Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala
yang telah melimpahkan segala rahmat dan petunjuknya serta kemudahan sehingga kit
a dapat menyelesaikan tugas berupa makalah yang berjudul “Iktiyar, Do’a dan
Tawakal kepada Allah SWT” ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuli
ah Hadts 1
Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih ada
kesalahan dan kekurangan di dalam makalah kami ini. Kami juga mengharapkan
kritik dan saran dari dosen pengampu mata kuliah ini yaitu Ustadz Dr. Oking
Supriyatna, MA. supaya kami dapat lebih baik dalam menyusun makalah.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih dan berharap agar makalah ini dapat b
ermanfaat kepada kami dan siapapun yang membacanya, semoga Allah senantiasa me
mberikan kita kemudahan dalam menuntut ilmu dan keseharian kita, Aamiin.
Penyusun,
Kelompok 13
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Ikhtiar, doa, tawakkal kepada Allah Swt adalah trilogi hidup sukses bagi
setiap muslim. bila dalam pola kerja jasmani kita mengenal kerja jantung yang terus
berdetak, mata berkedip, dan paru-paru senantiasa memompa darah, maka dalam pola
hidup sprituaal seorang muslim memiliki tiga perkara yang tidak boleh hilang yaitu
ikhtiar, doa, dan tawakkal.
Tiga kunci sukses bagi seorang muslim ini didasarkan pada firman Allah
dalam Surah ar-Rad:11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ayat
tersebut menyuratkan, pentingnya seseorang berusaha untuk membuat dirinya atau
keadaan sekelilingnya lebih baik. Bahkan, Allah akan menunggu hingga orang
tersebut mau berubah, sebelum membukakan jalan ke arah yang positif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Do’a
1. Pengertian Do’a
Menurut bahasa doa berasal dari bahasa Arab yang mempunyai dua akarkata,
akar kata pertama ialah da’a, yad’u, da’watan memiliki arti mengundang,mengajak
dan menjamu, sedangkan akar kata yang kedua yaitu da’a, yad’u, du’aan/ da’wa
memiliki arti meminta, mengundang dan mendo‟a. Jadi dapat disimpulkan doa
secara bahasa yaitu permohonan, permintaan, seruan, panggilan. Sedangkan secara
Istilah do’a adalah bentuk permintaan atau permohonan hamba kepada Allah SWT
atas sesuatu yang sangat di inginkan atau sangat didambakan, meminta dijauhkan
dan dilepaskan dari segala macam musibah dan marabahaya yang akan terjadi
kepada manusia.
Secara umum pengertian doa memiliki pengertian yang sama satu sama lain,
sehingga pengertian doa dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Doa merupakan bentuk permintaan dan permohonan seorang hamba kepada sang
Khalik atas semua keinginan yang menjadi hajatnya. Pada saat berdoa seorang
hamba menunjukkan sikap kerendahan diri serta merasa hina, dan tidak
mempunyai kekuatan dihadapan Allah SWT, dalam berdoa seorang hamba
mencurahkan segala isi hatinya kepada Allah SWT dengan dipenuhi rasa harap
dan rasa yakin bahwa Allah SWT akan mengijabah doa-doanya. Doa merupakan
sarana atau media komunikasi antara makhluk (manusia) dengan Khalik (Allah
SWT) dalam hal ini perlu diperhatikan apa saja yang harus dilakukan ketika
berdoa seperti adab-adab berdoa, jika kita ingin doanya terkabul maka harus
memperhatikan dan memenuhi adab-adab dalam berdoa.
2. Berdoa bukan hanya perihal tentang memohon, meminta saja, akan tetapi harus
disertai dengan berikhtiar (berusaha) terlebih dahulu kemudian kita pasrahkan
semuanyaa kepada Allah SWT melalui berdoa. Pada saat menunggu jawaban
Allah SWT atas doa-doa yang dipanjatkan hamba-Nya, maka seorang hamba
tidak diperkenankan untuk berputus asa dalam berdoa karena Allah SWT tidak
akan membuat hambanya kecewa.
