Anda di halaman 1dari 15

AKHLAK

Makalah

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Dosen Pengampu:

Hamidullah Mahmud, M.A.

Oleh

Kelompok 2A

Rochmani Setyaningrum NIM 11220530000007

Lola Amelia NIM 11220530000019

Nai Gina Sonia NIM 11220530000021

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2022
A. PENDAHULUAN
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari
sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti
sifat sabar, kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri
dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.
Akhlak yang baik dan mulai akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi
yang terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita
semua sebagai makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat
menjadikan Rasulullah sebagai idola kita, karena sesungguhnya pada diri Rasulullah
terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq.
Menurut bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama.Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan Khalq yang berarti
“kejadian”, serta erat hubungannya dengan kata khaliq yang berarti “Pencipta”
dan makhluq yang berarti “yang diciptakan”. Sedangkan secara istilah, akhlak
adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh sesuatu keinginan secara
mendasar untuk melakukan suatu perbuatan.
Ibn Al-Jauzi menjelaskan (w.597 H) bahwa al-khuluq adalah etika yang
dipilih seseorang. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah (karakter)
pada dirinya. Dengan demikian, khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan
diusahakan seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya
dinamakan al-khaym.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi
pekerti, watak, tabiat..
Berkaitan dengan pengertian Khuluq yang berarti agama, Al-Fairuzzabadi
berkata, “Ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki
akhlak mulia, kualitas agamnya pun mulia. Agama diletakkan diatas empat

1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada) h. 1
landasan akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan
keadilan.”
Secara sempit, pengertian akhlak dapat diartikan dengan:
a. Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik;
b. Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak;
c. Pandangan akal tentang kebaikan dan keurukan.2

Kata akhlak lebih luas artinya daripada moral atau etika yang sering
dipakai dalam bahasa Indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dari
tingkah laku lahiriah dan batiniyah seseorang 3. Adapun yang menyamakannya
karena keduanya membahas masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia.
Perumusan pengertian akhlak timubul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara
makhluk dengan makluk. Perkataan ini dipetik dari kalimat yang tercantum dalam
Al-Quran:

‫َو ِاَّنَك َلَع ٰل ى ُخ ُلٍق َع ِظ ۡي ٍم‬

Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berudi pekerti yang luhur”


(Q.S. Al-Qalam [68]:4)

2. Ciri-ciri Khusus Perbuatan Akhlak

Ciri-ciri akhlak mengandung unsur-unsur berikut:


1. Baik dan ikhtiari, maksudnya sikap dan perilaku yang baiknya itu merupakan
hasil usaha yang sungguh-sungguh.
2. Benar, maksudnya sikap dan perbuatan yang baiknya itu dilakukan semata-
mata sebagai ketaatan kepada Allah dengan mengikuti petunjuk dan teladan
Rasulullah.
3. Ikhlash, maksudnya sikap dan perbuatan yang baiknya itu dilakukan karena
Allah semata, bukan karena parih dunia ataupun pamrih akhirat.

2
M. Syatrio, Ilmu Akhlak (Bandung, Lisan 1987) Hal. 1

3
A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari Muhamalah dan Akhlak (Bandung, Pustaka Setia 1997) Hal. 97
4. Istiqomah, atau ajeg dan tetap, maksudnya sikap dan perbuatan yang baiknya
itu dilakukan secara terus-menerus dalam situasi dan kondisi apa pun dan
bagaimanapun.4

3. Sumber Akhlak

Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-burukya perbuataan


seseoang. Al-Quran dijadikan sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak.
Dimulai dari akhlak pribadi, keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat
tinggal maupun lingkungan pekerjaannya. Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan
al-Hadits, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat, sebagaimana pada
konsep etika dan moral. Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-buruk,
terpuji-tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Qur’an dan Sunnah) menilainya
demikian. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang Rasulullah SAW
sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َر ُسْو ِل ِهّٰللا ُاْس َو ٌة َحَس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُجوا َهّٰللا َو اْلَيْو َم اٰاْل ِخَر َو َذ َك َر َهّٰللا َك ِثْيًر‬

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21).
Ibnu katsir menerangkan bahwa ayat yang mulia itu merupakan dalil pokok yang
paling besar, yang menganjurkan kepada manusia yang beriman agar meniru
Rasulullah SAW dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Karena
itulah Allah SWT memerintahkan kepada kaum mukmin agar meniru sikap

Nabi SAW dalam hal kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, dan perjuangannya,
serta tetap menanti jalan keluar dari Allah SWT. Semoga shalawat dan salam-Nya

