Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“HAKIKAT SHOLAT”

Dosen Pengampu : Hasna Koba'a. S.Pd.I,M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. ALFIANDI ARBIN NPM : 23052001
2. AFAR R NPM : 230520009
3. NURUL ANNISA A PANU NPM : 23052017

IBADAH AKHLAK DAN MUAMALAH


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
2024

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ibadah, Akhlak dan
Muamalah juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan
serta informasi yang semoga bermanfaat. Makalah ini kami susun dengan segala
kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik dan saran dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen
mata kuliah Ibadah, Akhlak dan Muamalah yang kami harapkan sebagai bahan
koreksi untuk kami.

Luwuk, Maret 24 2024

Penulis

KELOMPOK 1

II
III
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN..............................................................................I

KATA PENGANTAR...........................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................2
C. Tujuan.................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................2
E. Sistematika penulisan.........................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat................................................................3
B. Hakikat Shalat....................................................................3
C. Syarat, Rukun, dan Sunnah Shalat.....................................7
D. Hal-hal yang Berkaitan dengan Shalat.............................10
E. Hikmah Shalat..................................................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................16
B. Saran.................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita
sebagai mahluk yang paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang tau
tentang kewajiban tapi tidak mengerti terhadap apa yang dilakukaan. Shalat
merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf
dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.

Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan


atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa
mendirikan shalat, maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa
meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Dalam istilah lain, sholat adalah satu macam atau bentuk ibadah yang
di wujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu di sertai
ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula. Istilah sholat
ini tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh bahasa di atas, karena di
dalamnya mengandung do’a-do’a, baik yang berupa permohonan, rahmat,
ampunan dan lain sebagainya.

Adalah suatu kenyataan bahwa tak seorangpun yang sempurna,


apalagi maha sempurna, melainkan seseorang itu serba terbatas, sehingga
dalam menempuh perjalanan hidupnya yang sangat komplek itu, ia tidak
akan luput dari kesulitan dan problema. Oleh karena itu kita perlu
mengetahui apa itu shalat, dan syarat rukunya dan berikut akan dipaparkan
mengenai segala macam tentang shalat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Shalat ?
2. Apa Hakikat Shalat ?
3. Apa Saja Syarat, Rukun, dan Sunnah Shalat ?
4. Apa Saja Hal-Hal yang Berkaitan Dalam Shalat ?
5. Apa Saja Hikmah Shalat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian, Hakikat, dan Tujuan Shalat.
2. Untuk Mengetahui apa saja Syarat, Rukun, dan Sunnah Shalat.
3. Untuk Mengetahui hal-hal yang berkaitan dalam shalat.
4. Untuk Mengetahui hikmah dan manfaat sholat bagi kehidupan
manusia.

D. Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat dalam :

1. Memhami tentang pengertian serta hakikat shalat.


2. Lebih sempurna dalam mengerjakan shalat.
3. Lebih utama untuk meningkatkan keimanan sehingga menjadi
insan yang bertaqwa

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas tiga bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penyusun mengurai tentang latar belakang, tujuan, manfaat,
dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab penyusun mengurai tentang pengertian shalat, hakikat shalat,
syarat, rukun, dan sunnah shalat dan hikmah sholat
BAB III PENUTUP
Pada bab ini merupakan uraian mengenai makalah yang diterapkan dalam
kesimpulan dan saran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat

Shalat secara etimologi berarti do’a dan secara terminolgi / istilah,


para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki, secara lahiriah shalat
diartikan beberapa ucapan dan gerakan yang dimulai dengan takbir dan di
akhiri dengan salam. Secara hakiki shalat ialah “berhadapan jiwa kepada
allah, secara yang mendatangkan takut kepadanya serta menumbuhkan jiwa
rasa kebesaranya dan kesempurnaan kekuasaanya”.

