Anda di halaman 1dari 8

Sumber Ajaran Akhlak Dari Hadist

Oleh : Indah Nursaumi (2001080013)

Tadris Pendidikan Biologi

Fakultas Tarbiyan dan Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Metro

Abstrak

Salah satu bagian terpenting yang selalu berkaitan dengan manusia dan
kehidupannya ialah akhlak. Akhlak diartikan sebagai sifat atau tabiat yang ada
dalam diri manusia dan tertanam di dalam jiwanya, yang dimana akhlak ini dapat
muncul secara spontan jika diperlakukan, tidak melalui pertimbangan ataupun
pemikiran sebelumnya, dan juga tanpa di dasari oleh dorongan dari luar dirinya.
Dikarenakan akhlak dapat berpengaruh pada kehidupan manusia, maka dari itu
diperlukanlah sebuah sumber yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur baik dan
buruknya akhlak seseorang. Sumber acuan tersebut berasal dari firman Allah SWT
dalam yang tertulis di dalam al-Qur’an, dan juga berasal dari hadist-hadist
Rasulullah SAW. Hadist berperan sebagai penjelas dari ayat-ayat al-Qur’an yang di
contohkan dan diutarakan oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk itu tulisan ini ditujukan
guna untuk membahas mengenai sumber ajaran akhlak yang berasa dari hadist Nabi
Muhammad SAW, dengan harapan kita semua dapat memahami dan
mengimplementasikan contoh akhlak-akhlak mulia yang telah diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW, sehingga kita menjad bagian umatnya yang menghuni surga.

Kata Kunci : Akhlak, Sumber Ajaran, Hadist.


A. Pendahuluan
Sebagai agama Islam selalu memperhatikan tatanan perbuatan dan perilaku
yang ada pada umatnya dalam menjalani kehidupannya di dunia ini, terutama
tatanan manusia dalam berakhlak pada sesama atau terhadap ciptaan Allah SWT
yang lainnya. Akhlak dapat diartikan sebagai suatu sifat atau tabiat yang ada dalam
diri manusia dan tertanam di dalam jiwanya, yang dimana akhlak ini dapat muncul
secara spontan jika diperlakukan, tidak melalui pertimbangan ataupun pemikiran
sebelumnya, dan juga tanpa di dasari oleh dorongan dari luar dirinya ( (Hasbi,
2020).1 Dalam kehidupan, akhlak menjadi salah satu bagian yang terpenting dan
tidak dapat dipisahkan dari manusia. Apabila manusia tidak berakhlak dalam
menjalani kehidupan, maka manusia dapat kehilangan derajat kemanusiaannya,
bahkan dianggap sebagai mahluk yang tidak mulia dan tidak berakal sama halnya
dengan ciptaan Allah yang lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Begitu pentingnya
akhlak tertanam dalam diri manusia, hingga baik dan buruknya akhlak manusia
dapat mempengaruhi juga pada jatuh bangunnya kesejahteraan sebuah masyarakat
dan bangsanya. Berangkat dari hal tersebut maka salah satu tujuan dari diutusnya
Nabi Muhammad SAW ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia ( (Salsabila,
2018).2
Sebab akhlak merupakan persoalan yang penting maka pengajaran yang
bersangkutan dengan akhlak tentunya harus di dasarkan pada sumber yang kuat.
Sumber ajaran akhlak sendiri berasal dari dua sumber utama yang ada dalam agama
islam, yaitu al-Qur’an dan Hadist. Seetidaknya ada kurang lebih 1.500 ayat yang
ada dalam al-Qur’an menyinggung persoaalan akhlak, jumlah ini dua setengah kali
lebih banyak apabila di bandingkan dengan ayat-ayat yang membahas mengenai
persoalan hukum, baik itu hukum secara teoritis maupun hukum secara praktis. Tak
cukup disitu banyak pula hadist Rasulullah SAW yang memberikan tuntunan dan
pedoman mengenai akhlak, sehingga hadist juga dijadikan sebagai sumber acuan
untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia (Hasbi, 2020)3. Maka dari itu
sebagai umat beragama penting bagi kita untuk mengetahui mengenai hadist-hadist
yang dijadikan sebagai sumber acuan dalam ajaran akhlak, sehingga kita bisa
1
Muhammad hasbi, Akhlak Tasawuf (Solusi Mencari Kebahagiaan da;am Kehidupan Esotris dan
Eksotris). (Yogyakarta : Trust Media Publishing, 2020) hal.4
2
Krida salsabila, Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Kholil Bangkalan, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,
Vol. 6, No. 1, (2018), hal 40
3
Muhammad hasbi, Akhlak tasawuf (Solusi Mencari Kebahagiaan dalam Kehidupan Esoteris dan
Eksoteris), (Yogyakarta : Trust Media Publishing, 2020), hal,1.
melihat apakah akhlak yang ada dalam diri kita sudah cukup baik atau masi perlu
dirubah dan diperbaiki.

