Anda di halaman 1dari 14

2.1.

Akhlak Kepada Allah SWT


Kata akhlak berasal dari kata bahasa arab, yaitu “khuluq” yang
artinya budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat, dan dapat kita ketahui
bahwa akhlak sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam
pada jiwanya. Sedangkan menurut istilah, akhlak ialah daya kekuatan jiwa
yang mendorong perbuatan dengan mudah dan tanpa berpikir dan di
renungi lagi.1
Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang
melekat pada diri manusia, sehingga manusia dapat melakukan tanpa
berpikir, akhlak dikenal juga dengan istilah moral dan etika. Moral yang
berati adat atau kebiasaan, moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik dan
buruk di terima umum atau masyrakat, karena adat istiadat dalam satu
masyarakat merupakan standar menentukan baik dan buruknya.
Sedangkan akhlak kepada Allah dapat di artikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebgai makhluknya.
Sehingga akhlak kepada allah dapat di artikan segala sikap atau pebuatan
manusia yang di lakukan tanpa berfikir lagi yang memang ada pada diri
manusia sebagai mamba Allah SWT.

2.2. Akhlak Kepada Allah SWT (Taubat, Dzikir, Berdo’a)


2.2.1. Do’a
Menurut bahasa “ad-du’aa” artinya memanggil, meminta
tolong, atau memohon sesuatu. Sedangkan doa menurut pengertian
syariat adalah memohon sesuatu atau memohon perlindungan
kepada Allah SWT dengan merendahkan diri dan tunduk
kepadaNya. Doa merupakan bagian dari ibadah dan boleh dilakukan
setiap waktu dan setiap tempat, karena Allah SWT selalu bersama
hamba-hambaNya.

1
Amril, Akhlak Tasawuf, (Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN SUSKA RIAU, 2007), hlm 3

1
Do’a dalam pengertian adalah pendekatan diri kepada Allah
SWT dengan sepenuh hati. 2
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah menegaskan
keistemewaan do’a di sisi Allah SWT adalah melebihi segala
keistimewaan yang ada, dalam hal ini rasulullah bersabda: tidak ada
sesuatu yang lebih mulia di sisi allah di banding dengan do’a (hr.
tarmizi, nasai,abu dawud). Do’a adalah bentuk pengagungan
terhadap allah dengan di sertai keikhlasan hati serta permohonan
petolongan disertai kejernihan nurani agar selamat dari segala.
selamat dari segala musibah serta meraih keselamatan abadi. Doa
berarti memohon atau meminta sesuatu yang baik kepada Allah
SWT yang Maha Pemurah. Allah SWT menyuruh orang-orang Islam
berdoa atau meminta sesuatu kepadaNya seperti firman Allah SWT
Q.S Al-mu’min : 60.
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina.”

2.2.2. Etika dalam Berdo’a


Etika dalam do’a adalah bagian dari ibadah untuk mendapatkan
kemakbulan dalam berdo’a.2
1. Memulai Berdo’a dengan Membaca Basmalah
Berdoa hendaknya dimulai dengan membaca basmalah (karena
malakukan perbuatan yang baik hendaknya dimulai dengan
basmalah), hamdalah dan sholawat.
2. Memilih Waktu
Seorang muslim dalam berdo’a hendaklah memilih waktu dan
situasi yang baik sehingga do’anya dapat di kabulkan Allah SWT:

2
Abu Naufal Al-Mahalli, Doa Yang di#dengar Allah, (Yogyakarta: Pustaka Firdausi, 2005), hlm 27

2
seperti pada hari arafah, hari jumat, bulan ramdhan, malam
lailatul-qadar,waktu sahur (menjelang shubuh), atau di tengah
keheningan malam.

 Hari harafah adalah hari dimana kaum muslimin dari


seluruh penjuru dunia berkumpul disuatu tempat, padang
arafah , berkumpul untuk mendekatkan diri kepada allah
dalam pelaksanaan ibadah haji.

 Bulan ramadhan memiki keistimewaan untuk


memprbanyak do’a dikarnakan pada bulan itu dibukakan
pintu-pintu surga dibuka seleba-lebarrnya.