B. Hakikat Sholat

Salat (bahasa Arab: ‫ ;صالة‬transliterasi: Shalat) merujuk kepada ritual


ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik sholat harus
sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad sebagai figur
pengejawantah perintah Allah. Sesungguhnya shalat yang lima waktu itu
adalah merupakan lima rangkaian perjalanan kehadirat allah yang telah
diwajibkan oleh allah kepada hambanya didalam waktu yang berlainan
setiap hari.

Dimana seorang mukmin selama shalat itu melepaskan dirinya dari


persoalan duniawinya dan menumpahkan pengabdian untuk tuhanyan
dengan mengingat kebesaran allah, memohonkan pertolongan dan petunjuk.
dan didalam shalat itu pula dia menyerahkan diri sepenuhnya kedalam
lingkungan allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Dan
sesunguhnya perjalanan yang demikian itu dapatlah melepaskan duka
luarnya dan dapat pula meringankan kesengsaraaan serta mewujudkan
keinginan-keinginan yang baik.

Dalam Alquran disebutkan adanya perintah Allah untuk melaksanakan


shalat bagi umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Sholat dalam Islam pun
telah dilakukan sejak awal diutusnya Nabi Muhammad, dan baru diwajibkan

3
Shalat lima waktu setelah terjadinya peristiwa Isra dan mikraj. Dalam Isra'
mi'raj tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad sholat terlebih dahulu di
Al-Aqsha sebelum naik ke langit dan berjumpa para nabi. Nabi Muhammad
juga bertemu Nabi Musa dan dia menceritakan bahwa umat-nya (bani Israil)
tidak mampu melakukan shalat lima puluh waktu dalam sehari.

Di dalam Alquran juga disiratkan akan shalat yang dilakukan nabi-


nabi sebelum Islam, misalnya Ishaq dan Ya'kub: "dan Kami telah
memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshaq dan Ya'qub, sebagai suatu
anugerah (daripada Kami), dan masing-masingnya Kami jadikan orang-
orang yang soleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami
wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah."
(Al-Anbiya' 21:72-73).

Juga disebutkan pula di dalam Alquran perintah salat kepada umat


lainnya sebelum Nabi Muhammad, pada Nabi Ismail, pada Nabi Isa, pada
Bani Israil, dan seluruh Ahlul Kitab. Pada awal mulanya salat umat muslim
berkiblat ke Al-Aqsha di Yerusalem sebelum akhirnya diperintah Allah
untuk berpindah kiblat ke bangunan yang didirikan Nabi Ibrahim dan Ismail
yaitu Masjid Al-Haram Kakbah.

Shalat memiliki keutamaan yang sangat besar di dalam Alquran


maupun As-Sunnah. Oleh karena itu, shalat adalah sebuah kebutuhan yang
sangat mendasar bagi seorang hamba dan sama sekali bukan sebagai beban
yang memberatkannya, bahkan shalat hakikatnya sebuah aktifitas yang
sangat menyenangkan hati seorang hamba.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperumpamakan sholat


dengan perumpamaan yang sangat indah, yang menunjukkan bahwa ia
adalah sebuah kebutuhan dan kegembiraan hati orang-orang yang beriman,
karena dengannya Allah menghapuskan dosa hamba-Nya. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

4
‫ َم ا َتُقوُل َذ ِلَك ُيْبِقى ِم ْن َد َرِنِه ؟‬، ‫ َيْغ َتِس ُل ِفيِه ُك َّل َيْو ٍم َخ ْم ًسا‬، ‫َأَر َأْيُتْم َلْو َأَّن َنَهًرا ِبَباِب َأَحِد ُك ْم‬

‫ َيْم ُحو ُهَّللا ِبَها اْلَخ َطاَيا‬، ‫ َفَذ ِلَك مثل الَّص َلَو اِت اْلَخ ْم ِس‬: ‫ َقاَل‬. ‫َال ُيْبِقى ِم ْن َد َرِنِه َشْيًئا‬: ‫َقاُلوا‬

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah


seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima
kali, menurut Anda, apakah itu akan menyisakan kotorannya ? Para sahabat
menjawab, ‘Tidak menyisakan sedikit pun kotorannya.’ Beliau bersabda,
‘Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah
menghapuskan dosa-dosa (hamba-Nya)’” (HR. Bukhari no. 528 dan
Muslim no. 667).

