Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN:


SOROTAN TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
PENDIDIKAN NASIONAL
Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Studi Al Qur’an Tarbawi
Dosen Pengampu: Dr. H. Aminullah, M.A.

Disusun oleh:
Muhamad Fiqhussunnah AL Khoiron (2286131049)

PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA
2022
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN:
SOROTAN TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
PENDIDIKAN NASIONAL

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi serta informasi yang pesat membawa banyak
perubahan dalam berbagai bidang. Bukan hanya dampak baik yang dirasakan,
namun juga dampak buruk perkembangan teknologi dapat terjadi. kecanggihan
teknologi dalam berbagai aspek membuat manusia semakin mudah untuk
melaksanakan pekerjaan, namun juga menyebabkan manusia semakin malas
dan menurun tingkat moralnya.
Dampak penurunan moral paling terlihat terjadi pada anak yang masih
duduk di bangku sekolah, mulai daeri SD, SMP, hingga SMA se-derajat. Pola
pikir mereka mulai bergeser dari nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada.
Timbul adanya seks bebas, pelecehan seksual, tawuran antar pelajar, serta
tindakan yang lain terjadi karena kurangnya kontrol diri mereka dan seringnya
berinteraksi dengan dunia digital tanpa ada filter diri. Terlebih lagi dengan
adanya pandemi Covid-19 menyebabkan anak kurang menerima pendidikan
formal yang memadai hingga kemerosotan moral semakin banyak terjadi.
Dibutuhkan adanya pendidikan akhlak yang sesuai perkembangan zaman
untuk mengatasi masalah degradasi moral ini. Salah satunya dengan
pengkajian mendalam perspektif Al-Quran tentang pendidikan akhlak. Al-
Qur’an merupakan sumber hukum serta pengetahuan bagi manusia. Untuk itu
dalam makalah ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai pendidikan
akhlak dalam perspektif Al-Qur’an, serta kaitannya dengan pendidikan akhlak
dalam pendidikan Nasional.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, maka dalam makalah ini akan
mengkaji dan memaparkan tentang pendidikan akhlak dalam perspektif Al

2
Qur’an dan sorotan tentang pendidikan akhlak di Indonesia. Dalam
pembahasan ini agar pembahasannya tidak keluar dari kajian, maka dirasa
perlu untuk membatasi makalah ini dengan rumusan masalah. Adapun pokok
permasalahan yang akan dibahas antara lain:
1. apakah konsep pendidikan akhlak dalam perspektif Al-Qur’an?
2. Bagaimana konsep pendidikan akhlak dalam pendidikan nasional?

C. Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an


1. Pengertian Akhlak
Akhlak dalam bahasa Indonesia sama dengan budi pekerti, adab,
sopan santun, susila dan tata kerama.1 Kata akhlak merupakan saduran dari
kata bahasa arab ”akhlaq” yang merupakan jama’ (plural) dari bentuk
tunggalnya, ”khuluq” yang bermakna tabiat atau budi pekerti.2 Hal ini
selaras dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Qalam ayat 4 (68:4).

ْ َ ُ ُ ٰ َ َ َ َّ َ
‫واِ نك لعلى خل ٍق ع ِظي ٍم‬
”Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Kata khuluq mempunyai akar kata yang sama dengan ”khalaqa”


yang bermakna menciptakan, kata ”khaliq” yang berarti pencipta, kata
”khalq” yang bermakna ciptaan, dan ”makhluq” yang berarti yang
diciptakan.3 Kesamaan akar kata tersebut dapat dimaknai bahwa terdapat
perpaduan antara kehendak Khaliq (Sang Pencipta) dan makhluq
(manusia) dalam kata akhlaq. Yuniar Ilyas mengemukakan bahwa perilaku
individu dengan lainnya dapat dikatakan bernilai akhlak hakiki jika
berdasarkan kehendah Khaliq. Akhlak bukan hanya terbatas pada tata
perilaku yang mengatur hubungan sesama manusia, namun juga
hubungannya dengan Tuhan, bahkan dengan alam.4

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustka), 2005, 19.
2
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif), 1997, 364.
3
Tian Wahyudi, ”Strategi Pendidikan Akhlak bagi Generasi Muda di Era Disrupsi”,
TA’LIM : Jurnal Studi Pendidikan Islam, Vol.3 No.2 Juli 2010, 16.
4
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Yogyakarta: LPPMI UMY), 2018, 1.

3
Secara terminologi, para ulama mempunyai pandangan berbeda
terhadap akhlak. Menurut al Jaziri dalam kitabnya Manhaj al-Muslim
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, melahirkan perbuatan-
perbuatan yang diinginkan dan diusahakan seperti perbuatan baik dan
perbuatan yang buruk, perbuatan yang indah dan perbuatan yang jelek.5
Imam al Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang
dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran.6 Menurut Ibnu
Miskawaih akhlak ialah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan tanpa pemikiran dan penalaran.7 Dari ketiga pendapat ulama
tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah perilaku yang dilakukan
dengan spontan dan otomatis tanpa pemikiran atau perenungan mendalam,
yang semua itu didorong oleh sifat atau keadaan jiwanya.

2. Klasifikasi Akhlak
Akhlak dapat berasal dari tabiat dan bawaan atau dapat pula berasal
dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang sampai menjadi
kebiasaan sehingga melekat dalam jiwa. Maka dari itu, akhlak dapat
dipakai untuk merujuk kepada perilaku yang baik maupun buruk.8
a. Akhlak yang baik
Dalam bahasa arab ada beberapa kata yang bermakna akhlak
yang baik, diantaranya adalah al akhlaq al hasanah, al akhlaq al
mahmudah, dan al akhlaq al karimah. Akhlak mahmudah membawa
kebaikan dan tidak merugikan orang lain serta mencerminkan
kebaikan berlandaskan pada ajaran atau nilai-nilai Islam. Karena

5
Abu Bakar Jabir al-Jaziri, Minhajul Muslim, terj. Fedrian Hasmand, (Jakarta Timur,
Pustaka Al Kautsar), 2015, 247.
6
Imam Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Jilid 2, terj. Ismail Yakub, (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD), 1992, 1034.
7
Ibnu Miskawaih, Tahdzib Al Akhlaq, (Beirut Libanon: Daarul Kutub Al-Ilmiah), 1985,
25.
8
Suhayib, Studi Akhlak, (Yogyakarta: Kalimedia), 2016, 7.

4
setiap akhlak terpuji ini telah ada tuntunan dan ajarannya baik dalam
al Qur’an maupun hadits.
b. Akhlak yang buruk
Akhlak yang buruk juga dimaknai dengan berbagai kata dalam
bahasa arab. Diantaranya: al akhlaq al qobihah/ al akhlaq as saiah
(perilaku yang jelek), al akhlaq ar radzilah (perilaku yang hina), al
akhlaq al madzmumah (perilaku yang tercela), al akhlaq al fasihah/
al akhlaq al munkarah (perilaku yang keji), al akhlaq al muhlikah/
al akhlaq al muhlikah wa al mauqubah (perilaku yang
membinasakan), dan al akhlaq al fasidah (perilaku yang merusak).
akhlak tercela merupakan perilaku negatif yang bertentangan dengan
ajaran atau nilai Islam. Perilaku ini merupakan perangai buruk yang
tercermin dari tutur kata tingkah laku dan sikap yang tidak baik.
Contohnya riya’/pamer, ujub (mengagumi diri sendiri), takabur
(membanggakan diri sendiri), tamak/serakah/rakus, malas, fitnah,
bakhil, dan lainnya.

3. Pendidikan Akhlak dalam Al Qur’an


Baik buruknya perilaku manusia dapat diukur berdasarkan norma-
norma agama, atau norma adat istiadat yang berlaku di lingkungan
manusia itu sendiri. Islam mengukur baik buruknya suatu perbuatan
berdasarkan syari’at yang bersumber dari wahyu Allah dan hadits
Rasulullah.9 Islam menekankan akhlak yang baik (mahmudah) menempati
posisi yang sangat penting. Ia merupakan buah pohon Islam yang
berakarkan aqidah, bercabang dan berdaun syari’ah. Manusia juga
mempunyai akhlak tercela dalam dirinya yang dapat dikurangi dan diubah
menjadi akhlak yang baik, karena pada hakikatnya manusia mempunyai
perilaku yang dinamis.

9
Badrudin, Himatullah, Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an: Studi Tarbawi Perspektif
Syaikh Nawawi al-Bantani, (Serang: Penerbit A-Empat), 2021, 71.

5
Rasulullah memerintahkan umatnya untuk memperbagus atau
akhlak kita dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Lal,

‫حسنواأخالقكم‬
”baguskanlah akhlakmu”.10

Perintah Nabi tersebut menunjukan bahwa akhlak manusia tidak


statis, namun dia terbuka untuk menerima usaha pembaruan dan
perbaikan. Dan sarana untuk merubah akhlak tersebut adalah melalui
pendidikan dan pembinaan.11 Hadits ini juga menunjukkan makna bahwa
pendidikan akhlak merupakan proses menghilangkan atau membersihkan
sifat-sifat tercela yang ada pada diri dan menanamkan atau mengisi jiwa
dengan sifat-sifat terpuji sehingga memunculkan tingkah laku yang sesuai
dengan sifat sifat tuhan.
Abdullah Nasih Ulwan mendefinisikan pendidikan akhlak dengan
serangkaian dasar-dasar moral dan keutamaan perangai dan tabiat, yang
harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa mummayiz
hingga menjadi seorang mukallaf, yaitu pemuda yang siap untuk
mengarungi kehidupan.12 Pendidikan akhlak juga dapat diartikan dengan
pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat
yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa
sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap
mengarungi lautan kehidupan.13
Di dalam al Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan
dengan konsep pendidikan akhlak, diantaranya:

10
Imam Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Jilid 2, 1040.
11
Tian Wahyudi, ”Strategi Pendidikan Akhlak bagi Generasi Muda di Era Disrupsi”, 17.
12
Abdul ’I-lah Nashih ’Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Terj. Tarbiyah al
Aulad fi al Islam, oleh Saifullah Kamalie dan Heny Noer Ali, (Semarang: Penerbit Asy-Syifa), 1981,
h. 174.
13
Raharjo, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 1999, 63.

