Anda di halaman 1dari 16

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Konsep Dasar Medis Chronic Kidney Disease (CKD)


1. Pengertian
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
Gagal ginjal kronis ( chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif
yang berakibat fatal dan ditandai dengan anemia (urea dan limbah nitrogen yang
berada dalam darah). (Suyono, 2009).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan
tidak reversible) (Nurarif, 2015).

2. Klasifikasi

Klasifikasi gagal injal kronik berdasarkan derajat : LFG (Laju Filtrasi


Glomelurus) dimana 125 ml/mnt/1.73 m2 dengan rumus kockroft gault :
DERAJAT PENJELASAN LFG (ml/mnt/1.73 m2)
1. Kerusakan ginjal dngan LFG normal atau tinggi ≥ 90
2. Kerusakan ginjal dengan LFG turun atau ringan 60 - 89
3. Kerusakan ginjal dengan LFG turun atau sedang 30 - 59
4. Kerusakan ginjal dengan LFG turun atau berat 15 - 29
5. Gagal ginjal < 15 atau dialysis

Rumus :
(140 – umur) x BB
72 x Kreatinin plasma (mg/dl)

1|Page
3. Etiologi

Etiologi dari chronic kidney disease yang dikemukakan oleh Nurarif


(2015) adalah :
a. Penyakit infeksi tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau refluks nefropati)
b. Penyakit peradangan glomerulonefritis
c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis)
d. Gangguan jaringan ikat (lupus eritomatosus sistemik)
e. Gangguan kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal)
f. Penyakit metabolik (diabetes mellitus, goat, hiperparatiroidisme, amiloidosis)
g. Nefropati toksik
h. Nefropati obstruktif

4. Tanda Dan Gejala

Manifestasi klinis yang dikemukakan oleh Baradero (2008) adalah:


a. Sistem hematopoietic : anemia, cepat lelah, trombositopenia, ekimosis, dan
perdarahan.
b. Sistem kardiovaskular : hipervolemia, hipertensi, takikardia, disritmia, gagal
jantung, kongestif, dan perikarditis.
c. Sistem pernapasan : takipnea, pernapasan kussmaul, halitosis uremik, sputum
yang lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh meningkat, hilar pneumonitis,
dan edema paru.
d. Sistem gastrointestinal : anoreksia, mual dan muntah, perdarahan
gastrointestinal, distensi abdomen, diare dan konstipasi.
e. Sistem neurologi : perubahan tingkat kesadaran; latergi, bingung, stupor, dan
koma, kejang, tidur terganggu, dan asteriksis.
f. Sistem skeletal : osteodistrofi ginjal, rickets ginjal, nyeri sendi, dan
pertumbuhan lambat pada anak.
g. Kulit : pucat, pigmentasi, pruritus, ekimosis, lecet, dan uremic frosts.
h. Sistem perkemihan : haluaran urine berkurang, berat jenis urine menurun,
proteinuria, fragmen dan sel dalam urine, dan natrium dalam urine
berkurang.

2|Page
i. Sistem reproduksi : infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi, amenorea,
dan lambat pubertas.

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Price & Wilson (2006) pemeriksaan penunjang untuk gagal ginjal
kronik adalah sebagai berikut :
a. Radiologi : ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi
ginjal.
1) Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2) Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis.
3) Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa.
b. Foto Polos Abdomen : menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau
obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena : menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi
penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam
urat.
d. USG : menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram : menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung : mencari adanya kardiomegali, efusi
perikarditis.
g. Pemeriksaan Radiologi Tulang : mencari osteodistrofi (terutama pada falangks
/jari) kalsifikasi metatastik.
h. Pemeriksaan Radiologi Paru : mencari uremik lung yang disebabkan karena
bendungan.

3|Page
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde : dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi
yang reversible.
j. EKG : untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-
tanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi Ginjal : dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal
kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal :
1) Laju endap darah
2) Urinaria
a) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak
ada (anuria).
b) Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkanoleh pus /
nanah,bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat,sedimen kotor, warna
kecoklatan menunjukkan adanyadarah,miglobin, dan porfirin.
c) Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
d) Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkankerusakan
tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
a) Ureum:
b) Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10
mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
m. Urine
1) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tak
keluar (anuria)
2) Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri,
lemak, partikel koloid, forfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan
menunjukan adanya darah, HB, mioglobin.
3) Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan
kerusakan ginjal berat).
4) Osmolalitas : Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan kerusakan tubular,
dan rasio urine/serum sering 1:1
5) Klirens keratin : Mungkin agak menurun

