Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SHALAT FARDHU

Disusun Oleh : KELOMPOK II


NAMA : AYU SIMAH BENGI (1052022084)
DITA SAPUTRI (1052022085)
SITI HOPIPA (1052022098)
IRA YANI (1052022100)
PRODI : PGMI
UNIT/SEMESTER : 1/4
MATA KULIAH : FIKIH PRAKTIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU


KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) LANGSA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas izin Allah dan karunianya

makalah ini dapat penulis selesaikan. Tak lupa shalawat dan salam penulis

hantarkan kepada junjungan alam, Nabi besar Muhamad SAW yang telah

membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul SHALAT

FARDHU

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kelemahan dan

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk

perbaikan dan penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

Langsa,3 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1. Latar Belakang ....................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
3. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2

1. Pengertian Sholat dan Dalil-Dalil perintah sholat ……..…............. 3


2. Syarat dan Rukun Sholat.............. …….………………….............. 4
3. Macam- macam Sholat Fardhu ……………………………….....….. 8
4. Keutamaan Sholat Fardhu …………………....……...………......… 17

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 19

1. Kesimpulan …………........................................................................ 19

2. Saran ..................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ………….............………………………………….…... 20

i
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan shalat

merupakan sarana komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya sebagai

suatu bentuk ibadah yang di dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari

beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan

diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan syarat maupun rukun shalat

yang telah ditentukan. Shalat terdiri dari shalat fardhu (wajib) dan shalat sunnah.

Shalat fardhu (wajib) sendiri terdiri atas 5 waktu antara lain subuh, dzuhur, ashar,

maghrib dan isya’. Shalat dapat membentuk kecerdasan spiritual bagi siapa saja

yang melakukannya.

Selain itu mempelajari shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim,

karena shalat adalah bentuk pengabdian manusia kepada Allah SWT yang wajib

dilaksanakan agar didalam setiap kegiatannya selalu diberikan keberkahan,

kebaikan, kemudahan, dan jalan keluar dari kesulitan yang menimpa. Adapun

manfaat dari melaksanakan shalat menurut Imam Ja’far Al-Shadiq antara lain

yaitu mengajarkan bagaimana agar kita selalu mengawali suatu perbuatan dengan

niat yang baik, dan ini bisa tercermin dari sebelum memulai shalat kita harus

selalu mengawalinya dengan niat. Selain itu manfaat shalat yang lainnya yaitu

dapat memperkuat iman, membangun akhlak yang baik dan moralitas yang

1
tinggi, mengajarkan tentang kesabaran, serta dapat mencegah dari segala

perbuatan yang keji dan mungkar.

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan dasar hukum sholat fardhu?

2. Apa syarat dan rukun shalat fardhu?

3. Apa macam-macam sholat fardhu?

4. Apa keutamaan sholat fardhu?

3. Tujuan Penulis

1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum sholat fardhu

2. Untuk mengetahui syarat dan rukun shalat fardhu

3. Untuk mengetahui macam-macam sholat fardhu

4. Untuk mengetahui keutamaan sholat fardhu

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian sholat dan Dalil-dalil perintah sholat Fardhu

Secara bahasa, kata sholat berasal dari bahasa Arab yang berarti do’a,

sedangkan menurut istilah, sholat didefinisikan sebagai suatu bentuk peribadatan

dalam bentuk rangkaian kegiatan yang dimulai dengan takbiratul ikram dan

diakhiri dengan mengucapkan salam. Sholat merupakan cara menyembah Allah

yang telah ada sejak sebelum diutusnya nabi terakhir, Muhammad shallallahu

‘alayhi wa sallam. Hanya saja, berkat rahmat Allah SWT Rasulullah diberi

wahyu untuk memperbaharui syariat sholat yang telah diturunkan pada rasul-rasul

sebelumnya.

Manusia menjalani hidup di planet bumi ini sudah merupakan suatu

keharusan yang mesti diterima bagi setiap orang. Karena Allah SWT telah

menciptakan manusia untuk menghuni serta menjalani hidup dan kehidupan

didunia fana ini, maka sudah selayaknyalah manusia itu bersyukur kepada

Tuhanya. Dengan salah satu jalan ialah beribadah kepada-Nya. Beribadah

kepada Allah bukan untuk kepentingan Allah, akan tetapi justru untuk kebaikan

kita sendiri agar mendapat derajat ketaqwaan disisi-Nya, mendapat keridhoan

dalam setiap gerak dan langkah serta dijauhkan dari siksa api neraka. Itulah

orientasi yang sesungguhnya sehingga Allah berkehendak menciptakan manusia.

