Anda di halaman 1dari 7

Akhlak Dalam Islam : Pengertian, Golongan dan Keutamaannya

Kata akhlak sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai muslim kita mengetahui bahwa
akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan terutama dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang
muslim senantiasa dianjurkan untuk memiliki akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk. Sedemikian
pentingnya akhlak dalam islam disebutkan juga dalam hadits bahwa Rasulullah SAW diutus kepada kaumnya
dan seluruh umat didunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia dimana saat itu akhlak masyarakat
terutama masyarakat jahiliyah masih jauh dari perilaku akhlak yang terpuji (baca sejarah islam di Arab
Saudi dan sejarah agama islam) .

Mereka tak segan mengubur anak perempuannya dan memperlakukan orang lain terutama wanita dan budak
dengan cara yang tidak baik (baca wanita dalam islam dan emansipasi wanita dalam islam) . Untuk
mengetahui lebih jelas perihal akhlak dalam islam, ada baiknya kita simak pembahasan mengenai akhlak
berikut ini.
Definisi Akhlak
Disebutkan bahwa akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan
ibadah baca istiqomah dalam islam dan cara agar tetap istiqomah dijalan Allah). Akhlak yang kita ketahui
tersebut memiliki pengertian baik secara bahasa maupun secara istilah. Selain itu ada beberapa ulama yang
juga menjabarkan pengertian akhlak sebagaimana ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa akhlak adalah
keadaan jiwa atau sifat seseorang yang medorong melakukan sesuatu tanpa perlu mempertimbangkannya
terlebih dahulu.
Secara bahasa
Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab Al Khulk yang diartikan sebagai perangai, tabiat. Budi
pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang diartikan sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh
seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya. (baca istri-istri nabi muhammad dan sifatnya)
Secara istilah
Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai seseorang yang
telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut. Seseorang yang mmeiliki sifat baik
biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya seseorang yang memiliki
perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela. Kata akhlak disebutkan dalam firman Allah
pada ayat berikut ini



Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang
tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS Shad : 46)
Golongan Akhlak
Akhlak sendiri dibedakan menjadi dua golongan yakni akhlak terpuji atau akhlakul karimah dan akhlak tercela
atau akhlakuk mazmumah.
Akhlak Terpuji
Diantara beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim adalah kesopanan, sabar,
jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata yang lembut dan santun, gigih, rela berkorban, adil, bijaksana,tawakal
dan lain sebagainya. Seseorang yang mmeiliki akhlak terpuji biasanya akan selalu menjaga sikap dan tutur
katanya kepada orang lain dan merasa bahwa dirinya diawasi oleh Allah SWT. (baca cara meningkatkan
akhlak terpuji)
Akhlak tercela
Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat mendatangkan mudharat baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh akhlak tercela diantaranya adalah dusta (baca bahaya
berbohong dan hukumnya dalam islam), iri, dengki, ujub, fitnah, sombong, bakhil, tamak, takabur, hasad,
aniaya, ghibah, riya dan sebagainya. Akhlak yang tercela sangat dibenci oleh Allah SWt dan tidak jarang
orang yang memilikinya juga tidak disukai oleh masyarakat. (baca juga penyakit hati menurut islam).

Keutamaan Akhlak Dalam Islam


Telah disebutkan sebelumnya pengertian tentang akhlak dan sebagai umat muslim kita tahu bahwa akhlak
memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama islam. Beberapa keutamaan mmeiliki akhlak yang terpuji antara
lain
Berat timbangannya diakhirat
Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadits bahwa ia akan memiliki timbangan yang
berat kelak dihari akhir atau kiamat dimana semua amal manusia akan ditimbang, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW berikut
Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia,
dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat. [HR
Tirmidzi
Dicintai Rasul SAW
Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia didunia. Dan tentu saja Rasul
SAW sendiri mencintai manusia yang mmeiliki akhlak yang baik. Dari Jabir RA; Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di hari kiamat
adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yan paling jauh tempatnya
dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam berbicara, dan sombong. [Sunan Tirmidzi:
Sahih]

