Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : AKIDAH AKHLAK

B. Kegiatan Belajar : SUMBER AKHLAK DAN IMPLEMENTASINYA


(KB 2)
C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

A. Akhlak al-Karimah
1. Pengertian Akhlak al-Karimah
Konsep Menurut bahasa kata Akhlak dalam bahasa Arab
1 (Beberapa istilah merupakan jama’ dari ‫( قلخ‬khuluqun) yang
dan definisi) di KB
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, sopan
santun atau tabiat. Kata
tersebut mengandung segi persesuaian dengan perkataan‫قلخ‬
(khalqun) berarti kejadian, yang juga erat hubungannya
dengan ‫( قالخ‬khalik) yang berarti pencipta, demikian pula ‫قولخم‬
(makhluqun) yang berarti yang diciptakan. Perumusan
pengertian akhlak timbul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara khalik
dengan makhluk (Mushtofa, Akhlak Tasawuf, 2008:
11)
Adapun secara istilah, berikut adalah definisi akhlak menurut
para ahli:
 Ibnu Miskawih

“Akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong tindakan -


tindakan tanpa perlu berpikir dan pertimbangan lagi”

 Al-Ghazali
“Akhlak ialah gambaran keadaan jiwa berupa sifat-sifat
yang sudah mendarah daging yang mendorong
dilakukannya perbutan-perbuatan dengan mudah lagi
gampang tanpa berfikir panjang”
 Prof. Dr. Ahmad Amin
Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan, bukan
perbuatan yang tidak ada kehendaknya. Seperti bernafas,
denyut jantung, kedipan mata dan lain-lain.
Akhlak merupakan perbuatan yang mudah dilakukan
karena telah didik dengan membiasakannya dalam
kehidupan sehari-hari. Perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja dan melalui ikhtiar.
Pelakunya mengetahui baik atau buruk dari perbuatan
yang dilakukannya. Karena perbuatan akhlak juga
termasuk perbuatan yang kelak akan dipertanggung-
jabawkan di hadapan Allah Swt.

2. Dalil Akhlak al-Karimah


Hadis ini menjadikan rujukan kuat agar bisa melihat
gambaran Akhlak Rasulullah adalah dengan melihat
seluruh isi kandungan Al-Qur’an. Seluruh kebaikan
dalam Al-Qur’an adalah wujud akhlak Rasulullah. Ayat
dalam Al- Qur’an yang dapat menggambarkan akhlak
Rasulullah sangat banyak, di antaranya adalah sebagai
berikut:

‫لال اوجري ناك نمل ةنسح ةوسا ا‬


‫لال لوسر يف‬ ‫لال ركذو رخاال مويالو ا‬
‫اريثك ا‬
‫مكل ناك دقل‬

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan


yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang
banyak mengingat Allah. (Q.S. al-Ahzab [33]: 21)

Ayat ini menggambarkan secara umum dalam diri


Rasulullah terdapat Akhlak yang baik, dan dalam hadis
sebelumnya menunjukkan bahwa akhlak Rasulullah
adalah Al-Qur’an. Artinya, Al-Qur’an dan Rasulullah tidak
bisa dipisahkan dan saling menguatkan.
Salah satu tugas Rasulullah di utus ke dunia adalah
untuk memperbaiki akhlak dan mengajarkan
akhlak yang baik kepada seluruh manusia. Hal ini
tertuang dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad,
nomor hadis 381 sebagai berikut: ْ

‫ إ ِ ن َّ َم ا ُب ُ ِع ث ت َِِل ُت َم ِ َم صَ ا ل ِحِ اْل َخ َال ق‬:‫ص ل َّ ى ال َّل ُْ ا ِ ع َ ل َ ي َه َو سَ ل َّ م‬


َ ‫ َ ق َ ا ل ُرسو ل ا ل َّل ِْ ا‬:‫عَ نأ َب ِ ي َ يرة ه ُ َر ق َ ال‬

Dari Abu Hurairah Berkata: Rasulullah saw. Bersabda:


“Sesungguhnya aku
(Rasulullah saw.) diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang baik.” (HR.Ahmad 2/381)

