat salatnya batal. Jika aurat
terbuka dalam waktus sekilas, dan langsung ditutup kembali, Imam Syafi'i dan
Hambali katakan tidak menjadikan batal salat. Sementara Malikiyah berpendapat,
secepat apapu aurat yang terbuka ditutup, maka salanya tetapi batal.
8. Bergeser dari arah kiblat.
Muslim yang salat serta melakukan gerakan badan yang membuat arah salatnya
begeser hingga membelakangi kiblat, maka salatnya batal dengan sendirinya.
9. Kehilangan niat.
Orang yang salat, kemudian tiba-tiba niatnya berubah, maka salatnya langsung
batal. Yang dimaksud berubah niat pula, bila terbesit niat untuk menghentikan salat
yang sedang dilakukannya di dalam hati, maka pada saat itu salatnya batal sebab
niatnya telah rusak.
10. Tidak membaca surat Al-Fatihah.

8
Para ulama sepakat bahwa membaca Surat Al Fatihah adalah termasuk dari rukun
salat. Sehingga muslim yang secara sengaja maupun lupa untuk tidak membacanya,
maka salatnya tidak sah.
11. Meninggalkan rukun shalat lainnya.
Berikut yang termasuk rukun salat: berdiri, rukuk, itidal, sujud, duduk di antara dua
sujud, duduk tasyahud akhir, membaca lafal tasyahud akhir, membaca shalawat
pada tasyahud akhir, mengucapkan salam pertama, tertib, dan tuma'ninah. Jika
rukun-rukun ini tertinggal atau tidak dikerjakan, bahkan salah satunya saja, maka
salat seseorang menjadi tidak sah.
12. Tertawa.
Jumhur ulama menyepakati, orang yang tertawa dalam salatnya, maka batal salat
orang tersebut.
13. Mengucap salam dan menjawabnya.
Meski mengucapkan salam adalah sunnah dan menjawabnya yaitu wajib, tetapi
tidak boleh dilakukan ketika sedang salat. Karena dalam salat, salam merupakan
berada di akhir sebagai penutup. Sehingga bila penutup (salam) itu dilakukan, maka
selesai salat itu (batal).
14. Bergerak di luar gerakan shalat.
Ulama menyepakati bahwa gerakan salat yang dilakukan berulang mampu
membatalkan salat. Para ulama berbeda pendapat terkait batasan gerakan yang
membatalkan salat ini. Madzhab Hanafi dan Maliki berpandangan, gerakan yang
banyaklah yang dapat membuat salat menjadi batal. Sementara madzhab Syafi'i dan
Hambali, berstandar pada 'al-urf' (kebiasaan masyarakat). Jika suatu gerakan dalam
salat dianggap sudah keluar dari konteks salat menurut kebiasaan masyarakat, maka
salatnya batal.
15. Makan dan minum.
Ditetapkan oleh ulama, bahwa makan dan minum selagi salat mampu membatalkan
salat seseorang. Meskipun, orang itu menelan makanan dan minuman dalam jumlah
yang sedikit atau kecil, tetap membuat salat tidak sah.
16. Mendahului imam dalam shalat berjamaah.
Seorang makmun melakukan gerakan salat yang mendahului imam, maka membuat
salatnya batal. Seperti bangun dari sujud lebih dahulu dari imam.

9
17. Tersedianya air bagi orang yang tayamum.
Tayamum menjadi alternatif atau rukhsah (keringanan) apabila tidak mendapatkan
air untuk berwudhu. Namun jika seseorang telah bertayamum untuk salat,
kemudian ai tersedia di tengah pelaksanaan salatnya, maka saat itu salatnya batal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Shalat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama,
dengannya agama bisa tegak, tanpa shalat agama bisa runtuh. Shalat mempunyai dua
unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut
perilaku berdasar pada gerakan shalat itu sendiri. Sedangkan unsur batiniyah adalah
sifatnya tersembunyi dalam hati karena Allah-lah yang dapat menilainya. Shalat
banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga shalat fardhu yang telah ditentukan
waktunya.

Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan mulia dalam Islam, yang
merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah baligh dan berakal. Shalat
memiliki banyak manfaat dan hikmah bagi kehidupan dunia dan akhirat, seperti
membersihkan hati dari dosa dan penyakit, meningkatkan iman dan taqwa, menjaga
kesehatan jasmani dan rohani, menumbuhkan akhlak mulia dan kedisiplinan diri, serta
mendapatkan pahala dan ridha Allah SWT.

Shalat harus dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW,
yaitu dengan memenuhi syarat-syarat sah shalat, melaksanakan rukun-rukun shalat,
mengamalkan sunah-sunah shalat, menghindari hal-hal yang membatalkan shalat,
menyesuaikan waktu-waktu shalat, memilih jenis-jenis shalat sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan, serta melaksanakan shalat dengan khusyuk dan ikhlas.

3.2 Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak
mengalami kekurangan dan kesalahan oleh karena itu hendaknya pembaca

10
memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan banyak terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Sangkan, pelatihan shalat khusyu’


S.A.Zainal Abidin, kunci ibadah.
Imam Al Bukhari,Fikih shalat.

11

Anda mungkin juga menyukai