Memiliki kedudukan yang tinggi


Dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang mulia memiliki
kedudukan yang tinggi diakhirat kelak. Rasul SAW bersabda
Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih
bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan
tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi
perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak
ada wara yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah
yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan
sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
Dijamin rumah disurga
Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim dan keutamaan memiliki akhlak mulia
sangatlah besar. Dalamsebuah hadits disebutkan bahwa Rasul menjamin seseorang sebuah rumah disurga
apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari Abu Umamah ra; Rasulullah SAW bersabda:
Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar, dan sebuah
rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya bergurau, dan rumah di atas surga
bagi orang yang mulia akhlaknya. [HR Abu Daud ]
Demikian penjelasan mengenai akhlak yang bisa diketahui. Semoga bermanfaat. (baca juga hubungan akhlak
dengan iman dan hubungan akhlak dengan tasawuf dalam islam)
MENGENAL KONSEP AKHLAK DALAM ISLAM
SUBSTANSI:
Menjelaskan tentang Konsep Akhlak Islam
Menjelaskan tentang Sumber Akhlak
Menjelaskan tentang Hubungan Akhlak dengan Aqidah
Menjelaskan tentang Ciri dan Macam-Macam Aklakul Karimah
Menjelaskan tentang Ancaman Akhlak dalam Kehidupan Modern

Pengantar
Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan
buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah
kesempurnaan dari pohon tersebut setelah akar dan batangnya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada
diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah
karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang.

Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa
misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang
sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni
lebih dari 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun,
lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan
syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam pada waktu itu.

Tujuan dari kajian tentang akhlak ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman yang baik tentang akhlak Islam
(moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya memiliki komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan
akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari (moral action). Dengan kajian ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki
sikap, moral, etika, dan karakter keagamaan yang baik yang dapat dijadikan bekal untuk mengamalkan ilmu yang
ditekuninya di kehidupannya kelak di tengah masyarakat.

Pengertian Akhlak
Secara etimologi, istilah Akhlak berasal dari bentuk jamak khuluk yang berarti watak, tabiat, perangai dan budi pekerti.
Imam al-Ghazali memberi batasan khuluk sebagai : Khuluk adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa pertimbangan dan pemikiran mendalam. Dari pengertian ini,
suatu perbuatan dapat disebut baik jika dalam melahirkan perbuatan-perbuatan baik itu dilakukan secara spontan dan
tidak ada paksaan atau intervensi dari orang lain.

Ibnu Miskawaih dalam kitab Tahdzibul Akhlak menjelaskan bahwa khuluk ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong
kearah melakukan perbuatan tanpa pertimbangan dan pemikiran. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa gerak jiwa
meliputi dua hal. Pertama, alamiah dan bertolak dari watak seperti adanya orang yang mudah marah hanya karena
masalah sepele atau tertawa berlebihan karena mendengar berita yang tidak memprihatinkan. Kedua, keadaan jiwa
yang tercipta melalui kebiasaan, atau latihan. Pada awalnya keadaan tersebut terjadi karena dipikirkan dan
dipertimbangkan, namun pada tahapan selanjutnya keadaan tersebut menjadi satu karakter yang melekat tanpa
dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak. Oleh karena itu, pendidikan akhlak sangat diperlukan untuk mengubah
karakter manusia dari keburukan ke arah kebaikan.

Hubungan Antara Akidah Dengan Akhlak


Sesuai dengan pengertian di atas, akhlak merupakan manifestasi iman, Islam dan Ikhsan sebagai refleksi sifat dan jiwa
yang secara spontan dan terpola pada diri seseorang sehingga melahirkan perilaku yang konsisten dan tidak tergantung
pada pertimbangan berdasarkan keinginan tertentu. Semakin kuat dan mantap keimanan seseorang, semakin taat
beribadah maka akan semakin baik pula akhlaknya. Dengan demikian, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan ibadah dan
tidak pula dapat dipisahkan dengan akidah karena kualitas akidah akan sangat berpengaruh pada kualitas ibadah yang
kemudian juga akan sangat berpengaruh pada kualitas akhlak.

Akidah dalam ajaran Islam merupakan dasar bagi segala tindakan muslim agar tidak terjerumus kedalam perilaku-
perilaku syirik. Syirik disebut sebagai kezaliman karena perbuatan itu menempatkan ibadah tidak pada tempatnya dan
memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya. Oleh karena itu muslim yang baik akan menjaga segala ryang
memiliki akidah yang benar, ia akan mampu mengimplementasikan tauhid itu dalam bentuk akhlak yang mulia (akhlakul
karimah). Allah berfirman dalam surat Al-Anam (06) : 82 :
Artinya : Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka
Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Orang yang mendapat petunjuk adalah mereka yang tahu bersyukur, sehingga perbuatan mereka senantiasa sesuai
dengan petunjuk Allah. Inilah yang dimaksud dengan akhak mulia. Dengan demikain ada hubungan yang amat erat
antara akidah dengant akhlak, bahkan keduanya tidak dapat dipisahkan.

Sumber Akhlak
Pembicaraan tentang Akhlak berkaitan dengan persoalan nilai baik dan buruk. Oleh karena itu ukuran yang menjadi
dasar penilaian tersebut harus merujuk pada nilai-nilai agama Islam. Dengan demikian, ukuran baik buruknya suatu
perbuatan harus merujuk pada norma-norma agama, bukan sekedar kesepakatan budaya. Kalau tidak demikian, norma-
norma akan berubah seiring dengan perubahan budaya, sehingga sesuatu yang baik dan sesuai dengan agama bisa jadi
suatu saat dianggap buruk pada saat bertentangan dengan budaya yang ada.

Dalam Islam, akhlak menjadi salah satu inti ajaran. Fenomena ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana
disebutkan dalam Al Quran surat alQalam (4) :

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Keseluruhan akhlak Rasulullah ini juga diungkapkan oleh Aisyah r.a. saat ditanya tentang akhlak Nabi. Saat itu Aisyah
berkata : Akhlak Nabi adalah Al Quran. Demikian juga disebutkan dalam Al Quran surat Al Ahzab (33) : 21.

Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Dengan demikian bagi umat Islam, untuk menunjuk siapa yang layak dicontoh tidak perlu sulit sulit, cukuplah berkiblat
kepada akhlak yang ditampilkann oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis dinyatakan : orang-orang mukmin yang
paling sempurna imannya adalah yang paling baik budi pekertinya (HR. Ahmad dari Abu Hurairah). Dalam hadis yang
lain yang diriwayatkan oleh at Turmudzi dari Jabir r.a., Rasulullah menyatakan : Sungguh di antara yang paling aku
cintai, dan yang paling dekat tempat duduknya dengan aku kelak pada hari kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya diantara kamu.

Merujuk pada paparan di atas, sumber akhlak bagi setiap muslim jelas termuat dalam Al Quran dan hadis Nabi. Selain
itu, sesuai dengan hakekat kemanusiaan yang dimilikinya, manusia memiliki hati nurani (qalbu) yang berfungsi sebagai
pembeda antara perbuatan baik dan buruk. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada
sahabat Wabishah tatkala beliau bertanya tentang kebaikan (al-birr) dan dosa (al-itsm) dalam dialog seperti yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad sebagai berikut :

Hai Wabishah, bertanyalah kepada hatimu sendiri, kebaikan adalah sesuatu yang jika kamu lakukan, jiwamu merasa
tentram, sedang dosa adalah sesuatu yang jika kamu lakukan, jiwamu bergejolak dan hatimu pun berdebar debar
meskipun orang banyak memberi tahu kepadamu (lain dari yang kamu rasakan).

Berkaitan dengan hati nurani, muncul persoalan, dapatkah dijamin bahwa hati nurani selalu dominan dalam jiwa
manusia sehingga suaranya selalu didengar, mengingat dalam diri manusia terdapat dua potensi yang selalu bertolak
belakang yaitu potensi yang mengarah kepada kebaikan (taqwa) dan potensi yang mengarah pada keburukan (al-fujur),
dimana kekuatan yang lebih menonjol tentunya menjadi dominan dalam mempengaruhi keputusan suatu persoalan.