Sebagaimana firman Allah Swt, dalam QS. Ad-Zariyat ayat 56, yang berbunyi:

3
‫ ; = > @ إ‬9 8 ‫و‬C‫ ن‬B C D ‫ ا و‬F G >‫ ا‬H I J K
LM‫و‬

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

merekamenyembah-Ku.

Shalat fardhu adalah shalat yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam,

berakal, baligh, suci dari haid dan nifas, pada waktu-waktu yang telah ditentukan

bagi orang-orang yang beriman sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Adapun

diantara firman Allah yang mewajibkan untuk melaksanakan shalat seperti

didalam Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 103 yang berbunyi:

‫اذ‬GH KMNOPQ RTU‫و اد‬OZ[‫ و‬G\G][ ‫`ﷲ او‬a‫ذ‬GH ‫ة‬OTcd‫ ا‬Ke]f[ ‫اذ‬GH
Gmea n]P\ojd‫ ا‬RTU ghGa ‫ة‬OTcd‫ا نا ة‬OTcd‫ا ا‬Oj][GH KePhkj
‫طا‬
. G‫ﺗ‬O[O\
Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu
telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
(QS. an-Nisa: 103)

2. Syarat Sholat dan Rukun Sholat

Syarat Sholat adalah segala hal yang harus ada dan terjadi, sejak

sebelum suatu kewajiban dilaksanakan. Adapun syarat wajib shalat adalah:

a. Beragama Islam

Hal ini dikarenakan objek yang dituntut untuk melaksanakan

kewajiban syariat seperti shalat dan zakat adalah orang Islam bukan

4
orang kafir. Ini didasarkan pada fakta bahwa orang-orang kafir bukanlah

objek yang dituntut untuk melaksanakan cabang-cabang syariat.

b. Sudah baligh dan berakal

Shalat tidak wajib atas anak kecil, karena tidak ada perintah

baginya, akan tetapi orang yang merawat dan mendidik wajib

memerintahkanya untuk menjalankan shalat sejak ia berumur 7 tahun.

dan memukulnya saat usianya menginjak 10 tahun.

c. Suci dari hadas besar dan kecil

Hal ini dapat dilakukan dengan wudhu, mandi (wajib) atau

tayamum.

d. Mampu melaksanakan

Kewajiban hanya dibebankan kepada orang yang mampu

melaksanakan, sehingga orang yang tidak mampu atau orang yang

dipaksa untuk meninggalkan shalat tidak wajib melaksanakanya.

e. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah Saw. Kepadanya)

Orang yang belum menerima dakwah Nabi Saw juga tidak

menjadi sasaran kewajiban shalat.

Dari syarat shalat di atas dapat ditarik kesimpulan, maka seseorang yang

telah menyatakan dirinya Islam, wajib baginya mendirikan shalat, kecuali

apabila termasuk dalam halangan-halangan yang telah digariskan oleh syara’.

Rukun shalat adalah bagian dari pada shalat dimana shalat itu tidak

terwujud kecuali dengannya. Dan apabila sebagian dari padanya hilang maka

shalat itu tidaklah disebut sebagai shalat (yang sebenarnya). Adapun rukun

5
shalat adalah sebagai berikut:

1) Niat mengerjakan shalat

Niat menurut bahasa adalah ketetapan hati, untuk melakukan sesuatu

dibarengi dengan pekerjaanya, kecuali puasa. Ia tidak disyaratkan

membarengkan niat dengan pekerjaanya, karena hal itu menimbulkan

kesulitan, mengingat keharusan mengawasi fajar cukup memberatkan bagi

orang berpuasa.

2) Berdiri bagi yang mampu untuk shalat fardhu

Berdiri tegak bagi yang kuasa ketika shalat fardhu. boleh sambil

duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit.

3) Takbiratul Ihram

Takbiratul ihram, yakni mengucapkan Allahu Akbar dan harus

bersambung dengan niat, diucapkan dalam posisi berdiri.

