Anda di halaman 1dari 27

BAB I

KAJIAN AKHLAQ DAN ILMU AKHLAQ

A. Pengertian dan Definisi Ahklaq


Disebutkan bahwa akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang
dalam menjalankan ibadah baca istiqomah dalam islam dan cara agar tetap istiqomah
dijalan Allah). Akhlak yang kita ketahui tersebut memiliki pengertian baik secara
bahasa maupun secara istilah. Selain itu ada beberapa ulama yang juga menjabarkan
pengertian akhlak sebagaimana ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa akhlak adalah
keadaan jiwa atau sifat seseorang yang medorong melakukan sesuatu tanpa perlu
mempertimbangkannya terlebih dahulu.1
1. Secara bahasa
Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan
sebagai perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang
diartikan sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-
sifat yang ada pada dirinya.
2. Secara istilah
Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau
perangai seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku
orang tersebut. Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki
perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya seseorang yang memiliki
perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela. Kata akhlak
disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini

َ ِ‫إِنَّا أَ ْخلَصْ نَاهُ ْم بِخَال‬


ِ ‫ص ٍة ِذ ْك َرى ال َّد‬
‫ار‬

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada


mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri
akhirat.(QS Shad : 46)

1 Abdullah, Yatim. Studi Akhlaq dalam Perspektif Al-Qur’an. (Jakarta: Amzah. 2007).

1
B. Kaitan Istilah Ahklaq dengan Etika, Moral, Kesusilaan, dan Kesopanan
Keterkaitan  antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan ini bisa kita
lihat dari segi fungsi dan perannya, yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari
suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya,
benar dan salahnya sehingga dengan ini akan tercipta masyarakat yang baik, teratur,
aman, damai, dan tenteram serta sejahtera lahir dan batin.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa antara akhlak dengan etika, moral,
kesusilaan dan kesopanan mempunyai kaitan yang sangat erat, di manna wahyu, akal
dan adat adalah sebuah teori perpaduan untuk menentukan suatu ketentuan, nilai.
Terlebih lagi akal dan adat dapat digunakan untuk menjabarkan wahyu itu sendiri.2
C. Jenis jenis Akhlaq
1. Ahklaq Mulia
a. Berbicara yang baik.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah berbicara
yang baik atau (jika tidak demikian) hendaklah diam” (H.R. Bukhari dan
Muslim).

Ciri-ciri pembicaraan yang baik adalah isinya bermanfaat, mengandung


hikmah atau kebajikan, membuat senang pendengarnya, atau tidak menyakiti
hati orang lain atau tidak membuat orang lain marah.3
Pembicaraan yang baik juga bercirikan penggunaan kata-kata yang benar,
baku, atau sesuai kadiah bahasa yang berlaku (qaulan sadida, Q.S. 4:9), kata-kata
yang tepat sasaran, komunikatif, atau mudah dimengerti (qaulan baligha, Q.S.
4:63), serta mengunakan kata-kata yang santun, lemah-lembut, atau tidak kasar
dan tidak vulgar (qaulan karima, Q.S. 17:23).
b. Berkata jujur atau benar (shidqi).
“Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran (shidqi) karena sesungguhnya
kebenaran itu memimpin kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga”
(HR. Muttafaq ‘Alaih).

“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).

2 Amin, Ahmad. Etika Ilmu dan Akhlaq. (Jakarta: Pustaka Panji Mas. 1983).
3 Al Hasyimi, Abdul Mun’im. Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim. (Jakarta: Gema Insani.
2009).

2
c. Malu (Haya’).
“Sesungguhnya sebagian yang didapatkan manusia dari perkataan nabi-nabi
terdahulu ialah ‘Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesukamu!’” (HR
Bukhari).

Malu adalah perasaan untuk tidak ingin direndahkan atau dipandang buruk
oleh pihak lain. Jadi, malu adalah persoalan harga diri atau gengsi. Malu yang
paling utama adalah malu kepada Allah SWT sehingga tidak berbuat sesuatu
yang melanggar aturan-Nya. Malu kepada manusia harus dalam konteks malu
kepada-Nya.4
d. Rendah Hati (Tawadhu’).
Rendah hati adalah perasaan inferior, lemah, tidak punya kekuatan atau
keistimewaan apa-apa dan kecil di hadapan Allah Yang Mahabesar. Rendah hati
akan membuat seseorang tidak berlaku sombong atau takabur, tidak memandang
dirinya mulia. Fadhil bin Iyadh mengatakan, tawadhu’ ialah tunduk kepada
kebenaran dan mengikutinya, walaupun kebenaran itu datang dari seorang anak
kecil dan orang paling bodoh.5

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di muka bumi dengan rendah hati...” (Q.S. Al-Furqon:63).

“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku: hendaklah kamu


merendahkan hati supaya tidak ada yang saling melewati batas dan tidak saling
menyombongkan diri” (HR Muslim).

“Tidaklah seseorang rendah hati melainkan Allah tinggikan derajatnya” (HR


Bukhari dan Muslim).
e. Senyum/Manis Muka.
Senyum adalah suatu kebajikan dan sama dengan ibadah sedekah. Rasulullah
Saw sangat menganjurkan umatnya agar murah senyum, atau bermuka manis.

4 Al Hasyimi, Abdul Mun’im. Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim. (Jakarta: Gema Insani.
2009).
5 Asmaran. Pengantar Studi Akhlaq. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1994).

3
Menyenangkannya senyum dapat kita rasakan tatkala melihat keramahan orang
lain pada kita.
“Kamu tidak bisa meratai (memberi semua) manusia dengan harta-hartamu,
tetapi hendaklah bermanis muka (bastul wajhi) dan perangai yang baik dari
kamu meratai mereka” (HR Abu Ya’la).

"Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah" (HR Bukhari).


f. Sabar
Bersabar dalam pergaulan adalah sifat mukmin sejati. Dalam bergaul kita
menemui banyak orang dengan ragam watak dan perilakunya: ada yang
menyenangkan, ada pula yang menyebalkan; ada yang pemarah dan angkuh, ada
pula yang pemaaf dan rendah hati. Terhadap yang tidak menyenangkan atau
menyebalkan, juga yang suka mengganggu, kita diharuskan bersabar
menghadapi sikap mereka.

“Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka lebih
baik daripada yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan
mereka” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Sabar merupakan jalan untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT di


samping shalat. "Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar" (Q.S. 2:153).
Dalam pengertian dan pengamalan keseharian, sabar cenderung berarti
"menahan emosi", "menahan marah", atau "menahan diri" untuk tidak tergesa-
gesa bertindak mengikuti keinginan perasaan. Imam Al-Ghazali mengatakan,
"sabar adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya
adalah atas dorongan ajaran agama"
Dalam sebuah haditsnya, Nabi Saw mengakui adanya tingkatan-tingkatan
kesabaran, yaitu (1) sabar dalam menghadapi musibah, (2) sabar dalam
mematuhi perintah Allah SWT, dan (3) sabar dalam menahan diri untuk tidak
melakukan maksiat. Sabar yang pertama merupakan kesabaran terendah, yang

4
kedua merupakan tingkat pertengahan, dan yang ketiga merupakan kesabaran
tertinggi (HR Ibnu Abi ad-Dunia).6

g. Kuat atau Tahan Banting.


“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang
lemah” (HR Muslim).

Kuat artinya memiliki ketahanan mental dan fisik yang tinggi. Tidak mudah
putus asa, tidak suka mengeluh, dan sehat jasmani-rohani. Kuat juga bisa
dimaknai unggul dan berkualitas. “Janganlah berputus-asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum kafir” (Q.S.
12:87).
h. Pemaaf, Tidak Dendam.
Memaafkan kesalahan manusia (‘afina ‘aninnas) dan menahan amarah adalah
ciri orang bertakwa (Q.S. 3:134).
“Allah tidak akan menambah seseorang yang suka memberi maaf melainkan
dengan kemuliaan” (HR Muslim).

“Bersikaplah pemaaf maka Allah akan memuliakanmu” (HR Ibnu Abi Dunya).

“Orang yang paling dibenci Allah ialah orang yang paling menaruh dendam-
kesumat” (HR Bukhari dan Muslim).
“Maafkanlah orang yang menzhalimimu” (HR Ahmad dan Thabrani).
i. Menahan Amarah.
Marah dapat membawa malapetaka. Orang sedang marah dikuasai hawa nafsu
dan setan. Pikirannya menjadi tidak jernih, tidak bersih. Akalnya menjadi tidak
berfungsi normal. Tentu hal itu bisa mendorong orang yang sedang marah itu,
jika tidak bisa mengendalikan diri, pada perbuatan yang akan disesalinya,
mengikuti hawa nafsu, lepas kedali diri. Untuk meredam marah, Rasulullah Saw
mengajarkan agar berwudhu.

6 Al Hasyimi, Abdul Mun’im. Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim. (Jakarta: Gema Insani.
2009).

5
"Bukanlah orang yang gagah perkasa namanya ia yang kuat bergulat, tetapi yang
disebut gagah perkasa itu ialah orang yang dapat mengendalikan nafsunya
(dirinya) ketika sedang marah" (HR Bukhari dan Muslim).

"Sesungguhnya marah itu datangnya dari setan, dan setan itu dijadikan dari api.
Sesungguhnya api itu dapat dipadamkan dengan air. Maka apabila salah seorang
di antaramu marah, berwudhulah" (H.R. Abu Daud).
j. Zuhud
Ketika seorang sahabat meminta nasihat tentang amal yang disukai Allah dan
manusia, Nabi Saw menegaskan: “Berzuhudlah dari dunia, niscaya Allah
menyukaimu dan zuhudlah dari apa yang di tangan manusia, niscaya manusia
menyukaimu” (HR Ibnu Majah).
Zuhud adalah sikap tidak terlalu mencintai dunia, bahkan membencinya dalam
batas-batas yang wajar. Menurut Nabi Muhammad Saw: “Zuhud di dunia tidak
mengharamkan yang halal dan tidak membuang harta...” (HR Tirmidzi).

Zuhud adalah sikap sederhana atau proporsional terhadap kenikmatan dunia.


Kecintaannya terhadap perhiasan dunia (harta, tahta) tidak berlebihan.
“Celakalah penyembah dinar dan dirham dan kain beludru...” (HR Bukhari).
Zuhud membuat seseorang tidak merasa senang berlebihan menerima harta dan
merasa sedih kehilangan sesuatu (Q.S. Al-Hadid:23).
k. Qona’ah
Qona’ah yaitu merasa cukup dengan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.
Sikap demikian membuatnya tenang dan senantiasa mensyukuri pemberian-Nya,
sedikit ataupun banyak.

“Bukanlah orang kaya itu yang banyak hartanya, melainkan yang kaya jiwanya
(hatinya)” (HR Bukhari dan Muslim).

“Sungguh berbahagia orang yang mendapatkan hidayah Islam dan


penghidupannya sederhana dan tenang menerima apa yang ada” (HR Tirmidzi).

“Sungguh berbahagialah orang yang yelah masuk Islam dan diberi rezeki cukup,

6
lalu merasa cukup terhadap apa-apa yang diberikan Allah kepadanya” (HR
Muslim).

“Seungguh berbahagialah seorang Muslim yang diberi kecukupan rezeki dan rela
menerima pemberian Allah” (HR Muslim).
l. Wara’
Wara’ adalah menjauhi barang syubhat karena takut jatuh kepada keharaman.
Syubhat sendiri artinya tidak dapat dipastikan halal-haramnya (berada antara
halal dan haram). 
Nabi Saw mengatakan, siapa yang menjauhi syubhat berarti ia membersihkan
diri dan agamanya. Siapa yang mendekati syubhat, maka dikhawatirkan
termasuk pada hal haram (HR Muttafaq ‘Alaih).

m. Suka Menolong.
Menolong artinya membantu orang yang sedang dalam kesulitan
(meringankan bebannya), baik kesulitan ekonomi maupun kesulitan dalam
urusan lain selama berada pada garis kebaikan dan takwa (birri wat taqwa).
Termasuk menolong orang lain adalah menutupi aibnya sehingga tidak
membuatnya malu.7

“Siapa yang menghilangkan kesempitan orang mukmin dalam masalah dunia,


maka Allah akan mengilangkan kesempitannya besok di akhirat. Siapa yang
memudahkan orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di
dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi aib orang mukmin, maka Allah akan
menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan tetap menolong hamba-Nya
selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya” (HR Muslim).

2. Ahklaq Tercela
a. Menghina.
Menghina adalah mengeluarkan kata-kata yang merendahkan dan menyakiti
hati orang lain, termasuk mengolok-olok, mencela, melaknat/mengutuk,
memaki, dan mengejek.

7 Al Hasyimi, Abdul Mun’im. Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim. (Jakarta: Gema Insani.
2009).

7
“Cukuplah kejelekan seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim” (HR
Muslim).

b. Buruk sangka (su-uzhan).


“Jauhilah buruk sangka karena sesungguhnya prasangka itu sedusta-dusta
omongan” (HR Muttafaq ‘Alaih).

Buruk sangka itu menuduh atau memandang orang lain dengan “kacamata
hitam” atau negative thinking, seraya menyembunyikan kebaikan mereka dan
membesar-besarkan keburukan mereka.
c. Bergunjing (Ghibah).
Pada malam Isra' --dalam rangkaian peristiwa Isra Mi'raj-- Nabi Muhammad
Saw melewati suatu kaum yang sedang mencakar-cakar wajah mereka sendiri
dengan kukunya. Nabi Saw bertanya kepada Malaikat Jibril yang mendapinginya
waktu itu, "Apa itu Jibril?". Malaikat penyampai wahyu Allah itu menjawab,
"Itulah gambaran orang yang suka menggunjing sesamanya (ghibah)".

Ghibah adalah membicarakan kejelekan atau aib orang lain atau menyebut
masalah orang lain yang tidak disukainya, sekalipun hal tersebut benar-benar
terjadi.
Oleh Allah SWT ghibah diidentikkan dengan "memakan daging mayat
saudara sendiri" (Q.S. al-Hujurat:12). Meskipun kejelekan atau kekurangan
orang lain itu faktual, benar-benar terjadi alias sesuai dengan kenyataan, tetap
saja itu ghibah.
d. Dengki
Hasad merupakan sikap batin, keadaan hati, atau rasa tidak senang, benci, dan
antipati terhadap orang lain yang mendapatkan kesenangan, nikmat, memiliki
kelebihan darinya. Sebaliknya, ia merasa senang jika orang lain mendapatkan
kemalangan atau kesengsaraan. Sikap ini termasuk sikap kaum Yahudi yang
dibenci Allah (maghdhub).

8
"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika
kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya..." (Q.S. 3: 120).

"Janganlah kamu mengharap-harapkan sesuatu yang telah dilebihkan Allah pada


sebagian darimu atas sebagian yang lain" (Q.S. 4:32).

"Janganlah kalian saling benci, jangan bersikap hasad, jangan saling


membelakangi, dan jangan bermusuhan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
besaudara!" (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sikap hasad ini berbahaya karena dapat merusak nilai persaudaraan atau
menumbuhkan rasa permusuhan secara diam-diam. Hasad juga dapat mendorong
seseorang mencela, menjelek-jelekkan, dan mencari-cari kelemahan atau
kesalahan orang lain dan menimbulkan prasangka buruk (suudzan).
e. Serakah
Serakah atau tamak yaitu sikap tidak puas dengan yang menjadi hak atau
miliknya, sehingga berupaya meraih yang bukan haknya. Setiap orang berpotensi
bersikap serakah.

"Jika seseorang sudah memiliki dua lembah emas, pastilah ia akan mencari yang
ketiganya sebagai tambahan dari dua lembah yang sudah ada itu" (H.R. Bukhari
dan Muslim).

"Jika seorang anak Adam telah memiliki harta benda sebanyak satu lembah,
pasti ia akan berusaha lagi untuk memiliki dua lembah. Dan andaikata ia telah
memiliki dua lembah, ia akan berusaha lagi untuk memiliki tiga lembah.
Memang tidak ada sesuatu yang dapat memenuhi keinginan anak Adam kecuali
tanah (tempat kubur, yakni mati). Dan Allah akan menerima tobat mereka yang
bertobat" (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi).

Sikap serakah dapat mendorong orang mencari harta sebanyak-banyaknya dan


jabatan setinggi-tingginya, tanpa menghiraukan cara halal atau haram.

9
Keserakahan pun dapat membuat seseorang bersikap kikir alias tidak
dermawan dan tidak peduli akan nasib orang lain. Serakah dan tamak telah
membinasakan kaum sebelum umat Muhammad Saw.
f. Kikir (Bakhil).
Kikir adalah penyakit hati. Sifat kikir ini bersumber dari ketamakan, cinta
dunia, atau suka kemegahan. Orang yang terbebas dari sifat kikir termasuk orang
beruntung (Q.S. Al-Hasyr:9).

“Dua perkara tidak akan berkumpul pada seorang mukmin: sifat kikir dan
perangai jelek” (HR Tirmidzi).
g. Riya’
Riya’ adalah sikap ingin dipuji orang lain. Lawan ikhlas ini haram hukumnya.
Nabi Saw menyebutnya sebagai syirik kecil (syirkul ashgar).

“Sesungguhnya yang aku paling takuti atas umatku adalah syirik kecil, yaitu
riya’” (HR Ahmad).

Riya’ merupakan lawan atau kebalikan dari ikhlas (semata-mata karena Allah
SWT). Ikhlas merupakan salah satu syarat diterimanya amal-ibadah oleh Allah
SWT (maqbul). "Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali agar beribadah
pada Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) pada-Nya dalam menjalankan
agama dengan lurus..." (Q.S. Al-Bayinah:5, juga Q.S. 4:146, 7:29, Az-
Zumar:2,11, 2:139, Luqman:32).
h. Berdusta
Berkata dusta adalah salah satu ciri kaum munafik, selain mengkhianati
kepercayaan dan mengingkari janji (HR Bukhari dan Muslim).

“Jauhilah kedustaan karena sesungguhnya kedustaan (kadzib) itu memimpin


kepada kedurhakaan dan kedurhakaan membawa ke neraka” (HR Muttafaq
‘Alaih).
i. Bermusuhan.
Bermusuhan adalah sikap bertentangan dengan semangat ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan dalam Islam). Orang Muslim harus menjauhi saling bermusuhan.

10
“Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya ((tidak saling bicara)
selama lebih dari tiga hari, keduanya bertemu lalu saling berpaling muka
(bermusuhan). Yang paling baik di antara mereka adalah yang memulai
mengucapkan salam (mengajak damai)” (HR Bukhari dan Muslim).

“Janganlah kamu putus-memutuskan hubungan baik, belakang-membelakangi,


benci-membenci, hasad menghasad. Hendaklah kamu menjadi hamba Allah
yang bersaudara satu sama lain dan tidak halal bagi Muslim mendiamkan
saudaranya lebih dari tiga hari” (HR Bukhari dan Muslim).
j. Mengadu-domba (Namimah).
Mengadu-domba adalah mendorong dua pihak atau lebih untuk saling
bermusuhan.

“Tidak akan masuk sorga orang yang memutuskan persaudaraan (mengadu


domba)” (HR Muttafaq ‘Alaih).

“Maukah kamu aku beritahukan tentang ‘adh-hu? Yaitu mengumpat, mengadu-


domba dengan omongan di antara manusia” (HR Muslim).
k. Sombong.
Sombong (takabur) adalah merasa bangga pada diri sendiri, merasa paling
baik atau paling hebat, dan merasa paling benar sehingga menolak kebenaran
dan merendahkan orang lain.

“Barangsiapa merasa besar (bangga) pada dirinya dan sombong di dalam


jalannya, niscaya dia bertemu Allah di dalam keadaan Allah murka kepadanya”
(Q.S. Hakim dari Ibnu Umar).

“Tidak akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya menyelinap sifat
sombong” (HR Muslim dan Tirmidzi).

l. “Tiga perkara yang merusak manusia: perangai kikir yang ditaati, hawa nafsu
yang selalu diikuti, dan bangga pada diri sendiri (sombong)” (HR Thabrani).