Oleh karena itu, pantas jika shalat yang dilakukan dengan baik bisa
mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ِإَّن الَّص اَل َة َتْنَهٰى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر‬

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan


mungkar” (Al-‘Ankabuut:45).

Sholat memang membuahkan ketakwaan, karena mendorong


pelakunya untuk senantiasa ingat Allah dari waktu ke waktu, di tengah-
tengah kesibukannya dengan dunia dan di tengah-tengah kelalaian serta
kegersangan hatinya, Allah Ta’ala berfirman,

‫َو َأِقِم الَّص اَل َة ِلِذ ْك ِر ي‬

“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Thaha:14).

Barangsiapa yang mampu memahami dan menghayati dengan baik


lautan mutiara hakikat ibadah sholat, maka sholat dipandangannya menjadi
suatu aktifitas yang sangat menyenangkan dan ini terjadi pada diri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

‫جعلت ُقَّرة َعْيني ِفي الَّص اَل ة‬

5
“Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku ada pada saat
mengerjakan shalat”. (HR. An-Nasaa`i dan Ahmad dan selain keduanya.
Hadits Shahih). Marilah kita menyelami lautan mutiara hakikat ibadah
shalat dan perumpamaan yang mengagumkan yang menggambarkan
keindahannya. Sehingga kita terdorong untuk lebih mencintainya dan
melakukannya dengan sebaik-baiknya.

C. Syarat, Rukun, dan Sunnah Sholat

Berikut adalah tentang Syarat, Rukun, dan Sunnah Shalat :

1. Syarat-syarat sholat
a. Syarat yang mewajibkan sholat ada tiga hal, yaitu:
1) Islam,
2) Dewasa (Baligh),
3) Berakal.
b. Syarat-syarat shalat sebelum melakuknnya ada lima, yaitu:
1) Mensucikan anggota tubuh dari hadas dan najis,
2) Menutup aurat dengan pakaian yang suci,
3) Bertempat di tempat yang suci,
4) Mengetahui masuknya waktu shalat,
5) Menghadap kiblat.

Dan di perbolehkan tidak menghadap arah kiblat (ketika sholat) di


dalam dua keadaan, yaitu:

a) Dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan (dalam keadaan


perang) dan,
b) Sholat sunat yang dilakukan di dalam kendaraan di waktu
bepergian.

6
2. Rukun-rukun Sholat

Rukun-rukun shalat itu ada delapan belas, yaitu:

1) Niat,
2) Berdiri jika mampu,
3) Membaca Takbiratul Ihram,
4) Membaca surat Al-Fatihah, dan Bismillaahirrahmaanirrahiim
termasuk ayat dari surat Al-Fatihah,
5) Rukuk,
6) Tumakninah di dalam rukuk,
7) Berdiri tegak setelah rukuk,
8) Tumakninah di dalam berdiri setelah rukuk (i’tidal),
9) Sujud,
10) Tumakninah di dalam sujud,
11) Duduk diantara dua sujud,
12) Tumakninah di dalam duduk (antara dua sujud),
13) Duduk yang akhir,
14) Membaca Tahiyat di dalam duduk yang akhir,
15) Membaca Sholawat kepada Nabi SAW. Di dalam membaca
tahiyat akhir,
16) Salam yang pertama,
17) Niat keluar dari sholat,
18) Tertib rukun menurut urutan yang telah disebutkan.