3. Ciri-ciri dan Contoh Akhlak al-Karimah


Dalam mengatur hubungan ini, akhlak dibagi menjadi
beberapa hubungan.
a. Akhlak Manusia terhadap Dirinya
Akhlak ini mendorong seriap individu memelihara
dirinya secara fitrah, memenuhi hak, dan menjaga
dari perbuatan dosa.
b. Akhlak Manusia terhadap Allah
Sebagai makhluk, menghamba kepada pencipta
adalah fitrah yang pasti akan dilakukan.
c. Akhlak Manusia terhadap Sesama Manusia
Sebagai makhluk sosial yang satu sama lain saling
bergantung, maka menjaga hati dan perasaan
orang lain adalah bagian dari akhlak terhadap
sesama. Saling tolong-menolong dan berbagi
dalam kebaikan juga hal yang penting dilakukan.
d. Akhlak Manusia terhadap Makhluk Lain
Hubungan dengan makhluk lain yang Allah
ciptakan diatur sedemikian rupa agar saling
memberikan kebaikan.

4. Hikmah Mempelajari Akhlak al-Karimah


Salah satu Hikmah mempelajari akhlak al -karima adalah
seluruh manusia bisa belajar bahwa hubungan baik perlu
dibangun dan dijalin dengan kemuliaan agar tercipta
suasana masyarakat yang tentram dan saling
menghargai.

B. Quwwah al-Ilmi
Ibnu Miskawaih menjelaskan bahwa di dalam jiwa seseorang
ituterdapat tiga kekuatan (al-quwwah) yang sangat penting
dalam membentuk akhlak manusia. Sementara Imam Al-
Ghazali menyebutkan sebagai Ummahat al -Akhlaq wa
Ushuluha dengan ditambahkan satu kekuatan (al-quwwah)
sehingga genap menjadi empat kekuatan (al-quwwah) (Al-
Ghazali, Ihya Ulum ad-Din/Rubuu’ al-Muhlikat, 2005; 936).
1. Pengertian Quwwah al-Ilmi
Quwwah al-Ilmi adalah kekuatan yang berasal dari akal.
Quwwah al-Ilmi ini memiliki buah berupa hikmah
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah al-
Baqarah [2] ayat 269: ْ

َ ‫ِير ا َو َم ا ي َ ذ َّ كَّ ر ُ إ ِ َّال أ ُو ل ُو ال ي ُؤ ت ِي ال حِ ك َم ة َ َم ن ي َ شَاء ُ َو َم ن ي ُؤ ت َ ال حِ ك َم ة‬


ً ‫كَ ث‬
ُ َ َ َ
‫َخ ي ًر ا ِ أ ل ب َ اب ف ق د أ و ت ِي‬
“Dia berikan hikmah kepada yang Dia kehendaki dan
Siapa yang diberikan al-hikmah maka sesungguhnya dia
telah diberikan kebaikan yang sangat banyak. Dan hanya
orang-orang memiliki akal fikiranlah yang mampu
memahaminya”. (Q.S. al-Baqarah [2]: 269)

Quwwah al-Ilmi mencakup empat turunan, yakni:


husnu at-tadbir (baik pemikirannya), judat adz-dzihn
(jernih pemikirannya), tsiqabah ar-ra’yi (tajam
pemikirannya) dan shawab azh-zhann (tepat
pemikirannya). (Al-Ghazali, Mizan al-‘Amal, 1964; h. 284)
Dalam kehidupan sehari-hari Quwwah al-Ilmi yang
diturunkan menjadi hikmah memiliki gambaran yang bisa
kita saksikan. Di antaranya adalah jika kita dapati seorang
guru yang dapat dengan tenang menghadapi berbagai
kondisi, padahal dalam keadaan yang genting, bahkan
saat mengambil keputusan malah memberikan keputusan
yang baik
2. Hikmah Mempelajari Quwwah al-Ilmi
Hikmah dari mempelajari Quwwah al Ilmi adalah banyak
orang beriman yang bijaksana dan menentramkan, ini
juga membuat kehidupan menjadi saling memberi
kebaikan.