B. Pembahasan
Sumber ajaran akhlak adalah acuan, pedoman, ataupun patokan yang
digunakan sebagai tolak ukur dari baik dan buruknya akhlak. Sumber yang
digunakan sebagai sumber ajaran akhlak ialah al-Qur’an dan hadist. Al-Qur’an
menempati posisi pertama dan utama sebagai acuan untuk mengukur bagaimana
akhlak manusia, dan hadist menempati posisi sumber ajaran yang kedua. Hadist
sebagai sumber ajaran akhlak dijadikan sebagai pedoman atau penuntun agar
manusia dapat memiliki akhlak mulia. Hadist sendiri di artikan sebagai segala
perbuatan, pernyataan, pengalaman, taqrir, dan segala hal ihwal yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW (Darussalam, 2017).4
Nabi Muhammad SAW ialah manusia pilihan yang dipilih oleh Allah SWT
sebagai Rasul-Nya dengan membawa beberapa misi yang salah satu diantaranya
ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Maka dari itu lah Allah SWT
memberikan perintah untuk Rasul-Nya agar menyampaikan wahyu yang
diperolehnya kepada seluruh umat manusia agar dijadikan sebagai penuntun dan
juga pedoman berakhlak. Allah SWT juga memerintahkan Rasulullah SAW untuk
menjelaskan lebih lanjut mengenai maksud-maksud yang ada pada ayat-ayat al-
Qur’an yang dirasa masih kurang jelas serta menerangkan dan juga mencontohkan
akhlak-akhlak mulia yang ada pada al-Qur’an sehingga mudah di tiru oleh manusia.
Hal ini sangat diperlukan sebab masih banyak ayat-ayat al-Qur’an yang membahas
mengenai akhlak, namun tidak disertakan dengan penjelasan bagaimana manusia
harus mengimplementasikannya dalam kehidupan. Sehingga kita mengacu pada
Nabi Muhammad SAW untuk mengetahui bagaimana seharunya berakhlak mulia
yang sesuai dengan syariat agama. Pernah ada seorang sahabat yang bertanya
mengenai bagaimana sesungguhnya akhlak Nabi itu? Kemudian hal itu di
dijawablah oleh Siti Aisyah bahwa akhlaknya Rasulullah SAW itu merupakan al-
Qur’an (Badarudin, 2015). 5
Sungguh begitu mulia akhlak Nabi Muhammad SAW, yang bahkan
menjadikannya sebagai manusia yang sempurna sejak diutusnya Nabi Adam AS,

4
A. Darussalam, Wawasan Hadis Tentang Silaturahmi, Jurnal Tahdis, Vol.8, No.2,(2017), hal.116-117.
5
H. Badarudin, Akhlak Tasawuf, (Serang: IAIB Press, 2015), hal.13.
hingga nanti pada manusia akhir zaman. Maka sudah sepatunya segala hal ihlwal
yang dilakukan ataupun disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dijadikan
sebagai sumber acuan untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi Muhammad SAW
bersabda:

‫ حدثنا عيد العزيز ين محمد عن محمد بن عجال عن‬: ‫ قال‬Q‫عن عبد هللا حد ثي أبى سعيدبن منصور‬
‫ انما بعثت ۡل تمم صالح‬: ‫ م‬. ‫ هللا صا‬Q‫ قال رسول‬: ‫القعقاع بن حكم عن أبي صالح عن أبي هريرة قال‬
) ‫(رواه احمد‬. ‫االخالق‬
Dari Abdullah menceritakan Abi Said bin Mansur berkata : menceritakan Abdul
Aziz bun Muhammad dari Muhammad bin ‘Ijlan dari Qo’od bin Hakim dari Abi
Shalih dari Abi Hurairoh berkata Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Aku
hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (H.R. Ahmad) 6
Berdasarkan hadist tersebut, telah diterangkan dengan sejelas-jelasnya
bahwa Rasulullah ialah manusia pilihan yang diberi amanah untuk membina dan
memperbaiki akhlak umat manusia. Rasulullah SAW di berikan tanggung jawab
menuntun manusia meninggalkan kebiasan-kebiasan buruk manusia pada jaman
jahiliyah. Dengan kehadiran Rasulullah SAW manusia diajarkan mengenai ahlak
mulia, agar manusia menjadi manusia yang lebih baik. Sebagai umat Nabi
Muhammad SAW kita juga sedah sepatutnya menjadikan beliau panutan dan suti
tauladan yang baik untuk menjalani kehidupan.
Akhlak yang mulai dapat menjadikan hidup terasa lebih bahagia, sebab kita
bisa menjalani kehidupan dengan baik, bersosialisasi ataupun berinteraksi dengan
sesama atau mahluk ciptaan lainnya dengan baik. Dengan adanya hubungan timbal
balik yang baik yang dimulai dari manusia yang berakhlak mulia maka tercipta
kesejahteraan hidup dan kedamaian di dunia ini. Banyak sekali contoh-contoh
akhlak mulia yang telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW dengan tujuan agar di
tiru dan di implementasikan manusia dalam menjalani kehidupan ini, seperti sabda
Rasulullah SAW berikut ini :