3. Sunah-sunah sholat
a. Sunnah-sunah sholat sebelum melakukannya ada dua hal, yaitu:
1. Adzan, dan
2. Iqamat.
b. Adapun sunnah-sunnah dalam sholat ada dua, yaitu:
1. Membaca tahiyat awal,

8
2. Membaca doa qunut dalam rakaat kedua waktu sholat
shubuh dan dalam sholat Witir pada tiap malam di paroh
kedua bulan Ramadan.
c. Sunnah-sunnah pada waktu sholat yang apabila ditinggalkan
tanpa perlu mengganti dengan sujud sahwi (Haiat sholat) itu ada
15, yaitu:
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ketika
akan rukuk dan ketika akan berdiri dalam rukuk,
2. Meletakkan tangan kanan diatas punggung kiri
(bersedekap),
3. Membaca doa tawajjuh,
4. Membaca isti’adzah (a’udzubillahiminasy
syaithaanirrajiim)
5. Membaca dengan keras (jahr) pada tempatnya (membaca
surat Al-Fatihah dan surat yang lain dengan keras pada
rokaat pertama dan kedua dalam sholat maghrib, isya’, dan
shubuh) dan membaca dengan perlahan-lahan (israr) pada
tempatnya (dalam sholat dhuhur dan ashar),
6. Membaca Amin (setelah membaca Al-Fatihah),
7. Membaca surat Al-Fatihah (di dalam dua rakaat yang awal
bagi imam atau orang yang sholat sendirian),
8. Membaca takbir ketika bangun dari sujud, ketika memulai
melakukan rukuk dan akan sujud,
9. Membaca smi’allahuliman hamidah (ketika bangun dari
rukuk), dan membaca doa rabbanaa lakal hamdu,
10. Membaca tasbih (subhaana rabbiyal ‘adziimi wa bihamdi)
di dalam rukuk,
11. Membaca tasbih (subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdi) di
waktu sujud,
12. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha ketika duduk
dengan membentangkan tangan kiri dan mengepalkan
tangan kanan kecuali jari telunjuk luruskanlah ia (jari
telunjuk itu) di saat membaca syahadat tauhid,

9
13. Duduk iftirasy pada setiap duduk,
14. Duduk tawarruk pada waktu duduk tahiyat akhir,
15. Membaca salam yang kedua.

D. Hal-Hal yang Berkaitan dalam sholat


Apa sajakah hal-hal yang berkaitan dalam sholat, berikut penjelasannya.
1. Sholat dalam kondisi khusus

Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan sholat


diberi keringanan tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat
berada dalam perjalanan (safar). Bila seseorang dalam kondisi sakit
hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan melakukan salat dengan
posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia
diperbolehkan salat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak
mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan
isyarat.

Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia


diperkenankan menggabungkan (jama’) atau meringkas (qashar)
salatnya. Menjamak salat berarti menggabungkan dua sholat pada
satu waktu yakni zuhur dengan asar atau maghrib dengan isya’.
Mengqasar salat berarti meringkas sholat yang tadinya 4 rakaat
(zuhur, asar, isya) menjadi 2 rakaat.

2. Sholat berjamaah
Hadits tentang keutamaan sholat berjamaah :

:‫قَاَل اإلَم اُم الُبخَاِر ي َر ِح َم ُه ُهللا‬


: ‫ َأَّن َر ُسوَل ِهللا‬، ‫ َع ْن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر‬،‫ َع ْن َناِفٍع‬، ‫ َأْخ َبَر َنا َم اِلٌك‬: ‫ َقاَل‬، ‫َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهللا ْبُن ُيوُسَف‬
‫ َلَص َالُة اْلَج َم اَع ِة َتْفُضُل َص َالَة اْلَفِّذ ِبَس ْبٍع َوِع ْش ِر يَن َد َر َج ًة‬: ‫َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقال‬.
‘Imam al-Bukhari ra berkata: Telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibn Yusuf yang berkata: Telah mengabarkan kepada kami
Malik, dari Nafi’, dari Abdullah ibn Umar ra, bahwa Rasulullah
saw bersabda: “Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat
sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”.

