Anda di halaman 1dari 34

MENGENAL KONSEP AKHLAK DALAM ISLAM

ww.totaltren.com/2015/01/mengenal-konsep-akhlak-dalam-
islam.html
SUBSTANSI:
1. Menjelaskan tentang Konsep Akhlak Islam

2. Menjelaskan tentang Sumber Akhlak

3. Menjelaskan tentang Hubungan Akhlak dengan Aqidah

4. Menjelaskan tentang Ciri dan Macam-Macam Aklakul Karimah

5. Menjelaskan tentang Ancaman Akhlak dalam Kehidupan Modern

Pengantar

Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat
penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan
syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah kesempurnaan dari pohon tersebut
setelah akar dan batangnya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri
seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak
lebih didominasi istilah karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap
dan perilaku seseorang.

Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di
muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah
masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata
untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun.
Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13
tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan
kedua sarana inilah (aqidah dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di
kalangan umat Islam pada waktu itu.

Tujuan dari kajian tentang akhlak ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman yang
baik tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya memiliki
komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan
sehari-hari (moral action). Dengan kajian ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki sikap,
moral, etika, dan karakter keagamaan yang baik yang dapat dijadikan bekal untuk
mengamalkan ilmu yang ditekuninya di kehidupannya kelak di tengah masyarakat.

Pengertian Akhlak
Secara etimologi, istilah Akhlak berasal dari bentuk jamak khuluk yang berarti watak, tabiat,
perangai dan budi pekerti. Imam al-Ghazali memberi batasan khuluk sebagai : Khuluk
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah
dan ringan tanpa pertimbangan dan pemikiran mendalam. Dari pengertian ini, suatu
perbuatan dapat disebut baik jika dalam melahirkan perbuatan-perbuatan baik itu dilakukan
secara spontan dan tidak ada paksaan atau intervensi dari orang lain.

Ibnu Miskawaih dalam kitab Tahdzibul Akhlak menjelaskan bahwa khuluk ialah keadaan
gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan tanpa pertimbangan dan
pemikiran. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa gerak jiwa meliputi dua hal. Pertama,
alamiah dan bertolak dari watak seperti adanya orang yang mudah marah hanya karena
masalah sepele atau tertawa berlebihan karena mendengar berita yang tidak memprihatinkan.
Kedua, keadaan jiwa yang tercipta melalui kebiasaan, atau latihan. Pada awalnya keadaan
tersebut terjadi karena dipikirkan dan dipertimbangkan, namun pada tahapan selanjutnya
keadaan tersebut menjadi satu karakter yang melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan
masak-masak. Oleh karena itu, pendidikan akhlak sangat diperlukan untuk mengubah
karakter manusia dari keburukan ke arah kebaikan.

Hubungan Antara Akidah Dengan Akhlak

Sesuai dengan pengertian di atas, akhlak merupakan manifestasi iman, Islam dan Ikhsan
sebagai refleksi sifat dan jiwa yang secara spontan dan terpola pada diri seseorang sehingga
melahirkan perilaku yang konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan berdasarkan
keinginan tertentu. Semakin kuat dan mantap keimanan seseorang, semakin taat beribadah
maka akan semakin baik pula akhlaknya. Dengan demikian, akhlak tidak dapat dipisahkan
dengan ibadah dan tidak pula dapat dipisahkan dengan akidah karena kualitas akidah akan
sangat berpengaruh pada kualitas ibadah yang kemudian juga akan sangat berpengaruh pada
kualitas akhlak.
Akidah dalam ajaran Islam merupakan dasar bagi segala tindakan muslim agar tidak
terjerumus kedalam perilaku-perilaku syirik. Syirik disebut sebagai kezaliman karena
perbuatan itu menempatkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang
tidak berhak menerimanya. Oleh karena itu muslim yang baik akan menjaga segala ryang
memiliki akidah yang benar, ia akan mampu mengimplementasikan tauhid itu dalam bentuk
akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Allah berfirman dalam surat Al-Anam (06) : 82 :

Artinya : Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.

Orang yang mendapat petunjuk adalah mereka yang tahu bersyukur, sehingga perbuatan
mereka senantiasa sesuai dengan petunjuk Allah. Inilah yang dimaksud dengan akhak mulia.
Dengan demikain ada hubungan yang amat erat antara akidah dengant akhlak, bahkan
keduanya tidak dapat dipisahkan.
Sumber Akhlak

Pembicaraan tentang Akhlak berkaitan dengan persoalan nilai baik dan buruk. Oleh karena
itu ukuran yang menjadi dasar penilaian tersebut harus merujuk pada nilai-nilai agama Islam.
Dengan demikian, ukuran baik buruknya suatu perbuatan harus merujuk pada norma-norma
agama, bukan sekedar kesepakatan budaya. Kalau tidak demikian, norma-norma akan
berubah seiring dengan perubahan budaya, sehingga sesuatu yang baik dan sesuai dengan
agama bisa jadi suatu saat dianggap buruk pada saat bertentangan dengan budaya yang ada.

Dalam Islam, akhlak menjadi salah satu inti ajaran. Fenomena ini telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat alQalam (4) :

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Keseluruhan akhlak Rasulullah ini juga diungkapkan oleh Aisyah r.a. saat ditanya tentang
akhlak Nabi. Saat itu Aisyah berkata : Akhlak Nabi adalah Al Quran. Demikian juga
disebutkan dalam Al Quran surat Al Ahzab (33) : 21.

Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.

Dengan demikian bagi umat Islam, untuk menunjuk siapa yang layak dicontoh tidak perlu
sulit sulit, cukuplah berkiblat kepada akhlak yang ditampilkann oleh Rasulullah SAW. Dalam
sebuah hadis dinyatakan : orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik budi pekertinya (HR. Ahmad dari Abu Hurairah). Dalam hadis yang lain yang
diriwayatkan oleh at Turmudzi dari Jabir r.a., Rasulullah menyatakan : Sungguh di antara
yang paling aku cintai, dan yang paling dekat tempat duduknya dengan aku kelak pada hari
kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kamu.

Merujuk pada paparan di atas, sumber akhlak bagi setiap muslim jelas termuat dalam Al
Quran dan hadis Nabi. Selain itu, sesuai dengan hakekat kemanusiaan yang dimilikinya,
manusia memiliki hati nurani (qalbu) yang berfungsi sebagai pembeda antara perbuatan baik
dan buruk. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada
sahabat Wabishah tatkala beliau bertanya tentang kebaikan (al-birr) dan dosa (al-itsm) dalam
dialog seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad sebagai berikut :

Hai Wabishah, bertanyalah kepada hatimu sendiri, kebaikan adalah sesuatu yang jika kamu
lakukan, jiwamu merasa tentram, sedang dosa adalah sesuatu yang jika kamu lakukan,
jiwamu bergejolak dan hatimu pun berdebar debar meskipun orang banyak memberi tahu
kepadamu (lain dari yang kamu rasakan).

Berkaitan dengan hati nurani, muncul persoalan, dapatkah dijamin bahwa hati nurani selalu
dominan dalam jiwa manusia sehingga suaranya selalu didengar, mengingat dalam diri
manusia terdapat dua potensi yang selalu bertolak belakang yaitu potensi yang mengarah
kepada kebaikan (taqwa) dan potensi yang mengarah pada keburukan (al-fujur), dimana
kekuatan yang lebih menonjol tentunya menjadi dominan dalam mempengaruhi keputusan
suatu persoalan.

Oleh karena itu, agar hati nurani seorang muslim selalu dalam kondisi kepada kebaikan,
maka ia harus selalu disucikan. Seorang muslim perlu menjaga rutinitas dan kontinuitas
ibadah, berusaha untuk selalu mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah, membaca sejarah
orang orang terdahulu serta selalu berusaha untuk saling menasehati dengan sesamanya.

Macam-macam Akhlakul Karimah

Dalam Al Quran dan hadis banyak dijelaskan bagaimana perilaku (akhlak) yang sesuai
dengan aturan Islam. Seperti misalnya di dalam Al Quran surat Asy-Syams (91) : 7-10 yang
berbunyi :

Artinya : Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan


kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Ayat di atas menjelaskan bahwa barang siapa ingin mencapai kebahagiaan hidup, hendaknya
dia mensucikan jiwanya dari sifat sifat tercela dan berusaha memiliki ketakwaan yang tinggi.
Artinya, dia harus selalu berusaha meningkatkan ketakwaan dengan cara yang benar.

Ayat lain di dalam Al Quran mengajarkan kepada manusia untuk menahan hawa nafsunya,
sebagaimana terdapat dalam surat an-Naaziat (79) : 40-41 yang berbunyi :

Artinya : Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan
diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).

Dalam Al Quran surat Ali Imron (3) : 200, Allah swt berfirman
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung.

Ayat di atas mengajarkan kepada manusia untuk tetap tabah dan sabar dalam menghadapi
berbagai ujian dan cobaan yang menimpa dirinya dalam kehidupannya.
Al Quran surat at-Taubah (09) : 119 mengajarkan kepada manusia untuk bertakwa dan jujur
dalam setiap perbuatan.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.

Jujur hendaknya tidak hanya kepada orang lain, tetapi juga terhadap diri sendiri. Salah satu
perilaku jujur misalnya saat menjalani ujian semester. Sebagai seorang muslim, hendaklah
mahasiswa tidak tergoda untuk berlaku curang dengan cara menyontek atau menekan dosen
yang mengajar untuk memberi nilai yang diinginkannya, padahal tidak sesuai dengan
kemampuan dirinya.

Dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk
bekerja profesional sesuai dengan ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya. Salah satu hadis
yang diriwayatkan oleh imam Malik, Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Turmudzi dan
Nasai dari Abu Hurairah yang menyatakan : Sungguh, seandainya kamu mencari kayu
seikat yang dibawa di atas punggung (untuk kemudian dijual) , lebih baik bagimu daripada
minta minta kepada seseorang yang mungkin diberi atau ditolak.
Hadis ini dengan tegas melarang umat Islam untuk menjadi pengemis, yang bekerja dengan
mengandalkan belas kasihan orang lain.

Berkaitan dengan berbagai bentuk akhlakul karimah, Ibnu Miskawaih menunjukkan berbagai
macam kebajikan sebagai berikut:

1. Kearifan
Pandai (al-dzaka), kecepatan dalam mengembangkan kesimpulan yang melahirkan
pemahaman

Ingat (al-dzikru), kecepatan dan kemampuan berimajinasi

Berfikir (al-taaqqul), kemampuan untuk menyesuaikan antara ide dengan realitas

Kejernihan pikiran (shafau al-dzihni), kesiapan jiwa menyimpulkan hal yang


dikehendaki.
Ketajaman dan kekuatan otak (jaudat al-dzihni), kemampuan jiwa untuk merenungkan
masa lalu atau sejarah.

Kemampuan belajar dengan mudah (suhulat at-taallum), kekuatan dan ketajaman


jiwa dalam memahami sesuatu.