D. Sistem penilaian ahklaq

11
Naluri manusia paling kuat yang merupakan hidayah fitriyah adalah ingin
mempertahankan hidupnya di dunia ini. Naluri ini dimiliki setiap manusia, meskipun dia
sadar bahwa hidup ini fana dan sementara. Naluri mempertahankan hidup juga dimiliki
oleh biantang.
Paham materialisme berkeykinan bahwa kehidupan yang lebih baik dan kebahagiaan
berpusat pada keempurnaan materi, termasuk jasad. Adapun
aliran spiritualisme berkeyakinan bahwa kebahagiaan sangat tergantung pada kepuasan
jiwa. Para filosof umumnya berpendapat bahwa kebahagiaan bias dicapai dengan
kemampuan akal manusia. Akal merupakan perangkat penting untuk menggapai
kebenaran dan kemuliaan. Umat Islam akan merasa bahagia jika mendapat keutamaan
dari kehadiran Allah Swt. baik  dunia maupun akhirat.8
Berikut merupakan uraian system penilaian akhlak menurut beberpa madzhab, aliran,
dan paham dalam Islam.
1. Sistem Ahli Sunnah
Ahlu sunnah waljama’ah mempunyai arti “ahlu” bermakna golongan dan
“asunnah” bermakna segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad
SAW. Aljamaah ini banyak sekali yang memberi makana, antara lain golongan
yang mayoritas umat Islam yang setia kepada pemimpin umat Islam. Dan adapula
yang mengartikan Aljamaah sebagai golongan para sahabat Nabi. Jadi arti dari
“ahlu sunnah walajamah” adalah golongan yang berpegang teguh pada Al-
Qur’an , sunnah Rasulullah SAW, dan kesepakatan para mujtahid.
Sebelumnya ahli sunnah waljama’ah ini dipelopori oleh Abu Al-Husan Al-
Asy’ari (260-320H/873-935M) dan Abu Mansyur Al-Maturidi (332H/943M).
mereka membagi kajian ilmunya dengan cara menggali dari Al-Qur’an, Al-Hadits,
Ijma’ dan Qiyas.
Segala awamir yang dima’rufkan Allah SWT adalah baik dan
segala nawahi yang dimunkarkan Allah SWT adalah buruk. Tidak ada kebaikan
atau keburukan secara absolute, tetapi semuanya itu menurut instruksi dari Allah
SWT. adapun yang bersifat absolute adalah kekuasaan dan keadilan Allah yang
terletak pada iradat-Nya. Namun keadilan tidak wajib bagi Allah, karena apabila
wajib maka kekuasaan-Nya tidak mutlak lagi. Ittulah sebabnya para ahli kalam

8 Mulyani, Sri. Kajian-kajian Ilmu Akhlak.


https://www.academia.edu/31066054/Kajian_Ilmu_Akhlak
Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019

12
membedakan antara sifat – sifat yang wajib bagi Allah menurut akal dan juga dalil
akal yang jumlahnya 13 atau 20 dengan asma’ul husna yang jumlahnya 99.
2. Sistem Mu’tazilah
Secara bahasa kata mu’tazilah berasal dari kata i’tazila yang berarti “berpisah”
atau “memisahkan diri”, yang berarti juga “menjauh” atau “menjauhkan
diri”. Secara teknis, istilah mu’tazilah menunjuk pada dua golongan.
Golongan pertama (mu’tazilah I) muncul sebagai respon politik murni.
Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap
lunak dalam menyikapi pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-
lawannya, terutama Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair.9
Golongan kedua (Mu’tazilah II) muncul sebagai respon persoalan  teologis
yang berkembang dikalangan Khawarij dan Murji’ah akibat
peristiwa tahkim.  Menurut Ahmad tafsir ada mu’tazilah yang lahir karena
menghindari bentrokan politis dan ada yang lahir karena bentrokan pemikiran
fanatik.
Ajaran pokok ini mempunyai tujuh bagian :
a. Tentang sifat – sifat Allah.
b. Kedudukan Al-Qur’an
c. Melihat Allah di akhirat
d. Perbuatan manusia
e. Antropomorisme
f. Dosa besar
g. Keadilan Allah

Pancasila Mu’tazilah Ajaran Mu’tazilah dikenal dengan al-ushul al-


khamsah, yang oleh Harun Nasution diistilahkan sebagai Pancasila Mu’tazilah.
1) Al-Tauhid
Yang berarti “pengesaan Tuhan”, merupakan prinsip yang paling
uatama dan sekaligus merupakan intisari dari ajaran Mu’tazilah. Sebenarnya
setiap madzhab teologis dalam Islam memegang doktrin al-tauhid ini.
Namun bagi aliran M’utazilah tauhid memiliki arti yang spesifik. Tuhan

9 Mulyani, Sri. Kajian-kajian Ilmu Akhlak.


https://www.academia.edu/31066054/Kajian_Ilmu_Akhlak
Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019

13
harus disucikan dari apa pun yang dapat mengurangi kemahaesaan-Nya.
Hanya Tuhanlah satu – satunya yang Esa dan unik dan tak ada satupun yang
menyamai-Nya. Oleh karena itu hanya Dial ah yang qadim (terdahulu). Bila
ada yang qadim lebih dari satu, maka telah terjadi ta’addud al-
qudama (berbilangnya dzat yang tak berpermulaan.
2) Al’Adl (Tuhan Maha Adil)
Ajaran tentang kadilan ini berkait erat dengan beberapa hal, antara lain :
a) Perbuatan manusia
Menurut Mu’tazilah manusia melakukan dan menciptakan perbuatan
sendiri terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan, baik secara
langsung atau tidak.
b) Berbuat baik dan terbaik
Kewajiban Tuhanlah untuk berbuat baik, bahkan terbaik bagi
manusia. Tuhan tidak mungkin jahat dan aniaya karena akan
menimbulkan kesan Tuhan penjahat dan penganiaya, sesuatu tidak layak
bagi Tuhan.
c) Mengutus Rasul
Mengutus Rasul kepada manusia merupakan kewajiban Tuhan karena
alasan – alasan sebagai berikut :
 Tuhan berlaku baik kepada manusia, dan hal itu tidak dapat terwujud
kecuali dengan mengutus Rasul kepada mereka.
 Al-Qur’an secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk
memberikan belas kasih kepada manusia. Cara terbaik untuk maksud
tersebut adalah dengan mengutus Rasul.
 Tujuan diciptakannya manusia untuk beribdah adalah untuk
beribadah kepada Allah. Agar tujuan tersebut berhasil yaitu dengan
cara mengutus Rasul.
3)   Al-Wa’ad wa al-Wa’id
Ajaran ini berarti janji dan ancaman. Tuhan yang Maha adil dan Maha
bijaksana tidak akan melanggar janji-Nya. Perbuatan Tuhan terikat dan
dibatasi oleh janji-Nya sendiri, yaitu memberi pahala surga bagi yang
berbuat baik (al-muthi) dan mengancam dengan siksa neraka bagi yang