Oleh karena itu, agar hati nurani seorang muslim selalu dalam kondisi kepada kebaikan, maka ia harus selalu disucikan.
Seorang muslim perlu menjaga rutinitas dan kontinuitas ibadah, berusaha untuk selalu mendekatkan diri (taqarub)
kepada Allah, membaca sejarah orang orang terdahulu serta selalu berusaha untuk saling menasehati dengan
sesamanya.

Macam-macam Akhlakul Karimah


Dalam Al Quran dan hadis banyak dijelaskan bagaimana perilaku (akhlak) yang sesuai dengan aturan Islam. Seperti
misalnya di dalam Al Quran surat Asy-Syams (91) : 7-10 yang berbunyi :
Artinya : Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.

Ayat di atas menjelaskan bahwa barang siapa ingin mencapai kebahagiaan hidup, hendaknya dia mensucikan jiwanya
dari sifat sifat tercela dan berusaha memiliki ketakwaan yang tinggi. Artinya, dia harus selalu berusaha meningkatkan
ketakwaan dengan cara yang benar.

Ayat lain di dalam Al Quran mengajarkan kepada manusia untuk menahan hawa nafsunya, sebagaimana terdapat
dalam surat an-Naaziat (79) : 40-41 yang berbunyi :

Artinya : Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).

Dalam Al Quran surat Ali Imron (3) : 200, Allah swt berfirman

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

Ayat di atas mengajarkan kepada manusia untuk tetap tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan
yang menimpa dirinya dalam kehidupannya.
Al Quran surat at-Taubah (09) : 119 mengajarkan kepada manusia untuk bertakwa dan jujur dalam setiap perbuatan.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar.

Jujur hendaknya tidak hanya kepada orang lain, tetapi juga terhadap diri sendiri. Salah satu perilaku jujur misalnya saat
menjalani ujian semester. Sebagai seorang muslim, hendaklah mahasiswa tidak tergoda untuk berlaku curang dengan
cara menyontek atau menekan dosen yang mengajar untuk memberi nilai yang diinginkannya, padahal tidak sesuai
dengan kemampuan dirinya.

Dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja profesional sesuai
dengan ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya. Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh imam Malik, Imam Bukhori,
Imam Muslim, Imam Turmudzi dan Nasai dari Abu Hurairah yang menyatakan : Sungguh, seandainya kamu mencari
kayu seikat yang dibawa di atas punggung (untuk kemudian dijual) , lebih baik bagimu daripada minta minta kepada
seseorang yang mungkin diberi atau ditolak.
Hadis ini dengan tegas melarang umat Islam untuk menjadi pengemis, yang bekerja dengan mengandalkan belas
kasihan orang lain.

Berkaitan dengan berbagai bentuk akhlakul karimah, Ibnu Miskawaih menunjukkan berbagai macam kebajikan sebagai
berikut:

1. Kearifan
Pandai (al-dzaka), kecepatan dalam mengembangkan kesimpulan yang melahirkan pemahaman
Ingat (al-dzikru), kecepatan dan kemampuan berimajinasi
Berfikir (al-taaqqul), kemampuan untuk menyesuaikan antara ide dengan realitas
Kejernihan pikiran (shafau al-dzihni), kesiapan jiwa menyimpulkan hal yang dikehendaki.
Ketajaman dan kekuatan otak (jaudat al-dzihni), kemampuan jiwa untuk merenungkan masa lalu atau sejarah.
Kemampuan belajar dengan mudah (suhulat at-taallum), kekuatan dan ketajaman jiwa dalam memahami sesuatu.

2. Kesederhanaan
Rasa malu (al-haya)
Tenang (al-daat)
Sabar (as-shabru)
Dermawan (al-sakha)
Integritas (al-hurriyah)
Puas (al-qanaah)
Loyal (al-damatsah)
Berdisiplin diri (al-intizham)
Optimis atau berpengharapan baik (husn-al-huda)
Kelembutan (al-musalamah)
Anggun berwibawa (al-wiqar)
Wara

3. Keberanian
Kebesaran jiwa
Tegar
Ulet
Tabah
Menguasai diri
Perkasa

4. Kedermawanan
Murah hati (al-karam)
Mementingkan orang lain (al-itsar)
Rela (al-nail)
Berbakti (al-muwasah)
Tangan terbuka (al-samahah)

5. Keadilan
Bersahabat
Bersemangat sosial (al-ulfah)
Silaturrahmi
Memberi imbalan (mukafaah)
Baik dalam bekerja sama (husn al-syarikah)
Kejelian dalam memutuskan persoalan (husn al-qadha)
Cinta (tawaddu)
Beribadah kepada Allah
Taqwa kepada Allah

Muhammad Iqbal menjelaskan bahwa untuk mencapai martabat manusia sempurna, manusia harus memiliki syarat
syarat sebagai berikut:
Isyqo Muhabbat, artinya kecintaan yang sangat mendalam kepada Allah yang akan melahirkan rasa kasih sayang
terhadap makhluk-makhluk-Nya.
Syajaah, artinya keberanian yang tertanam di dalam pribadi seseorang sehingga berani beramar maruf nahi munkar.
Faqr, artinya orang yang memiliki pendirian yang teguh dan perwira sehingga mempunyai rasa kemandirian yang tinggi,
tidak suka tergantung kepada orang lain.
Tasamuh (toleransi), artinya semangat tenggang rasa yang ditebarkan diantara sesama manusia sehingga mencegah
terjadinya konflik yang berkepanjangan.
Kasbi halal, artinya usaha-usaha yang sesuai dengan ketentuan agama (halal).
Kreatif, artinya selalu mencari hal-hal barun untuk meingkatkan kualitas kehidupan.

Ancaman Akhlak Dalam Kehidupan Modern


Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa paling tidak ada tiga macam ancaman terhadap akhlak manusia dalam kehidupan
modern dewasa ini, yaitu ananiyyah, madiyyah dan nafiyyah.

Ananiyyah artinya individualisme, yaitu faham yang bertitik tolak dari sikap egoisme, mementingkan dirinya sendiri,
sehingga mengorbankan orang lain demi kepentingannya sendiri. Orang orang yang berpendirian semacam ini tidak
memiliki semangat ukhuwah Islamiyah, rasa persaudaraan dan toleransi (tasamuh) sehingga sulit untuk merasakan
penderitaan orang lain. Padahal seseorang baru dikatakan berakhlak mulia tatkala ia memperhatikan nasib orang lain
juga.

Madiyyah artinya sikap materialistik yang lahir dari kecintaan pada kehidupan duniawi yang berlebihan. Hal demikian
dijelaskan oleh Allah dalam Al Quran surat Hud (11) : 15-16 yang berbunyi :
Artinya : Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan., Itulah orang-orang
yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia
dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.

Nafiyyah artinya pragmatis yaitu menilai sesuatu hanya berdasarkan pada aspek kegunaan semata. Ketiga ancaman
terhadap akhlak mulia ini hanya akan dapat diatasi manakala manusia memiliki pondasi aqidah yang kuat dan
senantiasa melakukan amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

REFERENSI
Al-Quran al-Karim
Marzuki, Dr. M.Ag, Buku PAI UNY.
M. Junaidi Sahal, 1421 H, Seri Kumpulan Materi Aqidah Islam, Surabaya : MPPU Madani .
Nasruddin Razak, 1996, Dienul Islam, Bandung : PT. Almaarif. Cet. 13.
Tim UII, 2002, Menuju Kemantapan Tauhid dengan Ibadah dan Akhlakul Karimah, Yogyakarta : UII Press Jogjakarta.
Zaki Mubarok Latif, dkk., 2001, Akidah Islam, Yogyakarta : UII Press.
Disusun oleh Aris Badaruddin Thoha, S.Ag., M.Ag,

Anda mungkin juga menyukai