4
https://www.researchgate.net/publication/326468921_CIRI-CIRI_AKHLAK_MULIA_dalam_buku_FILSAFAT_AKHLAK, diakses pada tanggal 11
septemer 2022. Pukul 15:10 WIB.
terlimpahkan kepada Rasulullah SAW sampai hari kiamat. Keluhuran akhlak
Nabi SAW juga disebutkan dalam ayat lainnya. Allah SWt berfirman:

‫َو ِإَّنَك َلَع لى ُخ ُلٍق َع ِظ يٍم‬

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4).
Akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai tingkat keimanan
seseorang. Bahkan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang
apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau
mengatakan:

‫َتْقوى ِهَّللا َو ُح ْسُن اْلُخ ُلِق‬

“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad,
Tirmidzi, Ibnu Majah)
Salah satu alasan diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT di Arab
tidak lain untuk membenahi akhlak masyarakat pada masa itu. Hal ini disebutkan
dalam hadits.

‫ “ِإَّنَم ا ُبِع ثُت ُأِلَتِّم َم َص اِلَح‬: ‫ َقاَل رسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن َأِبي ُهَر يرة َقاَل‬
‫”اَأْلْخ اَل ِق‬.

Dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah


bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-
akhlak yang baik. (HR. Ahmad 2/381)
Mengenai akhlak Nabi SAW, Siti Aisyah radhiyallahu anha menjawab:

‫َك اَن ُخ ُلُقُه اْلُقْر آَن‬

Artinya: Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.


Rasulullah SAW sama sekali belum pernah memukulkan tangannya kepada
seorang pun dari pelayannya, dan belum pernah memukul seorang pun dari istri
(beliau), dan belum pernah memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali
bila dalam berjihad di jalan Allah. Baginda Nabi SAW juga tidak pernah
melakukan suatu pembalasan yang pernah ditimpakan kepada dirinya, melainkan
bila batasan-batasan Allah dilanggar, maka beliau baru melakukan pembalasan
dan itu hanyalah karena Allah SWT.

Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫َو َخ اِلِق الَّناَس ِبُخ ُلٍق َحَس ٍن‬

Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987].5

4. Sifat Akhlak

Menurut Islam, sifat akhlak ada dua yaitu akhlakul mahmudah (akhlak terpuji)
dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Adapun defenisinya sebagai berikut:

1. Akhlakul Mahmudah

Akhlakul mahmudah atau disebut dengan akhlak yang terpuji merupakan salah
satu golongan macam-macam akhlak yang harus dimiliki setiap umat muslim.
Adapun contoh sifat-sifat akhlak tersebut diantarannya sikap rela berkorban, jujur,
sopan, santun, tawakal, adil, sabar dan lain sebagainya. Sebagai umat muslim
sudah seharusnya kita selalu menjaga akhlakuk karimah dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.

2. Akhlakul Mazmumah

Akhlakul mazmumah atau akhlak tercela merupakan salah satu tindakan buruk
yang harus dihindari setiap manusia. Hal ini harus dijauhi karena akhlakul
5
https://itspku.ac.id/2021/05/08/membangun-kultur-akhlakul-karimah-di-kalangan, diakses pada tanggal 12 septemer pukul 12:15
mazmumah dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Contoh dari sifat-sifat akhlakul mazmumah yaitu sombong, iri, dengki, takabur,
aniaya, ghibah dan lain sebagainya. Sebagai orang muslim sudah seharusnya kita
menghindari akhlakuk mazmumah atau akhlak tercela.6

5. Tujuan Akhlak

Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti,
tingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat yang baik sesuai dengan ajaran
Islam. Kalau diperhatikan, ibadah-ibadah inti dalam Islam memiliki tujuan
pembinan akhlak mulia. Shalat bertujuan mencegah seseorang untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tercela; zakat disamping bertujuan menyucikan harta juga
bertujuan membantu sesama; puasa bertujuan mendidik diri untuk menahan diri
dari berbagai syahwat; haji bertujuan –di antaranya- memunculkan tenggang rasa
dan kebersamaan dengan sesama.

Berkenaan dengan maanfat mempelajari ilmu akhlak ini, Ahmad Amin


mengatakan sebagai berikut:

Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat


menetapkan sebagai perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagai perbuatan
lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat
zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemiliknya termasuk
perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk.. 7

Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa ilmi akhlak berfungsi memberikan


panduaan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu peruatan

6
https://www.merdeka.com/jateng/macam-macam-akhlak-dalam-islam-beserta-pengertian-contoh-dan-manfaatnya-kln.html,
diakses pada tanggal 12 september 2022 pukul 15:17

7
Mustafa Zahir, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995) Hal. 67.
untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan
yang baik atau buruk.

Dengan demikian yang baik ia akan terdorong untuk melakukannya dan


mendapatkan manfaatnya dan keuntungan darinya, sedangkan dengan mengetahui
yang buruk ia akan terdorong untuk meninggalkannya dan ia akan terhidar dari
bahaya yang menyesatkan.

Selain itu Ilmu Akhlak juga akan berguna secara efektif dalam upaya
membersikan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa
manusia memiliki jasmani dan rohani dibersikan secara batiniah melalui akhlak.

Jika tujuan Ilmu Akhlak tersebut dapat dicapai, maka manusia akan memiliki
kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan yang terpuji. Dari
perbuatan yang terpuji ini akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai,
harmonis, rukun, sejahtera lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat
beraktivitas guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di
akhirat.

Ilmu Akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan
mewarnai bebagai aktivitas kehidupan manusia di segala bidang. Seseorang yang
memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang majuyang disertai dengan akhlak
yang mulia, niscaya ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang ia milikinya itu
akan dimanfaatkan sebaik-bainya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaiknya
orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat,
harta, kekuasaan dan sebagaonya namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia,
maka semuanya itu akan disalahkangunakan yang akibatnya akan menimulkan
bencana di muka bumi.

Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan
untuk memberikan pedoman atau penerang bagi manusia dalam mengetahui
perbuatan yanh baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha
melakukannya, dan terhadap peruatan yang buruk ia berusaha untuk
menghindarinya.

6. Proses dan Tahapan Menjadi Manusia Berakhlak

1. Proses Pembentukan Akhlak

Masalah akhlak, perilaku terpuji, dan sopan santun seseorang tidak


terjadi dengan tiba-tiba. Pembentukan akhlak berjalan serentak bersama
pembentukan kepribadian, yang dimulai sejak dalam kandungan, lalu
dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Pembentukan akhlak mulai dari dalam kandungan. Artinya, si janin


telah menerima pengaruh dari sikap ibu yang sedang mengandungnya.
Apabila sang ibu merasa senang menunggu kelahiran anaknya, maka
pengaruh yang diterima anak adalah pengaruh positif lewat hubungannya
dengan syaraf-syaraf ibunya.

Tentu saja, sikap ibu terhadap janin yang dikandungnya,


terpengaruh oleh suasana hubungannya dengan sang suami. Apabila
hubungan antara keduanya tidak baik, tentu akan mengganggu
ketentraman batin si istri yang sedang mengandung itu.

Setelah si bayi lahir, pembentukan akhlaknya terjadi lewat


penglihatan, pendengaran, penciuman, pencicipan, dan sentuhan. Pada saat
inilah peranan ibu amat penting dalam pembentukan awal dari akhlak si
anak. Latihan dan pembiasaan terhadap akhlak terpuji sejak usia dini akan
baik pada pembentukan kepribadian anak.

Selanjutnya, pengaruh guru juga besar terhadap pembentukan


akhlak anak, terutama mereka yang masih kecil. Gurulah yang akan
memperbaiki pembentukan akhlak yang kurang baik yang ia dapat di
rumah, misalnya, karena orang tua menyerahkan pendidikan anak kepada
pembantu.

Namun yang lebih penting dari itu semua, peranan agama juga
sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Remaja
yang memperoleh pendidikan agama sejak kecil, akan mengurangi
goncangan jiwa yang mereka alami, sebab mereka akan mampu
mengendalikan diri. Itulah sebabnya, Nabi SAW memerintahkan kita
untuk mengenalkan agama kepada anak-anak sejak dini.8

2. Tahapan Menjadi Manusia Berakhlak

1. Memberikan teladan yang selalu dilakukan

Dalam ilmu Psikologi, ada salah satu cara pembentukan perilaku


dengan cara modelling. Modelling ini dilakukan dengan memberikan contoh
secara terus-menerus agar individu dapat belajar, lalu menerapkannya sendiri.
Sama halnya dengan memberi teladan yang lama-kelamaan dapat membentuk
akhlak yang baik. Cara ini sangat efektif untuk diterapkan pada anak usia dini
yang masih sangat mudah dibentuk perilakunya.

2. Menggunakan nilai dan budaya yang baik

Setiap keluarga pasti memiliki nilai dan budaya yang berbeda. Hal ini
dapat mempengaruhi baik buruknya akhlak individu sebab keluarga adalah
kelompok pertama yang ditemui ketika lahir ke dunia dan seharusnya dapat
menjadi tempat yang aman untuk tumbuh kembang.

3. Membiasakan menerapkan akhlak yang baik

8
https://www.republika.co.id/berita/prnepy458/dari-mana-akhlak-bermula, diakses pada tanggal 12 september Pukul 20: 48 WIB
Akhlak yang baik, tidak bisa hanya dengan melakukannya di waktu
atau tempat tertentu saja Untuk memiliki. Akhlak ditunjukkan dalam bentuk
keseluruhan sikap dan perilaku individu. Pembiasaan secara berkelanjutan
akan semakin meningkatkan akhlak yang baik.

4. Bergaul dengan orang yang berakhlak baik

Lingkungan adalah faktor yang bisa berpengaruh besar bagi akhlak


individu. Apabila individu terus berbaur dengan orang-orang yang memiliki
akhlak terpuji, sering melakukan kegiatan yang positif, mengingatkan ketika
ada yang salah, dapat membawanya untuk ikut memiliki akhlak yang baik,
begitu pula sebaliknya.

5. Mendengarkan Nasihat

Sebagai manusia, wajar jika kita pernah berbuat salah atau dosa. Oleh
karena itu, kita butuh orang lain yang dapat memberikan pengingat agar dapat
kembali ke jalan yang benar. Ketika ada orang yang memberi nasihat atau
kritik yang membangun, kita juga harus bisa menerima dan
mengaplikasikannya dengan ikhlas sebab mau memperbaiki diri adalah tanda
akhlak individu sudah baik.

6. Menanamkan rasa takut kepada tuhan


Tuhan telah memerintahkan umat-Nya untuk tidak melakukan
larangan yang sudah ditetapkan. Larangan yang ada juga tidak semata-mata
dibuat untuk mempersulit dan justru larangan tersebut dapat membantu
manusia untuk terhindar dari hal yang negatif. Menghindari perbuatan tercela
karena takut terhadap Tuhan menunjukkan individu ingin memiliki akhlak
yang baik sebab mau berusaha menaati perintah-Nya.9

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan
perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian.
Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan
itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia
dinamakan akhlak yang buruk.
Oleh karena itu kita sebagai muslim, haruslah menanamkan sifat-sifat yang
baik, agar akhlak yang keluar dari diri kita, merupakan akhlak yang terpuji, yang
disukai oleh Allah, dan hanya Rasulullah yang pantas kita jadikan idola dalam
kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

9
https://dosenpsikologi.com/cara-membentuk-akhlak-yang-baik, diakses pada tanggal 12 september 2022 Pukul 21: 03
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,
2015
Syatrio, A, Ilmu Akhlak , Bandung, Lisan, 1987
Zahir, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, 1995
Zainuddin, A dan Muhammad Jamhari Muhamalah dan Akhlak Bandung, Pustaka Setia,
1997

https://www.researchgate.net/publication/326468921_CIRICIRI_AKHLAK_MULIA_
dalam_buku_FILSAFAT_AKHLAK, diakses pada tanggal 11 septemer 2022. Pukul
15:10 WIB.
https://itspku.ac.id/2021/05/08/membangun-kultur-akhlakul-karimah-di-kalangan,
diakses pada tanggal 12 septemer pukul 12:15

https://www.merdeka.com/jateng/macam-macam-akhlak-dalam-islam-beserta-
pengertian-contoh-dan-manfaatnya-kln.html, diakses pada tanggal 12 september 2022
pukul 15:17

https://www.republika.co.id/berita/prnepy458/dari-mana-akhlak-bermula, diakses pada


tanggal 12 september Pukul 20: 48 WIB

https://dosenpsikologi.com/cara-membentuk-akhlak-yang-baik, diakses pada tanggal 12


september 2022 Pukul 21: 03
PERTANYAAN

1. Apa saja kegiatan yang mampu mendorong seseorang untuk bias mengikuti
ajaran tasawuf, yang tujuan itu dapat mencuci bersih jiwa dan memperbaiki
akhlak?

2. Apakah tauhid itu cukup dengan menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya
pencipta alam semesta, sang penguasa, pemberi rezeki, yang menghidupkan
dan mematikan?

3. Tidak ada seseorang yang imannya sempurna, tapi pasti mereka mencoba
menyempurnakan imannya, lalu bagaimana cara kita istiqomah sedangkan
iman kita naik turun?

JAWABAN

1. Kegiatannya yaitu berzikir, berpuasa, berintikaf, tadarus atau membaca al-


quran

2. Tidak cukup bagi kita untuk mengimani bahwa Allah itu pencipta. Tetapi
keimanan dan tauhid yang benar adalah mengimani bahwa Allah itu satu-
satunya Tuhan dan tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang setara dengan
Dia dan tidak ada yang bias menyamai-Nya.

3. Iman seseorang dapat naik karena meningkatnya amal soleh dan imam
seseorang dapat turun karena kemaksiatan, dan cara agar kita istiqomah
adalah dengan mendobrak kemalasan, menyadari kita hidup untuk akhirat
bukan untuk dunia, didasarkan dengan niat.

Anda mungkin juga menyukai