Nim : 2019310375
Kelas :G
ي َوأَ ْق َربِ ُك ْم ِمنِّي َمجْ لِسًا يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة أَحْ َسنُ ُك ْم أَ ْخاَل قًا
َّ َإِ َّن ِم ْن أَ ِحبِّ ُك ْم إِل
“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat
duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi)
Akhlak bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih tinggi dan
sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya. Menjadi suatu hal yang
harus dimiliki oleh manusia agar lebih baik dalam berhubungan baik sesama manusia apalagi
kepada Allah sebagai pencipta.
Sasaran Akhlak
Dalam Islam, secara garis besar akhlak manusia mencakup tiga sasaran, yaitu terhadap Allah
SWT, terhadap sesama manusia, dan terhadap lingkungannya.
Akhlak terhadap Allah SWT
Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlak manusia terhadap Allah SWT bertitik tolak dari
pengakuan dan kesadarannya bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT yang memiliki segala
sifat terpuji dan sempurna. Dari pengakuan dan kesadaran itu akan lahir tingkah laku dan
sikap sebagai berikut:
Menyucikan Allah SWT dan memuji-Nya. Ini terlihat antara lain dalam firman Allah
SWT, "... dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya..." (QS.17:44).
Bertawakal (berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat atau berusaha lebih dahulu.
Dalam Alquran perintah bertawakal kepada Allah SWT terulang dalam bentuk tunggal
(tawakkal) sebanyak sembilan kali dan dalam bentuk jamak (tawakkalu) sebanyak dua kali.
C. Adab Berdo’a
Berdoa dari sisi bahasa artinya memanggil, memohon, atau meminta. Ketika kita
berdoa, kita sedang memanggil, memohon, dan meminta kepada Allah, Dzat Yang Maha
Agung, Pencipta dan Raja Diraja Seluruh Alam. Disamping itu, berdoa adalah ibadah, bahkan
inti dari ibadah. Oleh karena itu, hendaknya kita memperhatikan adab-adab ketika berdoa.
Diantara adab-adab berdoa adalah sebagai berikut:
1. Ikhlash; totalitas berserah diri hanya kepada Allah.
ِ َصينَ لَهُ ال ِّدينَ فَلَ َّما نَجَّاهُ ْم إِلَى ْالبَ ِّر فَ ِم ْنهُ ْم ُم ْقت
ص ٌد ُّ َوإِ َذا َغ ِشيَهُ ْم َموْ ٌج َك
ِ ِالظلَ ِل َد َع ُوا هَّللا َ ُم ْخل
"Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka
menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah
menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh
jalan yang lurus..." (QS Luqman: 32)
.
2. Menghadirkan hati dan bersungguh-sungguh dalam berdoa.
"Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lengah (dengan
doanya).” (HR. Tirmidzi; dishahihkan oleh Al-Albani)
"Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalai.” (HR.
Ahmad).
3. Berbaik sangka kepada Allah, penuh harap dan yakin akan dikabulkan, namun juga
diiriingi dengan rasa takut dan cemas.
ََويَ ْدعُونَنَا َر َغبًا َو َرهَبًا َو َكانُوا لَنَا خَ ا ِش ِعين
“... dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka
adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi;
dishahihkan oleh Al-Albani)
4. Tidak tergesa-gesa dan tidak bosan untuk terus berdoa.
“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya
telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Tidak berdoa untuk suatu dosa atau untuk memutus silaturahim.
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa
atau memutus silaturrahim.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
6. Mengiringi doa dengan ikhtiar (usaha) yang optimal.
Allah tidak akan menurunkan hujan emas dari langit kepada orang yang hanya berdoa
tanpa berusaha. Doa hendaknya diiringi dengan usaha yang optimal. Rasulullah saw berdoa
memohon kemenangan dalam Perang Badar seraya teguh menghadapi orang-orang musyrik
Makkah di medan pertempuran, bukan memohon kemenangan sambil bersembunyi dari
peperangan. Begitu pula, Umar ibn Al-Khathab ketika melihat seorang pemuda yg hanya
berdiam di masjid dan tidak bekerja, berkata mengingatkan, “Tahukah kamu bahwa langit
tidak menurunkan hujan emas dan perak”.
Di antara waktu yang mustajab adalah hari Arafah, Ramadhan, sore hari Jumat, dan
waktu sahur atau sepertiga malam terakhir.
Nabi Muhannad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda,
ينزل هللا تعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل األخير فيقول عز
من يستغفرنى فأغفر له، من يسألنى فأعطيه، من يدعونى فأستجب له:وجل
“Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir.
Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang
meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.”
(HR. Muslim)