PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengertian akhlak secara Etimologi, menurut pendekatan etimologi, perkataan akhlak berasal
dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradnya” khuluqun” yang artinya budi pekerti atau tingkah
laku. Pengertian akhlak secara istilah menurut ibnu Miakawaih, akhlak yaitu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itu di sebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang sudah terbiasa
akan kebiasaan perilaku yang di amalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan
tunduk kepada – Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam
bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan
kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat
menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan
menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni perbuatan itu selalu di ulang – ulang dengan
kecenderungan hati (sadar). Semua yang telah di lakukan itu akan melahirkan perasaan moral
yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah. Sehingga ia bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian akhlak islami
2. Sumber akhlak islam
3. Faktor – faktor pembentukan akhlak
4. Ruang lingkup akhlak islam
5. Pentingnya akhlak islam
C. Tujuan penulisan
1. Menjelaskan pengertian akhlak islami
2. Menjelaskan sumber akhlak islam
3. Menjelaskan bagaimana terbentuknya akhlak
4. Menjelaskan ruang lingkup akhlak islam
5. Menjelaskan pentingnya akhlak islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Implementasinya bersifat wajib ( al-ilzam al-mustajab), yaitu merupakan hukum tingkah laku
yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum.
4. Pengawasan bersifat menyeluruh (al-raqabah al-muthitah), yaitu melibatkan pengawasan Allah
Swt. Dan manusia lainnya, karena sumbernya dari Allah Swt.
2. An-Nafsiyyah (Psikologis)
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan
ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah, orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits).
Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda dengan
keluarga yang orangtuanya lengkap.
3. Syari’ah Ijtima’iyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada
dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.
4. Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah seperangkat
tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai islam yang diyakini dengan
motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah.
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang
kokoh dan sempurna kepada manusia.
3
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan
menguasai daratan dan lautan.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya
dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas
terhadap segala ketentuan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, serta bedoa kepada-
Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya.
Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan
dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung
sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya. Berkenaan dengan
akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selajutnya sikap tersebut
dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yaitu dengan menjadikan Tuhan
sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.
4
ق بَنِ ٓى ِإ ۡس َر ٓٲ ِءي َل اَل ت َۡعبُ ُدونَ ِإاَّل ٱهَّلل َ َوبِ ۡٱل َوٲلِد َۡي ِن ِإ ۡح َسا ۬نًا َو ِذى ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َو ۡٱليَتَ ٰـ َم ٰى
َ َوِإ ۡذ َأخ َۡذنَا ِميثَ ٰـ
َوا ٱل َّزڪ َٰوةَ ثُ َّم ت ََولَّ ۡيتُمۡ ِإاَّل قَلِي ۬الً ِّمنڪُمۡ َوَأنتُم ُّم ۡع ِرضُونْ ُصلَ ٰوةَ َو َءات َّ وا ٱل ْ اس ح ُۡس ۬نًا َوَأقِي ُم
ِ َّوا لِلن ْ َُو ۡٱل َم َس ٰـڪِي ِن َوقُول
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS.Al-Baqarah : 83)
Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka
buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil
dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan.
Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula
melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang pandai
mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepetingan
sendiri.
5
Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif,
menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan
dilakuka karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling
membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan
berdampak negative bagi makhluk lainnya.
6
1. Perbuatan itu dilakukan berulang – ulang. Jika seseorang melakukan perbuatan tertentu hanya
dilakukan sesekali saja, maka belum dapat disebut akhlak. Tapi ini baru disebut perilaku saja.
Apabila perilaku ini dilakukan berulang kali sehingga menjadi kebiasaan dalam dirinya, baru di
sebut akhlak. Sebab, perbuatan sesekali itu, mungkin hanya karena kondisi yang memaksa
melakukan demikian. Orang mencuri karena terpaksa dalam keadaan lapar tak tertahankan,
bukan berarti ia berakhlak buruk. Akan tetapi, apabila orang tersebut berulang kali mencuri,
maka dapat dinilai bahwa akhlak dia buruk.
2. Perbuatan itu timbul dengan sangat mudah tanpa berfikir panjang terlebih dahulu sehingga
berperilaku sponstan. Misalnya, pekerjaan sholat. Orang yang berakhlak baik dalam sholat
akan melakukannya dengan mudah tanpa di pengaruhi oleh faktor – faktor di luar sholat. Ia
tidak berfikir – fikir lagi apakah ia harus sholat atau tidak. Sebaliknya, apabila ia sholat tapi
karena riya, tentu tidak dapat di sebut berakhlak baik walaupun sholatnya di kerjakan. Jika,
akhlak bukan sekedar perbuatannya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana akhlak islami dapat di artikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam
atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal
menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang di lakukan dengan mudah, tanpa
paksaan, mendarah daging dan sebenarnya yang di dasarkan pada islam, dilihat dari segi sifatnya
yang universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan
akhlak islami yang universal ini di perlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan
sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
B. Saran
Investasi akhlak yang baik dan budi pekerti yang luhur tidaklah terbatas sebagaimana investasi
harta. Apabila harta benda ada dalam genggaman seseorang, ribuan orang yang lain akan merana
karena tidak memilikinya. Bahkan investasi harta dapat menimbulkan kemarahan dan kebencian
orang lain. Akan tetapi, investasi akhlak pasti menimbulkan kesenangan dan kecintaan orang lain.
Akhlak mulia perlu diimplementasikan dalam hidup sehari – hari. Bentuk implementasinya bisa
dalam ucapan – ucapan yang mulia ( qaulan kariman) atau dalam perbuatan – perbuatan terpuji
(amal shaleh). Islam mengatur tata cara berakhlak mulia baik terhadap Allah, diri sendiri, keluarga,
tetangga, dan lingkungan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Deden Makbuloh, M.Ag. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Drs.Mahjuddin M.Pd.I. 2010. Akhlak Tasawuf II. Jakarta:Kalam Mulia
Drs. M. Zein Yusuf. 1993. Akhlak-Tasawuf. Semarang:Al-Husna
http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/prinsip-dasar-pembentukan-akhlak.html
Ir. Adiwarman a. Karim, S.E., MBA., M.A.E.P. 2011. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta
Utara. PT. Raja Grafindo Persada
http://ichawkhoirunnisa.blogspot.com/2016/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
9
Makalah
“ Akhlak Islami”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran :Akidah Akhlaq
Guru Pengampu: Bapak. Rokhim, S. Pd. I
Disusun Oleh:
Kelas : X. IIK
MANU 01 BANYUPUTIH
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Kampus I:Jl.Lapangan 9a Banyuputih,
Telp.(+62285)4469272,Fax.(+62285)666319 Post Code : 51271
Email : manu_banyuputih@yahoo.com
10
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan kepada para sahabatnya.
Dalam makalah “Akhlak islami” kami akan menjelaskan apa itu akhlak islami dan memberi
penjelasan tentang akhlak, apakah seseorang sudah bisa di katakan berakhlak jika hidup nya selalu
berbuat baik atau lain sebagainya, dan akan menjadi tolak ukur kita untuk menimbang akhlak
seseorang itu baik atau tidak nya, karna insya allah kami akan menjelaskan bagaimanakah seseorang
sudah dapat di katakan berakhlak atau belum. Dan Rasulullah pun di utus untuk menyempurnakan
akhlak.
Akhir kata kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kami dalam
menyelesaikan tugas ini, bila ada kesalahan itu datangnya dari kami dan jika ada kebenaran itu
datangnya dari Allah SWT.
Penyusun
11
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
12