3. Doa juga merupakan takdir (ketetapan) Allah SWT, dimana setiap manusia harus
melaksanakan dan menerimanya. Dalam Al-Qur’an disebutkan beberapa makna
doa di antaranya sebagai berikut:
a. Al-ibadah
Doa tidak serta merta akan dikabulkan secara gamblang, tapi harus melalui
beberapa persyaratan, jika persyaratan yang ada padanya sudah terpenuhi maka
dengan izin Allah semua hajat akan segera terpenuhi, di antara syarat tersebut
yaitu:
1. Ikhlas
Hendaklah seorang hamba itu berdoa benar-benar berdoa/meminta hanya
kepada Allah, bukan kepada selainnya (kepada jin, dukun, kuburan keramat, pohon-
pohon besar, matahari, dsb) Sebab doa ialah salah satu bentuk dari ibadah. Bahkan
dia adalah bentuk ketaatan yang paling mulia dan ibadah yang utama, dan Allah
tidak menerima sesuatu dari makhlukknya kecuali yang ikhlas hanya mengharap
ridha-Nya.
Jadi, tidak bisa dipungkiri, hanya dengan menghadirkan hati yang ikhlas
kepada Allah untaian doa itu akan terkabulkan.
ُيْسَتَج اُب َأِلَحِد ُك ْم َم اَلْم َيْع َج ْل َيُقْو ُل َدَعْو ُت َفَلْم َيْسَتِج ْب ِلْي
“ Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-
gesa, yaitu ia berkata, saya sudah berdoa, tapi kenapa belum dikabulkan?” 1
Di dalam hadits di atas terdapat salah satu adab dalam berdoa. Yaitu, selalu
meminta dan tidak putus asa menanti jawaban karena di dalamnya terdapat
ketundukan, kepasrahan, dan menampakkan kefakirannya kepada Allah SWT. Di
dalam kitab jawabul kafi ibnu Qayyim mengatakan, “diantara penghalang buah doa
ialah manakala seorang hamba tergesa-gesa dan merasa akan lambat jawaban,
kemudian dia berputus asa dan tidak berdoa lagi. Ini seperti orang yang menabur
benih atau menanam tanaman, lalu ia benar-benar merawat dan menyiramnya.
Namun, manakala ia merasa akan lambatnya pertumbuhan dan tidak mendapatkan
1
H.R. Bukhari –Muslim ( Riyadhus Shalihin, Imam Annawawi, hal 869)
hasilnya (karena lama berbuah), ia kemudian membiarkannya. Nah, hal-hal seperti
inilah yang mesti kita waspadai. Jangan sampai syaithon mengelabui kita sehingga
kita berputus asa dari berdoa kepada Allah.
Perumpamaan orang yang berdoa tapi juga berbuat maksiat, seperti orang
yang memerangi seorang raja di dunia ini dan mengadakan permusuhan dalam
waktu yang cukup lama, lalu suatu saat dia datang untuk memohon kebaikan dan
bantuuanya.
Orang yang berdoa haruslah mengetahui bahwa sebab lain terkabulnya doa
adalah mengkonsumsi makanan yang halal dan tidak memasukkan makanan yang
haram ke dalam perutnya. Bila seorang hamba sudah memiliki sifat yang demikian
maka ia akan merasakan jawaban pada setiap doanya dan efek baik darinya. Maka,
bagi orang-orang yang lalai dari sebab-sebab dikabukannya doa, waspadalah
terhadap harta yang masuk ke dalam kantong kalian dan waspadalah terhadap
makanan yang masuk ke dalam perut kalian.
5. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
ُأْدُع ْو ا هلل َو َأْنُتْم ُم وِقُنوَن ِبإلَج اَبِت َو اْعَلُم وا َأَّن َهلل اَل َيْسَتِج ْيُب ُدَعاًء ِم ْن َقْلٍب َغاِفٍل َلُه
5. Kehadiran hati
Menghadirkan hati ketika berdoa adalah salah satu kunci terkabulnya doa,
maksudnya adalah mentadabburi makna dari apa yang di ucapkan. Tidak mesti
dengan berbahasa arab, bahasa apa saja pun boleh berdoa, karena Allah maha
mengetahui apa yang kita ucapkan, sekalipun itu dari dasar hati.
