2)
)انما بعثت التمم مكارم االخالق (رواه احمد
‘Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak. HR Ahmad)
Pendahuluan
Akhlak merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat Penting dan
mendasar. Hal ini dibuktikan dengan diutusnya Rasulullah saw ke muka bumi ini
yang tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia, sebagimana
tertuang dalam hadits dia atas.
Berdasarkan hadits di atas, dapat dilihat bahwa sesungguhnya akhlak yang mulia
bukan hanya diperuntukkan bagi umat muslim saja, namun bagi seluruh manusia.
“dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”. QS. Al Anbiyaa: 107
Ayat dan hadits di menyiratkan satu isyarat bahwa Rasulullah saw diutus untuk
akhlak manusia yang merupakan kunci untuk mendapatkan rahmatAllah swt.
Akhlak mulia menjadi salah satu perintah vital di dalam Al Qur’an yang
dilaksanakan dengan meneladani Rasulullah saw. Allah berfirman
1
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak
berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak
sama seperti jasad yang tidak bernyawa.karena salah satu misi yang dibawa oleh
Rasulullah saw ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak
zaman para nabi yang terdahulu mulai pada jaman penyembahan berhala oleh
pengikutnya yang telah menyeleweng.
Hal ini juga berlaku pada zaman jahilliyyah dimana akhlak manusia telah
runtuh,perangai umat yang terdahulu dengan tradisi meminum arak, membuang
anak, membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati, menindas, suka menjolimi
kaum yang rendah martabatnya dan sebagainya. Dengan itu mereka sebenarnya
tidak berakhlak dan tidak ada bedanya dengan manusia yang tidak beragama.
Tidak adanya akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan
menyebabkan manusia krisis akan nilai diri, keruntuhan rumah tangga, yang
tentunya hal seperti ini dapat membawa kehancuran dari suatu negara. Penyair
besar Syauki menulis dalam syairnya
3)
فان همو ذهبت اخالقهم ذهبوا انما االمم االخالق مابقيت
2
PENGERTIAN AKHLAK
lstilah akhlak, secara etimologis berasal dari bahasa Arab jama’ dari
kata huluq (huluqun), yang menurut lughat diartikan budi perkerti,
perangai, tingkah laku atau tabi’at. 4)
3
perbuatan itu telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi
bagian dari kepribadian. Kedua, perbuatan itu dilakukan dengan mudah
dan tanpa pemikiran. Ketiga, perbuatan itu dikerjakan tanpa ada paksaan
dan tekanan dari luar. Keempat, perbuatan itu diakukan dengan sungguh-
sungguh. Kelima, perbuatan akhlak (khususnya akhak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena ikhlas sernata-mata karena Allah, bukan
karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendaptakan sesuatu pujian.9)
4
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21)11)
)12:(القلم.ظي ٍْم
ِ َع ٍ َُواِنَّ َك لَ َعلى ُخل
ق
5
SAW bersabda : Sesungguhnya Aku hanya diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. (H.R.Ahmad)
1)Tujuan Umum
6
Menurut Barnawy Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak secara
umum meliputi :
Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar setiap
orang berbudi (berakhlak), bertingkah laku (tabiat)
berperangai atau beradat istiadat yang baik atau yang sesuai
dengan ajaran Islam. [14]
2)Tujuan Khusus
7
e)Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan
bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut al Ghazali pendidikan akhlak yang perlu untuk diajarkan kepada anank
didik adalah sebagai berikut:
8
Al-Ghazali sangat menganjurkan sejak dini orang tua membiasakan anak-anaknya
untuk beribadah, seperti shalat, berdoa, berpuasa di bulan Ramadhan dan lain-lain,
sehingga secara berangsur-angsur tumbuh rasa senang melakukan ibadah
tersebut,. Kemudian dengan sendirinya anak akan terdorong untuk melakukannya
tanpa perintah dari luar (motivasi eksternal) tetapi dorongan itu timbul dari dalam
dirinya (motivasi internal) dengan penuh kesadaran. Anak harus berangsur-angsur
dapat mengabstraksikan, memahami bahwa beribadah itu harus sesuai dengan
keyakinannya sendiri, keyakinan dengan sadar bukan ikut-ikutan atau paksaan.
Dengan kata lain, anak yang banyak mendapatkan kebiasaan dan latihan
keagamaan pada waktu dewasanya akan semakin merasakan kebutuhan terhadap
pentingnya agama dalam kehidupan.[5]
Al-Ghazali menegaskan bahwa seorang anak haruslah dididik untuk selalu taat
kepada kedua orang tuanya, gurunya serta bertanggung jawab atas pendidikannya.
Dan hendaklah ia menghormati mereka serta siapa saja yang lebih tua
daripadanya. Dan agar ia senantiasa bersikap sopan dan tidak bercanda atau
bersenda gurau dihadapan mereka.[6]
Beberapa hal yang dicontohkan oleh al ghazali yang berkaitan dengan akhlak
terhadap diri sendiri adalah
a. Adab Makan
b. Adab Berpakaian
c. Kesederhanaan Tidur
e. Adab Berjalan
9
f. Larangan Bersumpah
g. Larangan Mencuri
a. Adab Duduk
c. Adab Berbicara
d. Tawadhu’
a.Keteladanan
10
c.Dengan kisah-kisah sejarah
a.Dengan pembiasaan
11