ِ ُ‫ال « تَ ْق َوى هَّللا ِ َو ُحسْنُ ْال ُخل‬


.» ‫ق‬ َ َ‫اس ْال َجنَّةَ فَق‬
َ َّ‫ ع َْن َأ ْكثَ ِر َما يُ ْد ِخ ُل الن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُسِئ َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫ال « ْالفَ ُم َو ْالفَرْ ُج‬ َ َّ‫» َو ُسِئ َل ع َْن َأ ْكثَ ِر َما يُ ْد ِخ ُل الن‬
َ َّ‫اس الن‬
َ َ‫ار فَق‬

6
Muhammad Nur, Pendidikan Akhlak Menurut Hadis, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.6, No.2,
(2021), hal.6.
Raulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak
memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Taqwa kepada Allah dan
berakhlak yang baik.”Beliau ditanya juga tentang perkara yang banyak memasukkan
orang dalam neraka, beliau menjawab, “Perkara yang disebbakan karena mulut dan
kemaluan.” (H.R. Tirmidzi no.2004 dan Ibnu Majah no.4246)7
Pada hadist diatas di terangkan bahwasannya dengan kita berakhlak mulia dan
bertaqwa kepada Allah SWT, maka kita bisa menjadi bagian penghuni surganya Allah
swt. Adapun yang dimaksudkan dengan taqwa ialah meninggalkan semua hal yang
dilarang oleh Allah SWT dan mengamalkan segala perintah Allah SWT sesuai dengan
yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan menjadi manusia
yang berakhlak mulia dan bertaqwa kepada Allah SWT, maka kita senantiasa
mengharapkan Ridho-Nya dan selalu berada dalam lindungan-Nya. Hingga hal
tersebutlah yang menjadikan peluang masuk surganya lebih besar karena menjadi
umatnya yang senantiasa beribadah kepada-Nya.
Hadist tersebut juga memberikan peringatan kepada kita akan perkara yang
tercela yang dapat memasukkan kita ke neraka. Perkara tersebut bisa berasal dari
mulut ataupun kemaluan. Perkara tercela yang muncul dari mulut kita ini biasanya
dilakukan baik secara sadar ataupun tidak sadar. Sering kali manusia saling menyakiti
melalui perkataannya. Perkataan-perkataan saling menghina, mencela, atau adu
domba pun bisa keluar dari mulut kita, dan hal ini sangat berbahaya karena dapat
menyakiti hati yang lainnya bahkan bisa menggiring kita ke panasnya api neraka.
Adapun perkara yang selanjutnya muncul dari kemaluan seperti misalnya perbuatan
zina. Pergaulan bebas yang semakin marak di era sekarang ini perlu mendapatkan
perhatian khusus terlebih lagi pergaulan bebas saat ini banyak yang mengarah pada
perbuataan perzinaan. Untuk itu kita harus memeperkuat keimanan dan ibadah kita
serta tetap berpegang teguh pada ajaran ahlak yang telah diajarkan oleh agama ajar
tidak terjerumus kepada perzinaan yang dapat menjadikan kita sebagai golongan
orang-orang yang tersiksa api neraka.
Dalam hadist Rasulullah SAW juga menyampaikan perkara yang sudah ada
sejak jaman Nabi Adam AS yaitu perkara sombong yang dilakukan oleh setan dan
manusia tidak boleh menirunya sebab termasuk akhlak yang tercela. Rasulullah SAW
bersabda :

7
Anonim, Hadist Tentang Akhlak dan Penjelasannya Lengkap, diakses dari https://penaungu.com/hadits-
tentang-akhlak/ , pada tanggal 06 Maret 2022, pukul 21.13.
ُ‫اَل يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ َم ْن َكانَ فِي قَ ْلبِ ِه ِم ْثقَا ُل َذ َّر ٍة ِم ْن ِكب ٍْر قَا َل َر ُج ٌل ِإ َّن ال َّرج َُل ي ُِحبُّ َأ ْن يَ ُكونَ ثَوْ بُهُ َح َسنًا َونَ ْعلُه‬
ِ َّ‫ق َو َغ ْمطُ الن‬
‫اس‬ ِّ ‫ال ْال ِك ْب ُر بَطَ ُر ْال َح‬
َ ‫ َح َسنَةً قَا َل ِإ َّن هَّللا َ َج ِمي ٌل ي ُِحبُّ ْال َج َم‬ 

Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan
sebesar biji sawi. “Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seseorang
yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beluai menjawab.
“Sesungguhnya Allah itu idah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak
kebenaran dan meremehkan orang lain.” (H.R. Muslim). 8
Pada hadist yang ada diatas Rasulullah SAW menyampaikan peringatan
kepada manusia agar tidak merasa sombong dengan menganggap remeh orang lain,
merendahkannya, ataupun merasa congkak dan paling berkuasa dibandingkan mahluk
yang lainnya. Hanya dengan merasa sombong saja manusia sudah diancam tidak akan
masuk ke surganya Allah SWT, karena pada dasarnya kesombongan merupakan
bagian dari akhlak yang tercela dan berbahaya. Kesombongan yang hanya sebesar biji
sawi pun dapat menghantarkan kita ke dalam panasnya api neraka. Sungguh sangat
berbahaya apabila rasa sombong tertanam dalam diri kita, sehingga menjadia suatu
keharusan bagi kita semua unruk menghindari dan menjauhi kesombongan dan lebih
baik mengerjakan amal kebaikan.
Pada hakikatnya islam adalah agama yang berisikan kebaikan, maka dari itu
islam mengharapkan umatnya memiliki akhlak yang mulia, yang menjalani
kehidupannya dengan lemah lembut, bersikap tawadhu’, ramah, saling tolong
menolong, saling menghormati antar sesama, dan saing menjaga dengan mehluk
pciptaan Allah lainnya demi kesejahteraan hidup bersama.

C. Kesimpulan
Sumber ajaran akhlak adalah acuan, pedoman, ataupun patokan yang
digunakan sebagai tolak ukur dari baik dan buruknya akhlak. Sumber ajaran akhlak
berasal dari al-Qur’an dan hadist. Al-Qur’an merupakan sumber utama dan hadist
merupakan sumber kedua yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut hal-hal yang
belum dijelaskan secara rinci dalam al-Qur’an. Hadist berasal dari segala hal yang
8
Lufaedi, 5 Hadis Nabi Larangan Sifat Sombong, diakses dari https://akurat.co/5-hadis-nabi-larangan-
sifat-sombong, pada tanggal 06 Maret 2022, pukul 21.33.
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Segala hal yang disampaikan dan dilakukan
oleh Nabi daat dijadikan sebagai sumber ajaran akhlak sebab akhlak Rasulullah SAW
begitu mulia. Sehingga kita sebagai umatnya seudah seharunya menjadikan beliau suti
tauladan yang baik dalam menjalani kehidupan ini.

D. Saran
Sebagai manusia yang masih jauh dari kata sempurna maka marilah kita
berlomba-lomba untuk memperbaiki akhlak kita agar nantinya kita dapat diterima
sebagai bagian penghuni surganya Allah SWT. Penulis pun menyadari bahwa masih
sangat banyak kesalahan maupun kekurangan yang ada pada tulisan ini yang perlu
diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi kebaikan penulisan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2022) Hadist Tentang Akhlak dan Penjelasannya Lengkap, diakses dari
https://penaungu.com/hadits-tentang-akhlak/ , pada tanggal 06 Maret 2022, pukul
21.13.
Badarudin, H. (2015). Akhlak Tasawuf. Serang: IAIB Press.

Darussalam, A. (2017). Wawasan Hadis Tentang Silaturahmi. Jurnal TAHDIS, 8(2), 116-
117.

Hasbi, M. (2020). Akhlak Tasawuf (Solusi Mencari Kebahagiaan dalam Kehidupan Esoteris
dan Eksoteris). Yogyakarta: Trust Media Publishing.

Lufaedi, (2020) 5 Hadis Nabi Larangan Sifat Sombong, diakses dari https://akurat.co/5-
hadis-nabi-larangan-sifat-sombong, pada tanggal 06 Maret 2022, pukul 21.33.

Nur,M. (2021). Pendidikan Akhlak Menurut Hadis, Jurnal Pendidikan Agama Islam, 6(2), 6.

Salsabila, K. (2018). Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Kholil Bangkalan. Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, 6(1), 40.

Anda mungkin juga menyukai