Anda di halaman 1dari 11

AYAT DAN HADITS TENTANG AKHLAK

   


1) 
107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. QS AL Anbiya’ 107

2)
)‫انما بعثت التمم مكارم االخالق (رواه احمد‬
‘Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak. HR Ahmad)

Pendahuluan
Akhlak merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat Penting dan
mendasar. Hal ini dibuktikan dengan diutusnya Rasulullah saw ke muka bumi ini
yang tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia, sebagimana
tertuang dalam hadits dia atas.
Berdasarkan hadits di atas, dapat dilihat bahwa sesungguhnya akhlak yang mulia
bukan hanya diperuntukkan bagi umat muslim saja, namun bagi seluruh manusia.
“dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”. QS. Al Anbiyaa: 107
Ayat dan hadits di menyiratkan satu isyarat bahwa Rasulullah saw diutus untuk
akhlak manusia yang merupakan kunci untuk mendapatkan rahmatAllah swt.
Akhlak mulia menjadi salah satu perintah vital di dalam Al Qur’an yang
dilaksanakan dengan meneladani Rasulullah saw. Allah berfirman

    


   
  
  
  

1
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak
berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak
sama seperti jasad yang tidak bernyawa.karena salah satu misi yang dibawa oleh
Rasulullah saw ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak
zaman para nabi yang terdahulu mulai pada jaman penyembahan berhala oleh
pengikutnya yang telah menyeleweng.

Hal ini juga berlaku pada zaman jahilliyyah dimana akhlak manusia telah
runtuh,perangai umat yang terdahulu dengan tradisi meminum arak, membuang
anak, membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati, menindas, suka menjolimi
kaum yang rendah martabatnya dan sebagainya. Dengan itu mereka sebenarnya
tidak berakhlak dan tidak ada bedanya dengan manusia yang tidak beragama.

Tidak adanya akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan
menyebabkan manusia krisis akan nilai diri, keruntuhan rumah tangga, yang
tentunya hal seperti ini dapat membawa kehancuran dari suatu negara. Penyair
besar Syauki menulis dalam syairnya

3)
‫فان همو ذهبت اخالقهم ذهبوا‬ ‫انما االمم االخالق مابقيت‬

“ Sesungguhnya kejayaan suatu ummat (bangsa) terletak pada akhlaknya, selagi


mereka berbudi pekerti luhur, Jika pada mereka telah hilang akhlaknya, maka
hancurlah ummat (bangsa) ini.”

Begitu pentingnya akhlak bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara, maka akhlak perlu/harus dididikan pada diri anak didik
sejak dini disertai dengan ilmu pengetahuan.

2
PENGERTIAN AKHLAK

lstilah akhlak, secara etimologis berasal dari bahasa Arab jama’ dari
kata huluq (huluqun), yang menurut lughat diartikan budi perkerti,
perangai, tingkah laku atau tabi’at. 4)

Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang


dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun
perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa,
sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.5)

Secara istilah para ahli berbeda pendapat tentang definisi akhlak


tergantung cara pandang masing-masing. Zakiyah Darajat mengemukakan
bahwa akhlak ialah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, fikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup kesehanian. Dan kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat
dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga mampu membedakan makna
yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana -yang tidak berguna, mana
yang cantik dan mana yang buruk.6) Sedangkan menurut lbn Maskawih
(w.1030 M) mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
Suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat
dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan
(kebiasaan sehari-hari).7)
Sementara Al-Ghazali (w.1111 M) mendefinisikan akhlak sebagai
berikut: yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.8)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa suatu perbuatan


dikategorikan akhlak apablia perbuatan itu memiliki ciri berikut Pertama,

3
perbuatan itu telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi
bagian dari kepribadian. Kedua, perbuatan itu dilakukan dengan mudah
dan tanpa pemikiran. Ketiga, perbuatan itu dikerjakan tanpa ada paksaan
dan tekanan dari luar. Keempat, perbuatan itu diakukan dengan sungguh-
sungguh. Kelima, perbuatan akhlak (khususnya akhak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena ikhlas sernata-mata karena Allah, bukan
karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendaptakan sesuatu pujian.9)

Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa akhlak ialah perilaku


sehari hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap dan perbuatan.10)
Bentuknya yang nyata ialah segala jenis perilaku yang dilakukan manusia
dalam hidupnya. Dan ini merupakan cakupan atau ruang lingkup akhlak.
Perilaku yang masuk dalam kategori akhak, merupakan manifestasi dari
keadaan yang telah meresap pada jiwa dan menjadi kepnibadian.

Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits,


karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran
Islam. Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam
menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an
sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah
SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. Allah SWT dalam
Q.S. 33/Al-Ahzab : 21 : berfirman

‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُج ْوا‬


َ ‫س ْو ِل هللاِ اُس َْوة ٌ َح‬ ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم‬
ُ ‫فى ْْ َر‬
.‫هللاَ َو ْاليَ ْو َم اْال ِخ َر َوذَ َك َر هللاَ َك ِثي ًْرا‬

4
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21)11)

Berdasarkan ayat tersebut di atas dijelaskan bahwasannya


terdapat suri teladan yang baik, yaitu dalam diri Rasulullah SAW
yang telah dibekali akhlak yang mulia dan luhur. Selanjutnya juga
dalam Q.S. 68/Al-Qalam : 4 :

)12:‫(القلم‬.‫ظي ٍْم‬
ِ ‫َع‬ ٍ ُ‫َواِنَّ َك لَ َعلى ُخل‬
‫ق‬

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti


yang luhur. (Q.S. al-Qalam : 4)

Bahwasannya Nabi Muhammad SAW dalam ayat tersebut


dinilai sebagai seseorang yang berakhlak agung (mulia).

Di dalam hadits juga disebutkan tentang betapa


pentingnya akhlak di dalam kehidupan manusia. Bahkan diutusnya
rasul adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak yang baik,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa :

‫ حدثنا عيد‬: ‫عن عبد هللا حد ثي أبى سعيدبن منصور قال‬


‫العزيز ين محمد عن محمد بن عجال عن القعقاع بن حكم عن أبي‬
‫ انما بعثت أل‬: ‫م‬.‫ قال رسول هللا صا‬: ‫صالح عن أبي هريرة قال‬
)‫(رواه احمد‬.‫تمم صالح االخالق‬

Dari Abdullah menceritakan Abi Said bin Mansur berkata :


menceritakan Abdul Aziz bin Muhammad dari Muhammad bin ‘Ijlan dari
Qo’qo’ bin Hakim dari Abi Shalih dari Abi Hurairoh berkata Rasulullah

5
SAW bersabda : Sesungguhnya Aku hanya diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. (H.R.Ahmad)

Berdasarkan hadits tersebut di atas memberikan


pengertian tentang pentingnya pendidikan akhlak dalam kehidupan
manusia, di mana dengan pendidikan akhlak yang diberikan dan
disampaikan kepada manusia tentunya akan menghasilkan orang-
orang yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, memiliki jiwa
yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak
yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya,
menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dan
baik, memilih satu fadhilah karena cinta pada fadhilah,
menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan
dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.

Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan pokok dari pendidikan Islam adalah mendidik


budi pekerti dan pembentukan jiwa. Pendidikan yang diberikan
kepada anak didik haruslah mengandung pelajaran-pelajaran
akhlak. Setiap pendidik haruslah memikirkan akhlak dan
keagamaan sebelum yang lain-lainnya karena akhlak keagamaan
adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu
adalah tiang dari pendidikan Islam.

Dalam tujuan pendidikan akhlak dapat dibedakan menjadi


dua macam, yaitu :

1)Tujuan Umum

6
Menurut Barnawy Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak secara
umum meliputi :

a)Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia,


terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela.

b)Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan


sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.
[13]

Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar setiap
orang berbudi (berakhlak), bertingkah laku (tabiat)
berperangai atau beradat istiadat yang baik atau yang sesuai
dengan ajaran Islam. [14]

2)Tujuan Khusus

Adapun secara spesifik pendidikan akhlak bertujuan :

a)Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia da


beradat kebiasaan yang baik

b)Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri


berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang
rendah.

c)Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri,


emosi, tahan menderita dan sabar.

d)Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat dan dapat


membantu mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai
kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada
yang lemah, dan menghargai orang lain.

7
e)Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan
bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah.

f)Selalu tekun beribaah dan mendekatkan diri kepada Allah dan


bermuamalah yang baik.15)

Adapun menurut Muhammad ‘Athiyyah Al-Abrasyi


menjelaskan tujuan dari pendidikan moral dan akhlak dalam
Islam adalah membentuk orang-orang yang bermoral baik,
keras kemauan, sopan dalam bicara dan mulia dalam bertingkah
laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan
beradab, ikhlas, jujur dan suci. Jiwa dari pendidikan Islam
adalah pendidikan moral dan akhlak.16)

Dijelaskan juga menurut Ahmad Amin,


bahwasannya tujuan pendidikan akhlak (etika) bukan hanya
mengetahui pandangan atau teori, bahkan setengah dari tujuan
itu adalah mempengaruhi dan mendorong kehendak kita supaya
membentuk hidup suci dan menghasilkan kebaikan dan
kesempurnaan dan memberi faedah kepada sesama
manusia.maka etika itu adalah mendorong kehendak agar
berbuat baik, akan tetapi ia tidak selalu berhasil kalau tidak
ditaati oleh kesucian manusia.17)

PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA ANAK DIDIK

Menurut al Ghazali pendidikan akhlak yang perlu untuk diajarkan kepada anank
didik adalah sebagai berikut:

1. Akhlak Terhadap Allah

8
Al-Ghazali sangat menganjurkan sejak dini orang tua membiasakan anak-anaknya
untuk beribadah, seperti shalat, berdoa, berpuasa di bulan Ramadhan dan lain-lain,
sehingga secara berangsur-angsur tumbuh rasa senang melakukan ibadah
tersebut,. Kemudian dengan sendirinya anak akan terdorong untuk melakukannya
tanpa perintah dari luar (motivasi eksternal) tetapi dorongan itu timbul dari dalam
dirinya (motivasi internal) dengan penuh kesadaran. Anak harus berangsur-angsur
dapat mengabstraksikan, memahami bahwa beribadah itu harus sesuai dengan
keyakinannya sendiri, keyakinan dengan sadar bukan ikut-ikutan atau paksaan.
Dengan kata lain, anak yang banyak mendapatkan kebiasaan dan latihan
keagamaan pada waktu dewasanya akan semakin merasakan kebutuhan terhadap
pentingnya agama dalam kehidupan.[5]

2. Akhlak Terhadap Orang Tua

Al-Ghazali menegaskan bahwa seorang anak haruslah dididik untuk selalu taat
kepada kedua orang tuanya, gurunya serta bertanggung jawab atas pendidikannya.
Dan hendaklah ia menghormati mereka serta siapa saja yang lebih tua
daripadanya. Dan agar ia senantiasa bersikap sopan dan tidak bercanda atau
bersenda gurau dihadapan mereka.[6]

3. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Beberapa hal yang dicontohkan oleh al ghazali yang berkaitan dengan akhlak
terhadap diri sendiri adalah

a. Adab Makan

b. Adab Berpakaian

c. Kesederhanaan Tidur

d. Sabar dan Berani

e. Adab Berjalan

9
f. Larangan Bersumpah

g. Larangan Mencuri

h. Larangan Bersikap Sembunyi-Sembunyi

h. larangan membuka aurat

4. Akhlak Kepada Orang Lain

Al-Ghazali memberikan beberapa nasihat agar para orang tua membiasakan


anaknya untuk berbuat hal-hal yang patut dan sesuai dengan norma-norma
masyarakat yang berlaku, sebaliknya menghindarkan perbuatan yang tidak pantas
dipandang umum. Nasihat-nasihat Al-Ghazali itu antara lain:

a. Adab Duduk

b. Adab Duduk Bersama Orang Lain

c. Adab Berbicara

d. Tawadhu’

4.METODE PENDIDIKAN AKHLAK

Dalam buku Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim,


karangan Khatib Ahmad Santhut yang telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, membagi metode pendidikan moral/akhlak ke
dalam 5 bagian, di antaranya adalah :

a.Keteladanan

b.Dengan memberikan tuntunan

10
c.Dengan kisah-kisah sejarah

d.Memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut (pada Allah)

e.Memupuk hati nurani

Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, ada 3 metode


dalam pendidikan akhlak, yaitu :1[33]

a.Dengan pembiasaan

Tujuannya adalah agar cara-cara yang dilakukan dengan


tepat, terutama membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian
atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu.

b.Dengan pembentukan pengertian, minat dan sikap

Dengan diberikan pengetahuan dan pengertian

c.Pembentukan kerohanian yang luhur

1[33] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,


(Bandung : Al-Ma’arif, 1989), hlm. 76-81.

11

Anda mungkin juga menyukai