Sholat berjamaah itu sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah


muakkad). Wajib atas makmum berniat untuk menjadi makmum,
sedangkan imam tidak harus berniat menjadi imam. Orang yang
merdeka boleh bermakmum kepada budak, dan orang yang sudah
baligh (sampai umur) boleh bermakmum kepada yang hamper baligh
(murahiq). Dan pria tidak sah bermakmum kepada wanita, demikian
pula (tidak sah) orang yang baik bacaan fatihahnya bermakmum
kepada orang yang tidak sempurna bacaan fatihahahnya. Di tempat
mana saja di dalam masjid seorang makmum melakukan sholat
mengikuti sholat imam, sedang ia dapat mengetahui sholat imam
tersebut, maka shlah ia bermakmum selam tidak berada di depan
imamnya. Apabila imam melakukan shalat di dalam masjid dan
makmum di luar masjid yang dekat dengan imam itu dan tidak ada
tabir pemisah, maka dia diperbolehkan bermakmum.

Shalat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama


(berjamaah). Dalam pelaksanaannya setiap Muslim diharuskan
mengikuti apa yang telah Nabi Muhammad ajarkan, yaitu dengan
meluruskan dan merapatkan barisan, antara bahu, lutut dan tumit
saling bertemu. Pada shalat berjamaah seseorang yang dianggap
paling kompeten akan ditunjuk sebagai imam shalat, dan yang lain
akan berlaku sebagai makmum. Shalat yang dapat dilakukan secara
berjamaah maupun sendiri antara lain Sholat fardu, Shalat tarawih.
Dan Shalat yang mesti
dilakukan berjamaah antara lain Shalat Jumat, Shalat Hari Raya
(Ied), Shalat Istisqa' Yaitu shalat yang tidak wajib berjamaah tetapi
sebaiknya berjamaah.

3. Perbedaan antara pria dan wanita di dalam sholat

Antara wanita dan pria (di dalam shalat) berbeda dalam lima hal;

Pria:

1) Merenggangkan kedua sikunya dari kedua lambungnya


(ketika rukuk dan sujud),
2) Merenggangkan perutnya dari kedua pahanya di waktu rukuk
dan sujud,
3) Mengeraskan bacaan (fatihah dan surat lain) di tempat jahr,
4) Jika terjadi sesuatu kesalahan (imam) di dalam shalat, maka
ia membaca tasbih ,
5) Aurat pria adalah bagian tubuh antara pusar dan lutut.

Wanita:

1) Merapatkan sebagian tubuhnya pada sebagian yang lain


(merapatkan kedua sikunya pada kedua lambungnya dan
perutnya pada kedua pahanya di waktu rukuk dan sujud),
2) Merendahkan suarnya di dekat pria yang bukan mahramnya,
3) Jika terjadi suatu kesalahan (imam) pada waktu sholat, maka
ia bertepuk tangan (dengan menepukkan telapak tangan
dengan punggung tangan, atau punggung tangan dengan
punggung tangan),
4) Aurat wanita yang merdeka adalah seluruh tubuhnya, kecuali
muka dan kedua telapak tangannya (di dalam shalat), sedang
budak perempuan, auratnya seperti aurat pria di dalam shalat.
4. Hal-hal yang membatalkan shalat
Hal-hal yang membatalkan shalat ada sebelas, yaitu:
1) Berbicara dengan sengaja,
2) Melakukan gerakan yang banyak (yang lebih dari tiga
gerakan besar dan bukan merupakan amalan shalat),
3) Berhadats,
4) Kejatuhan najis,
5) Terbuka auratnya,
6) Mengubah niat,
7) Membelakangi kiblat,
8) Makan,
9) Minum,
10) Tertawa terbahak-bahak,
11) Murtad.

5. Hal-hal yang makruh dalam sholat


1) Melirik atau menoleh (Al-Iltafat) tanpa keperluan tertentu
dalam shalat.
2) Mengangkat pandangan, baik ke arah langit atau kemanapun,
merupakan salah satu dari pada perbuatan makruh dalam
shalat.
3) Shalat dengan tangan di pinggang. Yaitu seseorang shalat
dengan bertolak pinggang.
4) Shalat sambil menahan buang air kecil atau besar, atau
menahan kentut. Hal ini bisa mengganggu ketenangan hati
dalam shalat.
5) Shalat di depan hidangan makanan. Hal ini juga termasuk
perbuatan makruh dalam shalat, Jika memungkinkan baginya
untuk mendahulukan makan kemudian melaksanakan shalat,
itu akan lebih baik, namun jika tidak memungkinkan karena
sempitnya waktu, maka hal itu termasuk udzur baginya.