2. Kesederhanaan
Rasa malu (al-haya)

Tenang (al-daat)

Sabar (as-shabru)

Dermawan (al-sakha)

Integritas (al-hurriyah)

Puas (al-qanaah)

Loyal (al-damatsah)

Berdisiplin diri (al-intizham)

Optimis atau berpengharapan baik (husn-al-huda)

Kelembutan (al-musalamah)

Anggun berwibawa (al-wiqar)

Wara

3. Keberanian
Kebesaran jiwa

Tegar

Ulet

Tabah

Menguasai diri
Perkasa

4. Kedermawanan
Murah hati (al-karam)

Mementingkan orang lain (al-itsar)

Rela (al-nail)

Berbakti (al-muwasah)

Tangan terbuka (al-samahah)

5. Keadilan
Bersahabat

Bersemangat sosial (al-ulfah)

Silaturrahmi

Memberi imbalan (mukafaah)

Baik dalam bekerja sama (husn al-syarikah)

Kejelian dalam memutuskan persoalan (husn al-qadha)

Cinta (tawaddu)

Beribadah kepada Allah

Taqwa kepada Allah

Muhammad Iqbal menjelaskan bahwa untuk mencapai martabat manusia sempurna, manusia
harus memiliki syarat syarat sebagai berikut:

1. Isyqo Muhabbat, artinya kecintaan yang sangat mendalam kepada Allah yang akan
melahirkan rasa kasih sayang terhadap makhluk-makhluk-Nya.

2. Syajaah, artinya keberanian yang tertanam di dalam pribadi seseorang sehingga


berani beramar maruf nahi munkar.
3. Faqr, artinya orang yang memiliki pendirian yang teguh dan perwira sehingga
mempunyai rasa kemandirian yang tinggi, tidak suka tergantung kepada orang lain.

4. Tasamuh (toleransi), artinya semangat tenggang rasa yang ditebarkan diantara


sesama manusia sehingga mencegah terjadinya konflik yang berkepanjangan.

5. Kasbi halal, artinya usaha-usaha yang sesuai dengan ketentuan agama (halal).

6. Kreatif, artinya selalu mencari hal-hal barun untuk meingkatkan kualitas kehidupan.

Ancaman Akhlak Dalam Kehidupan Modern

Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa paling tidak ada tiga macam ancaman terhadap akhlak
manusia dalam kehidupan modern dewasa ini, yaitu ananiyyah, madiyyah dan nafiyyah.

Ananiyyah artinya individualisme, yaitu faham yang bertitik tolak dari sikap egoisme,
mementingkan dirinya sendiri, sehingga mengorbankan orang lain demi kepentingannya
sendiri. Orang orang yang berpendirian semacam ini tidak memiliki semangat ukhuwah
Islamiyah, rasa persaudaraan dan toleransi (tasamuh) sehingga sulit untuk merasakan
penderitaan orang lain. Padahal seseorang baru dikatakan berakhlak mulia tatkala ia
memperhatikan nasib orang lain juga.

Madiyyah artinya sikap materialistik yang lahir dari kecintaan pada kehidupan duniawi yang
berlebihan. Hal demikian dijelaskan oleh Allah dalam Al Quran surat Hud (11) : 15-16 yang
berbunyi :

Artinya : Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di
dunia itu tidak akan dirugikan., Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.

Nafiyyah artinya pragmatis yaitu menilai sesuatu hanya berdasarkan pada aspek kegunaan
semata. Ketiga ancaman terhadap akhlak mulia ini hanya akan dapat diatasi manakala
manusia memiliki pondasi aqidah yang kuat dan senantiasa melakukan amal ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

REFERENSI
Al-Quran al-Karim
Marzuki, Dr. M.Ag, Buku PAI UNY.

M. Junaidi Sahal, 1421 H, Seri Kumpulan Materi Aqidah Islam, Surabaya : MPPU
Madani .

Nasruddin Razak, 1996, Dienul Islam, Bandung : PT. Almaarif. Cet. 13.

Tim UII, 2002, Menuju Kemantapan Tauhid dengan Ibadah dan Akhlakul Karimah,
Yogyakarta : UII Press Jogjakarta.

Zaki Mubarok Latif, dkk., 2001, Akidah Islam, Yogyakarta : UII Press.

Disusun oleh Aris Badaruddin Thoha, S.Ag., M.Ag,

Headline

Iman dalam Islam

11:24:31 am
Sunday 07th, May 2017 /
17 November,2016

Home

Dasar Islam

Al-quran

Shalat

Puasa

Doa dan Dzikir

Info Islami

Tauhid
Fiqih

Larangan

Sponsors Link

Home Akhlaq Akhlak Dalam Islam : Pengertian, Golongan dan Keutamaannya

Akhlak Dalam Islam : Pengertian,


Golongan dan Keutamaannya
ads http://dalamislam.com/akhlaq/akhlak-dalam-islam

Kata akhlak sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai muslim kita
mengetahui bahwa akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan terutama dalam
kehidupan bermasyarakat. Seorang muslim senantiasa dianjurkan untuk memiliki akhlak
yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk. Sedemikian pentingnya akhlak dalam islam
disebutkan juga dalam hadits bahwa Rasulullah SAW diutus kepada kaumnya dan seluruh
umat didunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia dimana saat itu akhlak masyarakat
terutama masyarakat jahiliyah masih jauh dari perilaku akhlak yang terpuji (baca sejarah
islam di Arab Saudi dan sejarah agama islam) .

Mereka tak segan mengubur anak perempuannya dan memperlakukan orang lain terutama
wanita dan budak dengan cara yang tidak baik (baca wanita dalam islam dan emansipasi
wanita dalam islam) . Untuk mengetahui lebih jelas perihal akhlak dalam islam, ada baiknya
kita simak pembahasan mengenai akhlak berikut ini.

Definisi Akhlak
Disebutkan bahwa akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam
menjalankan ibadah baca istiqomah dalam islam dan cara agar tetap istiqomah dijalan Allah).
Akhlak yang kita ketahui tersebut memiliki pengertian baik secara bahasa maupun secara
istilah. Selain itu ada beberapa ulama yang juga menjabarkan pengertian akhlak sebagaimana
ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa atau sifat seseorang yang
medorong melakukan sesuatu tanpa perlu mempertimbangkannya terlebih dahulu.

Secara bahasa

Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab Al Khulk yang diartikan sebagai
perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang diartikan sebagai
budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya.
(baca istri-istri nabi muhammad dan sifatnya)

Secara istilah
Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai
seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik
juga dan sebaliknya seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki
akhlak yang tercela. Kata akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka)


akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS Shad :
46)

Golongan Akhlak
Akhlak sendiri dibedakan menjadi dua golongan yakni akhlak terpuji atau akhlakul karimah
dan akhlak tercela atau akhlakuk mazmumah.

Akhlak Terpuji

Diantara beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim adalah
kesopanan, sabar, jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata yang lembut dan santun, gigih, rela
berkorban, adil, bijaksana,tawakal dan lain sebagainya. Seseorang yang mmeiliki akhlak
terpuji biasanya akan selalu menjaga sikap dan tutur katanya kepada orang lain dan merasa
bahwa dirinya diawasi oleh Allah SWT. (baca cara meningkatkan akhlak terpuji)

Akhlak tercela

Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat mendatangkan
mudharat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh akhlak tercela
diantaranya adalah dusta (baca bahaya berbohong dan hukumnya dalam islam), iri, dengki,
ujub, fitnah, sombong, bakhil, tamak, takabur, hasad, aniaya, ghibah, riya dan sebagainya.
Akhlak yang tercela sangat dibenci oleh Allah SWt dan tidak jarang orang yang memilikinya
juga tidak disukai oleh masyarakat. (baca juga penyakit hati menurut islam).

Sponsors Link

Keutamaan Akhlak Dalam Islam


Telah disebutkan sebelumnya pengertian tentang akhlak dan sebagai umat muslim kita tahu
bahwa akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama islam. Beberapa keutamaan
mmeiliki akhlak yang terpuji antara lain

Berat timbangannya diakhirat

Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadits bahwa ia akan memiliki
timbangan yang berat kelak dihari akhir atau kiamat dimana semua amal manusia akan
ditimbang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut
Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada
akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat
orang yang berpuasa dan shalat. [HR Tirmidzi

Dicintai Rasul SAW

Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia didunia. Dan
tentu saja Rasul SAW sendiri mencintai manusia yang mmeiliki akhlak yang baik. Dari Jabir
RA; Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di
hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan
yan paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam
berbicara, dan sombong. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Sponsors Link

Memiliki kedudukan yang tinggi

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang
mulia memiliki kedudukan yang tinggi diakhirat kelak. Rasul SAW bersabda

Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan)
yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir
dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah.
Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada
kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara yang lebih baik dari
menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih
mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat
malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)

Dijamin rumah disurga

Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim dan keutamaan memiliki
akhlak mulia sangatlah besar. Dalamsebuah hadits disebutkan bahwa Rasul menjamin
seseorang sebuah rumah disurga apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari Abu Umamah
ra; Rasulullah SAW bersabda:

Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar,
dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya
bergurau, dan rumah di atas surga bagi orang yang mulia akhlaknya. [HR Abu Daud ]

Demikian penjelasan mengenai akhlak yang bisa diketahui. Semoga bermanfaat. (baca juga
hubungan akhlak dengan iman dan hubungan akhlak dengan tasawuf dalam islam)

ads
1. PENGENALAN Manusia adalah makhluk Allah S.W.T yang teristimewa yang memiliki
tabiat dan mentaliti yang mempengaruhi amalan dan tingkah lakunya, maka keperibadian
inilah yang menjadi perbicaraan dan perbincangan yang utama dalam akhlak. Memang tidak
dapat disangkalkan lagi bahawa akhlak merupakan nadi utama dalam pembangunan manusia.
Setiap tamadun umat manusia dari dahulu sehingga kini ianya terbina dari asas akhlak
ataupun dikenali sebagai tamadun kemanusiaan, iaitu asas yang membina tamadun tersebut di
luar kuasa kebendaan. Walau bagaimanapun, Islam mempunyai persepsinya yang tersendiri
dan memiliki asas akhlaknya dan asas tamadunnya yang tersendiri. 2. MAKSUD AKHLAK
Dari sudut bahasa : Ianya membawa maksud tabiat dan perangai. Manakala dari sudut istilah
ulamak : Sepertimana yang ditakrifkan oleh Al- Ghazali : "Akhlak adalah suatu ibarat
mengenai unsur yang konkrit di dalam diri yang dengannya melahirkan tingkah laku secara
spontan." Oleh itu, akhlak boleh disimpulkan dengan makna ianya sebagai suatu himpunan
ma'ani dan sifat-sifat yang bertapak kukuh di dalam diri, dan ianya menjadi neraca bagi
manusia dalam baik buruk sesuatu amalan dan perbuatan tersebut. 3. KEPENTINGAN
AKHLAK 31. Akhlak mencorak tingkah laku. Akhlak memainkan peranan yang penting
dalam mencorakkan tingkah laku dan kehidupan seseorang. Setiap tingkah laku yang lahir
daripada manusia sebenarnya adalah cernaan daripada apa yang tersemat di dalam dirinya.
Sebagaimana menurut Al-Ghazali : "Setiap yang ada di dalam hati akan menzahirkan
kesannya pada anggota badan sehinggalah setiap pergerakkannya adalah berlandaskan
kepadanya". Maka dengan ini sehinggalah apabila akhlak menjadi sebati di dalam diri ia akan
melahirkan tindakan spontan, bergantung kepada nilai akhlak yang ada padanya. 3.2 Neraca
akhlak mempengaruhi pertimbangan. Neraca akhlak yang sebati di dalam diri manusia akan
mempengaruhi pertimbangannya dalam menilai sesuatu perbuatan. Oleh itu, kesahihan dalam
pertimbangan ini bergantung kepada sejauh mana kesahihan neraca yang dipegangnya. 3.3
Akhlak mencerminkan keimanan. Akhlak adalah cermin keimanan seseorang. Dengan erti
kata lain, iman yang sempurna akan memprodukkan akhlak yang mulia atau dengan
perumpamaan yang mudah, ibarat pohon yang semata-mata bergantung kepada keelokan
akarnya. Sabda Rasulullah S.A.W : Maksudnya : "Di kalangan
mu'minin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.(1) 3.4 Akhlak
sebagai simbol tamadun manusia. Tamadun sesuatu umat adalah terletak kepada sejauh mana
penghayatannya dan kemurnian sumber peradabannya. Akhlak adalah sebagai mercu tanda,
berjaya atau tidaknya sesuatu umat dalam melakukan proses kemajuan dan pembangunan.
Tanpa akhlak nescaya manusia akan berada di lembah kehinaan biarpun kejayaan material
yang dicapai sangat menakjubkan. Faktor membelakangkan akhlak jugalah yang
menyebabkan sesuatu umat tersebut tidak mencapai ketamadunan yang sebenarnya.
Contohnya kepercayaan Hindu yang membelakangkan etika akhlak mengakibatkan umatnya
tiada bertamadun seperti berlakunya perhambaan diri kepada hawa nafsu. (2) Begitu juga
tamadun barat yang berasaskan oleh ideologi kapitalis dan lain-lain, jatuh satu persatu kerana
mengkesampingkan nilai-nilai akhlak. 3.5 Akhlak adalah mangkin perubahan Aspek
keluhuran akhlak dan kerohanian perlulah diambil berat serta diberi pemfokusan yang utama
dalam melakukan setiap agenda perubahan kepada masyarakat. Ini adalah kerana sebagai
mangkin perubahan, sebagaimana yang telah diulas oleh Imam As Syahid Hassan Al-Banna
sebagai "tongkat perubahan". Ini kerana krisis yang dihadapi oleh dunia adalah merupakan
krisis kejiwaan dan kerohanian sebelum ianya menjadi krisis ekonomi dan politik.(3)
Begitulah pentingnya akhlak dalam membantu proses perubahan walaupun di saat- saat
kritikal seperti dalam medan peperangan. Sejarah Islam telah membuktikan bahawa
keruntuhan akhlak dan moral akan menggagalkan usaha perubahan. Seolah-olah akhlaklah
yang menjadi sebagai persiapan dan persediaan dalam menempuh situasi genting perubahan
ini. Kita melihat apa yang telah berlaku di Turki ketika kejatuhan Khalifah Uthmaniah, di
antara faktor kelembapannya dan kejatuhannya adalah disebabkan keruntuhan nilai akhlak di
kalangan pemerintah dan tentera-tenteranya.(4) Secara kesimpulannya, dapatlah kita
nyatakan bahawa akhlaklah merupakan sumber kekuatan yang dapat mengangkat darjat
manusia ke tahap yang mulia. Ini kerana seseorang insan itu bukan dilihat berdasarkan tubuh
badan atau anggota tetapi ianya dilihat dari segi perlakuan akhlaknya.(5) 4 .
PEMBAHAGIAN AKHLAK 4.1 Al - Akhlak Al - Insaniah Al - Asasiah. ( Akhlak Asasi
Manusia) 4.1.1 Ianya bermaksud segala sifat asas yang telah sedia ada bersama kewujudan
insan tersebut serta mencakupi sifat-sifat yang melayakkan mereka untuk mencapai kejayaan
di dunia ini. Tidak kira sama ada ianya diarahtujukan kepada matlamat yang sahih atau
sebaliknya, dan sama ada dalam kontek insan tersebut beriman kepada Allah S.W.T dan hari
kebangkitanNya serta risalah yang dibawa oleh para rasul bersama wahyu yang telah
diturunkan, ataupun insan tersebut beriman kepada perkara-perkara yang tersebut. 4.1.2 Maka
di antara sifat-sifat yang asasiah yang membolehkan seseorang insan tersebut mengecapi
kejayaan di muka bumi ini ialah seperti : mempunyai kekuatan dan keazaman yang kuat
dalam sesuatu perkara, menampilkan diri dalam sesuatu bidang, sabar dan thabat serta
mempunyai daya ketahanan diri yang kuat dalam memikul setiap perkara yang besar lagi
berat, mempunyai jiwa yang berani, nasyat dalam setiap bidang, bersedia untuk berkorban
dalam apa jua keadaan ke arah mentahkikkan tujuan tersebut, ihsas tentang mas'uliah yang
tertaklif ke atas dirinya, berkemampuan dalam menentukan sesuatu maukif yang berbeza
berdasarkan kepada keadaan dan situasi yang juga berbeza, begitu juga berkemampuan dalam
mentadbir sesuatu perkara bertepatan dengan zuruf mahupun keadaan, seterusnya menguasai
dirinya apabila berada dalam situasi yang menyentuh a'watif dan perasaan dirinya serta juga
mampu menarik perhatian orang ramai ke arah apa yang dia hajati. Aspek ini juga disebut
oleh Iman Syahid "Bahawa pembentukan ummah, pendidikan bangsa, merealisasikan cita-
cita dan memperjuangkan prinsip memerlukan sesuatu ummah atau kumpulan yang berusaha
menyeru kepadanya maka perlulah di sana mempunyai kekuatan jiwa yang hebat."
Seterusnya beliau menyambung: "Maka setiap bangsa sama ada pemimpin atau duatnya yang
kehilangan empat sifat ini ia adalah bangsa yang sia-sia dan lemah yang tidak mampu sampai
kepada cita-cita." 4.1.3. Dipandang pada sudut kemasyarakatan pula, masyarakat yang ingin
maju, setiap individunya mestilah memiliki visi bersama yang lebih diutamakan daripada
kepentingan peribadi. Maka bagi membina masyarakat yang tersusun perlu juga ada padanya
segala bentuk sifat yang terpuji dan mulia seperti perkara yang menjadikan insan tersebut
sopan- santun, thiqah di dunia ini dan hati yang terbuka, amanah, menepati akan janji,
mempunyai sifat yang wasotiah dan juga jiwa yang suci, bersih bersama pemikiran yang
sentiasa sihat. Inilah sifat-sifat yang telah difahami oleh kebanyakan umat dan jemaah yang
mana seolah-olah dijadikan bahan revolusi dan kebangkitan insaniah dan ummah, malah
merupakan modal-modal yang amat berharga bagi kemanusiaan tersebut. 4.2 AL- AKHLAK
AL- ISLAMIAH Akhlak Al- Islamaiah mempunyai pertautan yang erat dengan akhlak Al-
Insaniah Al-Asasiah malah akhlak inilah yang merupakan pelengkap bagi akhlak Al-Asasiah
dan juga penyempurna serta mempertingkatkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W :
4.2.1 . Keistimewaan dan juga muhimmah yang ada pada akhlak Al-
Islamiah : i) Akhlak Al- Islamiah meletakkan akhlak asasi manusia pada paksi dan fungsinya
yang sebenar serta mengarahkannya kepada kebaikan. Ini jika dilihat di sisi akhlak asasi
manusia pada persepsinya yang awal boleh diarahkan kepada mana-mana arah sama ada yang
baik atau sebaliknya secara serentak. Ianya terungkap ketika datangnya Islam. Akhlak Al-
Islamiah dijadikan obor dan memandu akhlak Al-Asasiah tersebut kepada kedudukan yang
betul dan kepada landasan yang lurus, maka apabila dikaitkan dengan suasana sekelilingnya
sudah tentu akan membawanya ke arah kebaikan dan petunjuk yang benar. Bolehlah
diumpamakan sebagai pedang yang tajam yang dijadikan alat oleh perompak untuk
melakukan kezaliman tanpa belas apabila senjata tersebut berada di tangannya, akan tetapi
sekiranya pedang tersebut berada di tangan seorang mujahid yang berjuang fi sabilillah maka
ianya merupakan satu alat yang amat baik malah ianya menjadikan suatu yang hak. Maka,
kita tidak boleh menghukum kepada sesuatu akhlak tersebut baik ataupun bagus dengan
berdasarkan wujudnya akhlak tersebut di sisi seseorang tertentu, ataupun kumpulan tertentu,
tetapi baik dan bagusnya adalah berdasarkan akhlak tersebut digunakan ke arah yang lurus
dan betul mengikut landasan syarak. Maka, Islam sentiasa memberikan motivasi kepada
akhlak Al-Asasiah ke arah kebaikan dan yang hak. Begitu juga dalam segala keadaan yang
seharusnya kepada dakwah Islam ke arah at-tauhid dan tidak ada di situ segala maksud dan
tujuan yang sebalik setiap usaha manusia kecuali hanyalah semata-mata mengharapkan
keredhaan Allah S.W.T. Seterusnya, perlulah menentukan segalanya di ufuk pemikirannya
dan amalannya berdasarkan garis panduan yang telah disediakan oleh Allah S.W.T. Maka
dengan itu, kita akan dapati natijahnya bahawa akhlak Al-Asasiah yang telah disebutkan tadi
akan menuju ke arah yang lurus, manakala segala kekuatan yang terlahir dari akhlak tersebut
tidak akan diekploitasikan dan dilaksanakan kecuali hanya ke arah meninggikan kalimah Al-
Hak. Ini dapat mengelakkan daripada ianya digunakan ke arah kepentingan diri, keturunan,
ummah ataupun negara sahaja yang hanya berdasarkan ianya boleh dan tidak boleh ataupun
sesuai dan tidak sesuai. 4.2.2. Memperkemaskan dan memperkukuhkan akhlak Al-Asasiah
sebagai tunjang di satu tahap. Seterusnya mengembangkan pratikalnya ke dalam hayah dan
kehidupan insani sehingga mencapai ke tahap yang maksima dan agung. Contohnya :
Sabar.......Di sisi bukan Islam ia direalisasikan pada tahap yang sangat terhad, sehingga
mereka yang dilihat sebagai seorang yang sabar hanya mampu bertahan di dalam medan
perang dan sanggup bergelumang dengan darah namun sebaliknya terkulai layu di hadapan
tuntutan hawa nafsu. Tetapi di sisi Islam di samping mempraktikkan kesabaran ia juga
memperluaskan perlaksanaan dalam setiap aspek kehidupan. Bukan sekadar menggunakan
kesabaran bagi menghadapi cabaran dan bencana sahaja bahkan ianya juga terhadap segala
sesuatu yang meminggirkan manusia dan tersisir daripada jalan yang benar. Inilah prinsip
yang diingini oleh Islam yang menghendaki setiap muslim berdiri teguh di jalan yang benar.
Begitulah juga akhlak-akhlak asasi yang lain, ianya dipratikkan dalam ruang lingkup yang
sempit, sedangkan Islam merangkumkan ke semua akhlak dan membinanya di atas asas yang
betul lalu memperluaskan daerah kemungkaran. akan bersambung... 2 comments: Akhlak
Kepada Orang Tua said... Alhamdulillah, terimakasih artikelnya. Semoga kita semua
termasuk orang-orang yang berakhlak baik sesuai dengan yang diperintahkan Islam.
November 22, 2014 at 2:25 PM

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap


1. PENGENALAN Manusia adalah makhluk Allah S.W.T yang teristimewa yang memiliki
tabiat dan mentaliti yang mempengaruhi amalan dan tingkah lakunya, maka keperibadian
inilah yang menjadi perbicaraan dan perbincangan yang utama dalam akhlak. Memang tidak
dapat disangkalkan lagi bahawa akhlak merupakan nadi utama dalam pembangunan manusia.
Setiap tamadun umat manusia dari dahulu sehingga kini ianya terbina dari asas akhlak
ataupun dikenali sebagai tamadun kemanusiaan, iaitu asas yang membina tamadun tersebut di
luar kuasa kebendaan. Walau bagaimanapun, Islam mempunyai persepsinya yang tersendiri
dan memiliki asas akhlaknya dan asas tamadunnya yang tersendiri. 2. MAKSUD AKHLAK
Dari sudut bahasa : Ianya membawa maksud tabiat dan perangai. Manakala dari sudut istilah
ulamak : Sepertimana yang ditakrifkan oleh Al- Ghazali : "Akhlak adalah suatu ibarat
mengenai unsur yang konkrit di dalam diri yang dengannya melahirkan tingkah laku secara
spontan." Oleh itu, akhlak boleh disimpulkan dengan makna ianya sebagai suatu himpunan
ma'ani dan sifat-sifat yang bertapak kukuh di dalam diri, dan ianya menjadi neraca bagi
manusia dalam baik buruk sesuatu amalan dan perbuatan tersebut. 3. KEPENTINGAN
AKHLAK 31. Akhlak mencorak tingkah laku. Akhlak memainkan peranan yang penting
dalam mencorakkan tingkah laku dan kehidupan seseorang. Setiap tingkah laku yang lahir
daripada manusia sebenarnya adalah cernaan daripada apa yang tersemat di dalam dirinya.
Sebagaimana menurut Al-Ghazali : "Setiap yang ada di dalam hati akan menzahirkan
kesannya pada anggota badan sehinggalah setiap pergerakkannya adalah berlandaskan
kepadanya". Maka dengan ini sehinggalah apabila akhlak menjadi sebati di dalam diri ia akan
melahirkan tindakan spontan, bergantung kepada nilai akhlak yang ada padanya. 3.2 Neraca
akhlak mempengaruhi pertimbangan. Neraca akhlak yang sebati di dalam diri manusia akan
mempengaruhi pertimbangannya dalam menilai sesuatu perbuatan. Oleh itu, kesahihan dalam
pertimbangan ini bergantung kepada sejauh mana kesahihan neraca yang dipegangnya. 3.3
Akhlak mencerminkan keimanan. Akhlak adalah cermin keimanan seseorang. Dengan erti
kata lain, iman yang sempurna akan memprodukkan akhlak yang mulia atau dengan
perumpamaan yang mudah, ibarat pohon yang semata-mata bergantung kepada keelokan
akarnya. Sabda Rasulullah S.A.W : Maksudnya : "Di kalangan
mu'minin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.(1) 3.4 Akhlak
sebagai simbol tamadun manusia. Tamadun sesuatu umat adalah terletak kepada sejauh mana
penghayatannya dan kemurnian sumber peradabannya. Akhlak adalah sebagai mercu tanda,
berjaya atau tidaknya sesuatu umat dalam melakukan proses kemajuan dan pembangunan.
Tanpa akhlak nescaya manusia akan berada di lembah kehinaan biarpun kejayaan material
yang dicapai sangat menakjubkan. Faktor membelakangkan akhlak jugalah yang
menyebabkan sesuatu umat tersebut tidak mencapai ketamadunan yang sebenarnya.
Contohnya kepercayaan Hindu yang membelakangkan etika akhlak mengakibatkan umatnya
tiada bertamadun seperti berlakunya perhambaan diri kepada hawa nafsu. (2) Begitu juga
tamadun barat yang berasaskan oleh ideologi kapitalis dan lain-lain, jatuh satu persatu kerana
mengkesampingkan nilai-nilai akhlak. 3.5 Akhlak adalah mangkin perubahan Aspek
keluhuran akhlak dan kerohanian perlulah diambil berat serta diberi pemfokusan yang utama
dalam melakukan setiap agenda perubahan kepada masyarakat. Ini adalah kerana sebagai
mangkin perubahan, sebagaimana yang telah diulas oleh Imam As Syahid Hassan Al-Banna
sebagai "tongkat perubahan". Ini kerana krisis yang dihadapi oleh dunia adalah merupakan
krisis kejiwaan dan kerohanian sebelum ianya menjadi krisis ekonomi dan politik.(3)
Begitulah pentingnya akhlak dalam membantu proses perubahan walaupun di saat- saat
kritikal seperti dalam medan peperangan. Sejarah Islam telah membuktikan bahawa
keruntuhan akhlak dan moral akan menggagalkan usaha perubahan. Seolah-olah akhlaklah
yang menjadi sebagai persiapan dan persediaan dalam menempuh situasi genting perubahan
ini. Kita melihat apa yang telah berlaku di Turki ketika kejatuhan Khalifah Uthmaniah, di
antara faktor kelembapannya dan kejatuhannya adalah disebabkan keruntuhan nilai akhlak di
kalangan pemerintah dan tentera-tenteranya.(4) Secara kesimpulannya, dapatlah kita
nyatakan bahawa akhlaklah merupakan sumber kekuatan yang dapat mengangkat darjat
manusia ke tahap yang mulia. Ini kerana seseorang insan itu bukan dilihat berdasarkan tubuh
badan atau anggota tetapi ianya dilihat dari segi perlakuan akhlaknya.(5) 4 .
PEMBAHAGIAN AKHLAK 4.1 Al - Akhlak Al - Insaniah Al - Asasiah. ( Akhlak Asasi
Manusia) 4.1.1 Ianya bermaksud segala sifat asas yang telah sedia ada bersama kewujudan
insan tersebut serta mencakupi sifat-sifat yang melayakkan mereka untuk mencapai kejayaan
di dunia ini. Tidak kira sama ada ianya diarahtujukan kepada matlamat yang sahih atau
sebaliknya, dan sama ada dalam kontek insan tersebut beriman kepada Allah S.W.T dan hari
kebangkitanNya serta risalah yang dibawa oleh para rasul bersama wahyu yang telah
diturunkan, ataupun insan tersebut beriman kepada perkara-perkara yang tersebut. 4.1.2 Maka
di antara sifat-sifat yang asasiah yang membolehkan seseorang insan tersebut mengecapi
kejayaan di muka bumi ini ialah seperti : mempunyai kekuatan dan keazaman yang kuat
dalam sesuatu perkara, menampilkan diri dalam sesuatu bidang, sabar dan thabat serta
mempunyai daya ketahanan diri yang kuat dalam memikul setiap perkara yang besar lagi
berat, mempunyai jiwa yang berani, nasyat dalam setiap bidang, bersedia untuk berkorban
dalam apa jua keadaan ke arah mentahkikkan tujuan tersebut, ihsas tentang mas'uliah yang
tertaklif ke atas dirinya, berkemampuan dalam menentukan sesuatu maukif yang berbeza
berdasarkan kepada keadaan dan situasi yang juga berbeza, begitu juga berkemampuan dalam
mentadbir sesuatu perkara bertepatan dengan zuruf mahupun keadaan, seterusnya menguasai
dirinya apabila berada dalam situasi yang menyentuh a'watif dan perasaan dirinya serta juga
mampu menarik perhatian orang ramai ke arah apa yang dia hajati. Aspek ini juga disebut
oleh Iman Syahid "Bahawa pembentukan ummah, pendidikan bangsa, merealisasikan cita-
cita dan memperjuangkan prinsip memerlukan sesuatu ummah atau kumpulan yang berusaha
menyeru kepadanya maka perlulah di sana mempunyai kekuatan jiwa yang hebat."
Seterusnya beliau menyambung: "Maka setiap bangsa sama ada pemimpin atau duatnya yang
kehilangan empat sifat ini ia adalah bangsa yang sia-sia dan lemah yang tidak mampu sampai
kepada cita-cita." 4.1.3. Dipandang pada sudut kemasyarakatan pula, masyarakat yang ingin
maju, setiap individunya mestilah memiliki visi bersama yang lebih diutamakan daripada
kepentingan peribadi. Maka bagi membina masyarakat yang tersusun perlu juga ada padanya
segala bentuk sifat yang terpuji dan mulia seperti perkara yang menjadikan insan tersebut
sopan- santun, thiqah di dunia ini dan hati yang terbuka, amanah, menepati akan janji,
mempunyai sifat yang wasotiah dan juga jiwa yang suci, bersih bersama pemikiran yang
sentiasa sihat. Inilah sifat-sifat yang telah difahami oleh kebanyakan umat dan jemaah yang
mana seolah-olah dijadikan bahan revolusi dan kebangkitan insaniah dan ummah, malah
merupakan modal-modal yang amat berharga bagi kemanusiaan tersebut. 4.2 AL- AKHLAK
AL- ISLAMIAH Akhlak Al- Islamaiah mempunyai pertautan yang erat dengan akhlak Al-
Insaniah Al-Asasiah malah akhlak inilah yang merupakan pelengkap bagi akhlak Al-Asasiah
dan juga penyempurna serta mempertingkatkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W :
4.2.1 . Keistimewaan dan juga muhimmah yang ada pada akhlak Al-
Islamiah : i) Akhlak Al- Islamiah meletakkan akhlak asasi manusia pada paksi dan fungsinya
yang sebenar serta mengarahkannya kepada kebaikan. Ini jika dilihat di sisi akhlak asasi
manusia pada persepsinya yang awal boleh diarahkan kepada mana-mana arah sama ada yang
baik atau sebaliknya secara serentak. Ianya terungkap ketika datangnya Islam. Akhlak Al-
Islamiah dijadikan obor dan memandu akhlak Al-Asasiah tersebut kepada kedudukan yang
betul dan kepada landasan yang lurus, maka apabila dikaitkan dengan suasana sekelilingnya
sudah tentu akan membawanya ke arah kebaikan dan petunjuk yang benar. Bolehlah
diumpamakan sebagai pedang yang tajam yang dijadikan alat oleh perompak untuk
melakukan kezaliman tanpa belas apabila senjata tersebut berada di tangannya, akan tetapi
sekiranya pedang tersebut berada di tangan seorang mujahid yang berjuang fi sabilillah maka
ianya merupakan satu alat yang amat baik malah ianya menjadikan suatu yang hak. Maka,
kita tidak boleh menghukum kepada sesuatu akhlak tersebut baik ataupun bagus dengan
berdasarkan wujudnya akhlak tersebut di sisi seseorang tertentu, ataupun kumpulan tertentu,
tetapi baik dan bagusnya adalah berdasarkan akhlak tersebut digunakan ke arah yang lurus
dan betul mengikut landasan syarak. Maka, Islam sentiasa memberikan motivasi kepada
akhlak Al-Asasiah ke arah kebaikan dan yang hak. Begitu juga dalam segala keadaan yang
seharusnya kepada dakwah Islam ke arah at-tauhid dan tidak ada di situ segala maksud dan
tujuan yang sebalik setiap usaha manusia kecuali hanyalah semata-mata mengharapkan
keredhaan Allah S.W.T. Seterusnya, perlulah menentukan segalanya di ufuk pemikirannya
dan amalannya berdasarkan garis panduan yang telah disediakan oleh Allah S.W.T. Maka
dengan itu, kita akan dapati natijahnya bahawa akhlak Al-Asasiah yang telah disebutkan tadi
akan menuju ke arah yang lurus, manakala segala kekuatan yang terlahir dari akhlak tersebut
tidak akan diekploitasikan dan dilaksanakan kecuali hanya ke arah meninggikan kalimah Al-
Hak. Ini dapat mengelakkan daripada ianya digunakan ke arah kepentingan diri, keturunan,
ummah ataupun negara sahaja yang hanya berdasarkan ianya boleh dan tidak boleh ataupun
sesuai dan tidak sesuai. 4.2.2. Memperkemaskan dan memperkukuhkan akhlak Al-Asasiah
sebagai tunjang di satu tahap. Seterusnya mengembangkan pratikalnya ke dalam hayah dan
kehidupan insani sehingga mencapai ke tahap yang maksima dan agung. Contohnya :
Sabar.......Di sisi bukan Islam ia direalisasikan pada tahap yang sangat terhad, sehingga
mereka yang dilihat sebagai seorang yang sabar hanya mampu bertahan di dalam medan
perang dan sanggup bergelumang dengan darah namun sebaliknya terkulai layu di hadapan
tuntutan hawa nafsu. Tetapi di sisi Islam di samping mempraktikkan kesabaran ia juga
memperluaskan perlaksanaan dalam setiap aspek kehidupan. Bukan sekadar menggunakan
kesabaran bagi menghadapi cabaran dan bencana sahaja bahkan ianya juga terhadap segala
sesuatu yang meminggirkan manusia dan tersisir daripada jalan yang benar. Inilah prinsip
yang diingini oleh Islam yang menghendaki setiap muslim berdiri teguh di jalan yang benar.
Begitulah juga akhlak-akhlak asasi yang lain, ianya dipratikkan dalam ruang lingkup yang
sempit, sedangkan Islam merangkumkan ke semua akhlak dan membinanya di atas asas yang
betul lalu memperluaskan daerah kemungkaran. akan bersambung... 2 comments: Akhlak
Kepada Orang Tua said... Alhamdulillah, terimakasih artikelnya. Semoga kita semua
termasuk orang-orang yang berakhlak baik sesuai dengan yang diperintahkan Islam.
November 22, 2014 at 2:25 PM

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap


1. PENGENALAN Manusia adalah makhluk Allah S.W.T yang teristimewa yang memiliki
tabiat dan mentaliti yang mempengaruhi amalan dan tingkah lakunya, maka keperibadian
inilah yang menjadi perbicaraan dan perbincangan yang utama dalam akhlak. Memang tidak
dapat disangkalkan lagi bahawa akhlak merupakan nadi utama dalam pembangunan manusia.
Setiap tamadun umat manusia dari dahulu sehingga kini ianya terbina dari asas akhlak
ataupun dikenali sebagai tamadun kemanusiaan, iaitu asas yang membina tamadun tersebut di
luar kuasa kebendaan. Walau bagaimanapun, Islam mempunyai persepsinya yang tersendiri
dan memiliki asas akhlaknya dan asas tamadunnya yang tersendiri. 2. MAKSUD AKHLAK
Dari sudut bahasa : Ianya membawa maksud tabiat dan perangai. Manakala dari sudut istilah
ulamak : Sepertimana yang ditakrifkan oleh Al- Ghazali : "Akhlak adalah suatu ibarat
mengenai unsur yang konkrit di dalam diri yang dengannya melahirkan tingkah laku secara
spontan." Oleh itu, akhlak boleh disimpulkan dengan makna ianya sebagai suatu himpunan
ma'ani dan sifat-sifat yang bertapak kukuh di dalam diri, dan ianya menjadi neraca bagi
manusia dalam baik buruk sesuatu amalan dan perbuatan tersebut. 3. KEPENTINGAN
AKHLAK 31. Akhlak mencorak tingkah laku. Akhlak memainkan peranan yang penting
dalam mencorakkan tingkah laku dan kehidupan seseorang. Setiap tingkah laku yang lahir
daripada manusia sebenarnya adalah cernaan daripada apa yang tersemat di dalam dirinya.
Sebagaimana menurut Al-Ghazali : "Setiap yang ada di dalam hati akan menzahirkan
kesannya pada anggota badan sehinggalah setiap pergerakkannya adalah berlandaskan
kepadanya". Maka dengan ini sehinggalah apabila akhlak menjadi sebati di dalam diri ia akan
melahirkan tindakan spontan, bergantung kepada nilai akhlak yang ada padanya. 3.2 Neraca
akhlak mempengaruhi pertimbangan. Neraca akhlak yang sebati di dalam diri manusia akan
mempengaruhi pertimbangannya dalam menilai sesuatu perbuatan. Oleh itu, kesahihan dalam
pertimbangan ini bergantung kepada sejauh mana kesahihan neraca yang dipegangnya. 3.3
Akhlak mencerminkan keimanan. Akhlak adalah cermin keimanan seseorang. Dengan erti
kata lain, iman yang sempurna akan memprodukkan akhlak yang mulia atau dengan
perumpamaan yang mudah, ibarat pohon yang semata-mata bergantung kepada keelokan
akarnya. Sabda Rasulullah S.A.W : Maksudnya : "Di kalangan
mu'minin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.(1) 3.4 Akhlak
sebagai simbol tamadun manusia. Tamadun sesuatu umat adalah terletak kepada sejauh mana
penghayatannya dan kemurnian sumber peradabannya. Akhlak adalah sebagai mercu tanda,
berjaya atau tidaknya sesuatu umat dalam melakukan proses kemajuan dan pembangunan.
Tanpa akhlak nescaya manusia akan berada di lembah kehinaan biarpun kejayaan material
yang dicapai sangat menakjubkan. Faktor membelakangkan akhlak jugalah yang
menyebabkan sesuatu umat tersebut tidak mencapai ketamadunan yang sebenarnya.
Contohnya kepercayaan Hindu yang membelakangkan etika akhlak mengakibatkan umatnya
tiada bertamadun seperti berlakunya perhambaan diri kepada hawa nafsu. (2) Begitu juga
tamadun barat yang berasaskan oleh ideologi kapitalis dan lain-lain, jatuh satu persatu kerana
mengkesampingkan nilai-nilai akhlak. 3.5 Akhlak adalah mangkin perubahan Aspek
keluhuran akhlak dan kerohanian perlulah diambil berat serta diberi pemfokusan yang utama
dalam melakukan setiap agenda perubahan kepada masyarakat. Ini adalah kerana sebagai
mangkin perubahan, sebagaimana yang telah diulas oleh Imam As Syahid Hassan Al-Banna
sebagai "tongkat perubahan". Ini kerana krisis yang dihadapi oleh dunia adalah merupakan
krisis kejiwaan dan kerohanian sebelum ianya menjadi krisis ekonomi dan politik.(3)
Begitulah pentingnya akhlak dalam membantu proses perubahan walaupun di saat- saat
kritikal seperti dalam medan peperangan. Sejarah Islam telah membuktikan bahawa
keruntuhan akhlak dan moral akan menggagalkan usaha perubahan. Seolah-olah akhlaklah
yang menjadi sebagai persiapan dan persediaan dalam menempuh situasi genting perubahan
ini. Kita melihat apa yang telah berlaku di Turki ketika kejatuhan Khalifah Uthmaniah, di
antara faktor kelembapannya dan kejatuhannya adalah disebabkan keruntuhan nilai akhlak di
kalangan pemerintah dan tentera-tenteranya.(4) Secara kesimpulannya, dapatlah kita
nyatakan bahawa akhlaklah merupakan sumber kekuatan yang dapat mengangkat darjat
manusia ke tahap yang mulia. Ini kerana seseorang insan itu bukan dilihat berdasarkan tubuh
badan atau anggota tetapi ianya dilihat dari segi perlakuan akhlaknya.(5) 4 .
PEMBAHAGIAN AKHLAK 4.1 Al - Akhlak Al - Insaniah Al - Asasiah. ( Akhlak Asasi
Manusia) 4.1.1 Ianya bermaksud segala sifat asas yang telah sedia ada bersama kewujudan
insan tersebut serta mencakupi sifat-sifat yang melayakkan mereka untuk mencapai kejayaan
di dunia ini. Tidak kira sama ada ianya diarahtujukan kepada matlamat yang sahih atau
sebaliknya, dan sama ada dalam kontek insan tersebut beriman kepada Allah S.W.T dan hari
kebangkitanNya serta risalah yang dibawa oleh para rasul bersama wahyu yang telah
diturunkan, ataupun insan tersebut beriman kepada perkara-perkara yang tersebut. 4.1.2 Maka
di antara sifat-sifat yang asasiah yang membolehkan seseorang insan tersebut mengecapi
kejayaan di muka bumi ini ialah seperti : mempunyai kekuatan dan keazaman yang kuat
dalam sesuatu perkara, menampilkan diri dalam sesuatu bidang, sabar dan thabat serta
mempunyai daya ketahanan diri yang kuat dalam memikul setiap perkara yang besar lagi
berat, mempunyai jiwa yang berani, nasyat dalam setiap bidang, bersedia untuk berkorban
dalam apa jua keadaan ke arah mentahkikkan tujuan tersebut, ihsas tentang mas'uliah yang
tertaklif ke atas dirinya, berkemampuan dalam menentukan sesuatu maukif yang berbeza
berdasarkan kepada keadaan dan situasi yang juga berbeza, begitu juga berkemampuan dalam
mentadbir sesuatu perkara bertepatan dengan zuruf mahupun keadaan, seterusnya menguasai
dirinya apabila berada dalam situasi yang menyentuh a'watif dan perasaan dirinya serta juga
mampu menarik perhatian orang ramai ke arah apa yang dia hajati. Aspek ini juga disebut
oleh Iman Syahid "Bahawa pembentukan ummah, pendidikan bangsa, merealisasikan cita-
cita dan memperjuangkan prinsip memerlukan sesuatu ummah atau kumpulan yang berusaha
menyeru kepadanya maka perlulah di sana mempunyai kekuatan jiwa yang hebat."
Seterusnya beliau menyambung: "Maka setiap bangsa sama ada pemimpin atau duatnya yang
kehilangan empat sifat ini ia adalah bangsa yang sia-sia dan lemah yang tidak mampu sampai
kepada cita-cita." 4.1.3. Dipandang pada sudut kemasyarakatan pula, masyarakat yang ingin
maju, setiap individunya mestilah memiliki visi bersama yang lebih diutamakan daripada
kepentingan peribadi. Maka bagi membina masyarakat yang tersusun perlu juga ada padanya
segala bentuk sifat yang terpuji dan mulia seperti perkara yang menjadikan insan tersebut
sopan- santun, thiqah di dunia ini dan hati yang terbuka, amanah, menepati akan janji,
mempunyai sifat yang wasotiah dan juga jiwa yang suci, bersih bersama pemikiran yang
sentiasa sihat. Inilah sifat-sifat yang telah difahami oleh kebanyakan umat dan jemaah yang
mana seolah-olah dijadikan bahan revolusi dan kebangkitan insaniah dan ummah, malah
merupakan modal-modal yang amat berharga bagi kemanusiaan tersebut. 4.2 AL- AKHLAK
AL- ISLAMIAH Akhlak Al- Islamaiah mempunyai pertautan yang erat dengan akhlak Al-
Insaniah Al-Asasiah malah akhlak inilah yang merupakan pelengkap bagi akhlak Al-Asasiah
dan juga penyempurna serta mempertingkatkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W :
4.2.1 . Keistimewaan dan juga muhimmah yang ada pada akhlak Al-
Islamiah : i) Akhlak Al- Islamiah meletakkan akhlak asasi manusia pada paksi dan fungsinya
yang sebenar serta mengarahkannya kepada kebaikan. Ini jika dilihat di sisi akhlak asasi
manusia pada persepsinya yang awal boleh diarahkan kepada mana-mana arah sama ada yang
baik atau sebaliknya secara serentak. Ianya terungkap ketika datangnya Islam. Akhlak Al-
Islamiah dijadikan obor dan memandu akhlak Al-Asasiah tersebut kepada kedudukan yang
betul dan kepada landasan yang lurus, maka apabila dikaitkan dengan suasana sekelilingnya
sudah tentu akan membawanya ke arah kebaikan dan petunjuk yang benar. Bolehlah
diumpamakan sebagai pedang yang tajam yang dijadikan alat oleh perompak untuk
melakukan kezaliman tanpa belas apabila senjata tersebut berada di tangannya, akan tetapi
sekiranya pedang tersebut berada di tangan seorang mujahid yang berjuang fi sabilillah maka
ianya merupakan satu alat yang amat baik malah ianya menjadikan suatu yang hak. Maka,
kita tidak boleh menghukum kepada sesuatu akhlak tersebut baik ataupun bagus dengan
berdasarkan wujudnya akhlak tersebut di sisi seseorang tertentu, ataupun kumpulan tertentu,
tetapi baik dan bagusnya adalah berdasarkan akhlak tersebut digunakan ke arah yang lurus
dan betul mengikut landasan syarak. Maka, Islam sentiasa memberikan motivasi kepada
akhlak Al-Asasiah ke arah kebaikan dan yang hak. Begitu juga dalam segala keadaan yang
seharusnya kepada dakwah Islam ke arah at-tauhid dan tidak ada di situ segala maksud dan
tujuan yang sebalik setiap usaha manusia kecuali hanyalah semata-mata mengharapkan
keredhaan Allah S.W.T. Seterusnya, perlulah menentukan segalanya di ufuk pemikirannya
dan amalannya berdasarkan garis panduan yang telah disediakan oleh Allah S.W.T. Maka
dengan itu, kita akan dapati natijahnya bahawa akhlak Al-Asasiah yang telah disebutkan tadi
akan menuju ke arah yang lurus, manakala segala kekuatan yang terlahir dari akhlak tersebut
tidak akan diekploitasikan dan dilaksanakan kecuali hanya ke arah meninggikan kalimah Al-
Hak. Ini dapat mengelakkan daripada ianya digunakan ke arah kepentingan diri, keturunan,
ummah ataupun negara sahaja yang hanya berdasarkan ianya boleh dan tidak boleh ataupun
sesuai dan tidak sesuai. 4.2.2. Memperkemaskan dan memperkukuhkan akhlak Al-Asasiah
sebagai tunjang di satu tahap. Seterusnya mengembangkan pratikalnya ke dalam hayah dan
kehidupan insani sehingga mencapai ke tahap yang maksima dan agung. Contohnya :
Sabar.......Di sisi bukan Islam ia direalisasikan pada tahap yang sangat terhad, sehingga
mereka yang dilihat sebagai seorang yang sabar hanya mampu bertahan di dalam medan
perang dan sanggup bergelumang dengan darah namun sebaliknya terkulai layu di hadapan
tuntutan hawa nafsu. Tetapi di sisi Islam di samping mempraktikkan kesabaran ia juga
memperluaskan perlaksanaan dalam setiap aspek kehidupan. Bukan sekadar menggunakan
kesabaran bagi menghadapi cabaran dan bencana sahaja bahkan ianya juga terhadap segala
sesuatu yang meminggirkan manusia dan tersisir daripada jalan yang benar. Inilah prinsip
yang diingini oleh Islam yang menghendaki setiap muslim berdiri teguh di jalan yang benar.
Begitulah juga akhlak-akhlak asasi yang lain, ianya dipratikkan dalam ruang lingkup yang
sempit, sedangkan Islam merangkumkan ke semua akhlak dan membinanya di atas asas yang
betul lalu memperluaskan daerah kemungkaran. akan bersambung... 2 comments: Akhlak
Kepada Orang Tua said... Alhamdulillah, terimakasih artikelnya. Semoga kita semua
termasuk orang-orang yang berakhlak baik sesuai dengan yang diperintahkan Islam.
November 22, 2014 at 2:25 PM

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap


http://ubs-pmram.blogspot.co.id/2010/12/akhlak-dalam-islam.html
Nilai-nilai Akhlak Islam
24 Mei 2012 pada 4:21 pm (Uncategorized)

Akhlaq merupakan bentuk jamak dari kata khuluq (Qs. 26; 137; 68; 4), yang artinya
perbuatan, tingkah laku, atau budi pekerti. Sedangkan secara garis besarnya, akhlak terbagi
menjadi dua bagian, yaitu akhlak terhadap khaliq (Yang Menciptakan); dan akhlak terhadap
makhluk (yang diciptakan). Dari dua bagian ini, akhlak mengandung semua nilai yang
diperlukan oleh manusia untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Nilai-
nilai tersebut dapat dibagi menjadi 5 macam, yakni:

1. Al akhlaq al diniyyah (nilai nilai keagamaan)

Nilai- nilai agama adalah akhlak yang bersangkutan dengan kewajiban hamba kepada
Tuhannya, hal ini meliputi:

a.Beriman kepada Allah, kepada rasul rasul-Nya, malaikat malaikat-Nya, kitab kitab-
Nya, qodlo dan qodhar, serta beriman kepada hari akhir. Bersyahadat, shalat, zakat, puasa,
dan haji.

b.Taat kepada Allah secara mutlak yakni menjalankan semua perintah Nya, dan menjauhi
segala larangan Nya serta takutlah pada Allah.

1. c. Memikirkan ayat-ayat Nya

d.Mensyukuri nikmat Nya

e. Bertawaqal kepada Nya

1. Berdoa kepada Allah dengan penuh takut dan harap

g.Tidak putus asa dari rahmat Nya

h.Menggantungkan segala perbuatan masa depan kepada kehendak Nya, maksudnya adalah
jangan kita berjanji untuk mengerjakan suatu hal. Kecuali dengan mengucapkan insya
Allah

1. Selalu mengingat Allah

2. Menyucikan dan membesarkan Nya dengan cara bedzikir kepada Allah dan
bertasbih kepada Allah dikala waktu pagi dan petang

k.Mengerjakan shalat yang diwajibkan

1. Mengerjakan haji

2. Bertobat dan memohon ampunan kepada Nya


n.Mencintai Allah melebihi segala-galanya

o. Tidak membalas cercaan orang musryik

p. Menjauhi majleis-majelis yang membantah kebenaran Allah

q.Jangan banyak bersumpah dengan nama Allah

1. Menghormati sumpah, bila telah bersumpah

2. Al akhlaq al fardiyyah (nilai nilai perseorangan)

a.Kesucian jiwa

b.Lurus di jalan Allah

c. Menguasai nafsu

d.Menjaga nafsu makan dan seks yaitu dengan menjalankan puasa dan tidak mengumpuli
pasangan halal kita pd waktu-waktu tertentu, seperti haid

e. Menahan rasa marah yaitu memaafkan kesalahan orang lain

1. Benar

g.Teguh pendirian

h.Lemah lembut dan rendah hati

1. Berhati-hati dalam mengambil keputusan dan berlaku teliti dalam mengambil


tindakan

2. Menjauhi buruk sangka

k.Istiqomah dan sabar

1. Teladan yang baik

1. Sederhana

n.Beramal soleh

o. Berlomba-lomba dalam kebaikan

p. Berhati ikhlas

q.Pintar mendengan dan menyelidiki informasi, yakni jagan kegabah mengambil persepsi

1. Al akhlaq al usratiyyah (nilai nilai kekeluargaan)


1. Berbuat baik dan menghormati orang tua

2. Memelihara kehidupan anak-anak

3. Memberikan pendidikan akhlak keapada anak

4. Persamakan hak dan kewajiban antara istri dan suami

5. Berusaha memperbaiki dalam keadaan berselisih

6. Berbagi kepada kaum kerabat dan berwasiat untuk mereka

2. Al akhlaq al ijtimaiyyah (nilai nilai sosial)

1. Yang diperintahkan:

1. Memenuhi amanah

2. Mengatur perjanjian untuk menyelesaikan sesuatu yang meragukan

3. Menepati janji

4. Member persaksian yang benar

5. Mendamaikan orang mukmin yang berselisih

6. Memaafkan

7. Kasih sayang timbal balik

8. Memelihara hubungan silaturrohmi

9. Tolong menolong

10. Membelanjakan harta di jalan Allah

11. Memuliakan tamu

12. Menyempurnakan takaran dan timbangan

13. Mengembangkan harta anak yatim

14. Memerdekakan hamba atau memudahkan pembebasannya

15. Tidak mengabaikan kejahatan

16. Mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran

17. Menyebarkan ilmu pengetahuan


18. Persaudaraan dan sifat pemurah

19. Kecintaan secara umum

20. Keadilan, kasih sayang, dan ihsan

1. Yang terlarang:

1. Membunuh manusia, termasuk membunuh anak karena takut miskin

2. Mencuri, menipu/curang

3. Zina

4. Riba

5. Judi

6. Hak milik yang tidak halal

7. Memakan harta anak yatim

8. Menganiaya

9. Mengejek atau mengolok-olok

10. Memata-matai orang (mencari-cari kesalahan orang)

11. Memperlakukan anak yatim dan orang miskin dengan buruk

12. Sombong

13. Bermaksud jahat atau menuduh wanita yang baik berzina

14. Kikir atau bakhil

1. Tata tertib kesopanan

1. Meminta izin sbelum masuk ke rumah orang lain

2. Merendahkan suara dan jangan memanggil orang dewasa dari jauh dengan
berteriak-teriak

3. Memberi salam ketika masuk ke rumah orang lain

4. Membalas salam dengan lebih baik

5. Duduk dengan baik

6. Pembahasan bicara yang baik


7. Meminta izin sewaktu hendak pulang, pergi

2. Al akhlaq al dauliyyah (nilai nilai kenegaraan)

1. Hubungan antara kepala Negara dengan rakyat, yang meliputi:

1. Kewajiban kepala Negara yang meliputi:

Bermusyawarah dengan rakyat

Menandatangani keputusan terakhir

Sesuai dengan prinsip keadilan

Menjaga ketentraman

Menjaga harta benda rakyat

Mengumpulkan zakat

Tidak membatasi kegunaan harta bagi orang-orang tertentu saja (kaya, berkuasa, dll)

Melaksanakan hukum Allah

Golongan minoritas dalam masyarakat mempunyai hak yang sama dari segi undang-
undang

1. Kewajiban rakyat yang meliputi:

Displin

Taat yang bersyarat

Bersatu disekitar cita-cita yang tertinggi

Bermusyawaroh dalam persoalan orang banyak

Menjauhi kerusakan

Menyiapkan diri untuk membela Negara

Menjaga mutu moral dan semangat rakyat

Menjauhi supaya tidak membantu musuh

1. Hubungan-hubungan luar negeri:


Menjaga hubungan antar Negara dan menjalin persaudaraan dengan Negara lain

Itulah nila-nilai akhlak yang diajarkan agama Islam, begitu indah tuntunannya dan akan
membawa kita kejalan yang benar bila kita mengamalkannya.

Wallahualam.

Refrensi: Rachmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah Al-Quran, 1989, Bandung: Mizan

https://lailarifah.wordpress.com/2012/05/24/nilai-nilai-akhlak-islam/

PERANAN-AKHLAK-DALAM-KEHIDUPAN-SEORANG-
MUSLIM

OLEH:Dr. H. Tata Fathurrohman, SH., MH (Ketua LSI & Dosen Fakultas Hukum) -
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq, jamaknya akhlq yang berarti tabiat atau
budi pekerti. Prof. Ahmad Amin, dikutif Hamzah Yaqub, mendefinisikan akhlak adalah
suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat. Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu akhlak ilmu yang menentukan batas
antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan
manusia lahir dan batin. Senada dengan pengertian ini ulama lain menjelaskan bahwa ilmu
akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu
yang mengajarkan pegaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari
seluruh usaha dan pekerjaan mereka. Kata akhlak di dalam al-Quran disebutkan pada surat
al-Qalam (68): 4, sedangkan di dalam haditsdijelaskan pada sebuah hadits yang diriwayatkan
dari imam Ahmad.

TOLOK UKUR DALAM BERAKHLAK

Al-Quran menetapkan bahwa akhlak itu tidak terlepas dari aqidah dan syariah, ketiganya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat dari surat al-
Baqarah (2): 177, yang berarti: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya,
mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.
Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahwa iman kepada Allah Swt. adalah merupakan dasar
dari kebajikan. Kenyataan ini tidak akan pernah terbukti, kecuali jika iman tersebut telah
meresap di dalam jiwa dan ke seluruh pembuluh nadi yang disertai dengan sikap khusyu ,
tenang, taat, patuh, dan hatinya tidak akan meledak-ledak lantaran mendapatkan kenikmatan,
dan tidak putus asa ketika ditimpa musibah. Orang-orang yang benar-benar beriman kepada
Allah Swt. hanya mau tunduk dan taat kepada Allah Swt. dan syariat-syariat-Nya.

Selanjutnya iman kepada hari akhir mengingatkan manusia bahwa ternyata terdapat alam lain
yang gaib, kelak di akhirat yang akan dihuni. Oleh sebab itu, hendaklah usahanya itu jangan
hanya dipusatkan untuk memenuhi kepentingan jasmani atau cita-cita meraih kelezatan
duniawi saja atau memuaskan hawa nafsu. Demikian juga iman kepada para Malaikat adalah
titik tolak iman kepada wahyu, kenabian, dan hari akhir. Siapapun yang menolak keimanan
terhadap Malaikat, berarti mengingkari seluruhnya. Hal ini disebabkan di antara para
Malaikat itu ada yang bertugas sebagai penyampai wahyu kepada para Nabi. Sedangkan iman
kepada kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para Nabi mendorong seseorang untuk
mengamalkan kandungan kitab yang berupa perintah maupun larangan. Sebab orang yang
yakin bahwa sesuatu itu benar, maka hatinya akan terdorong untuk mengamalkannya. Dan
jika ia yakin bahwa sesuatu itu akan membahayakan dirinya, tentu akan menjauhinya dan
tidak mengamalkannya. Sedangkan Iman kepada para nabi, akan mendorong untuk mengikuti
ajarannya.

Ayat al-Quran tersebut, kemudian menentukan tentang syariah, yakni memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba
sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat. Kemudian ayat ini mengatur tentang akhlak,
yatu orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan.

Islam mengatur tolok ukur berakhlak adalah berdasarkan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu, apa yang dipandang baik oleh Allah dan Rasul-Nya, pasti baik dalam
esensinya. Begitu pula sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kepalsuan sebagai kelakuan
baik, karena kepalsuan esensinya pasti buruk. Selain itu Allah selalu memperagakan
kebaikan, bahkan Dia memiliki sifat yang terpuji, seperti al-Quran surat Thaha (20): 8
menjelaskan: (Dialah) Allah, tiada Tuhan selain Dia, Dia mempunyai sifat-sifat yang terpuji
(al-Asm al-Husn). Demikian juga Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad
meriwayatkan Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw., beliau menjawab:
Akhlak Nabi Saw. adalah al-Quran.

Semua sifat Allah Swt. disebutkan dalam al-Quran yang jumlahnya disebutkan di dalam
hadits. Sifat-sifat Allah ini merupakan satu kesatuan. Dia Esa di dalam zat, sifat, dan
perbuatan-Nya. Oleh karena itu, tidak wajar jika sifat-sifat itu dinilai saling bertentangan.
Maksudnya semua sifat memiliki tempatnya masing-masing. Ada tempat untuk keperkasaan
dan keangkuhan Allah, ada tempat untuk kasih sayang dan kelemahlembutan-Nya. Ketika
seorang muslim meneladani sifat al-Kibriy (Keangkuhan Allah), ia harus ingat bahwa sifat
itu tidak akan disandang oleh Allah Swt., kecuali dalam konteks ancaman terhadap para
pembangkang atau terhadap orang yang merasa dirinya superior. Ketika Rasulullah Saw.
melihat seseorang yang berjalan dengan angkuh di medan perang, beliau bersabda: itu
adalah cara berjalan yang dibenci Allah, kecuali dalam kondisi semacam ini. Seseorang yang
berusaha meneladani sifat al-Kibriy tidak akan meneladaninya kecuali terhadap manusia-
manusia yang angkuh. Berkaitan dengan hal ini ada riwayat yang menyebutkan: Bersikap
angkuh terhadap orang-orang yang angkuh adalah sedekah.

Ketika seorang Muslim berusaha meneladani kekuatan dan kebesaran Ilahi, harus diingat
bahwa sebagai makhluk ia terdiri dari jasad dan ruh, sehingga keduanya harus sama-sama
kuat. Kekuatan dan kebesaran ini harus diarahkan untuk membantu yang lemah, dan tidak
boleh digunakan untuk mendukung kejahatan atau kesewenang-wenangan. Karena ketika al-
Quran mengulang-ngulang kebesaran Allah, al-Quran juga menegaskan bahwa:
Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang angkuh lagi membanggakan diri (QS
Luqman [31]: 18).

MACAM - MACAM AKHLAK

Para ahli membagi akhlak ini menjadi dua macam:

1. Akhlak Mahmudah atau akhlak yang terpuji. Ini termasuk budi pekerti yang baik. Menurut
Hasan rahimahullah bahwa budi pekerti yang baik adalah menunjukkan wajah yang berseri-
seri, memberikan bantuan sebagai tanda kedermawanan dan menahan diri dari perbuatanyang
menyakiti. Selanjutnya Hasan menambahkan budi pekerti yang baik ialah membuat kerelaan
seluruh makhluk, baik dalam kesukaan (karena murah rezeki) atau dalam kedukaan (keadaan
kekurangan). Jadi budi pekerti ini hakikatnya adalah suatu bentuk dari sesuatu jiwa yang
benar-benar telah meresap dan dari situlah timbulnya berbagai perbuatan dengan cara spontan
dan mudah, tanpa dibuat-buat dan tanpa membutuhkan pemikiran atau angan-angan. Contoh
akhlak terpuji di dalam al-Quran surat Ali-imran (3): 159, yang artinya: Maka disebabkan
rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.

Contoh akhlak mulia di dalam hadits riwayat Muslim yang diterima dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Hak seorang Muslim atas seorang Muslim ada enam
perkara: apabila engkau bertemu dia hendaklah engkau beri salam kepadanya, apabila ia
mengundangmu, hendaklah engkau memenuhinya, apabila ia meminta nasihat, hendaklah
engkau menasihatinya, apabila ia bersin kemudian ia berkata alhamdulillah hendaklah
engkau doakan dia, jika ia sakit hendaklah engkau mengunjunginya, dan apabila ia meninggal
dunia hendaklah engkau mengikuti janazahnya.

2. Akhlak Madzmumah atau akhlak yang tercela. Al-Quran menjelaskan akhlak tercela ini di
dalam surat al-Hujurt (49): 12, Yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Contoh akhlak tercela ini di dalam hadits Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw. telah
bersabda: Ada empat perkara, barangsiapa yang memiliki semuanya itu dalam dirinya, maka
ia adalah seorang munafik, sedang barangsiapa yang memiliki salah satu dari sifat-sifat itu di
dalam dirinya, maka ia memiliki salah satu sifat kemunafikan, sehingga ia meninggalkan sifat
tadi. Empat perkara itu adalah jika berbicara dusta, jika berjanji menyalahi, apabila
menjanjikan sesuatu cidera, dan jika bermusuhan berlaku curang. Termasuk juga akhlak
yang tercela adalah ghibah, yang didalam hadits Muslim, Rasulullah Saw. menjelaskan
bahwa ghibah adalah jika engkau menyebutkan perihal saudaramu dengan sesuatu yang tidak
disukai olehnya. Hal-hal yang menyebabkan ghibah di antaranya: ingin melenyapkan
kemarahan, dorongan kemegahan diri, kedengkian, penghinaan, dan lain-lain.

Contoh akhlak tercela di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Ibn
Masud r.a. bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: apabila kamu bertiga, maka janganlah dua
orang berbisik-bisik dengan meninggalkan yang lain, tetapi hendaklah kamu bercampur
dengan sesama manusia, karena sikap yang demikian akan menjadikan dia kecewa.
Rasulullah Saw. sendiri mengajarkan doa agar dihindarkan dari hal-hal yang jelek, termasuk
salah satunya dari akhlak yang tercela. Doa Rasulullah tersebut berbunyi: Ya Allah
jauhkanlah aku dari akhlak, amal, kemauan, dan penyakit yang jelek.

SASARAN AKHLAK

Akhlak mempunyai makna yang luas, yang dapat mencakup sifat lahiriyah maupun batiniah.
Akhlak menurut pandangan Islam mencakup berbagai aspek, dapat mencakup akhlak
terhadap Allah dan terhadap sesama makhluk seperti manusia dan lingkungan.

1. Akhlak terhadap Allah Swt.

Landasan umum berakhlak terhadap Allah Swt. adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain
Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu yang semua makhluk tidak
dapat mengetahui dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian Allah swt.
Oleh karena itu, mereka sebelum memuji-Nya, bertasbih terlebih dahulu dalam arti
menyucikan-Nya. Jadi jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan
kebesaran-Nya, sebagaimana al-Quran surat ash-Shaffat (37): 159-160, yang artinya:
Mahasuci Allah dari segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-
hamba Allah yang terpilih. Demikian juga al-Quran surat asy-Syura (42): 5 menetapkan:
Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka. Begitu juga al-Quran surat
ar-Raad (13): 13 menjelaskan: Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya.
Selanjutnya al-Quran surat al-Isra (17): 44, menetapkan: Dan tidak ada sesuatupun kecuali
bertasbih (menyucikan Allah) sambil memuji-Nya.

Bertitik tolak dari uraian tentang kesempurnaan Allah Swt. tersebut, maka al-Quran
memerintahkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena segala yang bersumber dari
Allah adalah baik, benar, indah, dan sempurna. Berkaitan dengan hal ini, sebagian ayat al-
Quran memerintahkan manusia untuk menjadikan Allah sebagai wakil, seperti al-Quran
surat al-Muzzammil (73): 9, menerangkan: (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada
Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung). Kata wakildapat
diterjemahkan sebagai pelindung. Jika seseorang mewakilkan kepada orang lain (untuk suatu
persoalan), maka ia telah menjadikan orang yang mewakili sebagai dirinya sendiri dalam
menangani persoalan tersebut, sehingga sang wakil melaksanakan apa yang dikehendaki oleh
orang yang menyerahkan perwakilan kepadanya. Allah Swt., yang kepada-Nya diwakilkan
segala persoalan adalah Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan semua
Maha yang mengandung pujian. Manusia sebaliknya, memiliki keterbatasan pada segala hal.
Oleh karena itu, maka perwakilan-Nya pun berbeda dengan perwakilan manusia. Jadi jika
seseorang menjadikan Allah sebagai wakil, sejak semula ia menyadari keterbatasan dirinya
dan menyadari Kemahamutlakan Allah Swt. Dan ia akan menerimanya dengan sepenuh hati,
baik mengetahui maupun tidak hikmah suatu perbuatan Tuhan. Sebagaimana firman Allah
Swt.: Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui. (QS al-Baqarah [2]: 216), dan
lihat (QS al-Ahzab [33]: 36).

2. Akhlak terhadap sesama manusia.

Al-Quran menjelaskan perlakuan sesama manusia, baik berupa larangan, seperti membunuh,
menyakiti badan atau harta tanpa alasan yang benar, juga termasuk larangan menyakiti hati,
walaupun disertai dengan memberi. Lihat (QS al-Baqarah [2]: 263). Selain itu, al-Quran
menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar, termasuk Nabi
Muhammad Saw. dinyatakan pula sebagai manusia biasa, namun dinyatakan pula beliau
adalah Rasul yang memperoleh wahyu dari Allah. Atas dasar ini beliau berhak memperoleh
penghormatan melebihi manusia lain, seperti dalam al-Quran (QS al-Hujurat [49]: 2; QS an-
Nur [24]: 63). Al-Quran juga menekankan perlunya privasi (kekuasaan atau kebebasan
pribadi), (QS an-Nur [24]: 27 dan 58); salam yang diucapkan wajib dijawab dengan salam
yang serupa, dan dianjurkan agar dijawab dengan salam yang lebih baik (QS an-Nisa [4]: 86);
Setiap ucapan harus ucapan yang baik (QS al-Baqarah [2]: 83 dan QS al-Ahzab [33]: 70)
Seseorang tidak boleh mengolok-olokkan orang lain atau kelompok lain dan tidak boleh
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Demikian juga seseorang tidak boleh
berprasangka buruk, mencari kesalahan orang lain, dan menggunjing orang lain. Al-Quran
menjelaskan juga di antara ciri-ciri orang yang bertakwa (QS Ali Imran [3]: 134-135). Selain
itu, al-Quran menetapkan harus mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan
diri sendiri (QS al-Hasyr [59]: 9).

3. Akhlak terhadap lingkungan.

Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada
dasarnya, akhlak yang diajarkan al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan ini menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum
matang, atau memetik bunga sebelum matang, karena hal ini berarti tidak memberi
kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia
dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua
proses yang sedang terjadi. Hal ini mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia
tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan di sekitarnya. Binatang, tumbuhan, dan
benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya,
serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini meyakinkan setiap muslim
untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat Tuhan yang harus diperlakukan secara
wajar dan baik.

Berkaitan dengan hal ini, al-Quran surat al-Anam (6): 38 menegaskan bahwa binatang-
binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya
merupakan umat-umat juga seperti manusia, sehingga semuanya tidak boleh diperlakuka
secara aniaya, baik dalam masa damai maupun ketika terjadi peperangan. Termasuk
mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang, kecuali jika terpaksa, tetapi inipun harus
seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan (QS
al-Hasyr [59]: 5). Dengan pengakuan semua milik Allah, mengantarkan manusia kepada
kesadaran bahwa apapun yang berada dalam genggaman-Nya, tidak lain kecuali amanat yang
harus dipertanggungjawabkan (QS at-Takatsur (102): 8. Manusia dituntut untuk
memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah Swt. menyangkut apa yang
berada di sekitar manusia.

Pernyataan Allah dalam al-Quran surat al-Ahqaf (46): 3, mengundang seluruh manusia untuk
tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja,
tetapi juga harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Manusia tidak boleh
bersikap sebagai penakluk alam. Yang menundukkan alam menurut al-Quran adalah Allah.
Mereka tidak sedikitpun mempunyai kemampuan, kecuali berkat kemampuan yang
dianugrahkan Tuhan kepadanya (QS az-Zukhruf [43]: 13). Oleh karena itu manusia harus
mengusahakan keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka
harus bersahabat. Al-Quran mengharuskan setiap orang mukmin untuk meneladani Nabi
Muhammad Saw. yang diutus membawa rahmat bagi seluruh alam. Selain itu, Rasulullah
Saw. diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana hadits riwayat at-
Timidzi dari Abu Darda yang menjelaskan bahwa beliau bersabda: Tidak ada sesuatu yang
lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang
luhur.

https://www.unisba.ac.id/index.php/id/illustrations/item/88-peranan-akhlak-
dalam-kehidupan-seorang-muslim

CONTOH AKHLAK TERPUJI


http://www.mohlimo.com/pengertian-akhlak-
mulia-dan-terpuji/
seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa pertimbangan lama
ataupun keinginan. Dalam beberapa kasus hal ini menjadi bagian dari watak dan karakter
seseorang. Tapi, dalam kasus yang lain, merupakan perpaduan dari hasil proses latihan dan
kemauan keras seseorang. Sifat jujur misalnya, bisa jadi telah tertanam dalam diri seseorang
tanpa usaha membiasakan atau memaksakan diri untuk bersikap demikian. Dengan perilaku
baik, karakter manusia didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan demi meraih kehidupan
terbaik untuk berinteraksi dengan Allah dan makhlukNya.

Adapun ayat-ayat Al Quran tentang akhlak mulia, merupakan tuntunan dari Allah Taala
kepada manusia untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari demi menggapai
kebahagiaan dunia dan akhirat kelak. Selalu berusaha menjadi orang yang bertakwa dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah SAW dikatakan memiliki
semua potensi budi pekerti yang baik. Hal ini tersirat dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra, Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. (HR Bukhari dan
Ahmad).
Pengertian Akhlak Mulia dan Terpuji

Akhlak Rasulullah SAW Adalah Al Quran, artinya gaya hidup beliau sesuai dengan Al Quran.
Istilah akhlak sesungguhnya memiliki makna yang luas meliputi pelbagai aspek yang dimulai
dari berhubungan dengan Allah, hingga kepada sesama makhluk biotik dan nonbiotik. Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, seorang ulama membaginya dalam dua klasifikasi; akhlak
mulia kepada Allah SWT dan kepada para makhluk ciptaan-Nya.

Akhlak mulia kepada Allah bermakna meyakini segala sesuatu yang berasal dari manusia
yang tentunya memungkinkan terjadinya kesalahan sehingga perlu memohon ampunan.
Adapun segala sesuatu yang berasal dari Allah SWT patut disyukuri. Jadi, kita harus
senantiasa bersyukur, memohon ampunan-Nya, mendekat kepada-Nya, serta berusaha
menelaah dan berbenah diri.

Akhlak mulia kepada makhluk terangkum dalam dua hal, yaitu banyak mengulurkan tangan
untuk amal kebajikan serta menahan diri dari perkataan dan perbuatan tercela. Kedua hal ini
mudah dilakukan jika memiliki lima syarat, yaitu ilmu, kemurahan hati, kesabaran, kesehatan
jasmani, dan pemahaman yang benar tentang Islam.

Definisi akhlak mulia adalah sebagai tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya
benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu yang
membuat jiwa melakukan perbuatan baik atau buruk. Imam Ghazali menuturkan bahwa
sebagian ulama menyebutkan beberapa ciri akhlak mulia, diantaranya merasa malu untuk
melakukan keburukan, tidak senang menyakiti, berkelakuan baik, dan berkata jujur.

Contoh Akhlak Mulia dan Terpuji

Dengan belajar kepada orang alim atau ulama, umat Muslim bisa mengenal dan membentuk
akhlak Islam dalam kehidupan sesuai tuntunan Al Quran dan Hadits. Kesederhanaan adalah
sikap kemudahan memberikan sesuatu kepada orang lain sehingga menjadikan nafsunya
bersedia mengikuti kata hati yang baik. Fisik yang sehat dibutuhkan karena Allah telah
menciptakan manusia dengan karakteristik mudah mencerna dan cepat meresap nilai-nilai
moral kebajikan. Berikut ini adalah contoh akhlak mulia dan terpuji:

1. Bertakwa
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar. (Ah Ahzab:70)

2. Menjauhi Zina
Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan keji yang
membawa kepada kerusakan. (Al Isra: 32)

3. Tidak Minum Miras (Khamar) dan Berjudi


Hai orangorang yang beriman sesungguhnya khamar, berjudi, berhala dan mengundi nasib
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kalian dengan khamr dan judi, menghalangi kalian dari
mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Al
Maidah: 90-91)

4. Berbakti Kepada Orang Tua


Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al Isra: 23)

5. Sedekah
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah seperti dengan sebiji/sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai
(bulir), pada tiap-tiap tangkai pula ada seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al
Baqarah: 261)

6. Jujur
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya,
mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki
pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. (Az-zumar:
33-34)

7. Sabar
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Anfal: 46)

Untuk lebih memahami pengertian akhlak mulia atau terpuji, hendaknya belajar agama Islam
dengan serius juga dibutuhkan karena hal dasar berperilaku baik. Dengan begitu, semakin
mudah pula melewati proses latihan menjadi hamba yang berakhlakul karimah. Di samping
itu, manusia semakin mudah meraih ketentraman hati dan kebahagiaan di dunia akhirat.

Anda mungkin juga menyukai