4) Membaca surat Al-fatihah

Bacaan alfatihah disyaratkan harus dibaca berbahasa arab, dan tidak

diperbolehkan membaca dengan menggunakan bahasa selain arab

(terjemahan Indonesia), meskipun diluar shalat.

5) Rukuk dengan thumaninah

Menurut bahasa rukuk berarti membungkuk dan mirik secara mutlak.

Sedangkan menurut terminology syara’, rukuk berarti membungkukkan

punggung dan kepala semuanya dalam shalat.

6
6) I’tidal dengan thumaninah

Setelah rukuk, lalu bangkit dengan mengangkat kedua tangan sebatas

telinga hingga berdiri kembali, sambil membaca do’a tasmi’.

7) Sujud dua kali dengan thumaninah

Sujud menurut etimologi bahasa berarti tunduk. Sujud terlaksana

dengan menempelkan dahi atau hidung ke tanah atau pada sesuatu yang

menempel di tanah, dengan syarat sesuatu itu harus tetap, seperti tikar dan

sajadah.

8) Duduk di antara dua sujud dengan thumaninah

Setelah susjud, kemudian bangkit dari sujud mengambil posisi

duduk sambil membaca “Allahu akbar”, Posisi kedua telapak tangan berada

di atas kedua paha dekat lutut.

9) Duduk Akhir

Gaya duduk tahiyatul akhir adalah dengan mengambil posisi duduk

tawaruk, yakni gaya duduk dengan pangkal paha atas (pantat) yang kiri

bertumpu langsung pada lantai dan telapak kaki kiri dimasukkan di bawah

kaki kanan.

10) Membaca tasyahud akhir

Duduk akhir yang dimaksud, yaitu duduk di akhir shalat meskipun

tidak didahului oleh duduk pertama seperti shalat yang dua rakaat, duduk

akhir merupakan salah satu rardhu shalat menurut kesepakatan ulama

(ijma’), karena tanpa adanya duduk akhir, tidak dapat dibayangkan adanya

tasyahud dan salam.

7
11) Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir

Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah membaca

tasyahud akhir .

12) Salam

Setelah selesai berdoa pada tasyahud akhir, kemudian melakukan “

salam” yaitu menengok ke kanan sampai pipi terlihat dari belakang dengan

membaca “Assalamu’alaikum wa rahmatullah”

13) tertib (berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut).

Dari tiga belas rukun shalat tersebut harus dikerjakan secara berurutan dan

apabila salah satu rukun shalat ada yang ditinggalkan dengan sengaja maka tidak

sah shalat orang tersebut dan apabila orang tersebut lupa atau ragu ada salah satu

rukun yang tertinggal maka bisa diganti dengan sujud sahwi yang dilakukan di

rakaat terakhir sebelum salam.

3. Macam-macam Sholat Fardhu

1. Fardhu Ain

a. Sholat 5 waktu

Sholat 5 waktu merupakan jenis shalat fardhu (Wajib) yang

dikerjakan sebanyak 5 kali dalam sehari bagi setiap umat islam, kecuali

bagi mereka yang berhalangan dikarekan sebab-sebab tertentu seperti

datangnya haid pada wanita. Perintah untuk mengerjakan sholat lima

waktu bermula dari peristiwa penting tahun baru islam yaitu isra’ dan

mi’raj yang dialami oleh nabi Muhammad Saw yang terjadi pada tanggal

8
27 Rajab 621 M. Salah satu cara untuk mengetahui masuknya waktu sholat

yaitu Allah telah memutus malaikat Jibril untuk memberi arahan tentang

waktu waktu sholat tersebut dengan acuan matahari dan fenomena cahaya

langit yang notabenenya juga disebabkan oleh pancaran sinar matahari.

Jadi sebenarnya petunjuk awal untuk mengetahui masuknya awal sholat

adalah dengan melihat (rukyat) matahari. Adapun yang dimaksud waktu

sholat dalam pengertian hisab ialah awal masuknya waktu sholat. Waktu

shalat habis ketika datang waktu sholat berikutnya, kecuali waktu subuh.