13
6. Hal-hal yang mungkin tertinggal karena lupa dalam sholat

Hal-hal yang mungkin tertinggal karena lupa dalam shalat ada tiga
macam, yaitu:

1) Fardlu, ia tidak tidak cukup diganti dengan sujud sahwi.


Bahkan jika seseorang telah ingat (yang terlupakan)
sedangkan waktunya masih dekat, maka ia harus menunaikan
(yang terlupakan), kemudian mengerjakan bagian shalat yang
selebihnya, kemudian melakukan sujud sahwi (di akhir shalat
sebelum salam).
2) Sunnah, ia tidak boleh diulangi setelah terlanjur melakukan
fardu (yang sesudahnya). Akan tetapi hendaknya diganti
dengan sujud sahwi.
3) Haiat, ia tidak boleh diulangi setelah tertinggalkannya juga
tidak perlu sujud sahwi sebagai gantinya. Apabila seseorang
bimbang tentang jumlah rakaat yang telah dilakukannya, ia
harus menetapkan sujud sahwi. Sujud sahwi itu sunna dan
tempatnya sebelum malam.

7. Waktu yang tidak boleh ditempati untuk melakukan sholat

Ada lima Waktu yang tidak boleh ditempati untuk melakukan


sholat, kecuali sholat yang mempunyai sebab, yaitu:

1) Setelah sholat shubuh hingga matahari terbit,


2) Ketika terbit matahari hingga sempurna dan naik sepanjang
kadar tombak (kurang lebih 15 dari permukaan bumi),
3) Ketika matahari tepat di tengah-tengah (persis di atas kepala)
hingga condong sedikit ke barat,
4) Setelah sholat ashar hingga terbenamnya matahari,
5) Mulai terbenamnya matahari hingga sempurna terbenamnya.

14
E. Hikmah Sholat

Sesungguhnya, kalau kita pikir, shalat itu penuh dengan makna atau
hikmah yang sangat penting, yaitu pertama, kalau sholat lima waktu kita
jalankan dengan benar-benar, maka akan tercipta tegaknya disiplin dalam
kehidupan kita masing-masing karena sholat itu merupakan kewajiban yang
telah ditentukan waktu-waktunya. Jadi, orang yang menjalankan sholat, mau
tidak mau akan menimbulkan dampak positif, yaitu tegaknya disiplin waktu
sehingga kesadaran terhadap disilin waktu akan merambah kepada
kehidupan.

Kedua, sesungguhnya didalam sholat juga mendididk para pelakunya


utuk memiliki kejujuran yang luar biasa. Sholat merupakan hubungan
vertical yang diwarnai dan dijiwai dengan kejujuran. sehingga, didalam
sholat kejujuran penting sekali, baik ada orang maupun tidak. Contoh kita
kalau melaksankan sholat isya’ yang jumlahnya 4 rakaat, meskipun kita
sholat sendiri kita tidak bisa mengurangi atau menambahi rakaat dalam
sholat isya’ tersebut.

Ketiga, sholat juga melakukan purifikasi ruhani di samping secara


fisik kita bersih Karena berwudhu lima kali sehari. Purifikasi ruhani, insya
allah, kan menjaga diri kita supaya tidak terjebur kepada dosa-dosa besar.
Kalau kita lima kali sehari bermunajat kepada allah, ilahi rabbi, maka setiap
saat akan ingat kepada allah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Shalat menurut bahasa berarti berdoa. Sedangkan pengertian shalat


menurut syara’ adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu,
yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ucapan
disini adalah bacaan-bacaan Al-Qur’an, takbir, tasbih, dan do’a. Sedang
yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-gerakan dalam shalat
misalnya berdiri, rukuk, sujud, dan gerakan-gerakan lain dalam shalat.

Secara khusus dipakai untuk sholat lima waktu yang tuhan


perintahkan untuk dikerjakan pada lima waktu yang berbeda beda dan
mengandung syarat-syarat pendahuluan tertentu, seperti : 1. Penyucian
secara lahiriah dari najis atau kotoran dan secara batiniah dari hawa nafsu;
2. Pakaian lahiriah supaya bersih dan pakaian batiniah supaya tidak
dicemari oleh sesuatu yang diharamkan; 3. Tempat bersuci diri supaya
secara lahiriah bebas dari kotoran dan secara batiniah bebas dari kerusakan
akhlak dan dosa; 4. Menghadap kiblat, kiblat lahiriah berupa ka’bah dan
kiblat batiniah berupa Arasy Ilahi, yang berarti rahasia musyahadat; 5.
Berdiri secara lahiriah dalam keadaan kukuh (qudrat) dan secara batiniah
dalam taman kedekatan dengan tuhan (qurbat); 6. Niat yang tulus untuk
mendekatkan diri kepada Allah; 7 Mengucapkan “Allahu Akbar” dalam
maqam penghormatan dan pelenyapan (fana’), dan berdiri pada tempat
persatuan, dan membaca al-Qura’an secara hormat, dan menundukkan
kepala (rukuk) dengan kerendahan hati, dan merendahkan diri (sujud)
dengan rasa kehinaan, dan bersyahadat dengan khusuk, dan menyelami
pelenyapan sifat-sifat diri. Ketika Rasulullah saw. Shalat, terdengar di
dalam diri beliau terdengar suara air yang sangat mendidih didalam ketel.
Dan ketika Ali sedang shalat, bulu kuduknya berdiri, beliau gemeteran, dan
berkata “Inilah saatnya memenuhi amanah yang langit dan bumi tidak
sanggup menanggungnya”.

Shalat memiliki keutamaan yang sangat besar di dalam Alquran


maupun As-Sunnah. Oleh karena itu, shalat adalah sebuah kebutuhan yang
sangat mendasar bagi seorang hamba dan sama sekali bukan sebagai beban
yang memberatkannya, bahkan shalat hakikatnya sebuah aktifitas yang
sangat menyenangkan hati seorang hamba.

Shalat yang dilakukan dengan baik bisa mencegah pelakunya dari


perbuatan keji dan mungkar. Sesuai dengan firman Allah SWT. Yang
artinya “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar” (Al-‘Ankabuut:45).

B. Saran

Dengan kita memahami dan mengetahui hakikat, syarat, rukun,


sunnah, hal-hal yang berkaitan dengan shalat sampai dengan manfaat yang
begitu banyak dari sholat maka di harapkan kita bisa melakukan sholat
dengan sebaik-baiknya dan tentunya menambah iman dan ketaqwan kita
kepada sang pencipta alam semesta yakni Allah SWT.

17
DAFTAR PUSTAKA

Asy Syidiqi, Hasbi. 1976. Pedoman Sholat, Jakarta: Bulan Bintang.

Ghazalba, Sidi. 1975. Asas Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Husain, Syekh Abu Syuja’ Ahmad bin. 2000. Matnul Ghayah Wat Taqrib.
Surabaya: Al-Miftah

https://id.wikipedia.org/wiki/Salat[diakses 19 November 2105].

Ibn Utsman al-Hujwiri, Ali. 1994. Kasyuf Mahjub. Bandung: Mizan

Muttaqin, Zainal. 2005. Fiqih, Semarang: Putra Karya Toha.

Rais, Muhammad Amin, 1998. Tauhid Sosial, Bandung: Mizan.

Syailut, Muhammad. 1968. Islam Sebagai Aqidah dan Syari’ah, Jakarta:


Bulan Bintang.

18

Anda mungkin juga menyukai