14
durhaka (al-ashl). Begitu pula janji Tuhan untuk memberi ampunan bagi
yang melakukan taubat nashuha pasti benar adanya.
4) Al-Manzilah bain al-Manzilatain
Inilah ajaran yang menyebabkan lahirnya madzhab ini, yakin
berkenaan dengan status orang yang beriman (mukmin) yang melakukan
dosa besar dan belum bertaubat, dengan status bukan lagi Mukmin atau kafir,
munafiq, tetapi fasik. Hanya saja bila belum bertaubat, dia akan dimasukan
ke neraka dan kekal di sana, tetapi siksanya lebih ringan dibanding orang
kafir.
5) Al-‘Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy’an al-Munkar
Ajaran ini menekan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaiakan
kepada kebenaran dan kebaikan. Dan ini merupakan kensekuensi logis dari
keimanan seseorang. Pengakuan keimanan harus dibuktikan dengan
perbuatan yang baik, diantaranya dengan menyuruh orang berbuat baik dan
mencegahnya dari kejahatan. Ajaran ini sangat berpotensi menimbulkan
kekerasan, kekacauan, dan kedzaliman. Sejarah mencatat kekerasan yang
pernah dilakukan Mu’tazilah ketika menyiarkan ajarannya, seperti tentang
kemakhlukan Al-qur’an yang mengorbankan banyak ulama’.
Ajaran ini bukan monopoi konsep Mu’tazilah. Fase tersebut sering
digunakan di dalam Al-Qur’an. Arti asal ma’ruf adalah apa yang telah diakui
dan diterima oleh masyarakat karena mengandung kebaikan dan kebenaran.
Lebih spesifik lagi, al-ma’ruf adalah apa yang diterima dan diakui Allah.
Sedangkan al-munkar adalah sebaliknya. Frase tersebut bararti seruan untuk
berbuat seseuatu sesuai dengan keyakinan sebenar – benarnya  serta
menahan diri dengan mencegah timbulnya perbuatan yang bertentangan
dengan norma tuhan.10
3. Sistem Jabariyah
Landasan pemikiran madzhab ini adalah bahwa pada hakekatnya perbuatan
seorang hamba disandarkan langsung kepada Allah. tidak diminta untuk taat tapi
dipaksa untuk melakukan segala perbuatan di luar kehendak dan usahanya, maka

10 Mulyani, Sri. Kajian-kajian Ilmu Akhlak.


https://www.academia.edu/31066054/Kajian_Ilmu_Akhlak
Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019

15
Allah SWT menciptakan segala perbuatan sebagaimana Dia menciptakan seluruh
materi. Jadi adanya pahala dan siksaan adalah paksaan.
Para sejarawan telah banyak berbicara dan menjelaskan siapa yang sebenarnya
terlebih dahulu memiliki pendapat di atas dan menyebarkannya. Disini kami
tuliskan sedikit pendapat mengenai faham Jabariyah sebagai mana yang di tulis
oleh Al-Murtadha dalam Al-Muriyah wa Al-’Amail.
Ulama pertama , Abdullah Bin Abbas, ketika berbicara di hadapan kaum
Jabariyah di kota Syam. Dia melontarkan kritik ”Mengapa kalian memerintahkan
orang-orang untuk bertaqwa, padahal kalian menyesatkan mereka. Kalian
melarang orang-orang berbuat maksiat tetapi kalian justru memperlihatkan
kemaksiatan. Wahai putra-putra kaum munafik, penolong kaum zhalim, dan
penjaga masjid kaum fasik, kalian hanya berdusta kepada Allah, kalian harus
bertanggungjawab atas dosa-dosa kalian kepada Allah.”
Ulama kedua, Hasan Al-Bashri, berbicara di kota Bashrah, ” Barang siapa
yang tidak beriman kepada Allah serta qodho’ dan qodar-Nya, maka dia telah
kafir. Sesungguhnya Allah tidak kurang apapun, meskipun ditaati ataupun
didurhakai, karena Dia adalah Raja dari segala raja, dan Penguasa dari segala
penguasa. Untuk itu, Allah memberi kebebasan kepada manusia: apakah mau taat
atau durhaka. Jika Allah memaksa makhluk-Nya supaya taat kepada-Nya, maka
mereka tentu tidak akan mendapat pahala. Dan, andaikata mereka dipaksa untuk
berbuat maksiat, maka mereka pasti tidak akan disikasa. Semua orang tidak
dipaksa oleh kehendak Allah. Untuk itu, jika mereka taat kepada Allah, maka Dia
pasti akan menebarkan Rahmat.”   
Pendapat ini sebenarnya sudah mulai muncul pada masa para sahabat, akan
tetapi npada awalnya hanya diucapkan kam musyrik sebagaimana dijelaskan oleh
Al-Quran. Orang Islam ang pertama kali menyebarkan paham ini adalah Al-Ja’d
bin Dirham. Dia menerima faham ini dari orang Yahudi di Syria. Kemudian
disebarkan ke Bashrah, terutama kepada Al-Jahm bin Shafaran. Dalam kitab
Syarah Al-’Uyun, Al-Jahm bin Shafwan menerima suatu ajaran dari Al-Ja’d bin
Dirham yang kemudian dinamakan ajaran al-jahmiyah.sementara itu Al-Ja’d bin
Dirham menerima ajaran tersebut dari Ibnu Sam’an, sedangkan Sam’an
menerimanya dari Thalut bin A’shim al-Yahudi.
4. Al-Jahm membantah bahwa Allah Swt bisa dilihat kelak dihari kiamat

16
Para ulama salaf dan kholaf telah membantah ajaran tersebut, seperti yang
dilakukan hasan Al-Bashri dan sebelumnya Ibnu Abbas. Perlu diketahui ajaran
Jabariyah banyak di ingkari oleh banyak kelompok ulam kalam, ahli fiqih, dan
ahli hadist.
Allah Swt berfirman,  aku akan memalingkan orang-orang yang
menyombangkan dirinya dimuka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda
kekuasan-Ku.jika melihat ayat-Ku, mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika
melihat petunjuk, mereka tidak akan menempuhnya, tetapi jika melihat kesesatan,
mereka justru mendekatinya. Hal itu terjadi karena mereka mendustakan ayat-
ayat Kami   dan selalu lalai darinya. Begitulah, banyak orang yang mencoba
meniti jalan yang disangkanya terang, padahal sebenarnya sesat dan gelap gulita.
5. Sistem Qodariyah
Aliran ini dipelopori oleh Ghoilan Ad-Dimasyqi dan Ma’bad Al-Juhani.
Qodiriyah berasal dari kata qodara ( ‫)قَد ََر‬ yang mengandung arti kemampuan    dan
kekuatan. Kaum Qodariyah adalah golongan islam yang meyakini bahwa manusia
mempunyai kekuatan mutlak dan kebebasan untuk menentukan segala macam
perbuatan sesuai dengan keinginannya tanpa ada intervensi dari tuhan.[9] Jadi
menurut Qodariyah manusia harus bebas menentukn nasibnya sendiri. Manusia
beba memilih amal yang baik dan yang buruk, jadi kalau Allah maha adil
mestinya memberi pahala orang yang beramal baik dan sebaliknya.
Paham Qodariyah berlawanan dengan paham Jabariyah. Menurut paham
Qodariyah, manusia harus bebas dan merdeka memilih amalnya sendiri.
Untuk mengatasi kedua paham yang saling bertentangan, yaitu Qodariyah dan
Jabariyah sebaiknya kita menyimak firman Allah dalam surah al-Ra’d [13] ayat
11,:  
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767].
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya
secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-
amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang

17
menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah. [768] Tuhan tidak
akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab
kemunduran mereka.
6. Sistem Shufiyah
Paham sufiyah yang dilansir para sufi berpendapat bahwa pendidikan akhlaq
tersusun atas tiga fase:
a. Fase takhalli atau  takhliyah, yaitu membasmi sifat-sifat duniawiyah yang
terdapat dalam diri manusia. Takhliyah zhahiriyah  yaitu menjauhkan diri
dari kejahatan tujuh macam anggota maksiat zhahir, ketujuh tersebit
adalah faraj, lisan, tangan, mata, telinga, kaki, dan perut. Kemudian,
manusia melakukan Takhliyah bathiniyah yang didahului dengan taubat
yaitu dengan cara Istigfar, menyesal, dan berjanji tidak akan mengulangi
lagi.
b. Fase Tahalli, mengisi jiwa seseorang dengan jiwa mahmudah yang
merupakan ibadat qolbi. Maka hiasilah diri nkita dengan taqwa, hati yang
bersih, dan sifat siddiq.
c. Fase Tajalli, adalah pengalaman Puncak yang dicari para pecinta Allah.
(
dimana fase ini telah jelaslah Allah dalam kehidupan jiwa, fase ini hasil
usaha  dari fase pertama dan kedua. Meskipun dalam diri manusia
cenderung berbuat kejahatan, namun usaha yang pertama dan yang utama
adalah  menjauhkan diri dari larangan Allah. Meninggalkan  larangan-Nya
lebih berat dari pada mengerjakan perintah-Nya. Hal ini terjadi karena
pengaruh lingkungan. Untuk itu bagi orang tua agar mendidik anaknya
dengan baik mulai sedini mungkin.11

E. Persoalan Akhlaq Masa Kini


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia
sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya;
baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk individual dan
sosial.

11 Mulyani, Sri. Kajian-kajian Ilmu Akhlak.


https://www.academia.edu/31066054/Kajian_Ilmu_Akhlak
Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019

18
Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas
kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap
bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai materiil,
sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai
spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlaq
manusia.
Manusia pasti kehilangan kendali dan salah arah bila nilai-nilai spiritual
ditinggalkan, sehingga mudah terjerumus ke berbagai penyelewengan dan kerusakan
akhlaq, misalnya melakukan perampasan hak-hak orang lain, penyelewengan seks
dan pembunuhan. Nilai-nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran
agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran; yang kesemuanya berfungsi
untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta
anggota masyarakat. Mengejar nilai-nilai materi saja, tidak bisa dijadikan sarana
untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana
yang hebat, karena orientasi hidup manusia semakin tidak mempedulikan
kepentingan orang lain, asalkan materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainya,
akhirnya timbul persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak
memerlukan lagi agama untuk mengendalikan segala perbuatannya, karena
dianggapnya tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan hidupnya.
Persaingan hidup yang tidak sehat, menimbulkan sikap tamak (rakus), yang
sebenarnya merupakan salah satu wujud ketegangan jiwa (stres), sehingga Imam Al-
Ghazaly menyebutnya sebagai istilah min ‘alaamaati marodlilqolbi (sebagian gejala
penyakit jiwa); yang penanggulangannya tidak lain, kecuali menanamkan pada diri
kita sikap kesederhanaan dan perasaan kecukupan (al qonaa’ah). Dan besar
kemungkinan, orang yang terlalu mengejar nilai materi, membuat dirinya kikir (al
bukhlu) yang penanggulangannya tidak lain sikap pemurah (as-sakho’).
Imam Al-Ghazaly membagi tingkatan keburukan akhlaq menjadi empat
macam; yaitu :
1. Keburukan akhlaq yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang
mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jaahil.
2. Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa
meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga
pelakunya disebut al-jaahiludl-dloollu.

19
3. Keburukan akhlaq yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik
baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik.
Maka pelakunya disebut al-jaahiludl-dloollulfaasiq.
4. Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada
umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi
pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan
yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut al-jaahiludl-
dloollulfaasiqusy-syariir.
Menurut Al-Ghazaly, tingkatan keburukan akhlaq yang pertama, kedua dan
ketiga masih bisa dididik menjadi baik, kedua dan ketiga masih bisa dididik menjadi
baik; sedangkan tingkatan keempat, sama sekali tidak bisa dipulihkan kembali.
Karena itu, agama Islam membolehkannya untuk memberikan hukuman mati bagi
pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat umum. Sebab kalau dibiarkan hidup,
besar kemungkinannya akan melakukan lagi hal-hal yang mengorbankan orang
banyak. Disini hanya dikemukakan sebagian kecil keburukan akhlaq yang dilakukan
dengan menggunakan peralatan modern untuk mencapai maksud-maksud jahatnya;
antara lain penggunaan bahkan narkotika bagi remaja-remaja dan pembajakan di atas
pesawat bagi orang dewasa.
Begitu canggihnya peralatan yang digunakan dalam melakukan kejahatan,
membuat petugas keamanan tidak bisa menemukannya, akibatnya dapat menelan
banyak pengorbanan. Maka ukuran kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, tidak
dapat dinilai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki
manusia, kecuali harus disertai dengan nilai-nilai spiritual (agama), yang di
dalamnya terdapat nilai-nilai akhlaq mulia.
Agama Islam tidak melarang manusia memiliki kemajuan disegala bidang
kehidupan, bahkan mewajibkannya, sebagai sarana untuk meningkatkan taraf
hidupnya. Hanya yang dilarang dalam agama, bila kemajuan itu, digunakan untuk
menghancurkan aqidah Islamiyah, dan mendatangkan bencana kehidupan makhluk
di bumi ini. Kalau kita kembali memperhatikan ayat-ayat akhlaq yang bertebaran
dalam Al-Qur’an beserta asbab nuzulnya, maka dapat diperoleh kesan bahwa betapa
hancurnya tatanan hidup masyarakat sebelum datangnya Islam. Kehancuran manusia
yang dihadapi oleh Islam sejak lahirnya, sama keadaannya dengan kehancuran
akhlaq bangsa Romawi dan Persia, yang terkenal dengan ketinggian kebudayaannya.
Lalu dapat lagi dijadikan tolok ukur bahwa ketinggian kebudayaan tidak memberi

