PENDAHULUAN
Akhlak mempunyai pengaruh besar terhadap individu manusia dan terhadap suatu bangsa.
Ajaran-ajaran akhlak sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam kehidupan
sehari-hari, seperti yang terdapat di beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang
akhlak mulia Rasulullah. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Al-Aḥzāb:21 yang artinya “
Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang
mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.1 Dari ayat tersebut
mengindikasikan perlu adanya akhlak mulia, baik dikehidupan agama maupun kehidupan
beragama.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya,
jaya hancurnya, sejahtera rusaknya satu bangsa dan masyarakat adalah bergantung kepada
bagaimana akhlaknya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak) rusaklah lahir
dan batinnya. Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai
pengisi nilai-nilai keislaman. Dengan adanya cermin dari nilai yang dimaksud dalam sikap
dan perilaku seseorang maka tampillah kepribadiannya sebagai muslim. Materi akhlak
merupakan bagian dari nilai-nilai yang harus dipelajari dan dilaksanakan, hingga terbentuk
kecendrungan sikap yang menjadi ciri kepribadian Muslim.
1.3. Tujuan
Dari rumusan-rumusan masalah diatas dapat saya simpulkan tujujuan dari pembahasan kami
adalah agar mampu melaksanakan akhlak yang terpuji, sebagaimana akhlak nabi muhammad
SAW.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah akhlak sudah tidak jarang lagi terdengar di tengah kehidupan masyarakat. Mungkin
hampir semua orang sudah mengetahui arti kata akhlak tersebut, karena perkataan akhlak
selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan tetapi agar lebih meyakinkan pembaca
sehingga mudah untuk dipahami maka kata akhlak perlu diartikan secara bahasa maupun
istilah. Dengan demikian, pemahaman terhadap akhlak akan lebih jelas substansinya. Secara
bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang sudah di-Indonesiakan. Ia merupakan
akhlaaq jama‟ dari khuluqun yang berarti “perangai, tabiat, adat, dan sebagainya. 1Kata
akhlak ini mempunyai akar kata yang sama dengan kata khaliq yang bermakna pencipta dan
kata makhluq yang artinya ciptaan, yang diciptakan, dari kata khalaqa, menciptakan. Dengan
demikian, kata khulq dan akhlak yang mengacu pada makna “penciptaan” segala yang ada
selain Tuhan yang termasuk di dalamnya kejadian manusia.2 Sedangkan pengertian akhlak
menurut istilah adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan suatu perbuatan dengan
mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Dalam
kepustakaan, kata akhlak diartikan juga sebagai sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku,
tingkah laku) mungkin baik mungkin buruk, seperti yang telah dijelaskan di atas.
Berikut ini beberapa defenisi kata akhlak yang dikemukakan para ahli, antara lain:
Menurut pendapat Imam-al-Ghazali selaku pakar di bidang akhlak yang dikutip oleh
Yunahar Ilyas yaitu:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sifat itu
melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syariat, maka disebut akhlak yang baik,
dan bila lahir darinya perbuatan yang buruk, maka disebut akhlak yang buruk.
Sedangkan Aminuddin mengutip pendapat Ibnu Maskawah (w. 421 H/ 1030 M) yang
memaparkan defenisi kata akhlak ialah kondisi jiwa yang senantiasa mempengaruhi untuk
bertingkahlaku tanpa pemikiran dan pertimbangan.
Sedangkan Aminuddin mengutip pendapat Ibnu Maskawah (w. 421 H/ 1030 M) yang
memaparkan defenisi kata akhlak ialah kondisi jiwa yang senantiasa mempengaruhi untuk
bertingkahlaku tanpa pemikiran dan pertimbangan.
Pendapat lain dari Dzakiah Drazat mengartikan akhlak sedikit lebih luas yaitu “Kelakukan
yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, dan kebiasaan yang menyatu,
2
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup
keseharian”.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau
sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar
telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan
tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Dapat dipahami juga bahwa akhlak
itu harus tertanam kuat/tetap dalam jiwa dan melahirkan perbuatan yang selain benar secara
akal, juga harus benar secara syariat Islam yaitu al-Quran dan al-Hadits.
Istilah akhlak, etika, dan moral mempunyai persamaan dan perbedaan dalam pemaknaannya.
Sebagaimana diterangkan dalam buku “Akhlak Tasawuf” yang disusun oleh Prof. Dr.
Rosihon Anwar, M. Ag. Pertama bahwasanya ketiganya mengacu pada gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, dan perangai yang baik. Kedua, merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Ketiga, merupakan potensi
positif yang dimiliki oleh setiap orang. Sementara perbedaan diantara ketiga istilah tersebut
ialah:
Nabi Muhammad SAW sebagai khatimunnabi diutus oleh Allah untuk menyempurnakan
Akhlak. Betapa pentingnya pembelajaran, penerapan, dan pembiasaan akhlak sejak dini
yang akan mempengaruhi karakter pada diri seseorang, yang mana sesuai dengan etika dan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Pembentukan karakter tersebut erat kaitannya
dengan psikologi. Psikologi membicarakan tentang perasaan, sifat, kehendak, pemahaman,
khayal, kemerdekaan, yang keseluruhan dibutuhkan oleh ilmu akhlak.
Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-buruk atau mulia dan tercela. Al-Quran
dijadikan sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak. Dimulai dari akhlak pribadi,
keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan pekerjaannya.
Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, bukan akal pikiran atau pandangan
masyarakat, sebagaimana pada konsep etika dan moral.[5] Dalam konsep akhlak, segala
sesuatu dinilai baik-buruk, terpuji-tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Qur’an dan
Sunnah) menilainya demikian. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang
3
Rasulullah SAW sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْي ًر
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21).
Ibnu katsir menerangkan bahwa ayat yang mulia itu merupakan dalil pokok yang paling
besar, yang menganjurkan kepada manusia yang beriman agar meniru Rasulullah SAW
dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Karena itulah Allah SWT
memerintahkan kepada kaum mukmin agar meniru sikap Nabi SAW dalam hal kesabaran,
keteguhan hati, kesiagaan, dan perjuangannya, serta tetap menanti jalan keluar dari Allah
SWT. Semoga shalawat dan salam-Nya terlimpahkan kepada Rasulullah SAW sampai hari
kiamat. Keluhuran akhlak Nabi SAW juga disebutkan dalam ayat lainnya. Allah SWt
berfirman:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4).
Akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai tingkat keimanan seseorang.
Bahkan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang apa yang paling
banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau mengatakan:
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi,
Ibnu Majah).
Salah satu alasan diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT di Arab tidak lain untuk
membenahi akhlak masyarakat pada masa itu. Hal ini disebutkan dalam hadits.
Dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik. (HR.
Ahmad 2/381).
Mengenai akhlak Nabi SAW, Siti Aisyah radhiyallahu anha menjawab:
4
َ َكانَ ُخلُقُهُ ْالقُرْ آن
Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.
Rasulullah SAW sama sekali belum pernah memukulkan tangannya kepada seorang pun dari
pelayannya, dan belum pernah memukul seorang pun dari istri (beliau), dan belum pernah
memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali bila dalam berjihad di jalan Allah.
Baginda Nabi SAW juga tidak pernah melakukan suatu pembalasan yang pernah ditimpakan
kepada dirinya, melainkan bila batasan-batasan Allah dilanggar, maka beliau baru melakukan
pembalasan dan itu hanyalah karena Allah SWT. Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
ٍ ُاس بِ ُخل
ق َح َس ٍن َ َّق الن
ِ َِو َخال
Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987.
5
2. Bertakwa dengan baik
3. Belajar tiada henti
4. Bekerja keras dan ikhlas
5. Bersahaja dalam hidup
6. Bantu sesama
7. Bersikam hati selalu
Dengan 7 konsep tersebut kita dapat mengimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari namun
tetap dengan akhlak yang baik maka kesuksesan akan dengan mudah kita dapat,baik
kesuksesan dunia maupun akhirat
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangan (amal) seseorang mukmin pada hari
kiamat,melebihi akhlak yang luhur” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia. Dia yang menciptakan
manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang rusuk, hal ini
sebagaimana di firmankan Allah ﷻdalam surat At-Thariq ayat 5-7, sebagai berikut :
ِ يَ ْخ ُر ُج ِم ْن بَ ْي ِن الصُّ ْل,ق
ِ ب َوالتَّ َرآِئ
ب َ ِ ُخل,َ فَ ْليَ ْنظُ ِر اِإْل ْن َسا نُ ِم َّم ُخلِق.
ٍ ِق ِم ْن َّمآ ٍء دَاف
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia diciptakan
dari air (mani) yang terpancar. Yang terpancar dari tulang sulbi (punggung) dan tulang
dada”.
Maka dari itu kita sebagai umat islam harus tunduk dan patuh atas segala perintah dan
larangannya, karna Allah-lah yang telah menciptakan kita.
6
Kedua, karena Allah SWT–lah yang telah memperlengkapkan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati, serta anggota badan yang kokoh dan
sempurna kepada manusia. Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 78 :
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu apapun dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur”.
5. Tawakal
Tawakal untuk Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu
hasil kerja atau menunggu dari suatu keadaan. Tawakal bukan berarti meninggalkan
kerja dan usaha, dalam surat Al-Mulk ayat 15 dijelaskan, bahwa manusia di
syariatkan berjalan di muka bumi utuk mencari rizki dengan berdagang, bertani dan
lain sebagainya.
7
dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam
melakukan ibadah untuk Allah.
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di haruskan untuk
berakhlak kepada Nabi Muhammad SAW. Karena dari beliaulah kita banyak mendapatkan
warisan yang bisa kita wariskan lagi turun-menurun ke anak cucu kita. Mencintai Rasulullah
adalah wajib dan termasuk bagian dari iman. Semua orang Islam mengimani bahwa
Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran Rasulullah SAW
adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya. Ahlus sunnah mencintai Rasulullah
SAW dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih dari
kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
Sebagimana sabda Rasulullah saw, yang artinya, ”Tidak beriman salah seorang diantara
kamu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya
dan manusia semuanya, (HR. Bukhari Muslim).
1. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita
sebagai umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang telah
beliau wariskan. “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-
sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala)
seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala
mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah)
8
2. Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka
kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik
akibatnya.”
3. Selalu bershalawat
Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada Nabi
Muhammad SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi hendaknya disertai
dengan niat dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk memuliakan
dan menghormati beliau.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar sayap,
yaitu:
9
2.6. Akhlak Terhadap Individu Dan Sosial
Akhlak individu yaitu modal yang berbasis kualitas pribadi. Akhlak individu dalam Islam
bersifat labil dan pokok. Ia akan menyangkut relasi kepada Allah swt melalui iman yang
melahirkan akidah, ibadah, kesucian hati yang diaktualisasikan dengan zikir, do'a dan
membaca Al-qur'an. Contoh akhlak individu yaitu memelihara kesucian dan kehormatan diri,
bersikap cukup (qona'ah), selalu bersyukur kepada Allah Swt dan lainnya.
Akhlak baik akan mengantarkan seseorang agar sukses dengan kualitas pribadi yang baik.
Cara agar menjadikan kualitas pribadi baik dengan sikap yang jujur, ikhlas, berintegritas, dan
mempunyai kompetensi. Kepribadian yang sesuai dengan Al-qur'an maka akan berfungsi
dengan baik. Kepribadian tersebut juga memerlukan ilmu sebagai identitas. Cara agar
identitas berisi yaitu dengan amal, baik amal sosial, humaniora, agama dan teknologi.
Sedangkan, akhlak sosial adalah tanggung jawab sosial yang juga merupakan panggung atau
tempat untuk menunjukan bahwa memiliki pribadi baik. Kualitas individu mempengaruhi
kualitas sosial karena mereka saling berinteraksi. Contoh akhlak sosial yaitu membantu orang
yang sedang kesulitan, bergotong royong, dan lainnya.
Adapun 5 prinsip hubungan individu dan sosial yaitu pertama, keseimbangan antara individu
dan sosial. Kedua, fungsional yang artinya berjalan dan berfungsi sesuai dengan perbuatan
masing-masing. Ketiga, kolaborasi yaitu kerja sama antara individu dan sosial. Keempat,
kontributor akan ada yang memberi dan menerima (take and give). Kelima, sistematisasi
yang berarti saling bergantung dan bertautan yaitu manusia kepada Allah Swt.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana yang
baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup,
tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
manusia itu sendiri yang menciptanya.Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur
seluruh dimensi hubungan manusia dengan alam lingkungan. Islam mengajarkan dan
menetapkan prinsip-prinsip atau konsep dasar akhlak bagi manusia tentang bagaimana
bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini merupakan wujud kesempurnaan Islam dan salah
satu bentuk nikmat dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas. Allah berfirman:
“pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas kamu nikmat-
Ku,dan Aku ridlai Islam sebagai agamamu” (Q.S Al-Maidah:3).
10
Prinsip Islam selalu menyeimbangkan semua hal dalam kehidupan manusia.Islam tidak
mengizinkan manusi a untuk lebih atau hanya memperhatikan satu sisi dengan menghabiskan
sisi yang lain.Ini bisa terwujud dalam prinsip atau nilai-nilai Islam karena ia terbebas dari
kekangan hawa nafsu dan diciptakan oleh sang pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup
mereka mulia, mendapatkan rahmat, dan hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.
Sikap Islam dalam memperhatikan alam lingkungan bertujuan demi kebaikan manusia baik
di dunia maupun di akhirat, sesuai prinsip berikut ini,Bahwa disisi Allah manusia adalah
makhluk yang mulia.Allah telah menundukkan semua yang ada dilangit dan dibumi untuk
memudahkan manusia. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,kami angkut mereka didaratan
dan dilautan,kami beri mereka rizqi dari yang baik- baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan” (Q.S Al-
Israa:70).
Berkaitan dengan akhlak pada lingkungan menurut etika, dapat dijelaskan bahwa etika
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwardarminto, sejak 1953) arti
etika adalah:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika atau akhlak berbangsa dan bernegara dalam Islam dapat diwujudkan
dengan menegakkan keadilan dan kebenaran, menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, dan
mewujudkan kemaslahatan umat. Etika berbangsa dan bernegara sangat diperlukan dalam
kehidupan manusia karena tanpa etika tersebut maka kehidupan berbangsa dan bernegara
tidak akan berjalan dengan tentram, damai, dan rukun. Oleh karena itu, sebagai warga negara
Indonesia sekaligus sebagai seorang muslim maka sangat penting memahami dan
merealisasikan pentingnya etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena pada
hakikatnya ajaran Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw memiliki misi profetis
untuk menyempurnakan akhlak mulia maka dengan memahami dan merealisasikan etika
dalam berbangsa dan bernegara pada hakikatnya kita sedang merealisasikan ajaran Islam itu
sendiri.Secara kodrati, manusia ditakdirkan oleh Allah Swt bersuku-suku dan berbangsa-
bangsa tujuannya adalah agar saling mengenal sebagaimana yang tercantum dalam Al-
Qur‟an surat Al-Hujurat ayat 13:
11
“Wahai manusia!Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
salinng mengenal.Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Tidak hanya untuk saling mengenal saja akan tetapi juga untuk saling memberi manfaat. Hal
ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Quraish Shihab ketika menjelaskan ayat tersebut
bahwa semakin kuat sikap pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang
untuk saling memberi manfaat.Karena itu ayat di atas menekankan perlunya saling
mengenal.4 Apalah arti perkenalan jikalau tidak saling memberikan manfaat. Oleh karena itu
dalam Islam manusia terbaik adalah manusia yang memberikan manfaat untuk orang lain
sebagaimana hadits Nabi Saw:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-
Thabrani, ad-Daruqutni.
12
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang
terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan
dan menghindarkan keburukan akhlak pun memiliki kaitan erat dengan etika, moral,
kesusilaan, dan kesopanan.
Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang perbutan-perbuatan
manusia yang mendorong kepada baik atau buruknya. Ilmu akhlak bukanlah tingkah
lakuh manusia melainkan perbuatan yang dilakukan atas kemauan sendiri yang selalu
dilakukannya dan kemudian mendarah daging dlam diri manusia itu sendiri.
3.2. Saran
Mudah-mudahan makalah ini dpat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca semuamya. Serta diharapkan, dengan diselesaikanya makalah ini , baik
pembaca maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik sesuai dengan ajaran
islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna nabi Muhammad
SAW, setidaknya kita tidak termasuk kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.gramedia.com
2. http://www.kuliahkucatatandankehidupan.blogspot.com
3. https://www.studocu.com
4. https://brainly.do.id
5. https://www.studocu.com
6. https://www.academia.edu
13