َم ُسبُلَن َۗا َواِ َّن هّٰللا َ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِ ْين€َُْوالَّ ِذ ْينَ َجاهَ ُدوْ ا فِ ْينَا لَنَ ْه ِديَنَّه
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benarbenar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-
orang yang berbuat baik.
Beliau menjelaskan, lantaran mereka tiada bosan mencari, bertemulah jalan itu.Mendapat
pimpinan dari Nur Ilahi sendiri.Sehingga tidak ada syak, tidak ada ragu di dalam hatinya di
dalam menempuh jalan itu. Tingkat makrifat yang kedua, atau pertengahan ialah yang dapat
dengan jalan Zhan yang ditafsirkan oleh ahli loghat dengan yakin, meskipun belum sampai
kepada derajat yakin yang sejati. Hal ini telah ditegaskan dalam Surat Al-Baqarah:46:
َالَّ ِذ ْينَ يَظُنُّوْ نَ اَنَّهُ ْم ُّم ٰلقُوْ ا َربِّ ِه ْم َواَنَّهُ ْم اِلَ ْي ِه ٰر ِجعُوْ ن
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka
akan kembali kepada-Nya.
Ahli Sunnah mengartikan, bahwa jalan untuk mencapai makrifat itu tidak lain daripada
mengetahui dan memengang sungguh-sungguh kepada AlQur’an dan Hadist, yang kemudian
membawa seseorang kepada makrifatullah yang sebenar-benarnya. Ali bin Abi Thalib
menerangkan, bahwa makrifatullah itu merupakan pangkal segala makrifat. Orang-orang Sufi
mempunyai pengertian tesendiri yang lebih mendalam tentang makrifat itu.Sebenarnya yang
lebih penting baginya ialah hakikat, makrifat hanya merupakan suatu perantaraan. Bagi orang
Sufi tiap jiwa yang bersih akan dapat mencapai makrifatullah. Orang Sufi menempuh jalan zaug,
rasa, dan qalb, hati, sedang usaha luar hanya dapat menyampaikan manusia kepada makrifatu
zauq, makrifat rasa dan perasaan.
HADIST :
Dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh masruq r.a ketika ia menemui Abdullah bin mas’ud
ia berkata bahwa rosulullah saw bersabda : “Wahai manusia barang siapa mengetahui sesuatu
hendaklah ia mengatakan apa yang dia ketahuinya. Barang siapa yang tidak mengetahuinya
maka hendaklah ia mengatakan Allah lah yang Maha mengetahui. Karena termasuk ilmu jika ia
mengatakan bahwa Allah maha tau” (H.R Bukhari, Shahihul Bukhari, Jilid 3;4809)
Kesimpulan : Faham fana dan baqa yang ditujukan untuk mencapai ittihad itu dipandang oleh
sufi sebagai sejarah dengan konsep liqa al-rabbi menemui Tuhan. Fana dan baqa merupakan
jalan menuju berjumpa dengan Tuhan. Hal ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
َم ُسبُلَن َۗا َواِ َّن هّٰللا َ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِ ْين€َُْوالَّ ِذ ْينَ َجاهَ ُدوْ ا فِ ْينَا لَنَ ْه ِديَنَّه
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benarbenar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-
orang yang berbuat baik.