20
jaminan untuk melakukan perbuatan yang manusiawi, kecuali kalau manusia itu
tetap melakukan petunjuk agamanya. Banyak sekali petunjuk dalam agama yang
dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki akhlaq manusia; antara lain anjuran untuk
selalu bertaubat, bersabar, bersyukur, bertawakkal, mencintai orang lain,
mengasihani serta menolongnya. Anjuran-anjuran itu, sering didapatkan dalam ayat-
ayat akhlaq, sebagai nasehat bagi orang-orang yang sering melakukan perbuatan
buruk. Itu terbukti bahwa akhlaq buruk dapat dididik menjadi baik, kecuali tingkatan
akhlaq buruk yang keempat tadi. Karena itu, Imam Al-Ghazaly mengatakan: “
Seandainya akhlaq tidak bisa diubah, maka pasti tidak ada manfaatnya memberikan
pesan-pesan, nasehat-nasehat dan didikan “ (Al-Ghazaly, Ihyaa’ ‘Ulumiddin, Juz III-
hl. 54).
Secara normatif, pendidikan akhlaq sudah ada dalam Al-Qur’an dan Hadits,
tinggal kita merumuskannya secara operasional, sehingga dapat diterapkan pada
peserta didik; baik yang menyangkut perkembangan anak manusia, maupun tempat
dilaksanakannya pendidikan itu. (•than mas) - dinukil dari: Drs. Mahjuddin ,”Kuliah
Akhlaq-Tasawuf “, Kalam Mulia.

21
BAB II
KEBURUKAN AHKLAQ DAN DAMPAK NYA TERHADAP SEGALA ASPEK
KEHIDUPAN MANUSIA SERTA UPAYA MEMPERBAIKI NYA

A. Faktor Penyebab Terjadinya Keburukan Ahklaq


Ada tiga macam prinsip yang paling mendasar dalam ajaran Islam, yang mesti
tertanam dalam setiap pribadi muslim; yaitu aqidah, syari’ah, dan ihsan. Mengenai
aqidah, aqidah mendorong manusia untuk selalu mengesakan Allah, beribadah, dan
berbuat baik. Mengenai syariah, syari’ah memberikan kepada kita tuntunan mengenai
cara-cara beridah dan bermuamalah. Dan kemudian ihsan memberikan tuntunan
mengenai cara-cara berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk terhadap Allah
dan terhadap makhluk-Nya.
Persoalan akhlak harus menjadi sifat utama dalam setiap individu, untuk
mendorong segala macam perbuatannya. Dan akan terganggu peradaban manusia oleh
keburukan moral manusia, sehingga harapannya untuk mencapai kebahagian dalam
hidupnya tidak akan tercapai.12

12 Arifin, Achamd Choirul. Makalah Faktor Penyebab Pembentukan Akhlaq.


https://komunitasmahasiswaiais.weebly.com/makalah/makalah-faktor-penyebab-pembentukan-
akhlaq Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019

22
Dari persoalan yang terjadi mengenai keburukan moral atau akhlak, penulis
menyimpulkan ada tiga hal yang melatar belakangi terjadinya keburukan akhlak,
diantaranya;
ُ‫( ال ِّر ْفقَةُ ال َّسيِّئَة‬Pergaulan bebas yang buruk)

Salah seorang sahabat nabi yang bernama ‘Alqamah sangat berhati-hati


terhadap pergaulannya dengan mengatakan, temanmu yang akhlaknya buruk jangan
dijadikan sahabatmu, sahabat yang baik adalah dapat menasehati bila engkau
melakukan perbuatan buruk. Bahkan dikatakan bahwa jika ada musuh yang bisa
mendekatkanmu kepada Allah, maka hal itu lebih baik dari pada teman akrab yang
menjauhkan kamu dari Allah.
Pergaulan yang buruk dengan teman sebaya, sangatlah berbahaya terhadap
perkembangan akhlaknya. Begitu pentingnya memilih teman pergaulan, maka
Rasulullah SAW, sering mengingatkan dengan mengatakan :
ْ‫اَ ْل َمرْ ُء َعلَى ِد ْي ِن خَ لِ ْيلِ ِه فَ ْليَ ْنظُ ُر أَ َح َد ُكم َم ْن يُ َخالِل‬
“Agama yang dianut oleh seseorang dapat dilihat dari agama (yang dianut) oleh teman
pergaulannya, (sifat buruk seseorang dapat dicontoh oleh temen sepermainannya).
HR. Abu Daud.
ِ ‫اَلتَّأ َ ُّش ُر بِالتِّيَا َرا‬
‫ت اللفِ ْك ِريَّ ِة‬
(akibat dari buku bacaan, tontonan dan pengaruh pemikiran hedonime)
Kemudian, kemerosotan akhlak akibat dari buku bacaan, tontonan, dan
pemikian hedonime, sangat gampang merasuk ke dalam pergaulan generasi muda.
Pergaulannya dengan teman-temannya lebih tinggi frekuensinya di bandingkan
dengan pergaulan dengan orang tuanya di rumah, ini menjadi pekerjaan yang berat
bagi orang tua. Dari pergaulannya di luar rumah ia mendapatkan buku bacaan,
tontonan negatif dan pemikiran hedonisme yang dapat mempengaruhi pemikiran,
sikap, dan perilakunya.

‫ضعْفُ التَّ ْن ِشأ َ ِة التَّرْ بَ ِويَّ ِة‬


َ ( Lemahnya tingkat pendidikan generasi mudanya )

Dan yang terakhir yaitu mengenai rendahnya pendidikan generasi muda,


menyebabkan rendahnya iman dan ibadah pada dirinya, kemudian kecenderungan
nafsunya tidak dapat dikendalikan lagi. Ia tidak lagi memiliki rasa malu dan rasa
sabar, kecuali hanya mampu menuruti keinginannya. Di tambah dengan pergaulan

23
yang bebas dan buku bacaan dan tontonan yang buruk maka inilah yang menjadi
landasan terjadinya keburukan akhlak.13
Dari ketiga hal tersebut maka akan menimbulkan sifat-sifat yang buruk yang
tentu akan merusak peradaban manusia yaitu sifat Al-Akhlaku al- Madhmumah atau
perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk yang lain.
Maka itu akan membuat suatu kehancuran akhlak dalam bermasyarakat dan
persaudaraan, bahkan itu akan membuat suatu kebinasaan dalam sebuah bangsa sepeti
yang dikatakan Syauqi Bey, bahwa

‫ت اَ ْخاَل قُهُ ْم َذهَبُوْ ا‬


ْ َ‫ت فَا ِء ْن هُ ُموْ ا َذهَب‬ ُ ‫اِنَّ َمااألُ َم ُم األَ ْخاَل‬
ْ َ‫ق َما بَقِي‬
Artinya: “kekalnya suatu bangsa selama kekalnya akhlak, jika akhlaknya lenyap,
musnah pula lah bangsa itu”.

Akhlak buruk perorangan hanya berdampak negatif lebih kepada dirinya


sendiri, namun lain cerita jika itu menjadi akhlak buruk suatu bangsa maka dampak
negatifnya akan sangat luas. Dan suatu bangsa yang bermoral buruk, akan merusak
agamanya karena sering terjadi pelanggaran agama yang dilakukan oleh
masyarakatnya, sehingga agama hanya menjadi mainan umatnya, Pada sejatinya
agama harus difungsikan sebagai alat pengendali dan pengontrol bagi perbuatan
manusia.
Akhlak buruk juga mempengaruhi keamanan masyarakat seperti terjadinya
pencurian, pembunuhan dan lain sebagainya. Kehidupan masyarakat yang seharusnya
mewujudkan sikap saling menolong dan saling memanfaatkan kemampuan masing-
masing anggota msyarakat, tidak dapat terwujud, lantaran terganggu oleh keburukan
akhlak bangsa.
Islam datang untuk membina dan mendidik manusia bagai khalifah Allah di
bumi ini. Menanamkan perilaku baik, dilaksanakan di rumah tangga dan di
masyarakat. Ibnu Taymiyyah mengungkapkan, bahwa keburukan akhlak seseorang
karena hatinya kosong dari pendidikan dan ilmu pengetahuan, yang disebut sebagai
orang yang memiliki hati yang sakit atau mati. Oleh karena itu pendidikan iman,

13 Arifin, Achamd Choirul. Makalah Faktor Penyebab Pembentukan Akhlaq.


https://komunitasmahasiswaiais.weebly.com/makalah/makalah-faktor-penyebab-pembentukan-
akhlaq Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019

24
ibadah dan pemberian ilmu pengetahuan agama harus senantiasa ditekankan dari
semenjak usia dini agar menjadi kebiasaan dan menjadi sebuah akhlak yang baik.

‫ك َوأِ َّما أَ ْن‬


َ •َ‫ك أِ َّما أَ ْن يَ ْخ• ِذ ي‬
ِ •‫ فَ َح• ا ِم• ُل ْال ِم ْس‬,‫•ر‬
ِ •‫خ ال َك ْي‬ ِ ‫ْس اسُّوْ ِء َك َحا ِم ِل ْال ِم ْس‬
ِ ِ‫ك َونَ••اف‬ ِ ‫ح َوا ْل َجلِي‬ ِ ‫انَّ َما َم َش ُل ال َجلِي‬
ِ ِ‫ْس الصَّا ل‬
ً‫ك َواِ َّما أَ ْن يَ ِج َد ِم ْنهُ ِر ْيحًا خَ بِ ْيثَة‬ َ ِّ‫ َونَافِ ُخ ْال َكي ِْرأَ ْن يُ َحر‬,ً‫طيِّبَة‬
َ َ‫ق ِشيَا ب‬ َ ‫تَ ْبتَا َع ِم ْنهُ َوأِ َّما أَ ْن يَ ِج َد ِم ْنهُ ِر ْيحًا‬
“Sesungguhnya perumpamaan teman baik dengan teman yang buruk (akhlaknya),
bagaikan orang yang sedang membawa minyak wangi dengan orang yang sedang
meniup api dapur. Kepada orang yang membawa minyak wangi; apakah ia
mendekatimu, ”atau engkau (yang mendekatinya) karena engkau akan membelinya,
atau engkau akan mendapatkan bau harumnya. Lalu kepada orang sedang meniup api
dapur, apakah api itu akan menghanguskan pakaianmu, atau engkau sendiri yang akan
merasakan panasnya api tersebut”. H.R Bukhari.

B. Dampak Negatif dari Perbuatan Ahklaq Buruk


Terdapat bebarapa dampak negatif dari perbuatan akhlaq buruk diantaranya :
1. Perbuatan akhlaq buruk merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah.
2. Orang yang perbuatan akhlaq buruk akan mengundang bagi dirinya rasa gelisah,
gundah, dan sempit, dan menularkan bagi orang lain kejelekan.
3. Orang yang perbuatan akhlaq buruk akan dijauhi oleh orang-orang disekitar nya.
4. Orang yang perbuatan akhlaq buruk akan memiliki banyak musuh.

C. Upaya upaya Penanggulangan perbuatan ahklaq buruk


Adapun konsep yang dikatakan oleh Al-Hazmi sebagai konsep upaya-upaya
penanggulangan akhlak buruk yang diberi istilah ‫ اَ ْل َم ْنهَ ُج ْال ِعاَل ِج ُّي ِللفَ َس•••ا ِد ُجلُقِ ِّي‬yang
meliputi beberapa upaya, antara lain:
a. Menyebarluaskan tuntunan ilmu agama (‫) نَ ْشر ُْال ِع ْل ِم الشَرْ ِع ِّي‬,
ِ ‫ق ْالعُقوْ بَا‬
b. Menerapkan secara konsisten sanksi hukum agama ( ‫ت ال َّشرْ ِعيَّ ِة‬ ْ ‫) ت‬,
ُ ‫َطبِ ْي‬
ِ ‫) ُحسْنُ ا ْستِ ْغاَل ِل ْال َم َس‬,
c. Menghidupkan kegiatan agama dan sosial di masjid ( ‫اج ِد‬
d. Memberdayakan sarana informasi ( ‫)ا ْستِ ْغاَل ُل َو َسائِ ِل ااْل ِءعْاَل ِن‬,
e. Memperluas wawasan pemikiran ( ‫ظ ِر‬َ َّ‫) بُ ْعدُالن‬,
f. berupaya untuk menjaga dan membenahi diri masing-masing warga negara
ِ ‫)جهَادُالنَّ ْف‬,
(‫س‬ ِ
g. Bergaul dengan orang-orang yang baik perilakunya ُ‫) )الرِّ ْفقَةُ الصَّالِ َحة‬.14
14 Malik, Muhamad Rizki. Upaya – Upaya Penanggualangan akhlak buruk.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatim. (2007). Studi Akhlaq dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah.
Al Ghazali, Muhammad. (1995). Akhlak Seorang Muslim, terj. Abu Laila &
muhammad Tohir. Bandung: PT. Alma’arif.
Al Hasyimi, Abdul Mun’im. (2009). Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim.
Jakarta: Gema Insani.
Amin, Ahmad. (1983) Etika Ilmu dan Akhlaq. Jakarta: Pustaka Panji Mas.
Arifin, Achamd Choirul. (2015). Makalah Faktor Penyebab Pembentukan Akhlaq.
https://komunitasmahasiswaiais.weebly.com/makalah/makalah-faktor-penyebab-
pembentukan-akhlaq Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019
Asmaran. (1994). Pengantar Studi Akhlaq. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Malik, Muhamad Rizki. (2006). Upaya – Upaya Penanggualangan akhlak buruk.
http://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/?p=959. Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019
Mulyani, Sri. (2011). Kajian-kajian Ilmu Akhlak.
https://www.academia.edu/31066054/Kajian_Ilmu_Akhlak
Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019

http://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/?p=959. Diakses pada Jumat, 13 Desember 2019

26
27

Anda mungkin juga menyukai