Waktu sholat ditentukan berdasarkan posisi matahari diukur dari suatu

tempat di muka bumi. Adapun waktu shalat 5 waktu antara lain:

a. Sholat subuh

Waktu sholat subuh dijelaskan sejak terbit fajar shidiq hingga

terbitnya matahari. Peristiwa ini adalah munculnya cahaya di ufuk timur

menjelang terbit matahari.

b. Sholat dzuhur

Waktu dzuhur adalah sejak matahari meninggalkan meridian.

Biasanya diambil sekitar dua menit setelah tengah hari. Untuk keperluan

praktis, waktu tengah hari cukup diambil waktu tengah antara matahari

terbit dan tenggelam.

c. Sholat ashar

Waktu sholat ashar yaitu pada bayangan suatu benda melebihi

panjang benda itu sendiri.

9
d. Sholat Magrib

Penentuan waktu maghrib berarti saat terbenamnya matahari.

Penentuan waktu sholat maghrib biasanya adalah saat matahari

terbenam ditambah dua menit. Penambahan dikarenakan adanya

larangan melakukan salat tepat saat matahari terbit, terbenam, atau

Kulminasi.

e. Sholat Isya

Waktu isya ditandai dengan mulai memudarnya cahaya merah di

ufuk barat. Peristiwa ini menjadi tanda masuknya gelap malam.

b. Sholat Jumat

Hari Jumat menjadi hari yang spesial bagi umat Islam. Jumat

disebut Yawm al-Jum'ah dalam bahasa Arab, yang berarti hari berkumpul.

Pada hari ini, laki-laki muslim akan berkumpul untuk melaksanakan

ibadah berjamaah di tengah hari. Mendirikan sholat jumat juga telah

disebutkan dalam Al Quran dalam surat Al Jumuah ayat 9, yang artinya

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk

melaksanakan salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat

Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu

jika kamu mengetahui."

Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadis dari Abu

Hurairah dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhum, bahwa mereka berdua

1
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di atas tiang-

tiang mimbarnya,

"Hendaklah orang-orang berhenti dari meninggalkan Jumat atau Allah

pasti akan menutupi hati mereka kemudian mereka menjadi orang-orang

yang lalai." (HR. Muslim).

Salah satu amalan yang tidak boleh dilewatkan di hari Jumat adalah

ibadah sholat Jumat. Pengertian sholat Jumat lainnya adalah ibadah sholat

dua rakaat yang dilakukan dengan berjamaah, dilaksanakan setelah

khotbah Jumat, dan pada waktu Dhuhur di hari Jumat. Hukumnya adalah

wajib bagi laki-laki yang sudah memenuhi syarat. Syarat dan tata cara

sholat jumat antara lain:

Harus dilakukan dengan berjemaah

Mendapat izin khalayak ramai yang menyebabkan shalat Jumat

masyhur atau tersiar.

Jemaah sholat Jumat tidak lebih dari satu di satu negeri (kampung)

Sedangkan golongan orang yang wajib melaksanakan sholat Jumat

menurut hadis Nabi yaitu:

1. Beragama Islam.

2. Sudah dewasa atau baligh.

3. Tidak gila atau mengalami gangguan mental lainnya

4. Laki-laki (wanita tidak wajib sholat Jumat)

5. Sehat jasmani dan rohani (orang sakit tidak wajib sholat Jumat)

1
6. Bertempat tinggal tetap atau menetap atau bermukim (orang yang

sedang dalam perjalanan jauh tidak wajib sholat Jumat)

7. Orang yang sedang dalam perjalanan jauh tidak wajib

mengerjakan sholat Jumat. Hal ini merujuk pada hadis Rasulullah

SAW yang artinya: "Bagi musafir tidak wajib sholat Jumat." (HR.

Daruquthni)

Untuk tata cara sholat Jumat, sebenarnya sama dengan tata cara

mengerjakan sholat subuh atau sholat sunnah 2 rakaat. Namun, dalam tata

cara sholat Jumat dan bacaannya dikerjakan setelah khotib selesai

menyampaikan dua khotbah. Setelah khotib turun dari atas mimbar,

muadzin akan mengumandangkan iqamah sebagai tanda sholat jumat akan

segera dimulai. Gerakan tata cara sholat jumat sama dengan gerakan sholat

5 waktu.

Keutamaan mengerjakan sholat jumat adalah dapat menghapus

dosa Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda,

“Di antara shalat lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at yang

berikutnya, itu dapat menghapuskan dosa di antara keduanya selama

tidak dilakukan dosa besar.” (HR. Muslim).

1
2. Fardhu Kifayah

1. Sholat Jenazah

Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah berdasarkan keumuman

perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyalati jenazah

seorang muslim. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:

‫ء‬Gf[ n\ }P{|d ‫ك`ﺗ ھ ) ل‬k]H . n{|d‫]} ا‬TU ، g]jd‫ ا‬Q`dGN R‫ﺗ‬o{ ‫ن‬Ga KTx‫]} و‬TU ‫ ﷲ‬RT€ ‫ﷲ ل‬Ox‫ر نأ‬

KMmˆG€ RTU ‫ا‬OT€ ) ‫ل‬G[ Š‫ إو‬. }]TU RT€ ‫ء‬GH‫} و ك`ﺗ‬h‫أ ث|ˆ ن‬‰H ( ‫)؟‬

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah didatangkan kepada

beliau jenazah seorang lelaki. Lelaki tersebut masih memiliki hutang.

Maka beliau bertanya: “Apakah ia memiliki harta peninggalan untuk

melunasi hutangnya?”. Jika ada yang menyampaikan bahwa orang tersebut

memilikiharta peninggalan untuk melunasi hutangnya, maka Nabi pun

menyalatkannya. Jika tidak ada, maka beliau bersabda: “Shalatkanlah

saudara kalian” (HR Muslim no. 1619).

Bahkan dianjurkan sebanyak mungkin kaum Muslimin

menshalatkan orang yang meninggal, agar ia mendapatkan syafa’at.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

}]H ‫ا‬OZŽ Š‫} إ‬d ‫ن‬OZŽ{ K‘Ta ’“G\ ‫ن‬O”Tm{ n]jTjd‫ ا‬n\ ’\‫]} أ‬TU –Tc‫ ﺗ‬g]\ n\ G\

“Tidaklah seorang Muslim meninggal,lalu dishalatkan oleh kaum

muslimin yang jumlahnya mencapai seratus orang, semuanya mendo’akan

untuknya, niscaya mereka bisa memberikan syafa’at untuk si mayit” (HR.

Muslim no. 947).

1
Shalat jenazah lebih utama dilakukan di luar masjid. Sebagaimana

yang umum dilakukan di zaman Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Dari

Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:

، K‘N žcH RTcjd‫ ا‬Rd‫ ˜`إ ج‬، }]H ‫ت‬G\ ‫›ي‬d‫ا م‬O]d‫– ا‬H –GPd‫ ا‬RZh KTx‫]} و‬TU ‫ ﷲ‬RT€ ‫ﷲ ل‬Ox‫ر نأ‬

GZN‫` رأ‬ma‫و‬

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengumumkan kematian

An Najasyi di hari ia wafat. Kemudian beliau keluar ke lapangan lalu

menyusun shaf untuk shalat, kemudian bertakbir empat kali” (HR. Bukhari

no.1245).

Namun boleh juga dikerjakan di dalam masjid. Dari Aisyah

radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

|jd‫– ا‬H Š‫إ }]˜أو ء‬Gf]N nN ]‘x RTU KTx‫]} و‬TU ‫ ﷲ‬RT€ ‫ﷲ ل‬Ox‫ ر‬RT€ G\ ‫ﷲو‬

“Demi, Allah! Tidaklah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

menyalatkan jenazah Suhail bin Baidha’ dan saudaranya (Sahl), kecuali di

masjid” (HR Muslim no. 973).

Berikut tata cara sholat jenazah antara lain:

1. Pertama, niat shalat jenazah. Dan niat adalah amalan hati tidak perlu

dilafalkan.

2. Takbir yang pertama, membaca ta’awwudz kemudian Al Fatihah.

Berdasarkan keumuman hadits:

1
‫ب‬GeMd‫ﺗ‬¢’ ‫ا‬GŽN ‫`أ‬£{ Kd njd ‫ة‬ € Š

“Tidak ada shalat yang tidak membaca Al Fatihah” (HR. Bukhari

no. 756, Muslim no. 394).

Kemudian riwayat dari Thalhah bin Abdillah bin Auf, ia berkata:

’Px G‘h‫أ ا‬OjTZ]d :‫ل‬G[ ،‫ب‬GeMd‫ﺗ‬¢’ ‫ا‬GŽN ‫`أ‬£H ،‫ةز‬GPQ RTU Gj‘PU ‫ر س‬¥– ‫ﷲ‬GmU nN‫ ا‬žT˜ g]T€

“Aku shalat bermakmum kepada Ibnu Abbas radhiallahu’anhu

dalam shalat jenazah. Beliau membaca Al Fatihah. Beliau lalu berkata:

agar mereka tahu bahwa ini adalah sunnah (Nabi)” (HR. Bukhari no.

1335).

Dan tidak perlu membaca do’a istiftah / iftitah sebelum Al Fatihah.

3. Takbir yang kedua, kemudian membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam. Berdasarkan hadits dari Abu Umamah Al Bahili

radhiallahu’anhu:

،}Žh –H ‫`ا‬x -Rd‫و‬ª‫]`ا ة‬mMed‫| ا‬ZN -‫ب‬GeMd‫ﺗ‬¢’ ‫ا‬GŽN ‫`أ‬£{ K¨ ،‫م‬G\©‫` ا‬mM{ ‫نأ ةز‬GPd‫ ا‬RTU ‫ة‬ cd‫– ا‬H ’Pd‫ا نأ‬

K¨ ،n‘P\ ‫ء‬R RH ‫`أ‬£{ Š ،‫]`تا‬mMed‫– ا‬H g]jTd ‫ء‬GU|d‫« ا‬T¬{‫ و‬،KTx‫]} و‬TU ‫ ﷲ‬RT€ –mPd‫ ا‬RTU –Tc{ K¨

KT{

“Bahwa sunnah dalam shalat jenazah adalah imam bertakbir

kemudian membaca Al Fatihah (setelah takbir pertama) secara sirr (lirih),

kemudian bershalawat kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,

kemudian berdoa untuk mayit setelah beberapa takbir. Kemudian setelah

1
itu tidak membaca apa-apa lagi setelah itu. Kemudian salam” (HR. Asy

Syafi’i dalam Musnad-nya [no. 588], Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra

[7209], dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz [155]).

4. Takbir yang ketiga, kemudian membaca doa untuk mayit. Berdasarkan

hadits Abu Umamah di atas. Diantara doa yang bisa dibaca adalah:

n\ }£h‫`و د‬md² ‫او‬T³d‫او ء‬GjdGN }T¯‫} او‬T˜|\ °x‫} وو‬d±h ‫`م‬a‫} أو‬PU žU‫} او‬HGU‫} و‬jˆ‫} راو‬d `Ž¯‫ ا‬K‘Td‫ا‬

n\ ‫ ˜]`ا‬GQ‫} وزو‬T‫ ھأ‬n\ ‫ھأو هراد‬  ˜]`‫ ا‬n\ ‫} ا`]˜ اراد‬d|N‫´ أو‬h|d‫ ا‬n\ µ]Nª‫ا ب‬O³d‫ ا‬g]£h Gja G{G¶¬d‫ا‬

‫ر‬GPd‫›ا با‬U n\‫` و‬m£d‫›ا با‬U n\ ‫›ه‬U‫’ أو‬Pd‫} ا‬T˜‫} دأو‬Q‫وز‬

“Ya Allah, berilah ampunan baginya dan rahmatilah dia.

Selamatkanlah dan maafkanlah ia. Berilah kehormatan untuknya,

luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan air, es dan salju.

Bersihkanlah dia dari kesalahannya sebagaimana Engkau bersihkan baju

yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari

rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya semula, istri yang

lebih baik dari istrinya semula. Masukkanlah ia ke dalam surga,

lindungilah ia dari adzab kubur dan adzab neraka” (HR Muslim no. 963).

5. Takbir keempat. Kemudian diam sejenak atau boleh juga membaca doa

untuk mayit menurut sebagian ulama. Yang lebih utama adalah diam

sejenak dan tidak membaca apa-apa.

6. Salam Dan sifat salamnya sebagaimana salam dalam shalat yang lain.

Sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu:

1
³\ ‫ةز‬GPd‫ ا‬RTU K]Ted‫ ا‬:n‫ھا|ˆإ ؛س‬GPd‫ ا‬n‘a`‫ ﺗ‬،n‘TZŽ{ KTx‫]} و‬TU ‫ ﷲ‬RT€ ‫ﷲ ل‬Ox‫ر ن‬Ga ‫˜ ث‬ ‫ل‬ ¨

‫ة‬ cd‫– ا‬H K]Ted‫ا‬

“Ada 3 perkara yang dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam benar-benar melakukannya dan kemudian banyak ditinggalkan

orang: salah satunya salam di shalat jenazah semisal dengan salam dalam

shalat yang lain..” (HR. Ath Thabrani no. 10022, dihasankan Al Albani

dalam Ahkamul Janaiz [162]).

Yaitu salam dilakukan dua kali ke kanan dan ke kiri dan yang

merupakan rukun hanya salam ke kanan saja.

4. Keutamaan Sholat Fardhu

1. Shalat menjegah perbuatan keji dan mungkar

Jika seorang hamba mendirikan shalat sesuai dengan ketentuan dan petunjuk

syariat, maka shalat tersebut akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

`MPjd‫او ء‬G¢Žd‫ ا‬nU R‘P‫ﺗ ة‬ cd‫ا نإ‬

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al

‘Ankabuut [29]: 45)

Kemampuan shalat untuk mencegah seseorang dari perbuatan keji dan

mungkar itu sangat tergantung kepada kualitas ibadah shalat yang dilakukan.

Minimal, ketika sedang shalat itu sendiri seseorang berhenti dan tercegah dari

perbuatan keji dan mungkar. Karena ketika sedang shalat, seseorang sedang

1
melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Ada yang selesai shalat kemudian

mencuri sandal di masjid, misalnya, karena memang kualitas shalatnya yang

buruk sehingga tidak lama selesai shalat, dia kembali lagi melakukan

kemungkaran. Kualitas shalat yang bagus antara lain ditandai dengan hati yang

kembali bertaubat kepada Allah Ta’ala, menghadirkan hatinya menghadap Allah

Ta’ala, dan kuatnya keimanan di dalam hati. Jika seorang hamba terus-menerus

dalam kondisi seperti itu, maka ketika dia memiliki keinginan melakukan

kemungkaran, dia pun ingat dengan kondisi dirinya ketika menghadap Allah

Ta’ala dalam shalatnya, sehingga pada akhirnya dia pun tercegah dari perbuatan

kemungkaran tersebut.

2. Sholat sebagai penolong manusia terkait urusan agama.

3. Pahala dan kebaikan yang besar telah disiapkan untuk hambanya yang

mendirikan sholat.

4. Shalat adalah penggugur atas dosa-dosa kecil dan membersihkan kesalahan.

5. Shalat adalah penghubung paling kuat antara hamba dengan Rabb-nya

1
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Shalat fardhu adalah shalat yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam,

berakal, baligh, suci dari haid dan nifas, pada waktu-waktu yang telah ditentukan

bagi orang-orang yang beriman sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Syarat

Sholat adalah segala hal yang harus ada dan terjadi, sejak sebelum suatu

kewajiban dilaksanakan. maka seseorang yang telah menyatakan dirinya Islam,

wajib baginya mendirikan shalat, kecuali apabila termasuk dalam halangan-

halangan yang telah digariskan oleh syara’. Rukun shalat adalah bagian dari

pada shalat dimana shalat itu tidak terwujud kecuali dengannya. Dan apabila

sebagian dari padanya hilang maka shalat itu tidaklah disebut sebagai shalat

(yang sebenarnya). Shalat fardhu terbagi 2 yaitu fardhu ain dan fardhu kifayah.

Salah satu keutamaan sholat fardhu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah

SWT.

2. Saran

Masih diperlukannya membaca buku-buku atau artikel lain yang

berkaitan dengan Sholat Fardhu agar wawasan yang kita miliki semakin

beragam dan mendalam.

1
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Syamil

Cipta Media

Drajat, Zakiah. 1995. Ilmu Fiqh. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf

Hamid, Abdul dan beni Saebani. 2009. Fiqh Ibadah. Bandung: Pustaka Setia

M. Rifa’i. 1993. Terjemahan Kifayatul Akhyar. Semarang: Toha Putra

Sabiq, Sayyid. 2003. Fiqh Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara

Sholikhin, Muhammad. 2012. Panduan Shalat (lengkap dan praktis). Jakarta:

Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai