Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FIQIH DAN PRAKTEK IBADAH

SHALAT

Disusun oleh:

Rena Aulia Putri Elhas (2020304041)

Tri Susilo (2030304059)

Dosen Pengampu:

Takrip S.Pd.I, M.Pd

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr, Wb.

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: “Shalat”.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya sampai hari penghabisan.

Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam
memenuhi tugas dari mata kuliah Fiqh dan Praktek Ibadah dan semoga segala yang tertuang
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka
membangun Khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan memberikan
arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Palembang, 23 Agustus 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. II


BAB I ...................................................................................................................................... IV
PENDAHULUAN................................................................................................................... IV
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... IV
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... IV
BAB II ........................................................................................................................................1
PEMBAHASAN ........................................................................................................................1
A. PENGERTIAN SHALAT.................................................................................................1
B. SYARAT WAJIB SHALAT .............................................................................................1
C. SYARAT SAH SHALAT .................................................................................................2
D. RUKUN SHOLAT ...........................................................................................................3
E. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT ............................................................4
F. YANG DIANJURKAN SEBELUM MELAKUKAN SHALAT .......................................4
G. HAL YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA MELUPAKAN SESUATU DIDALAM
SHOLAT .................................................................................................................................5
H. SUNAH AB’AD DALAM SHOLAT ...............................................................................5
I. SUNNAH HAI’ATNYA SHOLAT ..................................................................................6
J. WAKTU DIHARAMKANNYA MELAKSANAKAN SHALAT .....................................6
K. MACAM-MACAM SHALATT BERDASARKAN HUKUMNYA..................................7
BAB III ......................................................................................................................................8
PENUTUP .................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN ................................................................................................................8
B. KRITIK DAN SARAN.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................9

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sholat menurut arti bahasa adalah doa dan pada awalnya merupakan istilah untuk
menunjukkan makna dari doa secara keseluruhan, namun semakin mengikuti zaman
kemudian berubah menjadi istilah secara khusus. Sehingga yang pada awalnya berasal
dari kata doa kemudian di pindah artikan kepada pemahaman shalat berdasarkan syariat.
Shalat di wajibkan atas dasar Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ Ummat bagi semua umat
muslim yang baligh dan berakal kecuali bagi wanita yang haid dan nifas, ada lima shalat
yang Alloh wajibkan bagi hambanya, bagi siapa yang menunaikannya dan tidak
mengabaikanya dengan sikap menyepelekan maka Alloh berjanji akan memasukkannya
ke dalam surga. (Sa’id, 2008). Mengingat ibadah sholat adalah wajib dan menjadi
keharusan semua orang baik dari usia baligh hingga lansia sebelum dia meninggal tetap
melaksanakannya. Kududukan shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang
menempati posisi penting dan tidak dapat digantikan oleh ibadah apapun juga, shalat
sebagai tiang agama, amal yang paling pertama di hisab, pilar kedua setelah syahadat dan
dalam garis besarnya di bagi menjadi dua yaitu shalat fardhu atau diwajibkan dan sunnah
atau tidak diwajibkan. 2 Mulai dari pertanyaan yang mendasar. “Untuk apa tujuan kita
hidup?”, lalu kita bisa melihat lebih jelas dan kaji lebih dalam bahwa Alloh telah
berfirman kepada makhluk-Nya “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku” (QS Az-Zaariyaat (51):56). Sehingga dari kalimat tersebut kita
dapat memproyeksikan bahwa kehidupan kita untuk beribadah kepada Alloh SWT secara
makna seluas-luasnya (Habiba,2013).

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Shalat?
b. Apa sajakah syarat wajib melaksanakan Shalat?
c. Apa sajakah syarat sah diterimanya Shalat?
d. Apa sajakah rukun shalat ?
e. Apa yang membatalkan shalat?
IV
f. Apa yang dianjurkan sebelum shalat?
g. Apa yang harus dilakukan apabila melupakan sesuatu dalam shalat?
h. Apa sunnah Ab’ad dalam shalat?
i. Apa sunnah Hai’atnya shalat?
j. Kapan waktu diharamkannya shalat?
k. Apa macam-macam shalat berdasarkan hukumnya?

V
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SHALAT
Dalam mendefinisikan tentang arti kata shalat, Imam Rafi’i mendefinisikan
bahwa shalat dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan dan
pekerjaan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup denngan salam, dengan syarat
tertentu. Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan
peragaan tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam (taslim).
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan shalat
adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syaratsyarat yang telah
ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam.
Shalat menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat
merupakan menifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT.Dari sini
maka, shalat dapat menjadi media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan segala
bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya. Di samping shalat
wajib yang harus dikerjakan, baik dalam keadaan dan kondidi apapun, diwaktu sehat
maupun sakit, hal itu tidak boleh ditinggalkan, meskipun dengan kesanggupan yang ada
dalam menunaikannya.

B. SYARAT WAJIB SHALAT


Syarat-syarat wajib melaksanakan shalat ada 3 macam yaitu:
1. Islam.
2. Baligh.
Seseorang dapat dikatakan telah baligh jika mengalami hal-hal sebagai berikut:
a. Pernah mimpi basah, jika laki-laki (mimpi yang seakan melakukan hubungan
seksual dengan lawan jenis).
b. Pernah mengeluarkan darah menstruasi setelah berumur 9 tahun untuk wanita.
c. Atau telah berumur 15 tahun meskipun belum mimpi basah atau keluar haid.
d. Atau juga seorang lelaki yang telah berumur 15 tahun meskipun belum pernah
mimpi basah.

1
3. Berakal, yang merupakan batasan minimal seseorang diwajibkan melaksanakan
berbagai kegiatan syari’at Islam.

" Telah diangkat pena itu dari tiga perkara, yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa
(Baligh), dari orang tidur sehingga ia bangun, dari orang gila sehingga ia sehat
kembali." (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

C. SYARAT SAH SHALAT


Pra syarat yang wajib dipenuhi sebelum melaksanakan shalat ada 5 macam, yaitu:
1. Tidak berhadats, baik yang kecil maupun yang besar serta terbebasnya seluruh
anggota badan dari segala macam bentuk najis. Karena dalam Al-Quran surat Al-
Maidah ayat 6 menjelaskan bahwa:

‫ح ْوا بِ ُرءُ ْو ِس ُك ْم َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِ ََل‬


ُ‫س‬
ِ ِ ِ ِ ِ ٓ َّ ‫ٓاٰيَيُّها الَّ ِذين آمنُ واا اِذَا قُمتُم اِ ََل‬
َ ‫الصلوة فَاغْسل ُْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َواَيْديَ ُك ْم ا ََل ال َْم َراف ِق َو ْام‬ ْ ْ ْ َ َْ َ
ِ‫الْ َك ْعبَ ْ ن‬
‫ي‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.”

2. Menutupi aurat dengan menggunakan pakaian yang suci.


3. Berdiri pada tempat yang suci.
4. Mengetahui masuknya waktu shalat.
Berdasarkan pada Al-Quran surat An-Nisa ayat 103:

‫ي كِ ٓت بًا َّم ْوقُ ْوًت‬ ِ


َ ْ ِ‫ت َعلَى ال ُْم ْؤمن‬ َّ ‫اِ َّن‬
ْ َ‫الص ٓلوةَ َكان‬
“Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman.”

2
D. RUKUN SHOLAT
Rukun Shalat ada 18, yaitu:
1. Niat.
Niat adalah berencana melaksanakan sesuatu dan bersamaan dengan pekerjaan
tersebut. Dan niat tempatnya di dalam hati, adapun melafaldkannya merupakan suatu
kesunahan. Level niat akan berbeda melihat dari shalatnya.
Bila shalat fardu maka ketika niat diwajibkan:
a. Niat fardu.
b. Berencana untuk melaksanakan.
c. Menyatakan shalatnya (Subuh, Ashar, Dzuhur, Maghrib, Isya).

Bila shalat tersebut sebatas sunat yang memiliki waktu tertentu, atau memiliki
sebab dalam melaksanakannya, maka diwajibkan:

a. Berencana untuk melaksanakannya.


b. Menyatakan shalatnya, semisal qobliyah subuh, sholat Istisqo’, dan lain
sebagainya.
2. Berdiri bagi yang mampu.
3. Takbiratul ihram.
4. Membaca surat al-fatihah, dan basmallah merupakan salah satu ayat darinya.
5. Ruku’.
6. Tumakninah, tenang sebentar dalam ruku’.
7. Bangkit dai ruku’ dan i’tidal.
8. Tumakninah didalam i’tidal.
9. Sujud.
10. Tumakninah didalam sujud.
11. Duduk diantara dua sujud.
12. Tumakninah didalam duduk tersebut.
13. Duduk terakhir.
14. Membaca tasyahud dalam duduk terakhir.
15. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad dalam tasyahud akhir.
16. Salam yang pertama.

3
17. Niat keluar dari shalat.
18. Urut dalam melakukan ke-17 rukun diatas.

E. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT


Perkara yang membatalkan shalat ada 11 macam, yaitu:
1. Berbicara dengan sengaja.
2. Banyak bergerak secara terus menerus
Seperti melangkah tiga kali secara terus-menerus, dan lain sebagainya.
3. Adanya hadats, baik kcil maupun besar.
4. Terkena najis yang tidak dimaafkan oleh syariat.
Akan tetapi apabila terkena najis yang kering dan ketika itu langsung disingkirkan,
maka shalatnya tetap sah.
5. Membuka aurat dengan sengaja.
Namun bila aurat terbuka tanpa sengaja, semisal tertiup angin lantas ditutup seketika,
maka shalatnya tetap sah.
6. Berubahnya niat.
Semisal berniat untuk keluar shalat.
7. Membelakangi arah kiblat.
8. Makan.
Baik makanan atau minuman tersebut sedikit atau banyak.
9. Minum.
10. Tertawa terbahak-bahak.
11. Riddah (keluar dari Islam).

F. YANG DIANJURKAN SEBELUM MELAKUKAN SHALAT


Sebelum melaksanakan shalat dianjurkan:
1. Mengumandangkan suara adzan.
Arti harfiahnya adalah memberitahu sedangkan yang dimaksud disini adalah
pemberitahuan bahwa waktu sudah masuk
2. Membaca iqomah.

4
Iqomah adalah seruan pemberitahuan bahwa shalat jamaah akan segera dimulai. Azan
dan Iqomah hanya diberlakukan pada shalat fardhu saja. Bila selain shalat fardlu,
seruannya adalah dengan menggunakan "‫"الصالة جامعة‬

G. HAL YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA MELUPAKAN SESUATU


DIDALAM SHOLAT
Hal-hal yang tidak dikerjakan (ditinggalkan) dalam shalat ada 3 macam, yaitu: Fardlu
(disebut juga rukun), Sunnah (ab’ad), dan Ha’iat.
Apabila seseorang meninggalkan yang fardhu, maka tidak boleh diganti dengan
sujud sahwi. Akan tetapi jika ia ingat dalam waktu yang relatif singkat (sebentar) maka
harus mengerjakannya, setelah itu ia melanjutkan shalat kemudian diakhir shalat sebelum
salam ia melakukan sujud sahwi.
Jika yang ditiggalkan adalah sunat, maka ia tidak boleh kembali ( untuk
melakukan sunat tersebut) setelah bergegas melakukan hal yang wajib. Sebab ada kaidah
fiqih yang menjelaskan: “ Hal yang wajib tidak boleh ditinggalkan keuali tidk boleh
ditinggalkan kecuali untuk melakukan wajib yang lain.” Akan tetapi dia disunnahkan
untuk melakukan sujud sahwi sebagai ganti kelupaanya tersebut.
Sedangkan apabila yang ditinggalkan itu hai’at (etika) shalat, maka tidak perlu
untuk diganti dengan sujud sahwi.
Apabila seseorang yang sedang shalat ragu pada jumlah rakaat yang telah ia
kerjakan, maka dia harus mengambil sesuatu yang diyakini, yaitu paling sedikit
kemudian diakhir shalat sebelum salam ia melaksanakan sujud sahwi.
Hukum melakukan sujud sahwi tersebut diatas adalah sunnah dan tempatnya
adalah setelah tahiyat dan sebelum salam.

H. SUNAH AB’AD DALAM SHOLAT


Sunnah Ab’ad sholat adalah:
1. Tasyahud Awal
2. Qunut dalam shalat subuh dan shalat witir pada pertengahan kedua (tanggal 15-30)
Ramadhan.

5
I. SUNNAH HAI’ATNYA SHOLAT
Sunnah hai’at sholat ada 15 macam, yaitu:
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ruku’, dan bangkit dari ruku’.
2. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri.
3. Bertawajjuh atau membaca doa iftitah.
4. Membaca isti’adah (memohon perlindungan).
5. Mengeraskan serta memelankan suara pada tempatnya masing-masing.
6. Membaca Aaamiiin.
7. Membaca surat setelah membaca al-fatihah
8. Membaca takbir ketika bangkit dan turun dalam melakukan rukun.
9. Membaca doa ‫سمع هللا لمن حمده ربنا لك الحمد‬
10. Membaca tasbih ketika ruku’.
11. Membaca tasbih ketika sujud.
12. Meletakkan kedua tangan diatas paha ketika dalam keadaan duduk, seraya
mengepalkan semua jari tangan kanan kecuali jari telunjuk yang akan digunakan
untuk isarat saat membaca syahadat.
13. Duduk iftirasy disemua jenis duduk yang ada pada shalat
14. Duduk tawarruk pada duduk (Tasyahud) akhir.
15. Mengucapkan salam kedua.

J. WAKTU DIHARAMKANNYA MELAKSANAKAN SHALAT


Terdapat 5 waktu yang tidak diperbolehkan melaksanakan shalat sunnah kecuali shalat
sunnah yang mempunyai sebab, ada kalanya sebabnya mendahului shalat, seperti shalat
fardhu yang tertinggal. Dan ada juga yang sebabnya bersamaan dengan pelaksanaan
shalat seperti, shalat gerhana bulan dan matahari. Berikut 5 waktu yang dilarang untuk
melaksanakan shalat yaitu:
1. Setelah shalat subuh hingga munculnya matahari.
Ada sebuah hadits yang dapat dijadikan pedoman untuk menguatkan beberapa point
diatas antara lain; diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim dari Abi Sa’id al-Khudri,
dia menceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda: “tidak boleh melakukan

6
shalat setelah menunaikan shalat subuh hingga matahari naik, tidak boleh melakukan
shalat setelah menunaikan shalat ashar’ hingga matahari terbenam”.
2. Munculnya matahari sampai naiknya matahari kira-kira setinggi tombak.
3. Pada saat matahari berada di tengah-tengah persis (waktu isti’wa) hingga condong
sedikit ke arah barat.
4. Setelah menunaikan shalat ashar sampai terbenamnya matahari.
5. Menjelang terbenamnya matahari sampai matahari benar-benar tenggelam.

K. MACAM-MACAM SHALATT BERDASARKAN HUKUMNYA


Wajib
a. Shalat Fardhu
1. Subuh.
2. Dzuhur.
3. Ashar.
4. Maghrib.
5. Isya.
b. Sunnah
1. Shalat Idul Fitri.
2. Shalat Idul Adha.
3. Shalat Gerhana Matahari.
4. Shalat Gerhana Bulan.
5. Shalat Istisqo’.
6. Shalat Malam.
7. Shalat Dhuha.
8. Shalat Tarawih.

Dan Shalat Jumat fardu ain bagi laki-laki mukalaf, sehat (jasmani dan rohani), dan
bermukim disuatu tempat (bukan orang sedang musafir).

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan data diatas, saya simpulkan bahwa makalah ini berisi tentang Shalat yaitu
menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan menifestasi
penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT.Dari sini maka, shalat dapat
menjadi media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan
yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya. Di samping shalat wajib yang harus
dikerjakan, baik dalam keadaan dan kondidi apapun, diwaktu sehat maupun sakit, hal itu
tidak boleh ditinggalkan, meskipun dengan kesanggupan yang ada dalam
menunaikannya.

B. KRITIK DAN SARAN


Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bin Wahf Al-Qahthani, Sa’id Bin Ali.2020. Kumpulan Shalat Sunnah Dan Keutamaanya.
Jakarta: Darul Haq

Dib al-bigha, Musthafa.2011. Terjemah Tadzib Syarah Taqrib. Surabaya: Al-Miftah.

Nashiruddin al-Albani, Muhammad.2018. Sifat Shalat Nabi. Jakarta: Darul Haq.

Anda mungkin juga menyukai