Doa memiliki adab-adab yang wajib diperhatikan oleh orang yang berdoa
agar apa yang minta bisa terkabulkan dan hajatnya terlaksana. Di antara adabnya
yaitu:2
2
Hasan bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah, PT.Aqwam,2010, Solo. Hal:115
2. Memanfaatkan kondisi-kondisi yang utama, seperti pada waktu sujud,
saat perang berkecamuk, turun hujan, dan waktu antara azan dan iqomah. Abu
Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
َأْقَر ُب َم اَيُك ْو ُن اْلَع ْبُد ِم ْن َر ِّبِه َو ُهَو َس اِج ٌد َفَأْكَثُرْو ا الُّد َعاَء
Doa di anjurkan untuk dipanjatkan setiap saat dan kondisi, tidak terbatas
pada waktu dan tempat tertentu. Namun, ada beberapa kondisi dan waktu utama
yang memiliki keistimewaan dalam pengabulan doa. Diantaranya:3
2. Hari Arafah
3. Bulan Ramadhan
5. Pertengahan malam
9. Di saat iqomah
3
Ibid, hal 119
15. Ketika berada dalam majelis ilmu.
Banyak dari kita yang sudah sering melantunkan doa namun tidak juga
dikabulkan akhirnya muncullah prasangka negatif terhadap Allah subhanahu
wata’ala.
Dalam berdo’a diperlukan kesabaran dan keyakinan yang kuat bahwa doa
kita pasti dikabulkan. Jangan sampai kita berpikir doa kita tidak didengar, apalagi
tidak dikabulkan. Apapun yang kita doakan, asalkan itu untuk kebaikan, bagi diri
kita ataupun orang lain semua itu akan kembali kepada kita. Tidak ada kerugian
apa pun jika kita berdoa meskipun adakalanya doa kita tidak terlaksana seperti apa
yang kita minta. Allah SWT punya cara dan seni tersendiri dalam mengabulkan
doa-doa hambanya. Tahapan-tahapan dalam pengabulan doa itu ada tiga cara,
yaitu:
1. Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita
inginkan, Boleh jadi apa yang kita minta belum cocok dengan kita dan akan
berakibat buruk, maka Allah memberikan dengan yang lain yang lebih cocok
dengan kita. Sebagai contoh: kita minta diberikan mobil tapi Allah berikan kita
sepeda motor, karena Allah maha tau kalau untuk saat ini kita sangat membutuhkan
sepeda motor bukan mobil. Demikian pula contoh-contoh lain dalam kehidupan
kita.
3. Di ganti dengan yang lain, misalnya dihindari dari musibah atau bahaya.
Yang harus kita perhatikan adalah, bukan hanya berdoa saja, tapi harus diiringi
dengan ikhtar. Karena doa tanpa usaha adalah sia-sia, dan usaha tanpa doa itu dalah
bohong. Jadi keduanya haruslah beriringan, dan setelah semua itu terlaksana
dengan baik maka yang terakhir adalah tawakkal kepada Allah. Kita serahkan
semua urusan kita kepada Allah, biarlah Allah yang menentukan hasilnya, kita
sebagai hamba hanya di tuntut berdoa dan berusaha. Allah akan melihat prosesnya
bukan hasilnya, karena hasil itu adalah haknya Allah SWT.
B. Ikhtiar
1. Pengertian Ikhtiar
Menurut bahasa ikhtiar diambil dari kata ِإْخ ِتَيارyang memiliki arti mencari
hasil yang lebih baik, memilih. Sedangkan dalam KBBI kata ikhtiar berarti alat,
syarat untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Adapun secara istilah pengertian
ikhtiar yakni, suatu usaha yang dilakukan dengan segala cara untuk mendapat
hasil yang maksimal, ikhtiar juga dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh untuk dapat merasakan kebahagiaan dalam hidup, baik
di dunia maupun di akhirat.4
4
Zulkifli, Mewujudkan Generasi Optimis : Perspektif Islam, Proceeding International Seminar on Education
Faculty of Tarbiyah and Teaching Training, Oktober 2016, h. 437
5
Mu’ammar, Kajian Hadis Tentang Konsep Ikhtiar dan Takdir Dalam Pemikiran Muhammad Al
Ghozali dan Nurcholis Madjid; (Study Komparasi Pemikiran), (Jakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan,
2011) , h. 39
dapat sukses dan bahagia, dan sewajarnya tidak ada orang yang menginginkan
sebuah kegagalan. Apabila keinginan atau cita-cita yang dikehendakinya dapat
dikelola dengan baik, maka akan didapatkan jalan untuk menggapai kesuksesan
yang diinginkan, tentu saja kesuksesan itu tidak akan diperoleh tanpa adanya
usaha. Seperti halnya firman Allah dalam surat Al-Ra’d ayat 11
Dari ayat ini dapat dipahami bahwasanya usaha merupakan faktor penting untuk
mengubah diri menjadi lebih baik. Salah satu bentuk ikhtiar untuk dapat mewujudkan
sebuah cita-cita diantaranya terdapat lima hal yang harus diperhatikan 6 , yaitu: fokus
pada cita-cita dan masa dengan yang diimpikan. Memikirkan dengan seksama apa yang
benar-benar diinginkan, menyusun sebuah rencana, menggali potensi dan kelebihan yang
dimiliki, menemukan strategi, cara dan segala kemungkinan untuk dapat
mewujudkannya, yakin dan percaya bahwa diri ini bisa untuk mewujudkan itu.
Keyakinan merupakan modal utama untuk dapat mewujudkan apa yang dinginkan. Tidak
ada yang tidak mungkin dalam hidup ini, seringkali hal ynag dianggap tidak mungkin itu
karena belum pernah dicoba. Lakukan saja sesuai dengan kemampuan, mengikuti kata
hati, menutup telinga terhadap hal-hal negatif dan rasa pesimis yang datang dari orang
lain, serta menyelesaikan apa yang telah dimulai.
Apabila gagal dalam suatu ikhtiar, setiap orang terutama muslim dianjurkan
untuk bersabar dan berdoa pada Allah, karena orang yang sabar dan berserah
6
Ibid, hal.38
tidak akan gelisah dan berkeluh kesah ataupun putus asa. Agar ikhtiar atau usaha
dapat berhasil dan sukses, maka hendaknya usaha tersebut dilandasi dengan niat
ikhlas untuk mendapatkan ridho Allah SWT, didampingi dengan berdoa dan
senantiasa melaksanakan perintahNya dan melanggengkan perbuatan baik,
melakukan studi terhadap apa yang akan dituju, tetap berhati hati dalam
menjalankan usaha tersebut, mencari rekan yang tepat dalam mewujudkan hal
tersebut, serta selalu melakukan intropeksi diri.
َأًّيا َم ا َتْد ُع وا َفَلُه اَأْلْس َم ا ُء ۖ ال َّلَه َأِو ا ْد ُع وا ال َّر ْح َٰم َن ُقِل ا ْد ُع وا
ُتَخ ا ِفْت ِبَه ا َو ا ْبَت ِغ َبْي َن َٰذ ِلَك َس ِبي اًل َو اَل َتْج َه ْر ِبَص اَل ِتَك َو اَل ۚ ا ْل ُحْس َنٰى
َفِإ َذ ا ُقِض ِت ال َّصاَل ُة َفا َتِش وا ِفي اَأْل ِض ا ُغوا ِم َفْض ِل ال َّلِه
ْن ْر َو ْبَت ْن ُر َي
Menurut tasir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir karya Syaikh Dr.
Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
yang dimaksud dengan “ maka bertebaranlah kamu di muka bumi;” dalam ayat
tersebut yaitu Untuk berjual beli dan berurusan dengan apa yang kalian butuhkan
untuk penghidupan kalian.
2. Bentuk-bentuk ikhtiar8
7
Edi Saffan, Urgensi Doa, Ikhtiar dan Kesadaran Beragama dalam Kehidupan Manusia, FITRA,
8
https://www.merdeka.com/trending/ikhtiar-adalah-berusaha-kenali-3-bentuk-beserta-contohnya-
kln.html#:~:text=Perlu%20diketahui%2C%20Ikhtiar%20ini%20terbagi,dan%20bekerja%20keras%2C%20berikut
%20penjelasannya.
a. Tidak mudah putus asa
b. Bersungguh-sungguh
Maka dari itu, kita perlu menanamkan usaha yang harus dijalani dengan
sungguh-sungguh dan tidak boleh setengah hati. Contohnya sederhananya
adalah dalam hal jodoh, di dunia ini tak ada manusia menginginkan seseorang
pasangan yang tak baik dalam hidupnya, maka dengan begitu kita perlu banyak
belajar serta melakukan perubahan guna memantaskan diri agar mendapatkan
sosok jodoh yang terbaik.
c. Bekerja keras
1. Pengertian Tawakal
Secara etimologis, kata tawakal diambil dari bahasa Arab at-tawakkul dari
akar kata wakala yang berarti menyerahkan atau mewakilkan.2 Di dalam kamus
besar bahasa Indonesia, tawakal berarti berserah kepada kehendak Allah SWT
dengan segenap hati percaya kepada Allah SWT.9
Kata-kata “wakil” shighah atau bentuk kata sama dengan fai’l sama artinya
dengan shighah maf’ul (berfungsi sebagai obyek pelengkap penderita), artinya
adalah pihak yang melakukan perintah orang yang berwakil kepadanya. Al-Azhari
berkata, “wakil dinamakan wakil adalah karena orang yang berwakil kepada diriya
telah mengandalkan dirinya untuk melaksanakan perintahnya. Maka, ia adalah
orang yang diberi hak sebagai wakil untuk melaksanakan perintah.10
9
Tim Editor Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar bahasa indonesia hal. 908.
10
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, At-Tawakal Alallah Ta’ala(Jakarta: PT Darul Falah, 2006),
11
Ibid hal. 3
Ar-Raghib berkata, al-tawakkul terdiri dari dua aspek, al-tawakaltu li fulan
artinya aku telah kuasakan kepadanya dan wakkaltuhu fa tawakala li> wa
tawakaltu alaihiartinya aku bersandar kepadanya.12 Dengan demikian yang
dimaksud dengan wakalah adalah dua hal: pertama, mewakilkan dan menyerahkan.
Sedangkan yang kedua, al-tawakkul yaitu bertindak dengan cara sebagai wakil
orang yang menjadikan dirinya sebagai wakilnya.13
12
Ar-Raghib Al-Ashfani, Al-Mufradat fii Gharib Al-Qur’an (Beirut: Dar Al-Ma’rifah, tt), hal. 532.
13
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in (Kairo:
Maktabah as-Salafiyah, 1972), 126.
14
Imam al-Ghazali Abi Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya’ Ulumuddin (Beirut: Dar al-Ma’rifah, TT) hal,
240
15
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in (Kairo:
Maktabah as-Salafiyah, 1972) hal. 126.
3. Yusuf al-Qardhawi juga menjelaskan bahwa tawakal adalah memohon
pertolongan, sedangkan penyerahan diri secara totalitas adalah satu bentuk
ibadah.16
16
Yusuf al-Qardhawi, Tawakal Jalan Menuju Keberhasilan dan Kebahagiaan Hakiki (Jakarta: Al-Mawardi Prima,
2004), hal. 5.
17
M. Ishom Elsaha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 738.
2. Macam-macam tawakal
Pertama, tawakal kepada Allah SWT dalam keadaan diri yang istiqamah
serta dituntun dengan petunjuk Allah, serta bertauhid kepada Allah secara murni,
dan konsisten terhadap agama Allah baik secara lahir maupun batin tanpa
berusaha untuk memberikan pengaruh kepada orang-orang lain. Dalam artian
sikap tawakal hanya bertujuan memperbaiki dirinya sendiri tanpa melihat kepada
orang lain.
18
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, At-Tawakal Alallah Ta’ala (Jakarta: PT Darul Falah, 2006), hal… 187
Al-Allamah Ibnu Sa’di Rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa tawakal
para Rasul SAW adalah tawakal yang paling tinggi tingkatan dan derajatnya.
Yaitu tawakal kepada Allah dalam menegakkan dan membela agamaNya,
memberikan petunjuk kepada hambaNya dan menghilangkan belitan kesesatan
dari mereka. Inilah tawakal yang paling sempurna.”19
19
Abdurrahman An-Nashir As-Sa’di, Taisir Al-Karim Al-Rahman fii Tafsiri Kalam AlManan, (Jeddah: Dar Al-
Madani, 1408 H), hal. 11.
20
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, At-Tawakal Alallah Ta’ala (Jakarta: PT Darul Falah, 2006), hal. 188
B. Tawakal kepada Selain Allah
a. Tawakal kepada selain Allah SWT dalam hal-hal yang tidak mampu
dilakukan kecuali oleh Allah SWT.
21
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in (Kairo:
Maktabah as-Salafiyah, 1972) hal. 113-14
22
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, At-Tawakal Alallah Ta’ala (Jakarta: PT Darul Falah, 2006), hal. 191.
Hal yang demikian seperti tawakal berkenaan dengan sebab-sebab
yang real dan biasa, dan perbuatan semacam itu merupakan syirik kecil.
Sebagaimana seseorang yang bertawakal kepada seorang amir atau sultan
dalam hal-hal yang dijadikan oleh Allah ditangannya sebagai rezeki atau
penolakan suatu yang menyakitkan dan semacam itu. Ini adalah syirik
tersembunyi. Oleh sebab itu dikatakan, “menoleh kepada sebab-sebab adalah
syirik dalam tauhid disebabkan kekuatan keterikatan dan bersandarnya hati
kepadanya.23
ُح َنَف ا َء ِلَّلِه َغ ْيَر ُم ْش ِر ِك ي َن ِبِه ۚ َو َمْن ُيْش ِر ْك ِبال َّلِه َفَك َأَّنَم ا
َخ َّر ِم ال َّس ا ِء َفَتْخ َطُف ُه ال َّطْي َأْو َتْه ِو ي ِبِه ال ِّر ي ِفي َم َك ا ٍن َس ِح ي ٍق
ُح ُر َن َم
23
Ibid, hal. 192
24
Yusuf al-Qardhawi, Tawakal Jalan Menuju Keberhasilan dan Kebahagiaan Hakiki (Jakarta: Al-Mawardi Prima,
2004), hal. 30
2). Mewakilkan yang dibolehkan. Yaitu ia menyerahkan suatu urusan kepada
seseorang yang mampu dikerjakannya, dengan demikian orang yang
menyerahkan urusan itu (bertawakal) dapat tercapai beberapa keinginannya.
Mewakilkan di sini berarti menyerahkan untuk dijaga, seperti ungkapan,
“aku mewakilkan kepada Fulan”, berarti aku menyerahkan urusan itu kepada
Fulan untuk dijaga dengan baik. Mewakilkan menurut syari’at seseorang
menyerahkan urusannya kepada orang lain untuk menggantikan
kedudukannya secara mutlak atau pun terikat. Mewakilkan dengan maksud
seperti ini diperbolehkan menurut alQur’an, hadis dan Ijma’.25
3. Tingkatan-tingkatan tawakal
25
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, At-Tawakal Alallah Ta’ala (Jakarta: PT Darul Falah, 2006), hal. 195.
26
Memahami Cara Hidup Sabar, Syukur dan Tawakal (Depok: Pijar Nalar Indonesia, 2017), hal. 213.
Kelima, baik sangka kepada Allah SWT. Sejauh mana kadar sangka
baiknya dan pengharapannya kepada Allah, maka sejauh itu pula kadar
ketawakalan kepadaNya. Keenam, menyerahkan hati kepadaNya, membawa
seluruh pengaduan kepadaNya, dan tidak menentangnya. Apabila seorang hamba
bertawakal dengan tawakal tersebu, maka tawakal ituakan mewariskan
kepadanya suatu pengetahuan bahwa dia tidak memiliki kemampuan sebelum
melakukan usaha, dan ia akan kembali dalam keadaan tidak aman dari makar
Allah.
27
Ibid hal. 214
Doa menjadi wadah untuk berkomunikasi dengan-Nya, mengungkapkan
harapan, dan memohon petunjuk-Nya.Sementara itu, tawakal menjadi sikap yang
memungkinkan manusia untuk menerima apa pun yang Allah SWT takdirkan dengan
penuh kepasrahan dan kesabaran. Setelah berikhtiar dan berdoa dalam menjalani
takdir Allah SWT, tawakal menjadi jalan terakhir yang harus dilakukan manusia. 28
Seorang hamba perlu tekun berikhtiar dan doa, sebab usaha tanpa doa
termasuk menyombongkan diri, dan seakan tak membutuhkan Allah. Sementara
berdoa tanpa ikhtiar merupakan hal yang sia-sia. Sembari keduanya dilakukan
seseorang harus bertawakal kepada-Nya dengan berserah diri dan membiarkan Allah
memutuskan apa yang terbaik.29
28
https://www.sonora.id/read/423798429/hubungan-antara-takdir-ikhtiar-doa-dan-tawakal-dalam-islam
29
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6431532/hubungan-takdir-usaha-doa-dan-tawakal-dalam-
menggapai-keinginan.
30
https://www.muslimterkini.id/khazanah/pr-905820520/ini-hubungan-doa-ikhtiar-dan-tawakal-dalam-islam-
ketiganya-sangat-berkaitan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ikhtiar adalah usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai suatu
tujuan. Ikhtiar mencakup segala usaha yang dilakukan manusia untuk mencapai
tujuan tersebut, baik itu usaha fisik maupun non-fisik. Dalam Islam, kita
diajarkan untuk selalu berikhtiar dalam setiap hal yang kita lakukan.
Daftar Pustaka
Hasan, bin Ahmad Hammam. 2010. Terapi dengan Ibadah. PT.Aqwam. Solo. Hal:115
Mu’ammar, Kajian Hadis Tentang Konsep Ikhtiar dan Takdir Dalam Pemikiran
Muhammad Al Ghozali dan Nurcholis Madjid; (Study Komparasi
Pemikiran), (Jakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011) , h. 39
Edi Saffan, Urgensi Doa, Ikhtiar dan Kesadaran Beragama dalam Kehidupan
Manusia, FITRA, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2016, h. 23-24
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, At-Tawakal Alallah Ta’ala (Jakarta: PT Darul Falah,
2006)
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa
Iyyaka Nasta’in (Kairo: Maktabah as-Salafiyah, 1972) hal. 126.
Imam al-Ghazali Abi Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya’ Ulumuddin (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, TT) hal, 240
al-Qardhawi, Yuusuf. 2004 Tawakal Jalan Menuju Keberhasilan dan Kebahagiaan
Hakiki. Al-Mawardi Prima. hal. 5.
M. Ishom Elsaha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),
hal. 738.
https://www.merdeka.com/trending/ikhtiar-adalah-berusaha-kenali-3-bentuk-beserta-
contohnyakln.html#:~:text=Perlu%20diketahui%2C%20Ikhtiar%20ini
%20terbagi,dan%20bekerja%20keras%2C%20berikut%20penjelasannya.
https://www.sonora.id/read/423798429/hubungan-antara-takdir-ikhtiar-doa-dan-tawakal-dalam-islam
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6431532/hubungan-takdir-usaha-doa-dan-tawakal-dalam-menggapai-
keinginan.