 Hari jumat memiliki keistimewaan untuk memperbnyak do’a


dikarnkan termasuk hari yang paling mulia dalam satu
minggu.sebab di dalamnya terdapt waktu yang apabila
seseorang memanjatkan pasti dikabulkan allah.

 Malam lailatul-qadar memiliki keistimewaan untuk


memperbnyak doa di karenakan termasuk malam yang
palng di muliakan allah, beribadah di dalamnya lebih baik
bribadah seribu bulan, Dalam hal ini rasulullah
menegaskan: “Barang siapa melakukan ibadah pada
malam qadar (lailatul qadar) di landasi iman dan keikhlasan
hati, maka di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.

 Waktu sahur (menjelang subuh) memiliki keistimewan


untuk memperbanyak doa dikarnakan disaat itu hati
seseorang sedang dalam keadaan tenang bersih lagi suci.
Pada waku sahur, allah menebarkan ampunan dan rahmat-
nya kepada setiap manusia yang memanjatkan doa.

3. Mengangkat Tangan dan Menghadap Kiblat


Seorang muslim ketika berdo’a hendaklah menghadap
kiblat.sebab yang demikian adalah sunat. Disamping itu

3
hendaklah mengangkat tangan ketika berdo’a, dan
mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah ketika selesai
brdo’a. Karna itu bagian dari sunnah rasul.
Do’a yang di panjatkan disertai mengangkat tangan mudah di
kabulkan oleh Allah SWT, dalam hal ini Rasulullah
menegaskan: “sesungguhnya tuhan mu hidup kekal lagi maha
mulia, merasa malu terhadap hamba-nya yang mengangkat
tangan tinggi-tinggi ketika berdo’a sehingga tidak ada lagi alasan
untuk tidak mengabulkan permohonannya .”(HR A bu daud dan
tirmidzi dari salaman AL-Fairisi).
4. Dimulai dengan Memuji Allah SWT
Seoramg muslim ketika berdo’a hendaklah memulai do’anya
dengan memuji keagungan Allah, bahwa pujian kepada Allah
bershalawat kepada Nabi baik di tengah, di awal maupun di akhir
do’a. Bahwa pujian kepadaAallah dengan menyebut asma-nya
yang mulia (asmaul-husna) dan bacaan shalawat nabi ketika
memulai suatu do’a merupakan etika dalam berdo’a. Sebuah
do’a akan di kabulakan Allah bila disertai bacaan asmaul-husna
dan shlawat nabi, dan para nabi meyakinin bahwa hal tersebut
merupakan etika yang sngat tinggi di dalam berdo’a, sehingga
mereka menjadikan pujian terhadap allah merupakan permulaan
dari do’a.
5. Khusyuk dalam Berdo’a
Ketika dalam berdo’a hendaklah menunjukkan siakap
merendahkan diri dan kekhsyuk’an hati. Misalnya, dengan
mengulang bacaan do’a hingga tiga kali, tidak tergesa-gesa ,
serta penuh keyakinan bahwa do’a yang panjatkan pasti di
kabulkan oleh Allah SWT kepada setiap hambanya yang
memanjatkan do’a dalam Al-Qur’an telah di tegaskan :
Artinya : ”berdo’a lah kepada tuhan mu dengan merendahkan diri
dan suara yang lembut .sesungguhnya allah tidak menyukai

4
orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi sesudah allah
memperbaikinya , dan berdo’alah kepadnya dengan rasa takut
tidak di terima dan penuh harapan akan di kabulkan ,
sesungguhnya rahmat allah sngatlah dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik .”(QS-A’raf:55-56).
6. Dengan Suara Sederhana
Ketika memanjatkan do’a hendalah dengan volume suara yang
sederhana, tidak tidak terlalu keras tidak pula terlalu pelan.
Sebab orang yang berdo’a berarti sedang berdialog dan
berhadapan langsung dengan Allah SWT, dan selayaknya bila
dia merendahkan suara hingga hatinya lebih khusyuk dan
merasa dekat dengan-Nya.
7. Memilih Do’a Qur’ani dan Hadisi
Ketika berdo’a hendaklah kita memilih do’a-do’a yang telah di
ajarkan Al-Qur’an maupun Al-Hadist, Imam Al-Ghazali dalam
kitab Ihya’Ulumuddin menegaskan: yang terbaik bagi seseorang
yang memanjatkan do’a adalah memilih do’a yang benar-benar
telah diajarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist, sebab kemakbulannya
sudah teruji, keberhasilannya dalam mendatangkan
kemaslahatan bagi ummat.
8. Tidak Menyimpang dari Syariat
Ketika berdo’a hendaklah jangan menyimpang dari garis ajaran
syariat Islam, dan jangan berdo’a untuk kesengsaraan orang lain
atau untuk kecelakaan diri sendiri. Sebab sudah kebiasaan bagi
manusia, bila dilanda musibah yang berat kemudian putus asa
dan berdo’a dengan do’a yang konyol, misalnya, meminta agar
segera meninggal atau mendapatkan musibah yang lebih berat
lagi dan apabila marah pada orang lain, kemudian
mendo’akannya dengan do’a yang tidak baik.

5
2.2.3. Taubat
Taubat adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau
kembali dari jalan yang jauh dari allah ke jalan yang lebih dekat ke
pada allah dan meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan,
menyesali perbuatan dosa yang telah lalu, dan berkeinginan teguh
untuk tidak mengulngi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang
kan datang.3
Allah berfirman Q.S. Al-Tahrim 8: Artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam
jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika
Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang
bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah
yang sudah mukallaf (balig dan berakal). Taubat baru dinggap sah
dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang
telah di tentukan. Bila dosa itu terhadap Allah SWT. Maka syarat
taubatnya ada tiga macam, yaitu:
1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat.
2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu.
3. Bertekan dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak
akan mengulangi lagi perbuatan maksiat itu.

3
Ibnul Qayyim al jauziyah, Tobat Kembali pada Allah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), hlm 19

6
Namun bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka syarat
taubatnya ditambah dua lagi yaitu :

1. Meminta maaf kepada orang yang di dzalimi dan dirugikan.

2. Menganti kerugian setimbang dengan kerugian yang di


alaminya akibat perbuatan zalim itu atau minta kerelaan.

Dosa terhadap sesama manusia akibat perbuatan zalim itu


hendaknya disellesaikan di dunia ini juga. Karena kalau tidak.,
pelaku dosanya di alam akhirat termasuk orang yang merugi
bahkan celaka. Apabila seorang telah terlanjur berbuat dosa,
kemudian bertaubat dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan
memperoleh banyak hikmah dan manfaat. Tentu saja taubat yang
dilakukan harus memenuhi syarat taubat seperti tersebut. Adapu
hikmah daan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain:
dosanya diampuni, memperolah rahmat Allah, dan bimbingan untuk
masuk surga. Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah


dengan taubat semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke
dalam surga”. (Q.S At-Tahrim, 66 : 8).

Perlu diketahui dan disadari oleh setiap orang yang telah


terlanjur berbuat dosa, bahwa seorang yang telah membaca istigfar
(mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus menerus berbuat
dosa, maka ia akan dianggap telah mengolok-ngolok Tuhannya.
Demikian juga seorang yang berbuat dosa dan baru bertaubat
ketika “sakaratul maut” maka taubatnya tidak akan diterima Allah
SWT.

7
Taubat yang di terima dan benar itu mempunyai beberapa
tanda :

1. Agar setelah taubat ia menjadi lebih baik dari sebelumnya.


2. Agar rasa takut itu terusmenyertainya, dan tidak pernah
merasa aman dari siksa allah SWT.
3. Hatinya merasa terlepas, dan hancur tercabik-cabik karena
menyesal dan merasa takut,sesuai dengan besar kecilnya
dosanya.
4. Merasa remuk-redam tersensiri dalam hati, yang tidak
diserupai oleh apa pun, seperti seorang hamba yang telah
berbuat salah dan memberontak kepada tuhannya.

Sebab – sebab manusia harus bertaubat :

1. Telah melakukan dosa kecil atau dosa besar.


2. Supaya setiap amalan diterima oleh Allah dengan mudah.
3. Supaya manusia tidak sombong dengan kekuasaan dan
keagungan Allah.

Sebab Allah menerima taubat hambanya :

1. Allah maha penyayang dengan mengampunkan dosa


hambanya.
2. Supaya hambanya bersih daripada dosa dan memperoleh
balasan syurga di akhirat.
3. Orang yang bertaubat akan berasa benci dengan dosa yang
dilakukan.
4. Supaya seseorang itu sentiasa melakukan kebaikan dan
meninggalkan kejahatan.

Syarat – syarat taubat :

1. Menyesal terhadap maksiat yang dilakukan.


2. Berhenti melakukan maksiat dengan segera.

8
3. Berazam tidak akan mengulangi lagi.
4. Berterus terang memohon maaf jika berkaitan dengan hak
orang lain.

Hikmah Taubat :

1. Memberi peluang kepada orang yang berdosa kembali


kejalan Allah.
2. Memberi ketenangan hati kepada muslim yang bertaubat.
3. Mendapat keampunan serta petunjuk Allah.
4. Sebagai satu cara mendekatkan diri kepada Allah.

2.2.4. Dzikir
Pengertian dzikir menurut bahasa berasal dari kata
“dzakaro” yang artinya ingat . Kata dzikir mengambil dari masdarnya
dzikron, kemudian terkenal dengan istilah dzikir. Sedangkan dzikir
menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu
yang sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits dengan tujuan
mensucikan hati dan mengagungkan Allah. 4
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-
Ahzab : 41).
Allah sudah menunjukkan dasar pokok bahwa dzikir mampu
menentramkan hati manusia. Hanya dengan dzikirlah hati akan
menjadi tentram, sehingga tidak timbul nafsu yang jahat. Berdzikir
dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam keadaan
bagaimamanapun, kecuali ditempat yang tidak sesuai dengan
kesucian Allah. Seperti bertasbih dan bertahmid di WC.
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):

4
Hasbi Ashiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1956), hlm 60

9
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.
Ali Imran : 191).
Dzikir Menurut Imam Nawawi Al BAntaniyu Penulis kitab Al
Adzkar, menjelaskan dalam kitabnya bahwa dzikir bisa dilakukan
dengan lisan dan hati. Tingkatan dzikir akan menjadi lebih sempurna
jika melakukannya denga hati dan lisan. Jika harus memilih, mana
yang lebih utama, menurutnya, harus dengan hati saja, namun akan
lebih afdhol (utama) jika melakukannya dengan hati dan lisan sesuai
dengan sunah Rosulullah.
Dzikir ialah menyebut allah dengan
tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la-ilaha illallahu), membaca
tahmid (alhamdulillahi), baca tqdis (quddusun), membaca
taqbir (allahu akbar), membaca hauqalah (la haula wala quata illa
billahi), membaca hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmalah
(bismillahirrohmanirrohim)membaca Al-Qur’an dan membaca do’a-
do’a yang di terima dari allah SAW.

2.2.5. Bentuk dan Cara Berdzikir

1. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan


ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah
adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam
semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT.
Dengan melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang
kepada Allah SWT akan bertambah.

2. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan


lafazh-lafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang
telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya
adalah : mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat,
membaca Al-Qur’an dan sebagainya.

10
3. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang
harus diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan
niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk
mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut
ilmu, mencari nafkah, bersilaturahmi dan amalan-amalan lain
yang diperintahkan agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir
dengan perbuatan.

2.2.6. Manfaat Dzikirullah


Selalu ingat dan menyebut nama Allah setiap saat dan
sepanjang waktu dikala berdiri, duduk dan berbaring merupakan
gambaran nyata dari keimanan ,ketakwaan dan rasa tawakkal
seseorang. Allah akan memperlihatkan menfaat nyata dari amalan
dzikrullah seseorang dalam kehidupannya sehari hari hari antara
lain:

1. Mendapat ketenangan hati dan bebas dari perasaan jengkel,


kecewa, sedih, duka, dendam dan stress berkepanjangan.

2. Dikeluarkan Allah dari kegelapan (hidup yang penuh


kesukaran, kesempitan,kepanikan, kekalutan ,kehinaaan dan
serba kekurangan ) kepada cahaya yang terang benderang (
hidup bahagia,nyaman, aman, mulia, sejahtera dan
berkecukupan).

3. Terpelihara dan terhindar dari melakukan perbuatan keji dan


mungkar.

4. Terpelihara dari kelicikan dari tipu daya syetan yang


menyesatkan.

5. Selalu mendapat jalan keluar dari berbagai kesulitan yang


datang menghadang dan mendapat rezeki dari tempat yang

11
tidak pernah diduga, serta selalu dicukupkan semua
kebutuhan hidupnya.

Untuk melaksanakan dzikir ada tata krama yang harus


diperhatikan, yakni adab berdzikir. Semua bentuk ibadah bila tidak
menggunakan tata krama atau adab, maka akan sedikit sekali
faedahnya. Dalam kitab Al Mafakhir Al-’Aliyah fil Ma-atsir Asy-
Syadzaliyah disebutkan pada pasal Adabuddz-Dzikr, sebagaiman
dituturkan oleh Asy-Sya’roni bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi
dapat dikelompokkan menjadi 20 (dua puluh), yang terbagi menjadi
tiga bagian; 5 (lima) adab dilakukan sebelum bedzikir, 12 (dua belas)
adab dilakukan pada saat berdzikir, 2 (dua) adab dilakukan seelah
selesai berdzikir.

Adapun 5 (lima ) adab yang harus diperhatikan sebelum


berdzikir adalah :

1. Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara


yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan,
perbuatan, atau keinginan.

2. Mandi dan atau wudlu.

3. Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia
dapat memperoleh shidq, artinya hatinya dapat terpusat pada
bacaan Allah yang kemudian dibarengi dengan lisannya yang
mengucapkan Lailaaha illallah.

4. Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan


dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya.

5. Meyakini bahwa dzikir thoriqoh yang didapat dari syaikhnya


adalah dzikir yang didapat dari Rasulullah SAW, karena
syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari Beliau.

12
Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan
pada saat melakukan dzikir adalah :

1. Duduk di tempat yang suci seperti duduknya didalam shalat.

2. Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya.

3. Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan bau


wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya.

4. Memakai pakaian yang halal dan suci.

5. Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.

6. Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat


menutup jalan indra dhohir, karena dengan tertutupnya indra
dhohir akan menjadi penyebab terbukanya indra hati atau
bathin.

7. Membayangkan pribadi guru mursyidnya diantara kedua


matanya. Dan ini menurut ulama thoriqoh merupakan adab
yang sangat penting.

8. Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang


berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam
keadaan sepi (sendiri) atau ramai (banyak orang).

9. khlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran.


Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang berdzikir
akan sampai derajat Ash-Shidiqiyah dengan syarat dia mau
mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya
(berupa kebaikan dan keburukan ) kepada syaikhnya.Jika dia
tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan
akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah).

13
10. Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illallah, karena
bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada
bacaan-bacaan dzikir syar’i lainnya.

11. Menghadirkan makna dzikir didalam hatinya.

12. Mengosongkan hati dari segala apapun selain Allah dengan


La ilaaha illallah, agar pengaruh kata “illallah” terhujam
didalam hati dan menjalar ke seluruh anggota tubuh.

Dan 4 (Empat) adab setelah berdzikir adalah :

1. Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’


dan menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzkir.
Para ulama thoriqoh berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr
datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya
lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadloh dan
mujahadah tiga puluh tahun.

2. Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini


(menurut ulama thoriqoh) lebih cepat menyinarkan bashiroh,
menyingkapkan hijab-hijab dan memutus bisikan-bisikan
hawa nafsu dan syetan.

3. Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan


hararah (rasa hangat di hati orang yang melakukannya, yang
disebabkan oleh syauq dan tahyij (rasa rindu dan gairah)
kepada Al-Madzkur/ Allah SWT yang merupakan tujuan
utama dari dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan
memadamkan rasa tersebut.

4. Para guru mursyid berkata:”Orang yang berdzikir hendaknya


memperhatikan tiga tata krama ini, karena natijah (hasil)
dzikirnya hanya akan muncul dengan hal tersebut.”Wallahu
a’lam.

14

Anda mungkin juga menyukai