Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIQIH IBADAH

AKHLAK

OLEH KELOMPOK 3:

1. IMAN ALI MAULANA (218110019)


2. MIFTAHUL JANNAH (218110012)
3. NURIAMI HIDAYATI (218110030)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram, 28 April 2019

Kelompok 3
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang keha-dirannya hingga
saat ini dirasakan dan sangat diperlukan. Akhlak secara historis dan teologis tampil untuk
mengawal dan memandu perjalanan umat Islam agar bisa selamat di dunia dan di akhirat dan
tidaklah berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa misi utama dari kerasulan Muhammad Saw
adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, begitulah yang telah disabdakan oleh beliau,
dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena
dukungan akhlaknya yang mulia, hingga Allah Swt sendiri memuji akhlak mulia Nabi
Muhammad Saw dalam firman-Nya, dan menjadikan beliau sebagai uswah hasanah dalam
berbagai hal agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, kesusilaan dan kesopanan adalah pola
tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila
adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan
tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah
kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri
sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan
bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus
manusiawi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian akhlak?


2. Apa perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika dan moral?
3. Apa sumber akhlak dalam islam?
4. Bagaimana akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup seseorang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak.
2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika dan moral.
3. Untuk mengetahui sumber akhlak dalam islam.
4. Untuk mengetahui bagaimana akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup
seseorang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

1. Pengertian Akhlak Menurut Bahasa dan Istilah

Secara bahasa (etimologi), kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlak (‫ق‬

ٌ ُ‫)خل‬
‫ )أخال‬adalah bentuk jama’,  sedang mufradnya adalah khalaq (‫ق‬ ُ yang di artikan budi
pekerti. Al-khuluk   sifatnya di ciptakan opleh pelakunya sendiri dan bisa bernilai baik dan buruk
tergantung pada sifat perbuatan itu. Kata khuluq (bentuk mufrad dari akhlaq) ini berasal dari fiil
madhi khalaqa yang dapat mempunyai bermacam-macam arti tergantung pada mashdar yang
digunakan. Ada beberapa kata Arab yang seakar dengan kata al-khuluq ini dengan perbedaan
makna.
Namun karena ada kesamaan akar kata, maka berbagai makna tersebut tetap saling
berhubungan. Diantaranya adalah kata al-khalq artinya ciptaan. Dalam bahasa Arab kata al-
khalq artinya menciptakan sesuatu tanpa didahului oleh sebuah contoh, atau dengan kata lain
menciptakan sesuatu dari tiada dan yang bisa melakukan hal ini hanyalah Allah, sehingga hanya
Allahlah yang berhak berpredikat Al-Khaliq atau Al-Khallaq sebagaimana yang diungkapkan 
dalam QS. al-Hasyr ayat 24‫ هو هللا الخالق البار ئ المصوّر‬ dan QS. Yasin ayat 81 yang berbunyi ‫بلى و‬
‫ هو الخالق العليم‬.  
Di dalam Da’iratul Ma’arif  dikatakan:
ُ‫ت ْااِل ْن َسا ِن ْاالَ َدبِيِّة‬
ُ ‫ات‬
ُ َ‫صف‬ ُ َ‫اَاْل َ ْخال‬
ِ ‫ق ِه َى‬
“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir
berupa perkataan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang
tercela sesuai dengan pembinaannya. Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah
kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka
kebiasaannya disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan
itu ialah akhlak dermawan.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk
dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk. Rasulullah saw bersabda: "
Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya".

Jadi, pada hakikatnya Khulk atau akhlak ialah sesuatu kondisi atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga timbullah berbagai macam perbuatan
dengan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi
timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia
dinamakan akhlak mulia sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
akhlak yang tercela.

Oleh karenanya, dapatlah disebut bahwa “ akhlak adalah nafsiah (kejiwaan) atau
Maknawiyah ( abstrak) dan bentuknya yang kelihatan kita namakan muamalah ( tindakan) atau
suluk ( prilaku), maka akhlak adalah sumber dan prilaku adalah bentuknya.

Sementara itu dari sudut terminologi (istilah), ada banyak pendapat yang
mengemukakan istilah akhlak. Diantaranya adalah yang dikemukakan  Al-Ghazali:

‫ فان كانت الهيئة بحيث‬،‫فالخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عن تصدراألفعال بسهولة ويسرمن غيرحاجة إلى فكر ورؤية‬
‫تصدرعنها األفعال الجميلة المحمودة عقال وشرعا سميت تلك الهيئة خلقا حسنا وإن كان الصادرعنها األفعال القبيحة سميت تلك‬
‫الهيئة التى هى المصدر خلقا سيئا‬

Artinya : Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maka
bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu
disebut akhlak yang baik, dan bila yang muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka
disebut akhlak yang buruk.

Pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa al-khuluq disebut sebagai kondisi atau
sifat yang terpatri dan meresap dalam jiwa, sehingga si pelaku perbuatan melakukan sesuatu itu
secara sepontan dan mudah tanpa dibuat-buat, karena seandaianya ada orang yang mendermakan
hartanya dalam keadaan yang jarang sekali untuk dilakukan (mungkin karena terpaksa atau
mencari muka), maka bukanlah orang tersebut dianggap dermawan sebagai pantulan
kepribadiannya. Sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa itu juga disyaratkan dapat
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan lagi.

Ibnu Maskawih memberikan definisi senada mengenai istilah khuluq sebagai berikut :

‫الخلق حال للنفس داعية لهاإلى أفعالها من غير فكر ورؤية‬


Artinya: Khuluq ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak
menghajatkan pemikiran.

Dijelaskan pula oleh Ibnu Maskawaih bahwa keadaan gerak jiwa tersebut meliputi dua
hal. Yang pertama, alamiah dan bertolak dari watak, seperti adanya orang yang mudah marah
hanya karena masalah yang sangat sepele, atau tertawa berlebihan hanya karena suatu hal yang
biasa saja, atau sedih berlebihan hanya karena mendengar berita yang tidak terlalu
memprihatinkan. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan. Pada awalnya keadaan
tersebut terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian menjadi karakter yang
melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa akhlak merupakan manifestasi iman, Islam, dan ihsan yang merupakan refleksi sifat dan
jiwa secara spontan yang terpola pada diri seseorang sehingga dapat melahirkan perilaku secara
konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan berdasar interes tertentu.

2. Pengertian Akhlak Menurut Para Ahli

 Menurut Ibnu Maskawaih

Menurutnya akhlak ialah “hal li nnafsi daa’iyatun lahaa ila af’aaliha min ghoiri fikrin walaa
ruwiyatin” yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

 Menurut Abu Hamid Al Ghazali


Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan
yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya
renungan terlebih dahulu.

 Menurut Ahmad bin Mushthafa

Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan dimana
keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir,
marah dan syahwat atau nafsu.

 Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani

Akhlak merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia
yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir dan
direnungkan.

B. Perbedaan dan Persamaan antara Akhlak, Etika dan Moral

 Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti kebiasaan (perbiatan).netika adalah teori
tentang perbuatan manusia dilihat dari baik dan buruknya. Etika memurut filsafat adalah ilmu
yang menyelidiki perbuatan baik dan perbuataan buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.

 Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin mores. Kata Jama’ dari mos yang berarti adat kebiasaan. Menurut
istilah moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia. Yang
baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang oleh umum diterima, meliputi kesatuan
social atau lingkungan tertentu.

a) Persamaan Antara Akhlak, Etika, dan Moral


Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral, yaitu sebagai berikut:

a.Akhlak, etika, dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku,
sifat, dan perangai yang baik.

b.Akhlak, etika, dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur
martabat dan harkat kemanusiaannya.

c.Akhlak, etika, dan moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan
faktor keturunan yang bersifat tetap dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki
setiap orang.

b) Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral


Dari Seginya di bagi menjadi 2 bagian yaitu : 1) berdasarkan tolak ukur dan 2) berdasarkan sifat
1) Berdasarkan Tolak Ukur
 Akhlak tolak ukurnya al-qur’an dan As Sunnah
 Etika tolak ukurnya pikiran atau akal
 Moral tolak ukurnya norma hidup yang ada di masyarakat berupa adat atau aturan tertentu.
2) Berdasarkan Sifat
 Etika bersifat teori
 Akhlak dan Moral bersifat praktis

C. Sumber Akhlak Dalam Islam


Sumber akhlak adalah wahyu (al-Qur’an dan al-Hadits). Sebagai sumber akhlak wahyu
menjelaskan bagaimana berbuat baik. al-Qur’an bukanlah hasil renungan manusia, melainkan
firman Allah SWT yang Maha pandai dam Maha bijaksana. Oleh sebab itu, setiap muslim
berkeyakinan bahwa isi al-Qur’an tidak dapat dibuat dan ditandingi oleh bikinan manusia.
Sumber akhlak yang kedua yaitu al-Hadits meliputi perkataan, ketetapan dan tingkah laku
Rasulullah SAW.
Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هللاِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هللاَ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هللاَ َكثِ ْيرًا‬
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)
Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu sabda
Nabi:
َ ‫ار َم اأْل َ ْخاَل‬ ُ ُ ‫اِنَّ َما ب ُِع ْث‬
‫ق‬ ِ ‫ت أِل تَ ِّم َم َم َك‬
Artinya : “Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak”.
Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang menjadi
asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah.

D. Akhlak Sebagai Modal Sosial Bagi Keberhasilan Hidup Seseorang

Menurut Ustadz Quraish Shihab dalam buku terbarunya Islam yang Saya Anut (2017), akhlak
yang Islam ajarkan bersifat menyeluruh, menyangkut segala aspek kegiatan manusia, sesuai
dengan salah satu ciri/karakteristik ajarannya, yakni asy-Syumul/menyeluruh; mencakup segala
aspek kegiatan, bahkan kegiatan manusia yang berada di luar kontrolnya, seperti saat bersin ada
akhlaknya. Bahkan ada akhlak yang hendaknya ditampilkan seorang muslim ketika mendengar
orang lain bersin atau ketika mendengar guntur bergelegar.

Walhasil, tuntunan akhlak yang Islam ajarkan mengarah kepada Allah, manusia, bintang,
tumbuh-tumbuhan, bahkan alam raya dan benda-benda tak bernyawa. Tentu saja semua aspek itu
tidak dapat dihidangkan dalam buku ini, namun seperti kata orang bijak: “Apa yang tidak dapat
diraih seluruhnya jangan ditinggalkan seluruhnya.”

Kita dapat berkata bahwa akhlak dan sopan santun yang Islam ajarkan mencakup sekian banyak
nilai luhur yang hendaknya menghiasi kepribadian muslim. Nilai-nilai ini disebut secara jelas
dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw., di antaranya: ketulusan, rahmat dan kasih sayang,
amanat, kejujuran, kesungguhan, lapang dada dan toleransi, sabar, rasa malu, harga
diri/kemuliaan, menghargai waktu dan lain-lain.
Secara umum para pakar muslim menggarisbawahi 4 potensi utama manusia yang harus
diaktualkan dengan baik dan benar. Dari keempatnya lahir aneka akhlak terpuji.

Pertama, Potensi Ilmu, yakni kemampuan membedakan antara yang baik/benar dengan yang
buruk/salah. Bila ini diaktualkan dengan baik maka akan melahirkan hikmah yang mengantarkan
pemiliknya meraih yang baik dan atau menampik yang buruk. Hikmah juga diartikan dengan
amal ilmiah dan ilmu amaliah.

Kedua, Potensi amarah yang bila digunakan dengan baik dan benar akan melahirkan keberanian.
Kalau berlebihan dinamai kecorobohan; sedang kalau kurang dari semestinya ia menjadi
kelemahan dan yang bersangkutan dinamai pengecut.

Ketiga, Potensi Syahwat/Keinginan. Potensi ini jika digunakan sesuai petunjuk agama dan akal
akan melahirkan sifat íffat, yaitu kesucian diri/jiwa. Sifat ini bila dimiliki akan menjadikan
seseorang memenuhi syahwat nasfunya secara wajar sehingga tidak menjadi hyper sex dan
melanggar rambu-rambu kewajaran. Tapi tidak juga under sex sehingga yang bersangkutan tidak
dapat berfungsi secara baik dan benar untuk melanjutkan keturunan.

Empat, Potensi Adil. Ini menjadikan penyandangnya menghormati hak-hak pihak lain, baik
materi maupun non-materi, yakni dengan memberikan pihak lain haknya tanpa menunda-nunda
dan tanpa membeda-bedakan. Keadilan harus diterapkan walau atas keluarga, bahkan atas diri
sendiri.

Keadilan akan mewujud dalam diri seseorang apabila dalam dirinya terhimpun hikmah,
keberanian dan iffah. Demikian empat unsur pokok keutamaan yang selanjutnya melahirkan
aneka akhlak/sifat terpuji.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://santrisuwung.blogspot.com/2013/10/sumber-sumber-akhlak.html
http://kuliahkucatatandankehidupan.blogspot.com/2015/12/pengertian-persamaan-dan-
perbedaan.html
https://islami.co/ustadz-quraish-shihab-islam-adalah-akhlak-bagian-2-habis/

Anda mungkin juga menyukai