C. Quwwah al-Ghadhab
1. Pengertian Quwwah al-Ghadhab
Quwwah al-Ghadhab merupakan dorongan manusia untuk
menolak yang tidak disenangi dan mendapatkan
kenikmatan yang bersifat abstrak dan batin. Dimana ia
bisa menghasilkan sifat utama yang dapat menjadi
sumber akhlak yang mulia serta menumbuhkan kebaikan -
kebaikan yakni sifat saja’ah (keberanian) (Al-Ghazali,
Ihya Ulum ad-Din/Rubuu’ al-Muhlikat, 2005; 936).

2. Turunan Quwwah al-Ghadhab


Syaja’ah menurut al-Ghazali dalam kitab Mizan al-Amal
meliputi banyak sifat turunannya, di antaranya adalah:
a. Al-Karam (kebaikan budi), yaitu berani mengambil
sikap moderat untuk mengambil atau menerima keputusan
penting dalam berbagai masalah yang menyangkut
kemaslahatan besar dan urusan-urusan mulia.
b. An-Najdah (membantu, menolong), yaitu berani dalam
membantu atau menolong siapapun, apalagi menolong hal
yang benar, baginya merupakan jihad.
c. Kibr an-Nafs (berjiwa besar), bukan sombong juga
bukan rendah dirI (mider).
d. Al-Ihtimal (ketahanan dalam bekerja), berani
bertanggung jawab menahan
diri dalam menjalankan tugas, meski dirasa sangat berat.
e. Al-Hilm (santun), ia dapat menahan emosi yang
biasanya meledak-ledak, tidak terpancing dalam keadaan
apapun dan marah. Sikapnya tetap santun dalam
menghadapi semua orang, ia sudah dapat lepas dari sikap
buruk dalam menghadapi orang lain atas gejolak jiwa, suka
dan tidak suka.
g. Al-Wiqar (tenang), menahan diri dari berbicara secara
berlebihan, kesia-siaan, banyak menunjuk dan bergerak
dalam perkara yang tidak membutuhkan gerakan.

3. Dalil Quwwah al-Ghadhab


Quwwah al-Ghadhab yang diturunkan dalam bentuk saja’ah
akan membentuk jiwa seseorang menjadi berani dan kuat,
tentu ini akan membuatnya tidak lemah dan tidak mudah
bersedih. Hal ini adalah yang seharusnya dimiliki seorang
muslim sebagaimana surah Ali Imran [3] ayat 139 sebagai
berikut:
‫او َال َ تح زَ ن ُو ا ُ َو ا َن ت ُ َم اال َ ع ل َ و ن اِن ك ُ ن ت ُ َم م ؤ ِم ن ِي ن‬
َ ‫َو َال ت َ ِه ن ُو‬
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula)
bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang beriman. (Q.S. Ali Imran [3]: 139)

4. Contoh Quwwah al-Ghadhab dalam Kehidupan


Sehari-hari
Quwwah al-Ghadhab yang diturunkan dalam bentuk saja’ah
akan membentuk jiwa seseorang menjadi berani dan kuat.
Hal ini membuat contoh yang dapat kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari adalah pada sifat berani
menyampaikan atau melaporkan kecurangan yang
dilakukan orang lain dalam rangkan memperbaiki tatanan
kehidupan.

5. Hikmah Mempelajari Quwwah al-Ghadhab


Hikmahnya adalah Islam bisa sampai pada kita melalui
keberanian umat Islam terdahulu mendakwahkan Agama
Islam. Sebagai pendidik perlu menjadikan materi ini sebagai
modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta didik.
Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan memuliakan diri
sendiri, Allah, sesama manusia dan makhluk lain. Serta
sebagai bahan mengajak orang lain mempelajari sumber
terbentuknya akhlak, yaitu Quwwah al-Ghadhab.