6
a. Akhlak kepada Allah SWT.
Diantara akhlak kepada Allah yang diajarkan dalam al-Qur’an
adalah tauhid atau penanaman keimanan kepada Allah swt. Hal ini
termaktub dalam Q.S. Luqman (31) ayat 13.
َّ ‫َ ْ َ َ ُ ْ ٰ ُ ْ َ ُ َ َ ُ ٗ ٰ ُ َ َّ َ ُ ْ ْ ه‬
‫ۗان‬
ِ ‫اّٰلل‬
ِ ‫واِ ذ قال لقمن ِلاب ِن ٖه وهو ي ِعظه يبني لا تش ِرك ِب‬
َ
ٌ‫الش ْر َك ل ُظ ْل ٌم َعظ ْيم‬
ِ ِ

”(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia


menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah!
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman
yang besar.”

Ayat ini menjelaskan tentang peringatan Allah kepada


Rasulullah saw nasihat yang pernah diberikan Luqman kepada
putranya, mempersekutukan Allah dikatakan kelaliman, karena
perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya,
yaitu menyamakan sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia
itu. Dalam hal ini menyamakan Allah SWT sebagai sumber nikmat
dan karunia dengan patung-patung yang tidak dapat berbuat
sesuatupun. Dalam Tafsir fi zhilalil Qur’an, Sayid Quthb
menafsirkan Qur’an Surat Luqman di atas bahwa Luqman al-Hakim
mengarahkan kepada anaknya dengan nasihat yang mengandung
hikmah kebijaksanaan. Nasihat tersebut tidak mengandung tuduhan,
akan tetapi mengandung persoalan ketauhidan.14
b. Akhlak kepada diri sendiri
Salah satu akhlak yang diajarkan dalam al Qur’an kepada diri
sendiri adalah tentang sabar. Kata sabar sendiri disebut 103 kali
dalam al Qur’an yang tersebar di 45 surah, 40% dari keseluruhan

14
Sayid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di Bawah Naungan al-Qur’an, jilid 9, terj. As’ad
Yasin, dkk, (Jakarta: Gema Insani Press), 2004, 164.

7
surah Al-Qur′an yang berjumlah 114, di 93 ayat.15 Salah satunya
tercantum dalam Q.S. Ali Imran (3) ayat 200.
‫ه‬
َ‫اّٰلل‬ ُ َّ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ َ ٰٓ
‫يايها ال ِذين امنوا اص ِبروا وص ِابروا ور ِابطواۗ واتقوا‬
َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ
ࣖ ‫لعلكم تف ِلحون‬

”Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu,


kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di perbatasan
(negerimu), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”

c. Akhlak terhadap keluarga


Al Qur’an mengajarkan kepada kita bagaimana berperilaku
kepada keluarga, terutama kepada kedua orang tua. Sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S. Al-Isra’ (17) ayat 23
َّ
َّ ً ٰ ْ ْ َ َ ْ َ ُ َّ َّ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ ٰ َ َ
‫وقضى ربك الا تعبد ْٓوا ِال ْٓا ِاياه و ِبالوا ِلدي ِن ِاحسناۗ ِاما‬
َ َّ ُ َ ُ َّ ْ ُ َ َ َ َ ُ ٰ ْ َ َ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ ُ ْ َ
‫يبلغن ِعندك ال ِكبر احدهمآْ او ِكلهما فلا تقل لهمآْ ا ٍف ولا‬
ً ْ َ ً ْ َ َ ُ َّ ْ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ
‫تنهرهما وقل لهما قولا ك ِريما‬

”Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.”

Secara jelas dijabarkan dalam ayat ini bahwa kewajiban


pertama dan utama manusia ialah mengesakan, mentauhidkan diri
kepada Allah swt dan beribadah hanya kepadaNya selanjutnya
perintah berbakti kepada kedua orang tua. Bakti kepada orang tua

15
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI, Tafsir Al- Qur'an tematik: Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur,an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI), 2014, 305.

8
yang diperintahkan agama islam adalah bersikap sopan, santun,
ramah kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan
adat kebiasaan masyarakat. Terkandung juga larangan perkataan
“ah” atau suara atau membentak dan kata yang mengandung makna
kemarahan, pelecehan atau kejemuan kepada orang tua, apalagi
melakukan yang lebih buruk dari membentak.16
d. Akhlak terhadap masyarakat
Al Qur’an tidak hanya mendidik tentang perilaku dan sikap
manusia dengan Allah sang pencipta, namun juga mengajari
manusia tentang berperilaku antar sesama. Salah satu ajaran yang
disampaikan oleh al Qur’an adalah menumbuhkan rasa saling
tolong-menolong antar sesama. Allah berfirman dalam Q.S. Al-
Maidah (5) ayat 2.
ْ ْ َ َ ُ َ ََ ََ ْ َّ ْ َ َ َُ َََ
‫اون ْوا على ال ِاث ِم‬‫اون ْوا على ال ِب ِر َوالتق ٰوىۖ ولا تع‬ ‫ وتع‬...
َ ْ ُ ْ َ َ ‫ه َ َّ ه‬ ُ َّ َ ْ
َ ‫َوال ُع ْد‬
‫اب‬ ‫ق‬
ِ ِ‫ع‬ ‫ال‬ ‫د‬ ‫ي‬‫د‬ ِ ‫ش‬ ‫اّٰلل‬ ‫ن‬ ‫ۗا‬
ِ ‫اّٰلل‬ ‫وا‬‫ق‬ ‫ات‬‫ۖو‬ ‫ان‬
ِ ‫و‬

”Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
sangat berat siksaan-Nya.”

e. Akhlak terhadap alam


Manusia berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam,
tempat dimana dia tinggal. Maka dari itu, di dalam al Qur’an
diajarkan mengenai larangan untuk merusak alam sebagaimana
ditulis dalam Q.S. Al-Qashash (28) ayat 77.

16
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah Kajian atas Amtsal Al-Qur’an, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar), 2012, 16.

9
َ‫ك من‬َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ٰ ْ َ َّ ُ ‫َ ْ َ ْ َ ٰ ٰ َ ه‬
ِ ‫وابت ِغ ِفيمآْ اتىك اّٰلل الدار الا ِخرة ولا تنس ن ِصيب‬
َ َ َ ْ ْ َ ََ َ َْ ُ ‫ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ه‬
‫الدنيا واح ِسن كمآْ احسن اّٰلل ِاليك ولا تب ِغ الفساد ِفى‬
َ‫اّٰلل َلا ُيحب ْال ُم ْفسد ْين‬
َ ‫ْال َا ْرضۗاَّن ه‬
ِ ِ ِ ِ ِ

Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah


kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan
bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Masih terdapat banyak ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan


pendidikan akhlak, berikut tabel ayat-ayat al-Qur’an mengenai pendidikan
akhlak. Tabel ini masih belum mencakup semua pendidikan akhlak yang
terdapat dalam al-Qur’an, namun dapat memberi gambaran tentang
banyaknya ayat yang menerangkan pentingnya pendidikan akhlak.17
No Tema pendidikan akhlak Sumber ayat al-Qur’an
1 Akhlak terhadap Allah swt
a. Tauhid/ keimanan Luqman (31) : 13
b. Takwa Al-Nisa (4) : 1
c. Dzikrullah Al-Baqarah (2) : 152
d. Tawakal Hud (11) : 123
2 Akhlak terhadap diri sendiri
a. Sabar Ali Imran (3) : 200
b. Syukur Al-Nahl (16) : 14
c. Tawadhu Luqman (31) : 18
3 Akhlak terhadap keluarga
a. Birrul walidain Al-Isra’ (17) : 23
b. Adil terhadap saudara Al-Nahl (16) : 90

17
Anis Husni Firdaus, ”Konseptualisasi Sistem Pendidikan Akhlak Menurut Alquran dan
hadis”, Raheema: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol 2, No 2 (2015), 8-9.

10
c. Membina dan mendidik keluarga Al-Tahrim (66) : 6
4 Akhlak kepada masyarakat
a. Tolong-menolong Al-Maidah (5) : 2
b. Ukhuwah/persaudaraan Al-Hujurat (49) : 10
c. Pemurah Ali Imran (3) : 134
d. Menepati janji Al-Isra’ (17) : 34
5 Akhlak kepada alam
a. Menjaga alam Al-Qashash (28) : 77
b. Memanfaatkan alam Yunus (10) : 101
c. Merenungkan penciptaan alam Ali Imran (3) : 190

4. Metode Pendidikan Akhlak dalam al Qur’an


Ada beberapa metode pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an,18 di
antaranya adalah:
a. Metode perintah
Konten pendidikan yang berhubungan dengan perubahan
individu banyak disampaikan al Qur’an dengan cara perintah. Nilai-
nilai perintah Islam tersebut mampu menjiwai dan mewarnai
kepribadiannya. al Qur’an memiki banyak ungkapan model perintah
untuk berakhlak baik yang dapat diterapkan untuk membentuk
akhlak. Salah satunya dalam Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 153 tentang
perintah orang mukmin untuk senantiasa bersabar dan shalat sebagai
perantara untuk meminta pertolongan kepada Allah.

َ ‫الص ٰلوةۗ اَّن ه‬


َ‫اّٰلل َمع‬ َّ َ ْ َّ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ َ ٰٓ
ِ ِ ‫يايها ال ِذين امنوا است ِعينوا ِبالصب ِر و‬
‫ه‬
‫الص ِب ِر ْي َن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan


(kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.”

18
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta : Rajagrafindo
Persada), 2014, 99-148.

11
b. Metode larangan
Dalam pembahasan masalah akhlak, kalimat an-nahi lebih
bermakna mutlaq, kontiniu, dan istimrar, karena larangan yang
disebutkan pada masalah akhlak adalah merupakan penjelasan
perkara-perkara buruk yang harus ditinggalkan. Larangan untuk
mengerjakan sesuatu bisa dimaknai perintah untuk amalan
sebaliknya. Seperti larangan untuk berdusta yang berarti perintah
untuk berbuat jujur, larangan berbuat kasar dan kekerasan berarti
perintah untuk beramal dengan sifat kasif dan sayang, dan
seterusnya. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 26-27 yang
berisi larangan untuk menghambur-hamburkan harta.
َ َ ْ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َّ ً ْ ْ َ ْ َ ُ َ َ
‫ ولا تب ِذر تب ِذيرا ِان المب ِذ ِرين كانوْٓا ِاخوان‬...
ً ْ ُ َ َ ُ ٰ ْ َّ َ َ َ ْ ٰ َّ
‫الشي ِطي ِنۗوكان الشيطن ِلر ِب ٖه كفورا‬

”...Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)


secara boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-
saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Metode pendidikan dengan larangan ini sangat penting


diterapkan dalam dunia pendidikan Islam karena dapat dilihat
sebagai bentuk komunikasi Allah kepada manusia. Model larangan
adalah bentuk pembatasan dan tidak memberikan kebebasan mutlak
pada pelaku pendidikan.
c. Metode targhib (motivasi)
Targhib menjadi model pendidikan yang memberi efek
motivasi untuk beramal dan mempercayai sesuatu yang dijanjikan.
Misalnya tentang kematian. Islam memberikan penjelasan yang
sangat baik terkait tentang kematian, utamanya melalui targhib.
Islam memotivasi manusia untuk beriman dan beramal saleh
serta melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya, dengan didasari
keimanan sebagai modal untuk memasuki alam kematian. Melalui

12
pendidikan yang memberi motivasi degan janji-janji yang terdapat
dalam nash, maka sesuatu yang menakutkan bisa menjadi dirindukan
dan diharapkan. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Mujadalah (58) ayat
11.

ٰ َْ ْ ُ َّ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ َ ٰٓ
‫يايها ال ِذين امنوْٓا ِاذا ِقيل لكم تفسحوا ِفى المج ِل ِس‬
‫ه‬ َ َْ ْ ُ ُْ َ ْ ُ ُْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ‫ه‬ ْ ُ ْ َ
ُ‫اّٰلل‬ ‫فاف َسح ْوا َيف َس ِح اّٰلل لكمْۚ واِ ذا ِقيل انشزوا فانشزوا يرف ِع‬
َ ُْ َ َْ َ ُ‫َ ه‬ ٰ َ َ َ ْ ْ ُ ْ ُ َ ْ َّ َ ْ ُ ْ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ
‫ال ِذين امنوا ِمنكمْۙ وال ِذين اوتوا ال ِعلم درج ٍتۗ واّٰلل ِبما تعملون‬
َ
‫خ ِب ْي ٌر‬

”Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan


kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,”
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya
akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Ayat tersebut berisi tentang motivasi dari Allah, yaitu adanya


janji-Nya akan mengangkat derajat kepada hamba-Nya beriman dan
berilmu, yaitu memberikan kemulian di dunia dan akhirat.
d. Metode tarhib (menakut-nakuti)
Dalam al-Qur’an, tarhib adalah upaya menakut-nakuti
manusia agar menjauhi larangan dan meninggalkan suatu perbuatan.
Semua tarhib yang disampaikan Allah kepada manusia bersifat
ancaman yang disampaikan dalam proses mendidik manusia.
Tarhib bukan hukuman. Tarhib berbeda dengan hukuman,
Tarhib adalah proses atau meode dalam menyampaikan hukuman
dan tarhib itu sendiri ada sebelum suatu peristiwa terjadi. Sedangkan
hukuman adalah wujud ancaman yang ada setelah peristiwa itu
terjadi. Seperti ancaman Allah kepada orang-rang yang melampaui

13
batas dengan tidak mendapat ridho-Nya dalam surah al-Maidah (4)
ayat 87.
َ َ ْ ُ َ ُ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ُ ْ َ ُ َ ُ ْ َ ٰ َ َ َ َّ ه‬
‫يايها ال ِذين امنوا لا تح ِرموا ط ِيب ِت مآْ احل اّٰلل لكم ولا‬
َ‫اّٰلل َلا ُيحب ْال ُم ْع َتد ْين‬
َ ‫َت ْع َت ُد ْواۗاَّن ه‬
ِ ِ ِ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


mengharamkan sesuatu yang baik yang telah Allah halalkan bagi
kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

e. Metode kisah
Merupakan sarana yang mudah untuk mendidik manusia
dengan menggunakan kisah. Metode ini sangat banyak dijumpai
dalam al-Qur’an. Kisah yang diungkapkan dalam al-Qur’an ini
mengiringi berbagai aspek pendidikan yang dibutuhkan manusia,
salah satu adalah aspek akhlak. Allah berfirman dalam Q.S. Yusuf
ayat 111.

َ َْْ ُ ٌَْ ْ َ َ ْ َ َ ْ ََ
... ۗ‫اب‬
ِ ‫لقد كان ِفي قص ِص ِهم ِعبرة ِلا ِولى الالب‬

”Sungguh, pada kisah mereka benar-benar terdapat pelajaran


bagi orang-orang yang berakal sehat.”

f. Metode dialog dan debat


Pendidikan dan pembinaan dalam al-Qur’an juga
menggunakan metode dialog dan debat dengan berbagai variasi yang
indah, sehingga pembaca menikmati keindahan tersebut. Tidak
sedikit dari para pembaca merasa ikut terlibat langsung dalam
dialog-dialog yang ditampilkan al-Qur’an. Seperti dialog Nabi Musa
dan Nabi Harun dalam Qur’an surah Al-A’raf ayat 150-154 tentang
nilai-nilai tanggung jawab, ketegasaan dan kontrol diri.

14
g. Metode pembiasaan
Ayat-ayat al-Qur’an yang menekankan pentingnya
pembiasaan bisa terlihat pada term ‘amilus shalihat. Term ini
diungkapkan al-Qur’an sebanyak 73 kali. Bisa diterjemahkan
dengan kalimat “mereka selalu melakukan amal kebaikan” atau
“membiasakan beramal saleh”. Jumlah term ‘amilus shalihat yang
banyak tersebut memperlihatkan pentingnya pembiasaan suatu amal
kebaikan dalam proses pendidikan karakter dalam Islam. Al-Qur’an
memberi penghargaan yang istimewa dalam bentuk berita gembira
dan diiringi pujian Allah pada orang yang beramal saleh.
h. Metode qudwah (teladan)
Merupakan aspek penting dalam proses pendidikan. Qudwah
berarti uswah (ikutan/teladan). Uswah disini dimaknai sebagai
uswah hasanah dan uswah sayyi’ah. Dalam Islam sering digunakan
istilah qudwah hasanah untuk menggambarkan keteladanan yang
baik. Dalam model ini pendidik dituntut memiliki kepribadian yang
baik agar menjadi cermin bagi peserta didik.
Contoh model pendidikan qudwah yang paling berhasil adalah
pendidikan Rasulullah SAW, di mana pendidikan langsung berpusat
pada diri beliau dengan menampilkan keteladanan dalam berbagai
aspek. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Ahzab (33) ayat
21.

ُ َْ َ َ ْ َ ٌ َ َ َ ٌ َ ُْ ‫ه‬ ْ ُ َ َ َ ْ ََ
‫اّٰلل اسوة حسنة ِلمن كان يرجوا‬ ُ َ ْ ْ
ِ ‫لقد كان لكم ِفي رسو ِل‬
َ ‫ه‬ َ َ ْٰ َ ْ َْ َ َ‫ه‬
ً ْ َ َ َ َ
ۗ‫اّٰلل واليوم الا ِخر وذكر اّٰلل ك ِثيرا‬

”Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri


teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak
mengingat Allah.”

15
D. Pendidikan Akhlak dalam Pendidikan Nasional
Pendidikan akhlak merupakan bagian dari ajaran pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan akhlak merupakan inti dari tujuan pendidikan islam, yaitu
untuk terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong manusia melakukan
kebaikan secara spontan kemudian mencapai kesempurnaan sesuai
substansinya sebagai manusia dan memperoleh kebagiaan sejati.19 Pendidikan
akhlak pada dasarnya terletak pada penanaman nilai-nilai ajaran Islam yang
tercermin dan terwujud dalam prilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari.
Pelaksanaan pendidikan agama Islam secara khusus pendidikan akhlak
di Indonesia berdasarkan pada perundang-undangan yang secara langsung
maupun tidak, dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan
agama Islam di lembaga formal. Landasan yuridis pelaksanaan pendidikan ini
adalah pancasila sila pertama sebagai dasar ideal, ”Ketuhanan Yang Maha
Esa”, mengandung makna bahwa bangsa Indonesia memiliki kepercayaan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.20
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20
tahun 2003 pada bab I menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. 21
Dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diterangkan bahwa
tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian
tujuan pendidikan harus sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia. Undang-

19
Nurul Azizah, “Pendidikan Akhlak Ibnu Maskawaih Konsep Dan Urgensinya Dalam
Pengembangan Karakter Di Indonesia,” PROGRESS: Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas
Wahid Hasyim 5, no. 2, 2017, 187, https://doi.org/10.31942/pgrs.v5i2.2609.
20
Samrin, “Pendidikan Agama Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia”,
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 8 No. 1, Januari-Juni, 2015, 110.
21
Republik Indonesia, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional
Nasional), (UU RI No. 20 Th. 2003), (Cet. V, Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 3

16
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3) juga
menjelaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang.
Tujuan tersebut termaktub dalam Pasal 3 Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003, yaitu pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusiayang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang
demokratis serta bertanggung jawab.22
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Pemaknaan pendidikan nasional ini sangat kental dengan
nuansa nilai-nilai agama.
Rumusan di atas menunjukkan bahwa agama menduduki posisi yang
sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam membangun manusia
Indonesia seutuhnya. Merupakan hal wajar jika pendidikan nasional
berdasarkan pada nilai-nilai agama, karena Indonesia merupakan bangsa yang
beragama. Agama mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia lain, serta hubungannya dengan diri sendiri. Dengan
demikian terjadi adanya keserasian dan keseimbangan hidup manusia.23
Jika hal tersebut dipahami, diyakini dan diamalkan serta menjadi dasar
kepribadian, maka manusia Indonesia menjadi manusia yang paripurna atau

22
Republik Indonesia, Undang-Undang SISDIKNAS…, h. 7.
23
Samrin, “Pendidikan Agama Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia”,
112.

17
insan kamil. Sebagaimana tujuan akhir adanya pendidikan akhlak. Dengan
dasar inilah agama penting dalam pelaksanaan pendidikan nasional agar
terdapat aspek pembinaan sikap, kepribadian, moral, dan nilai-nilai akhlaq al
karimah.
Secara landasan hukum, pendidikan akhlak di Indonesia selaras dengan
apa yang diajarkan oleh al-Quran, yaitu penanaman kepribadian mulia bukan
hanya kepada sesama manusia, namun juga kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
diri sendiri. Namun di masa sekarang banyak tantangan yang harus dihadapi
dalam pembelajaran akhlak. Kemudahan di berbagai aspek menjadikan peserta
didik menjadi pribadi yang malas dan kurang bersosialisasi atau bergaul, jika
tidak benar-benar siap dalam menghadapi era teknologi abad 21.24
Di antara tantangan yang dihadapi pendidikan akhlak saat ini adalah:
1. Pola hidup dan pola tingkah laku yang mulai menagalami pergeseran
merupakan tantangan bagi pendidikan karakter yang tidak dapat
dihindari, dan penanaman pendidikan karakter yang kuat dapat
menanggulangi hal tersebut.
2. Banyaknya contoh kebobrokan moral yang saat ini banyak disorot
media, terutama di dalam media sosial seperti Tiktok, Instagram, dan
Youtube. Generasi sekarang sangat bergantung dengan sosial media,
jika tidak ada kontrol yang baik maka banyak anak yang mudah
mengikuti hal hal kurang baik yang disajikan di media sosial.
3. Kurikulum sekolah mengenai dimasukannya pendidikan akhlak ke
dalam setiap mata pelajaran juga banyak mengalami kendala dan cukup
sulit dilakukan. Ini terjadi karena tidak semua guru dapat
mengaplikasikannya ke dalam mata pelajaran lain.
Secara rinci, pada poin ke tiga sekarang tengah terjadi di Indonesia
dengan penerapan kurikulum Merdeka Belajar. Di indonesia sendiri sudah
mengalami banyak sekali pergantian kurikulum, mulai dari tahun 2004

24
Sigit Dwi Laksana, “Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Menghadapi Education
Technology The 21st Century”, Jurnal Teknologi Pembelajaran (JTeP), Volume 1, Nomer 1,
Februari 2021, h. 20-21, https://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jtep

18
dengan krukulum berbasis kompetensi atau yang lebih dikenal dengan istilah
KBK. Kemudian di tahun 2006 berganti kurikulum tingkat satuan pendidikan
yang dikenal dengan KTSP dan kemudian ditahun 2013 mengalami pergantian
kurikulum, yang dikenal dengan istilah kurikulum 2013 atau K-13 yang
kemudian saat ini berganti dengan mulai diberlakukannya kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka menyempurnakan penanaman pendidikan karakter
siswa dengan profil pelajar Pancasila, yang terdiri dari 6 dimensi, yang terdiri
dari:25
1. Beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pelajar Indonesia
yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya
serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-
hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
dan berakhlak mulia; akhlak beragama; akhlak pribadi; akhlak
kepada manusia; akhlak kepada alam; akhlak bernegara.
2. Berkebhinekaan global, pelajar Indonesia mempertahankan budaya
luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam
berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling
menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif
dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen kunci
dari berkebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai
budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi
dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap
pengalaman kebinekaan terdiri dari: mengenal dan menghargai
budaya; Komunikasi dan interaksi antar budaya; refleksi dan
tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan; dan berkeadilan
Sosial.

25
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil
Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek, 2022, 2-5.

19
3. Gotong royong, pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-
royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara
bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat
berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong
royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
4. Mandiri, pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar
yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen
kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang
dihadapi serta regulasi diri.
5. Bernalar kritis, pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif
memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun
keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi,
mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar
kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan
proses berpikir dalam mengambilan keputusan, memperoleh dan
memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi
penalaran, merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri.
6. Kreatif, pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan
sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.
Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang
orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal serta
memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan. Menghasilkan gagasan yang orisinal, Menghasilkan
karya dan tindakan yang orisinal, Memiliki keluwesan berpikir dalam
mencari alternatif solusi permasalahan.

E. Kesimpulan
1. Akhlak adalah perilaku yang dilakukan dengan spontan dan otomatis tanpa
pemikiran atau perenungan mendalam, yang semua itu didorong oleh sifat
atau keadaan jiwanya. Akhlak bukan hanya terbatas pada tata perilaku yang

20
mengatur hubungan sesama manusia, namun juga hubungannya dengan
Tuhan, bahkan dengan alam.
2. Terdapat dua klasifikasi akhlak, yaitu akhlak terpuji atau akhlak mahmudah
yang membawa kebaikan dan tidak merugikan orang lain serta
mencerminkan kebaikan berlandaskan pada ajaran atau nilai-nilai Islam
dan akhlak tercela yang berupa perangai buruk yang tercermin dari tutur
kata tingkah laku dan sikap yang tidak baik.
3. Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan
keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan
oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf,
seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan.
4. Di dalam al Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan
konsep pendidikan akhlak, diantaranya: akhlak kepada Allah swt; akhlak
kepada diri sendiri; akhlak kepada keluarga; akhlak kepada masyarakat;
dan akhlak kepada lingkungan.
5. al-Qur’an menjelaskan metode-metode untuk mengamalkan pendidikan
akhlak, yaitu dengan perintah, larangan, tarhib dan taghrib, kisah, qudwah,
dialong dan debat, dan pembiasaan.
6. di Indonesia, pelaksanaan pendidikan akhlak mempunyai dasar yuridis,
diantaranya Pancasila sila pertama, pembukaan UUD 1945, Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3), dan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003
yang merumuskan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
7. rumusan pendidikan nasional selaras dengan apa yang diajarkan oleh al-
Quran, yaitu penanaman kepribadian mulia bukan hanya kepada sesama
manusia, namun juga kepada Tuhan Yang Maha Esa dan diri sendiri.

21
8. Terdapat tantangan yang dihadapi pendidikan akhlak saat ini, diantaranya:
pola hidup dan pola tingkah laku yang mulai menagalami pergeseran,
banyaknya contoh kebobrokan moral yang saat ini banyak disorot
media, dan seringnya perubahan kurikulum membuat kesulitan adaptasi
baik pengajar maupun pelajar.
9. Kurikulum Merdeka menyempurnakan penanaman pendidikan karakter
siswa dengan profil pelajar Pancasila, yang terdiri dari 6 dimensi, yang
terdiri dari: 1) Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan Berahlak Mulia; 2) Dimensi Berkebhinekaan Global; 3) Dimensi
Bergotong Royong; 4) Dimensi Mandiri; 5) Dimensi Bernalar Kritis; dan
6) Dimensi Kreatif.

22
DAFTAR PUSTAKA

’Ulwan, Abdul ’I-lah Nashih. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Terj.
Tarbiyah al Aulad fi al Islam, oleh Saifullah Kamalie dan Heny Noer
Ali. Semarang: Penerbit Asy-Syifa. 1981.

Al-Jaziri, Abu Bakar. Jabir Minhajul Muslim, terj. Fedrian Hasmand. Jakarta
Timur: Pustaka Al Kautsar. 2015.

Azizah, Nurul. “Pendidikan Akhlak Ibnu Maskawaih Konsep Dan Urgensinya


Dalam Pengembangan Karakter Di Indonesia,” PROGRESS: Jurnal
Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim 5, no. 2. 2017.
https://doi.org/10.31942/pgrs.v5i2.2609.

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Dimensi,
Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum
Merdeka, Kemendikbudristek. 2022.

Badrudin & Himatullah. Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an: Studi Tarbawi


Perspektif Syaikh Nawawi al-Bantani. Serang: Penerbit A-Empat.
2021.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustka. 2005.

Firdaus, Anis Husni. ”Konseptualisasi Sistem Pendidikan Akhlak Menurut Alquran


dan hadis”. Raheema: Jurnal Studi Gender dan Anak. Vol 2, No 2.
2015.

Ghazali, Imam. Ihya’ Ulumuddin Jilid 2, terj. Ismail Yakub. Singapura: Pustaka
Nasional PTE LTD. 1992.

Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPMI UMY. 2018.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian


Agama RI. Tafsir Al- Qur'an tematik: Spiritualitas dan Akhlak.
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur,an Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI. 2014.

Laksana, Sigit Dwi. “Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Menghadapi


Education Technology The 21st Century”, Jurnal Teknologi
Pembelajaran (JTeP), Volume 1, Nomer 1, Februari 2021.
https://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jtep

23
Masduki, Mahfudz. Tafsir Al-Mishbah Kajian atas Amtsal Al-Qur’an. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2012.

Miskawaih, Ibnu. Tahdzib Al Akhlaq. Beirut Libanon: Daarul Kutub Al-Ilmiah.


1985.

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif.

Quthb, Sayid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di Bawah Naungan al-Qur’an, jilid 9, terj.
As’ad Yasin, dkk. Jakarta: Gema Insani Press. 2004.

Raharjo, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1999.

Republik Indonesia, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional


Nasional). UU RI No. 20 Th. 2003. Cet. V, Jakarta: Sinar Grafika,
2013.

Samrin. “Pendidikan Agama Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di


Indonesia”, Jurnal Al-Ta’dib Vol. 8 No. 1, Januari-Juni, 2015.

Suhayib. Studi Akhlak. Yogyakarta: Kalimedia. 2016.

Syafri, Ulil Amri. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Jakarta : Rajagrafindo


Persada. 2014.

Wahyudi, Tian. ”Strategi Pendidikan Akhlak bagi Generasi Muda di Era Disrupsi”,
TA’LIM : Jurnal Studi Pendidikan Islam, Vol.3 No.2. Juli 2010.

24

Anda mungkin juga menyukai