4|Page
6) Natrium : Lebih besar dari 40 m Eq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium.
7) Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
n. Darah
1) BUN / Kreatin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar
kreatinin 16 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
2) Hitung darah lengkap : Ht : Menurun pada adanya anemia Hb:biasanya
kurang ari 78 g/dL
3) SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi aritropoetin seperti pada
azotemia.
4) GDA : pH : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia
atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun, PCO2 menurun .
5) Natrium Serum : Mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan Natrium” atas
normal (menunjukan status dilusi hipernatremia).
6) Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan. Pada tahap akhir,
perubahan
7) EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 MPq atau lebih besar.
8) Magnesium/Fosfat : Meningkat
9) Kalsium : Menurun
10) Protein (khususnya Albumin) : Kadar serum menurun dapat
menunjukkan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan,
penurunan pemasukan, atau penurunan sintesis karena kurang asam amino
esensial.
11) Osmolalitas Serum : Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan
urine.
6. Penatalaksaan

5|Page
Menurut Price & Wilson (2006) penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG
nya, yaitu:

1. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara
progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,
memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit (Sukandar, 2006).
a. Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi
toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan
keseimbangan negatif nitrogen.
b. Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan tujuan
utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status
nutrisi dan memelihara status gizi.
c. Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah
diuresis mencapai 2 L per hari.
d. Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG dan
penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).

6|Page
2. Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium
(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan
suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena
bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.
b. Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi
alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati
karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
c. Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai
pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief complaint)
dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari
mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis
adekuat dan obat-obatan simtomatik.
d. Kelainan kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.
e. Kelainan neuromuskular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang
adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
f. Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.

g. Kelainan sistem kardiovaskular


Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita.
3. Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada
LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis
peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
a. Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik
azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien
GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi

7|Page
tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif. Beberapa yang
termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati
azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan
diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN)
> 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8
mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat (Sukandar, 2006).
Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah
dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal
buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel
(hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur
yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang
mahal (Rahardjo, 2006).

b. Dialisis peritoneal (DP)


Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis
(CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD,
yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien
yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang
cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan
pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal)
dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-
morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri,

8|Page
tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang
jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006).

c. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:
1. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal
ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal
alamiah.
2. Kualitas hidup normal kembali
3. Masa hidup (survival rate) lebih lama
4. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat
imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
5. Biaya lebih murah dan dapat dibatasi

9|Page
7. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer (2010) &Udjianti
(2010) antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan
masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan
kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

10 | P a g e
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Disease (CKD)

Pengkajian fokus manurut Carpenito (2006) yang disusun berdasarkan sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami
CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses
pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandungbanyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik :
a. Penampilan / keadaan umum : lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas
nyeri. Kesadaranpasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital : tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea,
nadimeningkat dan reguler.
c. Antropometri : penurunan berat badan selama 6 bulan terahir
karenakekurangannutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan
cairan.
d. Kepala : rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotorantelinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung,mulut bau ureum,bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.

11 | P a g e
e. Leher dan tenggorok : peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada
leher.
f. Dada : dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen : terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
h. Genital : kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i. Ekstremitas : kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit : turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.

A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).

12 | P a g e
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH (NIC = Nursing Interv
Ke
1. Kelebihan volume cairan Tujuan: Fluid Management :
b.d penurunan haluaran urin Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji status cairan ; t
dan retensi cairan dan selama 3x24 jam volume cairan masukan dan haluara
natrium. seimbang. 2. Batasi masukan caira
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi sumber p
NOC : Fluid Balance 4. Jelaskan pada pasien
 Terbebas dari edema, efusi, cairan
anasarka 5. Kolaborasi pemberia
 Bunyi nafas bersih,tidak adanya Hemodialysis therapy
dipsnea 1. Ambil sampel dara
 Memilihara tekanan vena sentral, (misalnya BUN, krea
tekanan kapiler paru, output phospor) sebelum per
jantung dan vital sign normal. thdp terapi.
2. Rekam tanda vita
pernapasan, dan tek
respon terhadap terap
3. Sesuaikan tekanan fil
yang tepat dari cairan
4. Bekerja secara ko
menyesuaikan panj
keterbatasan cairan
cairan dan elektrolit p
2 Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutritional Managemen
dari kebutuhan tubuh b.d selama 3x24 jam nutrisi seimbang dan 1. Monitor adanya mual d
anoreksia mual muntah. adekuat. 2. Monitor adanya kehila
Kriteria Hasil: status nutrisi.
NOC :Nutritional Status 3. Monitor albumin, total
 Nafsu makan meningkat hematocrit level yang
 Tidak terjadi penurunan BB untuk perencanaan trea
 Masukan nutrisi adekuat 4. Monitor intake nutrisi