B. Quwwah asy-Syahwah (Potensi Syahwat)


Al-Quwwah asy-Syahwah yaitu kekuatan yang ada dalam
diri manusia yang mendorong perbutan-perbuatan untuk
memperoleh kenikmatan-kenikmatan yang bersifat zhahir,
yang dinspirasi oleh panca indranya seperti: mencarI
makanan dan minuman, mencintai lawan jenis dan lain -
lainnya. Quwwah asy-Syahwah yang baik disebut al-iffah.
ffah merupakan akhlaq yang sangat dicintai oleh Allah Swt.
Oleh sebab itulah sifat ini perlu dilatih sejak anak-anak
masih kecil, sehingga memiliki kemampuan dan daya tahan
terhadap keinginan-keinginan yang tidak semua harus
dituruti karena akan membahayakan saat telah dewasa.
Dari sifat 'iffah inilah akan lahir sifat-sifat mulia. Diantara
sifat-sifat terpuji turunan dari sifat 'Iffah adalah sebagai
berikut:
a. ‫الحياء‬/haya’, adalah sifat malu untuk meninggalkan
perbuatan yang diperintahkan oleh Allah Swt.
b. . ‫القناعة‬/qana'ah, adalah sifat menerima atau merasa
cukup atas karunia Allah Saw., sekaligus menjauhkan
diri dari sifat tidak puas dan merasa kekurangan yang
berlebih-lebihan.
c. c. ‫السخاء‬/sakha’, yaitu sifat dermawan senanga
memberikan harta dalam kondisi memang wajib
memberi, sesuai kepantasannya dengan tanpa
mengharap imbalan dari yang diberi dal am bentuk
apapun seperti pujian, balasan, kedudukan, ataupun
sekedar ucapan terima kasih (QS.Al-Insan/76:9).
d. ‫الورع‬/wara’, yaitu meninggalkan hal-hal yang syubhat
karena khawatir membahayakan nasibnya di akhirat
kurang baik. Meninggalkan yang syubhat, yakni sesutau
yang hukumnya belum jelas halal atau haram yang
berlaku dalam semua aktifitas manusia, baik yang
berupa benda maupun perilaku.
C. Quwwah al-‘Adalah
Al-Quwwah al-‘Adalah, sebuah kekuatan penyeimbang
dari ketiga kekuatan jiwa sebelumnya (Al -Ghazali, Ihya
Ulum ad-Din/Rubuu’ al-Muhlikat, 2005; 935). Sementara
Ibnu Miskawaih meskipun tidak 15 menyebutkan secara
khusus adanya Al-Quwwah al-‘Adalah, tetapi dalam
penjelasnnya juga mengkaitkannya dengan ketiga
kekuatan jiwa tersebut.

E. Iman sebagai Pondasi Amal Saleh dan


Implementasinya

Nilai-nilai keimanan dan ubudiyyah yang harus melekat dan


mendasari amal, sehingga amal kita dapat dikategorikan
sebagai amal saleh. Manusia diciptakan oleh Allah Swt.
tujuannya adalah supaya beribadah hanya kepada-Nya.
Sebagaimana dinyataka dalam Al-Qur’an surah adz-
Dzariyat [51]: 56 sebagai berikut: ِْ

‫اْل ن س َ إ ِ َّال لِ ي َ ع ب ُدُون‬


ِ ‫َو َم ا َخ ل َ ق ت ُ ال ِج ن َّ َو‬

Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk


beribadah kepada-ku. Dalam ajaran Islam yang dibawakan
oleh Nabi Muhammad saw., yakni amal yang dibingkai
dengan iman; diawali rencana yang matang dan tawakkal,
niat yang ikhlas, dikerjakan dengan sabar dan/atau syukur,
serta akhirnya dapat menerima (rida) hasilnya sebagai
bagian dari takdir Allah Swt.
2. Pengertian Amal Saleh
Menurut bahasa “Amal Saleh”, berarti perbutan yang baik,
bermanfaat, elamat, atau cocok. Sedang menurut istilah
terdapat beberapa definisi. Menurut Zamahsyari’ amal
saleh diartikan sebagai semua perbuatan yang sesuai
dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Amal saleh
juga disefinisikan sebagi perbuatan baik yang dilakukan
seseorang karena Allah Swt.
3. Sabar dalam Beramal Saleh
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sabar berarti tahan
menghadapi. cobaan, tidak lekas marah, putus asa atau
patah hati. Sebenarnya kata sabar berasal dari bahasa
Arab, yaitu sabara-yashbiru-shabran yang artinya menahan.
Kata lainnya adalah alhabs yang artinya menahan atau
memenjarakan. Sedangkan menurut istilah sabar
didefinisikan oleh para ulama, antara lain:
a) Sabar adalah sikap tegar dalam menghadapai ketentuan
dari Allah. Orang yang sabar menerima segala musibah
dari Allah dengan lapang dada;
b) Sabar adalah keteguhan hati yang mendorong akal
pikiran dan agama dalam menghadapi dorongan-
dorongan nafsu syahwat; c). Sabar adalah tabah hati
tanpa mengeluh dalam menghadapi godaan dan
rintangan dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka
mencapai tujuan.

3. Syukur atas Nikmat Allah


kata syukur berasal dari bahasa Arab yakni dalam bentuk
mashdar dari kata kerja syakara–yasykuru– syukran–wa
syukuran–wa syukranan. Secara bahasa berarti pujian atas
kebaikan
dan penuhnya sesuatu. Syukur juga berarti menampakkan
sesuatu kepermukaan. Dalam hal ini menampakkan
sesuatu kepermukaan, yakni menampakkan nikmat Allah.
Sedangkan menurut istilah syukur adalah pengakuan
terhadap nikmat yang
dikaruniakan Allah yang disertai dengan kedudukan
kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai
dengan tuntunan dan kehendak-Nya.
Dalam hal ini, hakikat syukur adalah “menampakkan
nikmat,” dan sebaliknya hakikat kekufuran adalah
menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara
lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai
dengan yang dikehendaki oleh pemberi-Nya, juga
menyebut-nyebut nikmat dan pemberi-Nya dengan
lidah. M. Quraish Shihab menegaskan bahwa syukur
mencakup tiga sisi. Pertama, syukur dengan hati, yakni
kepuasaan batin atas anugerah. Kedua, syukur dengan
lidah, yakni dengan mengakui anugerah dan memuji
pemberinya.

4. Rida atas Ketetapan Allah


Menurut bahasa kata ‫( الرضا‬rida) berasal dari bahasa Arab
yang berarti senang, suka, rela. Ia merupakan lawan dari
kata ‫( السخط‬al-sukht) yang berarti kemarahan, kemurkaan,
rasa tidak suka. Orang yang ‫( الرضا‬rida) berarti orang yang
sanggup melepaskan ketidaksenangan dari dalam hati,
sehingga yang tinggal di dalam hatinya hanyalah
kesenangan.
Menurut istilah para ulama rida didefinisikan antara lain
oleh: a) Dzunnun Al-Miṣri, beliau mengatakan bawa rida
ialah kegembiraan hati dalam menghadapi qadha tuhan; b)
Ibnu Ujaibah mengatakan bahwa rida adalah menerima
kehancuran dengan wajah tersenyum, atau bahagianya hati
ketika ketetapan terjadi, atau tidak memilih-milih apa yang
telah diatur dan ditetapkan oleh Allah, atau lapang dada
dan tidak mengingkari apa-apa yang datang dari Allah; c)
Al-Barkawi berpendapat bawa rida adalah jiwa yang bersih
terhadap apa-apa yang menimpanya dan apa-apa yang
hilang, tanpa perubahan; d) Ibnu Aṭaillah as-Sakandari
berkata, “rida adalah pandangan hati terhadap pilihan Allah
yang kekal untuk hamba-Nya, yaitu, menjauhkan diri dari
kemarahan.

5. Hikmah Mempelajari Amal Saleh


Hikmahnya adalah seluruh umat muslim dapat terus
berbuat yang baik, kebaikannya diniatkan sebagai amal
saleh yang juga sebagai bekal di kehidupan berikutnya.
Sebagai pendidik perlu menjadikan materi ini sebagai
modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta didik.
Pelajaran penting ini bias sebagai bahan memuliakan diri
sendiri, Allah, sesama manusia dan makhluk lain. Serta
sebagai bahan mengajak orang lain beramal saleh.
F. Tawakkal
1.Pengertian Tawakkal

Menurut bahasa kata tawakkal diambil dari Bahasa Arab


‫( ال ت ََو ك ل‬tawakkul) dari akar kata َْ ‫( َو كَل‬wakala) yang berarti
lemah. Adapun ‫( ال ت ََو ك ل‬tawakkul) berarti menyerahkan atau
mewakilkan. Seperti seseorang mewakilkan urusan
kepada orang lain atau menggantikannya. Artinya, dia
menyerahkan suatu perkara atau urusannya dan dia
menaruh kepercayaan kepada orang itu mengenai urusan
tadi.
Secara istilah tawakkal telah didefinisikan oleh ulama,
antara lain Imam al- Ghazali. Beliau menyebutkan dalam
kitab Ihya’ Ulumuddin pada bab at-Tauhid
wa at-Tawakkal, bahwa tawakkal itu adalah hakikat tauhid
yang merupakan dasar dari keimanan, dan seluruh bagian
dari keimanan tidak akan terbentuk
melainkan dengan ilmu, keadaan, dan perbuatan.
Begitupula dengan sikap tawakkal, ia terdiri dari suatu
ilmu yang merupakan dasar, dan perbuatan yang
merupakan buah (hasil), serta keadaan yang merupakan
maksud dari tawakkal.

2. Dalil tentang Tawakkal


Allah Swt. berfirman:ْ
ُ ‫ْا ل َّل ِْ لِن ت َ ل َ هُ م َو ل َ و ك ُ ن ت َ ف َ ظًّ ا غ َ لِيظ َ ال ق َ ل ب ِ َال ن ف َض وا ِم ن َح و لِك َ ف َ اع ف‬
‫عَ ن هُ م ف َ ب ِ َم ا َر ح َم ة ٍ ِم ن َ ا َو اس ت َغ ف ِر‬
َ ‫ْا ل َّل َْ ي ُحِ ب ال مُ ت ََو ِك لِي ال َّل ِْ إ ِ ن َّ ا ل َ هُ م َو شَا ِو ر ه ُم ف ِي اْل َم ر ِ ف َ إ ِذ َ ا عَ زَ م ت‬
‫ف َ ت ََو كَّ ل ع َ ل َ ى ا َن‬
Maka sebab rahmat dari Allah, Engkau bersikap lemah
lembut kepada mereka. Seandainya Engkau bersikap
kasar lagi keras hati, niscaya mereka
akan pergi dari sekelilingmu. Sebab itu maafkan mereka,
mintakan ampunan baginya dan ajaklah bermusyawarah
mereka dalam urusan itu (menentukan strategi perang).
Lalu apabila Engkau telah memiliki tekad yang bulat, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang bertawakkal (Q.S. Ali Imran
[3]: 159).

3. Ciri-ciri Tawakkal
Memohon pertolongan dan Bertawakkal tidaklah berarti
meninggalkan upaya, bertawakkal mengharuskan
seseorang meyakini bahwa Allah yang mewujudkan segala
sesuatu, sebagaimana ia harus menjadikan kehendak dan
tindakannya sejalan dengan kehendak dan ketentuan
Allah Swt. Seorang
muslim dituntut untuk berusaha tetapi di

4. Contoh Tawakkal dalam Kehidupan Sehari-hari


Selalu bersyukur jika mendapatkan nikmat dari Allah swt,
dan bersabar apabila mendapatkan musibah. Selalu
berdoa dan menyerahkan diri atas apa yang kita usahakan
sebelumnya. Selalu berprasangka baik terhadap Allah
SWT atas kejadian atau apa yang kita terima

5. Hikmah Mempelajari Tawakkal


Hikmah adanya tawakal ini adalah orang beriman akan
lebih ringan dalam menjalankan aktivitas kehidupan,
karena sudah meyakini bahwa hasilnya adalah segala
kebaikan dari Allah.
Daftar materi 1. Quwwah al-‘Adalah
2 pada KB yang 2. Quwwah al-Ghadhab
sulit dipahami

Daftar materi yang


sering mengalami 1. Qanaah dan tawakkal
3 miskonsepsi
2. Ikhlas dan ridha
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai