Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK II
AKHLAK KEPADA MAKHLUK

DOSEN PENGAMPU

TRISANDI, M.Pd

DI SUSUN OLEH

AZRI RAMADAN

NIM :20010002

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI NURUL ILMI YMPI TANJUNGBALAI

2022-2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

A. Pengertian Akhlak.............................................................................................................2

B. Akhlak Kepada Sesama Manusia......................................................................................3

C. Akhlak Kepada Lingkungan..............................................................................................5

D. Akhlak Terhadap Hewan...................................................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................10

A. Kesimpulan......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam islam di kenal dengan sebutan akhlak yang mana akhlak ini adalah sesuatu
yang bernailai bagi seoarang muslim. Di dalam kehidupan sehari hari akhlak ini merupakan
sebuah hiasan seseorang dalam kehidupannya dan tak hanya itu bahkan akhlak adalah sesuatu
yang sangat penting sampai Rasullah di utus di tengah tengah pendudukan mekkah untuk
memperbaiki akhlak mereka.

Rasulullah merupakan suri tauladan seorang manusia yang memiliki akhlakul karimah
yang sangat baik, dan ini menjadi contoh serta pendoman umat islam untuk meniru akhlak
nya Rasulllah.

Namun akhlak ini tadi bukan hanya untuk diri sendiri yang mana maksudnya adalah
hanya sebagai pajangan dalam diri melainkan akhlak mempunyai implementasi nya dalam
kehidupan kita sehari hari baik dalam bekerja, belajara, berumah tangga dan lain lain.

Nah penulis disini ingin menampilkan bagaimana sebenarnya akhlak di dalam


kehidupan sesama manusia , tumbuhan dan hewan dan bagaimana sebenarnya pemaknaan
dari akhlak tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan mengenai akhlak sesama manusia, hewan, dan tumbuhan

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pandangan mengenai konsep akhlak sesama manusia, hewan dan
tumbuhan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Para ulama ilmu akhlak merumuskan definisinya dengan berbeda-beda tinjauan yang
dikemukakannya, salah satu yang akan penulis utarakan adalah pendapat dari Ibnu Maskawih
yang mengatakan :

‫س دَا ِعيَةٌلَهَا ِألَي َأ ْف َعالِهَا ِم ْن َغي ِْرفِ ْك ٍر َواَل َر ِويَّة‬


ِ ‫َحا ٌل لِلنَّ ْف‬

Artinya :

Akhlak ialah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkan (lebih
lama).

Dalam konteks ini, Ibnu Maskawih menekankan bahawa akhlak adalah keadaan jiwa
yang selalu menimbulkan perbuatan yang gampang di lakukan dan yang disebut akhlak
adalah seluruh perbuatan manusia.

Dari beberapa definisi dan juga yang tertera atas pendapat Ibnu Maskawih, penulis
menarik definisi lain bahwa akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dan dalam
dorongan jiwanya.

Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:

‫اج ٍة اِلَى فِ ْك ٍر َور ُِويَّ ٍة‬ ٍ ‫س َرا ِس َخ ٍة َع ْنهَا تَصْ ُد ُ[ر ْااَل ْف َعا ُل بِ ُسهُوْ لَ ٍة َويُس‬
َ ‫ْر ِم ْ[ن َغي ِْر َح‬ ُ ُ‫اَ ْل ُخل‬
ِ ‫ق ِعبَا َرةٌ ع َْن هَيَْئ ٍة فِى النَّ ْف‬
Artinya:Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran (lebih
dahulu)”.

Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan. Ihsan merupakan ajaran tentang
penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri yang sedang
menghadap dan berada di depan Tuhan ketika beribadah. Ihsan juga merupakan suatu
pendidikan atau latihan untuk mencapai kesempurnaan Islam dalam arti sepenuhnya (kaffah),
sehingga ihsan merupakan puncak tertinggi dari keislaman seseorang. Ihsan ini baru tercapai
kalau sudah dilalui dua tahapan sebelumnya, yaitu iman dan islam. Orang yang mencapai
predikat ihsan ini disebut muhsin. Dalam kehidupan sehari-hari ihsan tercermin dalam
bentuk akhlak yang mulia (al-akhlak al-karimah). Inilah yang menjadi misi utama diutusnya

2
Nabi Saw. ke dunia, seperti yang ditegaskannya dalam sebuah hadisnya: “Sesungguhnya aku
diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”. Tugas yang amat berat dan sangat
mulia itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh Nabi berkat bimbingan langsung dari Allah
Swt. dan juga didukung oleh kepribadian beliau yang sangat agung. Terkait dengan ini Allah
Swt. berfirman:

)4 :68/‫ ﴾ ( القلم‬٤ ‫َظي ٍْم‬ ٍ ُ‫ك لَ َع ٰلى ُخل‬


ِ ‫قع‬ َ َّ‫﴿ َواِن‬

4. Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.

(Al-Qalam/68:4)

Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau
akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus
Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap
manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi larangan-Nya.

َ ‫ (ِإ َّن هللاَ َكت‬:‫[ال‬


‫َب‬ َ [َ‫ُول هللاِ ص[[لى هللا علي[[ه وس[[لّم[ ق‬ ِ ‫ض َي هللاُ تَ َعالَى َع ْنهُ ع َْن َرس‬ ِ ‫س َر‬ ٍ ْ‫بن َأو‬ ِ ‫ع َْن َأبِي يَ ْعلَى َش َّدا ِد‬
ْ‫ َو ْلي ُِرح‬،ُ‫ َو ْلي ُِح َّد َأ َح ُد ُك ْم َش ْف َرتَه‬،َ‫ َوِإ َذا َذبَحْ تُ ْم فََأحْ ِسنُوْ ا[ ال ِّذب َْحة‬،َ‫ فَِإ َذا قَت َْلتُ ْم فََأحْ ِسنُوْ ا ْالقِ ْتلَة‬.‫اِإل حْ َسانَ َعلَى ُك ِّل َشي ٍء‬
‫َذبِي َْحتَهُ) َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬

“Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda:”Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan
perbuatan ihsan (baik) pada tiap-tiap sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan
cara yang baik, jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik,
hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan
sembelihannya.” (HR Muslim)

B. Akhlak Kepada Sesama Manusia


Sebagaimana Nabi Muhammad Saw sebelum diangkat menjadi Rasul memiliki
akhlak yang baik, sejak kecil ia sudah mendapatkan gelar al-amin yakni orang yang jujur.
Kejujuran inilah yang paling utama akhlak terpuji yang dinilai orang lain.

Ada tiga akhlak yang harus dimiliki seorang hamba yakni akhlak pada diri sendiri,
akhlak kepada Allah Swt dan akhlak kepada sesama manusia dan lingkungan. Seorang hamba
dinilai dari akhlaknya bukan dari seberapa banyak harta yang dimiliki.

Dari Abu Hurairah Ra, ia berkata Rasulullah Saw bersabda:

3
‫َأ ْك َم ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِإي َمانًا َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬

“Kaum mukminin yang paling baik ialah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).

Dari ketiga akhlak tersebut salah satu akhlak yang berhubungan dengan sesama yakni
akhlak kepada sesama manusia. Oleh karena hendaknya dengan sesame, seseorang harus
memiliki akhlak yang terpuji.

Akhlak kepada sesama manusia, seperti bagaimana berhubungan dengan tetangga,


masyarakat, maupun dengan sahabat. Adapun akhlak kepada sesama contohnya seperti
memuliahkan tamu, tetangga, bersikap rendah hati, menghormati orang lain dan berprasangka
baik kepada sesame.

Dari Abu Tsa’labah Al Khusyani Rasulullah Saw bersabda:

َ‫اوي ُك ْم َأ ْخاَل قًا الثَّرْ ثَارُونَ ْال ُمتَ َش ِّدقُونَ ْال ُمتَفَ ْي ِهقُون‬
ِ ‫ي َوَأ ْب َع َد ُك ْم ِمنِّي َم َس‬ َ ‫ي َوَأ ْق َربُ ُك ْم ِمنِّي َم َحا ِسنُ ُك ْم َأ ْخاَل قًا َوِإ َّن َأ ْبغ‬
َّ َ‫َض ُك ْم ِإل‬ َّ َ‫ع َأ َحبُّ ُك ْم ِإل‬

“Orang yang paling saya cintai dan yang paling dekat denganku (kelak di akhirat) adalah
orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling saya benci dan paling jauh
denganku (kelak di akhirat) adalah orang yang paling buruk akhlaknya. Yaitu mereka yang
banyak berbicara dan suka mencemooh manusia dengan kata-katanya.” (HR. Ahmad).

Akhlak kepada sesama adalah sikap antara manusia dengan orang lain. Hal ini juga
diterangkan dalam kitab Al-Hikam karya Ibnu Athaillah, betapa pentingnya memiliki akhlak
kepada sesama manusia.

Salah satu cerminan akhlak kepada sesama manusia adalah dengan menjaga
silaturahmi sebagaimana banyak Hadist dan Firman Allah Swt yang mengara pada perkara ini
anjuran untuk menjaga silaturahmi begitu banyak hikmah dan juga kebaikan dalam menjaga
silaturahmi, bahkan ancaman yang begitu besar dalam memutuskan nya

hadits yang diriwayatkan Jubair bin Muth’im, sahabat nabi Saw yang amat
terpandang. Ia pernah mendengar Nabi Muhammad bersabda: (ٌ‫“ )الَ يَ ْد ُخ ُل ال َجنَّةَ قَا ِطع‬Tidak akan
masuk surga orang yang memutus (silaturahim).” (HR. Imam Bukhari)

Karna sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang kehidupan sosial sendiri adalah
hal penting dalam diri manusia bahkan islam menaruh perhatian dalam kehidupan sosial
umatnya

4
ِ‫ ( َم ْن َك[انَ يُ[ؤ ِمنُ بِاهلل‬:‫ قَ[ا َل َر ُس[و َل هللاِ ص[لى هللا علي[ه وس[لم‬:‫[ال‬ َ َ‫عَن َأبِي هُ َري َْرةَ رضي[ هللا عن[ه ق‬
ِ‫ و َم ْن َكانَ يُؤ ِمنُ بِاهلل‬،ُ‫اره‬ َ ‫اآلخ ِر فَالَ يُْؤ ِذ َج‬ ِ ‫وم‬ ِ َ‫ َو َم ْن َكانَ يُؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْالي‬،‫ت‬ْ ‫َو ْاليَوْ ِ[م اآل ِخ ِر فَ ْليَقُلْ خَ يْراً َأو لِيَصْ ُم‬

ِ ‫ض ْيفَهُ) َر َواهُ ْالبُخ‬


‫َاري َو ُم ْسلِ ٌم‬ َ ‫اآلخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْ[م‬
ِ ‫وم‬ ِ َ‫والي‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari
akhir maka hendaknya dia berbicara yang baik atau (kalau tidak bisa hendaknya) dia diam.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti
tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia
memuliakan tamunya.” (HR. al Bukhari dan Muslim)

Dari hadist di atas nampak bagaiaman islam memandang akhlak terhadap


sesama manusia karna memang di dalam islam ketika seseorang beriman kepada
Allah dan Rasulnya maka akan lahir yang nama nya akhlak ke sesama manusia dan
pada sejatinya bentuk akhlak terhadap sesama manusia merupakan bentuk cinta,
sebagaimana dalam hadist

ُ‫ص[لَّى هللا‬ َ ‫ص[لَّى هللاُ َعلَ ْي[ ِه َو َس[لَّ َم ع َْن النَّبِ ِّي‬َ ‫ض َي هللاُ تَ َع[[الَى َع ْن[هُ خَ[[ا ِد ِم النَّبِ ِّي‬
ِ ‫ك َر‬ ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي َح ْم َزة َأن‬
‫ي َو ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ‫ (الَ يُْؤ ِمنُ َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ َأل ِخ ْي ِه َما ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه) َر َواهُ ْالبُخ‬:‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
ّ ‫َار‬

Dari Abu Hamzah –Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu– pembantu Rasulullah, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: ”Tidaklah salah seorang di antara kalian
beriman (dengan keimanan yang sempurna) sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang
ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Makna cinta disini adalah bagaimana kita bersikap baik, ramah, perhatian kepada
sesama manusia sebagaimana dia melihat dirinya sendiri yang mana jika ini terwujud didalam
diri seseorang manusia maka akan terjaga lah kehidupan nya diantara manusia yang lain yang
merupakan implementasi dari akhlak sesama manusia

C. Akhlak Kepada Lingkungan


Akhlak kepada lingkungan adalah perilaku atau perbuatan kita terhadap lingkungan,
Akhlaq terhadap lingkungan yaitu manusia tidak dibolehkan memanfaatkan sumber daya
alam dengan jalan mengeksploitasi secara besar- besaran,sehingga timbul ketidakseimbangan
alam dan kerusakan bumi. Lingkungan harus diperlakukan dengan baik dengan selalu

5
menjaga, merawat dan melestarikannya karena secara etika hal ini merupakan hak dan
kewajiban suatu masyarakat serta merupakan nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain
bahwa berakhlak yang baik terhadap lingkungan merupakan salah satu manifestasi dari etika
itu sendiri.

Dari Syaddad bin Aus berkata, “Ada dua hal yang aku hapal dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata, ‘Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan
kepada segala sesuatu. Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya
diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan
kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya
adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38


ۤ ۤ
َ‫ب ِم ْن َش ْي ٍء ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِه ْم يُحْ َشرُوْ ن‬ َ ‫ض َواَل ٰط ِٕى ٍر يَّ ِط ْي ُر بِ َجن‬
ْ ‫َاح ْي ِه آِاَّل اُ َم ٌم اَ ْمثَالُ ُك ْم ۗ َما فَر‬
ِ ‫َّطنَا فِى ْال ِك ٰت‬ ِ ْ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِى ااْل َر‬

Terjemah Kemenag 2019

38. Tidak ada seekor hewan pun (yang berada) di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat (juga) seperti kamu.Tidak ada
sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam kitab, kemudian kepada Tuhannya mereka
dikumpulkan.

ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga,
sehingga semuanya seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh

diperlakukan secara aniaya."

Dalam kaitannya dengan akhlak terhadap lingkungan, manusia dituntut untuk


berinteraksi dengan baik. Manusia memiliki tanggung jawab pada pelestarian dan
pemeliharaan lingkungan hidup. Bahkan, inti dari risalah Nabi Muhammad SAW atau agama
Islam adalah berkasih sayang terhadap alam semesta. (Al-Anbiya ayat 107).

Dengan demikian, perilaku umat Islam menjadikan kasih sayang terhadap alam
semesta termasuk pelestarian lingkungan sebagai orientasi beragama mereka.

Umat Islam dalam bentuk yang konkret berkewajiban untuk menjaga dan
melestarikan ekosistem baik di darat maupun di laut. Umat Islam menanggung amanah yang
besar dalam menjaga kualitas air, kesegaran udara, kebersihan tanah, dan bahkan memelihara

6
suasana dari polusi suara. (KH Ali Yafie, Merintis Fiqih Lingkungan Hidup, [Jakarta, Ufuk:
2006)

Kerusakan alam dan pencemaran lingkungan memberikan dampak buruk bagi


manusia dan makhluk hidup lainnya. Kerusakan alam dan pencemaran lingkungan tidak
hanya mengenai pelaku, tetapi juga berimbas pada semua makhluk hidup. Adapun dampak
kerusakan alam dan pencemaran lingkungan akan dirasakan oleh manusia itu sendiri. Surat
Ar-Rum ayat 41 menyebutkan, "Kerusakan alam di darat dan di laut telah tampak karena
perbuatan tangan manusia agar Allah menimpakan dampak kerusakan alam akibat sebagian
perbuatan mereka agar mereka kembali."

Adapun lingkungan hidup atau al-bi’ah didefinisikan sebagai sebuah kawasan


geografis di mana kita hidup dan berdiam di dalamnya atau sebuah kawasan dengan unsur
hayati dan kandungan alam yang terdiri atas unsur manusia dan peradaban. (Nuruddin
Mukhtar Al-Khadimi, Fiqhunal Mu’ashir, [Mesir, Darus Salam: 2015 M]).

Menurut Al-Khadimi, perhatian terhadap lingkungan dalam Islam tampak pada nash
dan maqashidus dan qaidah syariah (tujuan dan kaidah dari risalah Islam). perhatian terhadap
lingkungan hidup tampak pada nash-nash dan dalil agama yang sangat spesifik (juz’i) baik
berupa ayat Al-Qur’an, hadits dan sunah nabi, dan kajian-kajian ilmiah dalam Islam yang
berkaitan dengan manusia dan binatang, darat dan laut, angkasa dan kawasan darat. Banyak
sekali ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW baik secara eksplisit maupun
implisit mengandung amanah bagi manusia untuk menjaga lingkungan hidup. Surat Al-A’raf
ayat 65 memerintahkan manusia untuk memakmurkan, menjaga, dan mengolah bumi sesuai
kebutuhan dengan meminimalisasi dampak kerusakannya.

Sedangkan pada Surat Al-Qashash ayat 77 mengingatkan manusia agar tidak berbuat
kerusakan di muka bumi. Perusakan alam dalam Surat Al-Qashash ayat 77 merupakan
tindakan yang tidak diridhai oleh Allah SWT. Adapun tujuan dasar syariat atau risalah
merupakan hifzhul hayat atau menjaga kelestarian kehidupan. Tujuan ini dapat tercapai
melalui pelestarian alam dan pemeliharaan terhadap lingkungan. Sedangkan perusakan alam
dan pencemaran lingkungan berdampak pada kualitas dan daya dukung lingkungan di mana
manusia tinggal dan berdiam. Perusakan alam dan pencemaran lingkungan akan menurunkan
bahkan merusak kualitas pangan, air, dan udara yang menjadi kebutuhan dasar manusia
sebagai makhluk hidup (dharuri). Manusia sebagai makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa
lingkungan yang bersih dan tidak tercemar sebagai daya dukung yang memadai.

7
D. Akhlak Terhadap Hewan
Kalau Islam tidak memperbolehkan seorang muslim untuk berbuat buruk dan
menyakiti non-Muslim, Islam juga berpesan agar berbagi kasih sayang kepada segala
makhluk bernyawa dan melarang mereka untuk bersikap kasar terhadap hewan.

Sejak 13 abad lalu, Islam menganjurkan umat manusia untuk bersikap ramah terhadap
hewan. Kasih sayang terhadap binatang merupakan salah satu cabang keimanan. Tindakan
zalim dan menyakitkan hewan dapat mengantarkan umat Islam ke dalam neraka dan
membuat murka Allah.

Rasulullah SAW pernah menceritakan seorang yang mendapati seekor anjing yang
menjulurkan lidahnya karena kehausan. Ia kemudian turun ke sumur untuk mengambil air
dan memberikan minum anjing kehausan tersebut sehingga terpenuhi hajatnya. "Allah
berterimakasih dan memberikan ampun kepada orang tersebut," kata Rasulullah. "Apakah
menyayangi binatang juga berpahala ya Rasulullah?" tanya sahabat. "Pada setiap limpa yang
basah terdapat pahala," kata Rasulullah. (HR Bukhari).

Pada riwayat Bukhari, Rasulullah SAW menceritakan seorang wanita yang menyiksa
kucing karena menahannya tanpa memberikannya makan. Wanita tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam neraka. Sedangkan riwayat Muslim menceritakan, suatu hari
Rasulullah SAW melihat seekor keledai yang wajahnya ditandai dengan besi panas.

Pada hadits riwayat Abu Dawud, ketika menyaksikan wajah seekor keledai ditandai
dengan besi panas, Rasulullah mengatakan, "Apakah belum sampai kepada kalian bahwa aku
melaknat orang yang menandai binatang pada wajahnya dan memukul wajah binatang?"
Sebuah riwayat menyebutkan, sahabat Ibnu Umar RA melihat sejumlah orang menjadikan
ayam hidup sebagai bulan-bulanan latihan panah. Ia mengatakan, "Sungguh, Nabi
Muhammad SAW melaknat orang yang menjadikan makhluk bernyawa sebagai sasaran
tembak." Sedangkan Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan sahabat Ibnu Abbas SAW
yang mengatakan, "Rasulullah SAW melarang manusia mengadu domba binatang." Al-
Bazzar dengan sanad yang sahih meriwayatkan Ibnu Abbas RA yang mengatakan,
"Rasulullah SAW melarang keras manusia mengebiri binatang." Ulama dari Mazhab Syafi’i,
Izzuddin bin Abdissalam, dalam karyanya, Qawaidul Ahkam fi Mashalihil Anam, membahas
hak-hak binatang.

Menurutnya, pemenuhan hak binatang merupakan bagian dari upaya penciptaan


maslahat dan penolakan mafsadat (dar’ul mafasid wa jalbul mashalih) yang menjadi pijakan
8
agama Islam. "Jenis ketiga yang masuk kategori kedua dalam rangka mendatangkan maslahat
dan menolak mafsadat adalah kewajiban manusia dalam menjaga hak binatang ternak dan
hewan. Manusia wajib menafkahi dengan pantas binatang tersebut seandainya binatang itu
sakit dan tidak dapat diambil manfaatnya; tidak boleh membebaninya dengan pekerjaan yang
tidak sanggup dilakukannya; tidak mengumpulkannya dengan hewan sejenis atau hewan jenis
lain yang dapat menanduk, memecahkan, atau melukainya; harus menyembelih dengan cara
terbaik bila ingin menyembelihnya; tidak mengoyak kulitnya, tidak boleh mematahkan
tulangnya sehingga melemahkan dan menghilangkan daya hidupnya, tidak boleh
menyembelih anaknya di hadapannya, tidak boleh mengisolasinya, harus menyiapkan alas
terbaik untuk dia duduk mendeku; mengumpulkan jantan dan betina pada musim kawin; tidak
boleh membuang hasil buruannya; tidak boleh melemparnya dengan alat (keras) yang dapat
mematahkan tulangnya; atau melempar/membenturkannya dengan benda yang tidak
membuat halal dagingnya," (Izzuddin bin Abdissalam, Qawaidul Ahkam fi Mashalihil Anam,
[Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2010 M], juz I, halaman 112). (Alhafiz Kurniawan)

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akhlak ialah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkan
(lebih lama).

2. Salah satu cerminan akhlak kepada sesama manusia adalah dengan menjaga silaturahmi

3. Bentuk akhlak kepada lingkungan adalah dengan menjaga serta merawat lingkungan karna
sejatinya itu adalah karunia dan amanah yang di berikan Allah kepada kita semua

4. Bentuk akhlak kepada hewan adalah bagaimana kita berlaku baik kepada hewan itu baik
itu hewan peliharaan, hewan ternak, atau pun hewan liar

10
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemah

Al-Hadda, Abdullah Ba’alawi, 1980, An-Nasâihu Ad-Dîniyah. Terjemah Abdai Rathoni


dengan judul Petuah-petuah Agama, Semarang : Toha Putra

https://kalam.sindonews.com/read/519434/69/hadits-arbain-lengkap-terdiri-42-hadits-karya-
imam-an-nawawi-1629713296/40

https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/akhlak-kepada-lingkungan-Z4EgH

11

Anda mungkin juga menyukai