Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammad Rasululullah SAW. adalah putra dari Aminah binti
Wahab dan Abdullah bin Abdul Mutholib (wafat sewaktu Nabi masih dalam
kandungan). Ia, dilahirkan di Mekkah, tepatnya sekitar 200 meter dari
Masjidil Haram, pada hari senin menjelang terbit fajar, 12 Robiul Awal
tahum Gajah (20 April 571 M). Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Terkenal memiliki kepribadian dan jiwa kepemimpinan yang terpuji. Hal
itu telah diungkapkan dalam ayat-ayat Al-Quran, antara lain: “Sungguh,
telah datang kepadamu seorang rosul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan (keimanan
dan keselamatan) bagimu, penyantun, dan penyayang terhadap orang-
orang yang beriman.” (QS.9/At-Taubah:128)1
Karena itu Allah SWT menegaskan, “Sungguh telah ada pada (diri)
Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta banyak
mengingat Allah.” (QS. 33/Al-Ahzab:21), “Dan sesungguhnya engkau
(Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS.68/Al-
Qalam:4) Allah SWT juga meninggikan namaya, “Kami tinggikan sebutan
(nama) mu bagimu.” (QS. 94.Al-Insyrah: 4). Maksud ayat yang terakhir ini
adalah, meninggikan derajat dan mengikutkan namanya dengan nama Allah
dalam kalimat syahadat, serta menjadikan taat kepada nabi termasuk taat
kepada Allah SWT.2
Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang
tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir
berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk,

1
Syamsul RIjal Hamid. Buku Pintar Agama Islam. (Bogor: Cahaya Salam, 2011), hal 140.

2
Syamsul RIjal Hamid. Buku Pintar Agama Islam. (Bogor: Cahaya Salam, 2011), hal 140.

1
disebut akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak
pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi
atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara
spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut
pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka
disebutlah budi pekerti yang tercela.
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga
harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat
dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya
membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan
kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya.
Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang
tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara
langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya. Pada
dasarnya, utusan Tuhan (Rasulullah) adalah manusia biasa yang tidak
berbeda dengan manusia lain. Namun demikian, terkait dengan status
“rasul” yang disandangkan Tuhan ke atas dirinya, terdapat ketentuan
khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan
dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak?
2. Bagaimana Akhlak Terhadap Rasulullah?
3. Bagaimana ciri-ciri perilaku yang mencerminkan akhlak baik kepada
Rasulullah?
4. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah?

2
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui tentang akhlak.
2. Untuk mengetahui akhlak terhadap Rasulullah.
3. Untuk mengetahui tentang ciri-ciri perilaku yang mencerminkan
akhlak baik kepada Rasulullah.
4. Untuk mengetahui cara berakhlak kepada Rasulullah

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khulq yang bearti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Persaaman akar kata
yang mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercangkum pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan). Dengan
perilaku makhluk (Manusia) atau dengan kata lain tata perilaku
seseorang terhadap orang lain terhadap orang lain dan lingkungannya
yang baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki mana kala tindakan
atau perilaku tersebut didasarkan pada kehendak khaliq (Tuhan). Dari
pengertian etimologis seperti ini akhlak bukan saja merupakan tata
aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama
manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia
dengan tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.3
Disamping istilah akhlak dikenal juga istilah etika dan moral yaitu :
sama sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan
manusia. Perbedaanya terletak pada standar masing-masing, bagi akhlak
standarnya adalah Al-Quran dan sunnah bagi etika standarnya
pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral standarnya adat kebiasaan
yang umum berlaku di masyarakat. Dalam pengetiannya antara ketiga
istilah diatas (akhlak, etika, dan moral) dapat di bedakan namun dalam
pembicaraan sehari-hari bahkaan dalam beberapa literature keislaman ,
penggunaan nya sering tumpah tindih. 4
Akhlak islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang islami adalah
akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami
ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat

3
Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlaq. (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2018),
hal, 1
4
Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlaq. (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2018),
hal, 2

4
menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik atau
buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar.
Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia
yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan). Rasulullah
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk
memperbaiki hubungan makhluq (manusia) dengan khaliq (Allah
Ta’ala) dan hubungan baik antara makhluq dengan makhluq. Kata
“menyempurnakan” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu
disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam-macam,
dari akhlak sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga
sempurna. Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak,
beliau sendiri sudah berakhlak sempurna. Perhatikan firman Allah Swt
dalam Surah Al-Qalam [68]: 4: Artinya: “Dan sesungguhnya engkau
(Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Dalam ayat
diatas, Allah Swt. sudah menegaskan bahwa Nabi Muahammad Saw.
mempunyai akhlak yang agung. Hal ini menjadi syarat pokok bagi siapa
pun yang bertugas untuk memperbaiki akhlak orang lain. Logikanya,
tidak mungkin bisa memperbaiki akhlak orang lain kecuali dirinya
sendiri sudah baik akhlaknya. Karena akhlak yang sempurna itu,
Rasulullah Saw patut dijadikan uswah al- hasanah ( teladan yang baik ).
Firman Allah Swt dalam surah Al-Ahzab [33]:21: Artinya:
“Sesungguhya pribadi Rasulullah merupakan teladan yang baik untuk
kamu dan untuk orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari
akhirat dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya”. Berdasarkan ayat
diatas, orang yang benar-benar ingin bertemu dengan Allah dan
mendapatkan kemenangan di akhirat, maka Rasulullah Saw adalah
contoh dan teladan yang paling baik untuknya. Tampak jelas bahwa
akhlak itu memiliki dua sasaran : Pertama, akhlak dengan Allah. Kedua,
akhlak dengan sesama makhluk. Oleh karena itu, tidak benar kalau
masalah akhlak hanya dikaitkan dengan masalah hubungan antara
manusia saja. Atas dasar itu, maka benar akar akhlak adalah akidah dan

5
pohonya adalah syariah. Akhlak itu sudah menjadi buahnya. Buah itu
akan rusak jika pohonnya rusak, dan pohonnya akan rusak jika akarya
rusak. Oleh karena itu akar, pohon, dan buah harus dipelihara dengan
baik. Bagi Nabi Muhammad Saw, Al-Qur’an sebagai cerminan
berakhlak. Orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah termasuk
meneladani akhlak Rasulullah. Oleh karena itu setiap mukmin
hendaknya selalu membaca Al-Qur’an kapan ada waktunya sebagai
pedoman dan menjadi tuntunan yang baik dalam berperilaku sehari-hari,
insya Allah akan terbina akhlak yang mulia bagi dirinya.5
Rasululullah mengabarkan pula bahwa akhlak yang baik mampu
mengejar amalan ahli ibadah. Dalam sebuah hadits Aisyah Ummul
Mukminin berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlaknya yang baik akan
mencapai derajat orang yang selalu shalat dan berpuasa.” (HR. Abu
Dawud no. 4798, disahihkan oleh al-Albani) Ummu ad-Darda’
meriwayatkan dari suaminya, Abu ad-Darda’, Rasulullah saw pernah
bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam al-mizan
(timbangan) dari pada akhlak yang baik.” (H.R. Abu Dawud disahihkan
oleh al-Albani) Akhlak yang baik adalah sebab seseorang memperoleh
derajat yang tinggi di jannah Allah SWT. Sebaliknya, akhlak yang buruk
adalah sebab seseorang terhalangi dari kenikmatan jannah.6

B. Akhlak Terhadap Rasulullah


Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau
sangat dermawan paling dermawan diantara manusia. Beliau sangat
menghindari perbuatan dosa, sangat sabar, sangat pemalu melebihi
gadis pingitan, berbicara sangat fasih dan jelas, beliau sangat pemberi,

5
Habibah Syarifah, “Akhlak dan Etika dalam Islam”, Jurnal Pesona Dasar. Vol. 1 No. 4, Oktober
2015, Hal. 74
6
Habibah Syarifah, “Akhlak dan Etika dalam Islam”, Jurnal Pesona Dasar. Vol. 1 No. 4, Oktober
2015, Hal. 75

6
beliau juga jujur dan amanah, sangat tawadhu’, tidak sombong, tepati
janji, penyayang, lembut, suka memaafkan, dan lapang dada. Beliau
mencintai orang miskin dan duduk bersama mereka, beliau banyak diam
dan tawa beliau adalah senyuman. Maka oleh sebab itu sepatutnya kita
meneladani akhlak rasulullah. Berakhlak kepada rasulullah dapat
diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada Baginda
Rasulullah saw. sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa
umat manusia ke jalan yang benar. Berakhlak kepada Rasullullah perlu
kita lakukan atas dasar:7
1. Rasullulla Saw.sangat besar jasanya dalam menyelamatkan manusia
dari kehancuran. Beliau banyak mengalami penderitaan lahir batin,
namun semua itu diterima dengan ridha.
2. Rasulullah sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia.
Pembinan ini dilakukan dengan memerikan contoh teladan yang
baik kepada umat manusia.
3. Rasulullah berjasa dalam menjelaskan Al-Qur’an kepada manusia
sehingga jelas dan mudah dilaksanakan. Allah berfirman : Artinya :
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab
dan hikmah. Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al- Jumu’ah : 2)
4. Rasulullah telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang
sangat mulia dalam berbagai bidang kehidupan.

7
Habibah Syarifah, “Akhlak dan Etika dalam Islam”, Jurnal Pesona Dasar. Vol. 1 No. 4, Oktober
2015, Hal. 81

7
C. Ciri-ciri Perilaku yang Mencerminkan Akhlak yang Baik Kepada
Rasulullah.
1. Taat kepada beliau, mengikuti jejak beliau, mengikuti petunjuki
beliau, meneladani dan mengikuti para pengikut beliau.8
2. Mendahulukan kecintaan kepada beliau dari pada selain beliau,
menghormati dan mengagungkannya.9
3. Senantiasa bersholawat dan mengucapkan salam kepada beliau.10
4. Senantiasa waspada agar tidak menyelisihi dan berbuat maksiat
kepada beliau.11
5. Tidak mendahulukan perkataan siapapun dari pada sabda dan
pendapat beliau.12
6. Mengimani ke-Nabian dan ke-Rasulan beliau dan membenarkan
beliau dalam setiap apa saja beliau kabarkan.13
7. Waspada agar tidak terjatuh kepada sikap berlebihan (ghuluw)
didalamnya dengan cara mengangkat beliau dari kedudukan yang
semestinya telah dianugerahkan oleh Allah SWT.14
8. Tidak menyandangkan pada beliau sedikitpun dari predikat
karakteristik Allah, Allah seperti bersumpah dengan nama beliau,
bertawakal kepada beliau dan mendoakan kepada beliau.15
9. Loyal dan cinta kepada orang-orang yang beliau cintai benci dan anti
kepada orang-orang yang beliau musuhi.16
10. Menolong sunnah beliau, dan membela syari’at beliau,

8
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 11
9
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 11
10
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 11
11
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 12
12
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 12
13
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 12
14
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 12
15
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 12
16
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 12

8
11. Menghidupkan sunnah-sunnah beliau dan menampakkan syariat
beliau dan menyampaikan dakwah serta melaksanakan wasiat-
wasiat beliau.17
D. Cara Berakhlak Kepada Rasulullah
1. Mencintai dan Memuliakan Rasulullah18
Setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT
tentulah harus beriman kepada nabi Muhammad. Nabi dan
Rasulullah yang terakhir penutup sekalian nabi dan rasul tidak ada
lagi nabi apalagi rasul setelah beliau. Beliau diutus oleh allah untuk
seluruh umat manusia sampai hari kiamat nanti. Kedatangan beliau
sebagai utusan allah merupakan rahmat bagi alam semesta. Nabi
Muhammad saw telah berjuang selama lebih kurang 23 tahun
membawa umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya yang
terang benderang. Beliaulah berjasa besar membebaskan umat
manusia dari belenggu kemusyrikan , kekupuran, dan kebodohan.
Berbagai penderitaan yang beliau alami dalam perjuangan
itu seperti dihina, dikatakana gila, tukang sihir, tukang tenuh,
penyair, disakiti, diusir dan hendak dibunuh tapi semuanya itu tidak
sedikit pun menyurutkan hati beliau untuk tetap berjuang
membebaskan umat manusia. Nabi sangat mencintai umatnya beliau
hidup dan bergaul serta dapat merasakan denyut nadi mereka. Beliau
sangat menyayangi umatnya. Beliau ikut menderita dengan
penderitaan umat dan sangat menginginkan kebaikan untuk mereka
tentang sikap beliau ini Allah berfirman dalam (Q.S AT Taubah
9:128) yang berbunyi “Sesungguhnya telah datang kepadamu
seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan ( keimanan dan keselamatan)

17
Majid Sa’ud Al-Ausyan.Adab & Akhlak Islami. (Jakarta: Darul Haq, 2015). hal, 12
18
Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlaq. (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2018),
hal, 65

9
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin.”
Sebagai seorang mukmin sudah seharusnya dan sepantasnya
kita mencintai beliau melebihi cinta kita kepada siapapun selain
Allah SWT. Bila iman kita lulus, lahir dari lubuk hati yang paling
dalam tentulah kita akan mencintai beliau, karena cinta itulah yang
membuktikan kita betul-betul beriman atau tidak kepada beliau
Rasulullah saw bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantara
kalian sebelum aku lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri,
orang tuanya, anaknya, dan semua manusia.” (HR. Bukhari,
Muslim dan Nasa’i). “Barang siapa mencintai ahlul baitku, berarti
mencintai aku, mencintai aku, berarti mencintai Allah”. (H.R.
Bukhari Muslim). Terbukti umat Islam seluruh dunia didalam shalat
lima waktu sehari semalam dalam duduk tahyat terakhir
mengucapkan: “ Allahumma shalli a’laa Muhammad wa’ala ali
Muhammad”.
2. Mengikuti dan Menaati Rasul19
Mengikuti Rasulallah SAW (Ittiba ar-rasul) adalah salah satu
bukti kecintaan seorang hamba terhadap Allah SWT. Allah SWT
berfirman: “Katakanlah: kamu (benar-benar) mencintai allah,
ikutilah aku, niscaya allah mengasihi dan mengampuni dosa-
dosamu. “allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Q.S. Ali’
Imran 3:31). Rasulallah SAW, sebagaimana rasul-rasul yang lain,
diutus oleh allah SWT untuk diikuti dan dipatuhi. “Dan kami tidak
mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin
Allah. “(Q.S.An-nisa’ 4:64). Apa saja yang datang dari Rasulallah
SAW harus diterima, apa yang diperintahkannya diikuti, dan apa
yang dilarangnya ditinggalkan.

19
Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlaq. (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2018),
hal, 70

10
Allah berfirman: “Apa yang diberikan rasul kepada mu
maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada allah. Sesungguhnya allah
sangat keras hukuman-Nya.” (Q.S. Al-Hasyr 59:7) ketaatan kepada
Rasulallah SAW bersifat mutlak, karena taat beliau merupakan
bagian dari taat kepada Allah. Allah SWT menegaskan hal itu dalam
firmannya: “Barang siapa yang menaati rasul itu, sesungguhnya ia
telah menaati allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari
ketaatan itu) maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka.” (Q.S. An-Nisa 4:80).
3. Mengucapkan Shalawat dan Salam20
Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman untuk mengucapkan shalawat dan salam bagi nabi
Muhammad saw. “Sesungguhnya allah dan malaikat-malaikatnya
bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawat lah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al Ahzab 33:56). Perintah untuk
bershalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW dalam ayat di
atas di awali oleh Allah SWT dengan pernyataan bahwa Allah dan
para malaikatnya bershalawat kepada beliau.
Hal itu disamping menunjukkan betapa mulia dan
terhormatnya kedudukan beliau disisi Allah SWT, juga
menunjukkan betapa pentingnya perintah bershalawat dan salam itu
kita lakukan. Bahkan untuk memastikan bahwa setiap orang yang
beriman akan mengucapkannya, shalawat dan salam itu dijadikan
sebagai salah satu bacaan dalam shalat. Sekalipun Allah SWT dan
para malaikat bershalawat kepada nabi, tapi pengertian shalawat
masing-masing tentu berbeda dengan shalawatnya orang-orang
yang beriman.

20
Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlaq. (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2018),
hal, 76

11
Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah
merupakan sebagai tanda ucapan terima kasih dan sukses dalam
perjuangannya. Rasulullah bersabda :
a. “Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku, tetapi ia
tidak bershalawat kepada ku.” (H.R. Ahmad)
b. “Barang siapa yang bershalawat kepada ku satu kali, Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat.” (H.R Ahmad)
c. “ Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan ku pada hari
kiamat, ialah orang yang paling banyak bershalawat kepada
ku.” (H.R.Tirmidzi)
4. Melanjutkan Misi Rasulullah21
Misi Rasulullah adalah menyebarluaskan dan menegakkan
nilai-nilai islam. Dan inilah tugas kita selanjutnya sebagai seorang
muslim. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw : “Sampaikanlah dari
ku walau hanya satu ayat, dan ceritakanlah tentang bani israil tidak
ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan
sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya
dineraka” . ( H.R. Ahmad,Bukhari dan Tarmidzi dari Ibnu Umar )
5. Ridha dan Beriman Kepada Rasulullah22
Ridha dan beriman kepada rasulullah merupakan sesuatu
yang harus kita nyatakan. Kita mengakui kerasulannya dan
menerima segala ajaran yang disampaikannya.

21
Habibah Syarifah, “Akhlak dan Etika dalam Islam”, Jurnal Pesona Dasar. Vol. 1 No. 4, Oktober
2015, Hal. 81
22
Habibah Syarifah, “Akhlak dan Etika dalam Islam”, Jurnal Pesona Dasar. Vol. 1 No. 4, Oktober
2015, Hal. 83

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kita wajib mencintai dan mentaati apa yang diajarkan
Rasulullah sebagai wujud kecintaan dan pengabdian kita sebagai
hamba Allah Swt. Apabila kita benar-benar mencintai Allah sudah
semestinya kita juga mencintai Rasulullah, karena beliau merupakan
kekasih beserta utusan Allah untuk dijadikan uswatun khasanah bagi
setiap ummatnya. Bentuk kita mencintai dan mentaati Rasulullah
dengan cara, mencintai dan memuliakan Rasulullah, melanjutkan
misi Rasulullah, membaca shalawat serta salam yang ditujukan
kepada beliau, ridha dan beriman kepada Rasulullah,
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya
kami selaku manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran bagi kami
yang bersifat membantu agar kami tidak melakukan kesalahan yang
sama dalam penyusunan makalah yang selanjutnya dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ausyan Majid Sa’ud. 2015. Adab & Akhlak Islami. Jakarta. Darul Haq

Habibah Syarifah. 2015. Akhlak Dan Etika Dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar.
Vol. 1 No 4. 2337-9227. Diakses pada tanggal 04 Desember 2019 dari
file:///C:/Users/user/Downloads/7527-16469-1-SM%20(1).pdf

Hamid Syamsul Rijal. 2011. Buku Pintar Agama Islam. Bogor. Cahaya Salam

Ilyas Yunahar. 2018. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta. Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam (LPPI)

14

Anda mungkin juga menyukai