 Menghabiskan porsi makan 5. Berikan makanan sedik

13 | P a g e
 Hasil lab normal (albumin, kalium) 6. Berikan perawatan mu
7. Kolaborasi dengan ahl
terapi
3 Perubahan pola napas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Respiratory Monitoring
berhubungan dengan selama 1x24 jam pola nafas adekuat. 1. Monitor rata – rata, ke
hiperventilasi paru Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dad
NOC : Respiratory Status otot tambahan, ret
 Peningkatan ventilasi dan intercostal
oksigenasi yang adekuat 3. Monitor pola nafas
 Bebas dari tanda tanda distress hiperventilasi, cheyne
pernafasan 4. Auskultasi suara naf
 Suara nafas yang bersih, tidak ada adanya ventilasi dan su
sianosis dan dyspneu (mampu Oxygen Therapy
mengeluarkan sputum, mampu 1. Auskultasi bunyi nafa
bernafas dengan mudah, tidak ada 2. Ajarkan pasien nafas
pursed lips) 3. Atur posisi senyaman

 Tanda tanda vital dalam rentang 4. Batasi untuk beraktivi

normal 5. Kolaborasi pemberian

4 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Circulatory Care


berhubungan dengan selama 3x24 jam perfusi jaringan 1. Lakukan penilaian sec
penurunan suplai O2 dan adekuat. periper. (cek nadi prip
nutrisi ke jaringan sekunder. Kriteria Hasil: ekstremitas).
NOC: Circulation Status 2. Kaji nyeri
 Membran mukosa merah muda 3. Inspeksi kulit dan Palp
 Conjunctiva tidak anemis 4. Atur posisi pasien, eks
 Akral hangat memperbaiki sirkulasi

 TTV dalam batas normal. 5. Monitor status cairan i

 Tidak ada edema 6. Evaluasi nadi, oedema


7. Berikan therapi antiko

5 Intoleransi aktivitas berhubungan Tujuan: Nursing intervensi classificati


dengan keletihan anemia, retensi Setelah dilakukan asuhan Activity therapy :
produk sampah dan prosedur keperawatan selama 3x24 jam1. Monitor respon fisik, social da

14 | P a g e
dialysis. Intoleransi aktivitas dapat2. Bantu klien untuk mendapat
teratasi. aktivitas seperti kursi roda, krek
Kriteria Hasil: 3. Bantu untuk mengidentifika
Nursing outcomes disukai.
classification (NOC) :4. Bantu klien/ keluarga untuk
Circulation Status kekurangan dalam beraktivitas.
- Mampu melakukan aktivitas5. Bantu klien untuk mengemb
sehari-hari secara mandiri. diri dan penguatan.
- Tanda-tanda vital normal 6. Kolaborasikan dengan ten
- Mampu berpindah dengan atau medik dalam merencakan pro
tanpa bantuan alat. tepat.
- Sirkulasi status baik.
6 Resiko Kerusakan intregritas Tujuan: Nursing intervensi classificati
kulit berhubungan dengan efek Setelah dilakukan asuhan Skin surveilance :
uremia dan neuropati perifer. keperawatan selama 3x24 jam1. Monitor adanya tanda –
Resiko Kerusakan intregritas integritas kulit.
kulit tidak terjadi. 2. Monitor warna kulit.
Kriteria Hasil:
3. Monitor temperatur
Nursing outcomes4. Catat adanya perubahan ku
classification (NOC) : mukosa.
Circulation Status
- Temperatur jaringan dalam5. Ganti posisi dengan sering.
rentang normal.
6. Anjurkan intake dengan kalor
- Elastisitas dan kelembaban adekuat
dalam rentang rentang normaal.

- Pigmentasi dalam rentang


normal.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, et al. (2016). Nursing Interventions Classification. Alih Bahasa Intansari
& Roxsana Devi Tumanggor. Singapore : Elsevier.
Herman,T.H. (2015). “Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi”. Jakarta:EGC
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. 2010. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
toUnderstanding and Management . USA : Oxford University Press.
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC

15 | P a g e
Suyono, Slamet. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai