Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Begitu banyak orang keliru menggunakan standar dalam menilai baik-
buruknya orang lain. Keramahan, ringan tangan dalam membantu orang lain
termasuk bagian standar umum yang sering dikategorikan pertanda kebaikan
seseorang.
Sebenarnya, pola penilaian seperti itu tidaklah mutlak keliru. Hanya saja
kurang jeli karena masih menyisakan titik kelemahan. Sebab sangat mungkin,
seseorang itu menerapkan dua akhlak (prilaku) yang berbeda pada dua
kesempatan yang berbeda. Berakhlak mulia di satu tempat, tapi tidak berakhlak
ditempat lain, tergantung kepentingannya.
Oleh karena itu, makalah ini berusaha sedikit menjelaskan tentang
pembagian akhlak, bagaimana akhlak terhadap allah, rasul, orang tua, diri sendiri
dan akhlak dalam belajar

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Akhlak
2. Apakah Pengertian Akhlak Mahmudah
3. Apakah Pengertian Akhlak Mazmumah
4. Apa saja Pembagian Akhlak

C. Tujuan Pembuatan Makalah


1. Agar kita Memahami Pengertian Akhlak
2. Agar kita Memahami Pengertian Akhlak Mahmudah
3. Agar kita Memahami Pengertian Akhlak Mazmumah
4. Agar kita Memahami Pembagian Akhlak

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Menurut bahasa (etimologi) akhlak ialah bentuk jama’ dari Khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, kesusilaan, sopan santun, tata krama
dan tabiat. Kalimat Khuluq sangat berhubungan dengan“khalqun”yang berarti
kejadian, serta erat hubungannya dengan“khaliq”yang berarti Pencipta
dan“makhluq”yang berarti yang diciptakan, sedang dalam bahasa Inggrisnya
disamakan dengan istilah “moral” atau ”etic”1.
Akhlak menurut bahasa adalah budi pekerti dan kelakuan. Dalam hidup
didunia kita harus menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji. Seseorang yang
memiliki sifat terpuji akan disayangi orang sehingga banyak teman.2
Akhlak merupakan perbuatan yang lahir dari kemauan dan pemikiran, dan
mempunyai tujuan yang jelas.3
Akhlak yang mulia menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan
hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti
pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani
mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida
dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.4
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT, akhlak yang
baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu
dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya,
mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk
mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam
surat Al-Imran 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia,

1
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 11
2
Siti Sulastri, Siswa Berakhlak Mulia Raih Prestasi, (Semarang: PT. Sindur Press, 2008),
hlm. 2
3
Musa Subaiti, Akhlak Keluarga Muhammad SAW, (Jakarta: PT. Lentera Basritama,
2003), hlm.25
4
Imam Al Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hlm. 277

2
menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada
Allah”5.
Ibnu Athir dalam Annihayah menerangkan bahwa, pada hakekatnya
makna Khuluq ialah gambaran batin manusia yang paling tepat (yaitu jiwa dan
sifatnya), sedangkan Khulqun merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka,
warna kulit, tinggi rendah tubuhnya, dan lain sebagainya).6
Imam Ghozali mengatakan bahwa“ Bilamana orang mengatakan si A itu
baik kholqunya dan khuluq-nya, berarti si A itu baik sifat lahirnya dan sifat
bathinnya”.7Terlepas dari analisis-analisis diatas, yang jelas kata akhlak telah
digunakan oleh al-Qur’an untuk mengungkapkan makna budi pekerti dan
perangai, saat mengemukakan perangai Rasulullah saw dalam surat al-Qalam ayat
ke-4, yang berbunyi:
Artinya: “Dan Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar
berbudi pekerti dan perangai yang agung”, (Q.S Al Qalam ayat
ke-4).8
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan Akhlak merupakan sikap yang
telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah
laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan
agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak
mahmudah Akan tetapi tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang
jelek maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.
Sedangkan secara terminologi, pengertian akhlaq menurut istilah banyak
dipapakan oleh berbagai para ahli, yang kesemuanya memiliki keragaman
pemahaman yang berbeda satu dengan yang lain.
1. Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti,
watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik
merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khlmiqnya dan
terhadap sesama manusia.9
2. Ahmad amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.
Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut
5
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Surakarta: Pustaka Al-Hanan, 2009), hlm. 67
6
Imam Al-Gazali, ibid., hlm. 2
7
Ibid, hlm., 23
8
Ibid, hlm., 25
9
Manan Idris, DKK. Reorientasi Pendidikan Islam , (Pasuruan: Hilal Pustaka, 2006),
hlm. 107

3
akhlaqul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik maka disebut akhlaqul
madzmumah.10
3. Ibnu Maskawaih berpendapat bahwa akhlak merupakan keadaan jiwa
seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi dua, ada yang
berasal dari tabiat aslinya. Ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang
berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan
pertimbangan, kemudian dilakukan terus-menerus, maka jadilah suatu bakat
dan akhlak.11
d. Menurut Imam Al-Ghozali, akhlaq ialah suatu sifat yang tetap pada jiwa
seseorang, yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan dengan
mudah tanpa membutuhkan pemikiran.12
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perangai atau
tingkah laku manusia dalam pergaulan sehari-hari. Perbuatan-perbuatan
tersebut timbul dengan mudah tanpa direncanakan terlebih dahulu karena
sudah menjadi kebiasaan. Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang
melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi
beberapa syarat:
a. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau suatu perbuatan hanya
dilakukan sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya,
orang yang jarang berderma tiba-tiba memberikan uang kepada orang
lain karena alasan tertentu. Dengan tindakan ini ia tidak dapat disebut
murah hati atau berakhlak dermawan karena hlm itu tidak melekat
dalam jiwanya.
b. Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih
dahulu sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika
perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan
dipertimbangkan secara matang, maka hlm itu tidak disebut akhlak. 13
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan akhlak adalah suatu sifat yang

10
Akmal Hawi, Materi Akhlak, (Palembang: Rafah press, 2014), hlm. 2
11
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: AMZAH, 2016), hlm. 3
12
Ibid.
13
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, Cetakan. K-9, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,
2001),
hlm. 102

4
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbullah
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan
tanpa memerlukan pikiran.

B. Akhlak Mahmudah (Terpuji)


Secara etimologi akhlak mahmudah adalah akhlak yang terpuji.
Mahmudah merupakan bentuk maf’ul dari kata hamida, yang berarti dipuji.
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji disebut pula dengan akhlak al-karimah
(akhlak mulia), atau al-akhlak al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan
pelakunya).14Adapun mengenai pengertian akhlak mahmudah secara terminologi,
para ulama berbeda pendapat.
Berikut ini dikemukakan beberapa penjelasan tentang pengertian akhlak
mahmudah atau akhlak terpuji.
1. Menurut Al-Gazali akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan
kedekatan kepada Allah SWT sehingga mempelajari dan mengamalkannya
merupakan kewajiban individual setiap muslim.15
2. Menurut Ibnu Qayyim, pangkal akhlak terpuji adalah ketundukan dan
keinginan yang tinggi. Sifat-sifat terpuji, menurutnya berpangkal dari kedua
hal tersebut. Ia memberikan gambaran tentang bumi yang tunduk pada
ketentuan Allah SWT. Ketika air turun menimpanya, bumi merespon dengn
kesuburan dan menumbuhkan tanaman-tanaman yang indah.
3. Menurut Abu Dawud As-Sijistani (w. 275 H/889 M) akhlak terpuji adalah
perbuatan-perbuatan yang disenangi, sedangkan akhlak tercela adalah
perbuatan-perbuatan yang harus dihindari.16 Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa akhlak mahmudah adalah prilaku manusia yang baik
dan disenangi menurut individu maupun sosial, serta sesuai dengan ajaran
yang bersumber dari tuhan. Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat
mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak
madzmumah, dilahirkan oleh sifat-sifat madzmumah. Menurut hamka ada
beberapa hal yang mendorong seorang untuk berbuat baik diantaranya:17

14
Samsul Munir Amin, ibid., hlm. 180
15
Ibid, hlm. 180
16
Ibid, hlm. 181
17
Bisri,Akhlak,hlm, 7

5
1) Karena bujukan atau ancaman dari orang lain
2) Mengharap pujian atau karna takut mendapat cela
3) Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani)
4) Mengharap pahala dan surge
5) Mengharap pujian dan takut azab Tuhan
6) Mengharap keridhoan Allah semata

Perilaku manusia yang baik ditunjukkan oleh sifat dan gerak


kehidupannya sehari-hari. Akhlak yang baik adalah segala tingkah laku
yang terpuji (mahmudah). Tingkah laku yang membuat orang lain senang
dan nyaman serta tidak merasa terganggu. Akhlak yang baik berasal dari
sifat-sifat yang baik pula. Sehingga jiwa manusia dapat menghasilkan
perbuatan-perbuatan lahiriah yang baik. Baik dalam bahasa arab disebut
Khair, dan disebut good dalam bahasa inggris, serta dalam bahasa perancis
disebut bien baik juga disebut mustahab yang berarti amal atau wajib
dikerjakan. Dan sesuatu indikator akhlak baik menurut Beni Saebeni,
pertama adalah perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Allah dan
Rasulullah SAW yang termuat dalam Al-Quran dan As-Sunnah,
selanjutnya perbuatan yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan
akhirat, kemudian perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan
manusia di mata Allah dan sesama manusia, dan yang terakhir adalah
perbuatan yang menjadi bagian dari tujuan syariat Islam, yaitu memelihara
agama Allah, akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan
Adapun jenis-jenis akhlak mahmudah menurut Jabir antara lain:
a) Jujur
Jujur adalah sebuah ungkapan yang sering kali kita dengar dan
menjadi pembicaraan. Akan tetapi pembicaraan tersebut hanya
mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh makna dari jujur itu
sendiri. Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung
orangorang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang
berlimpah bagi mereka. Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu
jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan
mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana

6
dijelaskan oleh Nabi, Dari Ibnu Mas’ud RA ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda :
“Wajib atasmu berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu
membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan
terus- menerus seseorang yang berlaku jujur dan memilih kejujuran
sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan
jauhkanlah dirimu dari pada dusta, karena sesungguhnya dusta itu
membawa kepada kedurhakaan, dan durhaka itu membawamu ke
neraka. Dan terus-menerus seorang hamba itu berdusta dan memilih
yang dusta sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. [HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi
menshahihkannya dan lafadh baginya.

Allah telah menyeru kepada orang, untuk selalu bersikap jujur


dalam surat Al Maidah ayat 41 :
Artinya: “Wahai rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh
orangorang yang bersegera (memperlihatkan)
kekafirannya, Yaitu diantara orang-orang yang
mengatakan dengan mulut mereka:"Kami telah beriman",
Padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara
orang-orang Yahudi. (orang-orang Yahudi itu) Amat suka
mendengar (berita-berita) bohong[415] dan Amat suka
mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum
pernah datang kepadamu[416], mereka merobah[417]
perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya.
mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di
robah-robah oleh mereka) kepada kamu, Maka terimalah,
dan jika kamu diberi yang bukan ini Maka hati-hatilah".
Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, Maka
sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun
(yang datang) daripada Allah. mereka itu adalah orang-
orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka.
mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka
beroleh siksaan yang besar”.

b) Sabar
Kesabaran ialah menahan diri dari apa yang tidak disukai atau
tabah menerimanya dengan rela dan berserah diri. Sabar merupakan
salah satu bagian dari akhlaqul mahmudah yang dibutuhkan seorang
muslim dalam menghadapi masalah dunia dan agama. Tingkat
kesabaran seseorang dalam menghadapi suatu hal-hal yang
menyinggung perasaan berbeda-beda. Ada yang tersinggung sedikit
saja langsung meluap dan ada juga yang menyinggung hatinya tetapi

7
ia tetap tabah dan menerimanya. Jika kita memiliki sifat sabar maka
tidak akan ada pertikaian dan pertengkaran.
Sabar mengandung tiga hal, yaitu sabar untuk meninggalkan
sesuatu yang haram, sabar dalam menunaikan ibadah dan kewajiban,
serta sabar dalam menerima musibah dari Allah SWT dalam surat Al
Baqarah ayat 153:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta
orangorang yang sabar”.

Semua musibah merupakan kehendak Allah SWT. Disebutkan


pula bahwa dibalik kejadian yang menimpa, pasti terdapat hikmah
yang sangat agung
c) Ikhlas
Ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah dari hal-hal yang dapat mengotorinya. Dalam arti
lain, ikhlas adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan
dalam segala bentuk ketaatan atau mengabaikan pandangan makhluk
dengan cara selalu berkonsentrasi kepada Al-Khaliq Salah satu pilar
yang terpenting dalam Islam adalah sifat ikhlas, karena ikhlas
merupakan salah satu syarat untuk diterimanya ibadah kita kepada
Allah. Hal ini bisa dilihat dari hadits Abu Umamah, yaitu ketika
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda setelah ditanya
mengenai orang yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian.
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidak menerima suatu amal,
kecuali jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharap wajah-
Nya”.

Ikhlas adalah salah satu sifat yang sulit untuk dimiliki oleh
setiap manusia, bahkan banyak dari kita yang tidak mengedepankan
keikhlasan dalam beramal. Sebagian dari mereka cenderung beramal
hanya untuk mendapatkan pujian atau sejenisnya. Padahal didalam
kajian tauhid, keikhlasan merupakan hal yang harus dimililki seorang
muslim. Oleh karenanya, sehebat apapun suatu amal bila tidak ikhlas,

8
tidak ada apa-apanya dihadapan Allah SWT dalam surat As Saba’ ayat
46 yang berbunyi:
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan
kepadamu suatu hal saja, Yaitu supaya kamu menghadap
Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri;
kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada
penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain
hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum
(menghadapi) azab yang keras.

Amal yang sederhana saja akan menjadi luar biasa dihadapan


Allah SWT bila disertai dengan ikhlas. Tidaklah heran seandainya
shalat yang kita kerjakan belum terasa khusyu, atau hati selalu resah
dan gelisah dan hidup tidak merasa nyaman dan bahagia, karena kunci
dari itu semua belum kita dapatkan, yaitu sebuah keikhlasan.
d) Menepati janji
Di antara akhlak terpuji yang terdepan adalah menepati janji.
Kata sebuah pepatah, janji adalah hutang, karena ia wajib di segerakan
untuk dilunasi. Karena begitu pentingnya sebuah janji, maka Allah
SWT. benar-benar menekankan kepada seluruh umat manusia untuk
menepatinya. Dalam firman Allah surat An Nahl ayat 91 yang
berbunyi:
Artinya: “Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu
berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-
sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu
telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-
sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
kamu perbuat.
e) Dermawan
Dermawan, dalam pengertian harfiah adalah seseorang yang
suka memberi kepada orang lain. Dermawan bisa diartikan dengan
senang hati tanpa keterpaksaan memberikan sebagian harta atau
sesuatu hal yang dimilikinya untuk kepentingan orang lain yang
membutuhkan, sedangkan dirinya berlebihan akan sesuatu hal
tersebut. Namun, di sisi lain muncul pengertian ma’rifat yang lebih
luas lingkupnya, yakni secara terminologi ma’rifat adalah gerak
kendali hati akan keinginan untuk memberi sesuatu pada jiwa lain,

9
dimana disesuaikan dengan kondisi diri si penderma dan penerima
secara lahiriah dan bathiniahnya. Dermawan dapat berupa uluran
tangan, sedekah. Menolong sesama, menebarkan kebaikan, bahkan
“senyuman” yang dapat membahagiakan hati orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, Dari ‘Adiy bin Hatim, ia berkata : Saya
mendengar Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa diantara kalian yang
mampu menjaga dirinya dari api neraka walau dengan sedeqah
separo biji kurma, hendaklah ia lakukan”. [HR. Muslim juz 2, hal.
703]18

C. Akhlak al-Madzmumah (Tercela)


“akhlaqul mazmumah” yang berarti tingkah laku yang tercela atau akhlak
yang jahat (qabillah) yang menurut istilah al-Ghazali disebutnya “muhlikat”
artinya sesuatu yang membinasakan atau mencelakakan.
Akhlak madzmumah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu maksiat lahir
dan maksiat batin.Maksiat lahir adalah segala sifat yang tercela yang dikerjakan
oleh anggota lahir seperti tangan,mulut, mata, telinga dan sebagainya.Sedangkan
maksiat batin adalah segala sifat yang tercela yang diperbuatoleh anggota batin,
yaitu hati.19
1. Maksiat-maksiat Lahir
a. Maksiat Lisan
 Berkata yang tidak memberikan manfaat baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk orang lain
 Berlebih-lebihan dalam percakapan, sekalipun yang dipercakapkan
tersebut berguna
 Berbicara hal yang batil
 Berdebat dan berbantah yang hanya mencari menangnya sendiri tanpa
menghormati orang lain
 Berkata kotor, mencaci maki atau mengungkapkan kata laknat baik
kepada manusia, binatang, maupun benda-benda lainnya
 Menghina, menertawakan atau merendahkan orang lain
 Berkata dusta.20

18
Rizki Agustya Putri, Pengesahan Skripsi, Reprentasi Akhlak Mahmudah Dan
Mazmumah Dalam Program “Oh Ternyata” Di Trans Tv, hlm.27-33
19
Ibid., hlm. 57

10
b. Maksiat Telinga
Diantara maksiat telinga adalah mendengarkan pembicaraan suatu
golongan yang mereka itu tidak senang kalau pembicaraannya didengar oleh
orang lain. Juga mendengarkan bunyi-bunyian yang dapat melalaikan untuk
ibadah kepada Allah SWT, atau suara apapun yang di haramkan, seperti
suara orang yang mengumpat, mengadu domba, dan lain sebagainya,
kecuali mendengarnya itu karena terpaksa atau tidak sengaja, sedang ia
sendiri membenci kemungkaran-kemungkaran tersebut.21
c. Maksiat Mata
Maksiat mata ialah melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan
Rasul-Nya seperti seorang laki-laki melihat aurat perempuan, dan
sebaliknya seorang perempuan melihat aurat laki-laki.22
d. Maksiat Tangan
Maksiat tangan ialah menggunakan tangan untuk hal-hal yang
haram, atau sesuatu yang dilarang oleh agama Islam, seperti mencuri,
merampok, merampas dan lain sebagainya.23
2. Maksiat Batin
a. Marah
Marah merupakan fenomena yang sering dijumpai pada
masyarakat dalam ranah sosial dan komunikasi, 24baik bagi orang dewasa,
maupun pada anak- anak. Terkadang juga dari emosi marah ini banyak
sekali kejadian- kejadian yang tidak diinginkan oleh semua orang yang
sedang mengalaminya. Terkadang bisa juga terjadi saat emosi marah ini
tidak terkendalikan oleh jiwa atau keadaan fisik yang kurang
menguntungkan. Marah ini akan lebih mudah timbul dan sampai ada juga
orang yang marah dengan melempari barang- barang yang ada di
sekitarnya. Serta bisa juga sampai mengeluarkan kata- kata yang negative
dan tindakan serta ucapan- ucapan yang negatif dan kurang sopan yang
tidak diinginkan oleh diri subyek. marah biasanya disebut sebagai
20
Asep Umar Ismail, tasawuf, (jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Jakarta,2005),hlm
.30
21
Ibid., hlm 31
22
Ibid
23
Ibid
24
Abdul Hidayat Saerodjie. 2001. Terapi Terhadap 15 Penyakit Hati, Jakarta: penerbit
paramarta,hlm.53

11
gangguan setan yang biasanya dilakukan pada orang-orang yang keadaan
emosinya lagi labil, badan atau keadaan fisik yang tidak mendukung
sehingga sering terjadi kemarahan pada diri seseorang.25
b. Riya’
Pengertian Secara bahasa riya adalah dilihat. Sedangkan menurut
istilah adalah seseorang beramal salih dengan maksud untuk dilihat atau
dipuji orang lain.
Pengertian riya menurut para ulama’ di antaranya:
1) Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari berkata: Riya’
ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu
mereka memuji pelaku amalan itu.
2) Imam Al-Ghazali mendefinisikan riya’ sebagai usaha mencari
kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada
mereka hal-hal kebaikan.
3) Habib Abdullah al-Haddad berpendapat bahwa riya’ adalah
menuntut kedudukan atau meminta dihormati daripada orang lain
dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat. Demikian penjabaran
tentang akhlak al-Madzmumah yang perlu kita hindari dalam
kehidupan sehari-hari agar kita menjadi muslim yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya.
c. Takabur
Pengertian takabur Secara bahasa takabur adalah membanggakan
(mengherankan) diri dalam hati (batin), sedangkan secara istilah takabur
artinya menilai kelebihan pada dirinya tanpa melihat siapa yang
memberikan kelebihan itu, sehingga memunculkan rasa sombong dan
merendahkan yang lainnya. Ia adalah penyakit hati yang hanya diketahui
oleh Allah Swt. jika nampak atsar/pengaruhnya kepada lahiriah seseorang.
Seperti sombong dalam berjalan, merendahkan manusia, menolak
kebenaran dsb. maka yang nampak ini disebut dengan kibr atau khuyala’
(kesombongan). Adapun sebab munculnya kesombongan adalah karena
adanya takabur di hati. Takabur adalah salah satu penyakit hati di samping

25
Asep Umar Ismail, tasawuf, (jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Jakarta,2005),
hlm. 54

12
hasad (dengki), kibr (sombong), riya’ dan mahabbatus tsana’ (mencintai
sanjungan).
d. Nifaq
Pengertian Secara bahasa Nifaq, berasal dari kata nafaqa-yunafiqu-
nifaqan wa munafaqan, yang diambil dari kata “an-nafiqa”, yaitu salah
satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari
sarangannya, yang jika ia dicari dari lubang yang satu, maka ia akan keluar
dari lubang yang lain. Dikatakan pula, ia berasal dari kata “an-nafaqa”
(nafaq) yaitu ‘lubang tempat bersembunyi’ Menurut syariat Islam, Nifaq
adalah menampakkan keislaman dan kebaikan, tetapi menyembunyikan
kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena orang munafik
memasuki syariat dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain.
e. Fasiq
Pengertian Menurut bahasa fasiq adalah keluar dari sesuatu.
Sedangkan secara istilah Fasiq adalah orang yang keluar dari ketaatan
kepada Allah dan rasul-Nya. Demikian pula orang munafik dan orang
kafir disebut orang fasiq. Karena dua orang ini telah keluar dari ketaatan
kepada Allah.
f. Hasad
Pengertian Hasad Hasad adalah perasaaan tidak senang melihat
orang lain mendapatkan nikmat dari Allah Swt, bahkan berusaha dengan
berbagai cara agar orang yang mendapat nikmat dan kesenangan tersebut
kembali seperti semula. Kepuasannya akan tercapai apabila orang lain tak
ada yang melebihinya dalam segala hal.

D. Akhlak terhadap Allah


Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah.Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa
manusia harus berakhlak baik terhadap Allah SWT.
1. Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan
kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia
berterima kasih kepada yang menciptakannya.

13
2. Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera hati nurani dan
naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan rohani ini amat tinggi
nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat melakukan
berbagai aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa kepada
kejayaannya.
3. Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang
terdapat dibumi, seperti tumbuhan, air,udara, binatang, dan lain sebagainya.
Semua itu tunduk kepada kemauan manusia, dan siap untuk
dimanfaatkan.26 Akhlak baik terhadap Allah , secara garis besar meliputi:
a. Bertaubat, sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah
dilakukannya dan berusaha menjauhi serta melakukan perbuatan baik.
b. Bersabar, sikap yang betah/ menahan diri pada kesulitan yang
dihadapinya.
c. Bersyukur, sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-
baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya.
d. Bertawakal, menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah
berbuat semaksimal mungkin.
e. Ikhlas, sikap yang menjauhkan diri dari riya ketika
mengerjakan amal baik.
f. Raja’, sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang disenangi dari
Allah SWT
g. Bersikap takut, sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang tidak
disenangi dari Allah SWT.27
Dalam kehidupan sehari-hari manusia harus bersyukur kepada
Allah atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT dan berakhlak
baik kepada Allah. Begitupun para remaja agar selalu berprasangka
baik kepada Allah dan selalu mengingat Allah dimanapun mereka
berada agar tidak terpedaya dengan kehidupan dunia.
E. Akhlak Terhadap Rasulullah Saw
Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat
dermawan paling dermawan diantara manusia. Beliau sangat menghindari
26
Moh. Ardani,Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), hlm. 49-53
27
Ibid., hlm. 70

14
perbuatan dosa, sangat sabar,sangat pemalu melebihi gadis pingitan, berbicara
sangat fasih dan jelas, beliau sangat pemberi,beliau juga jujur dan amanah, sangat
tawadhu’, tidak sombong, tepati janji, penyayang, lembut,suka memaafkan, dan
lapang dada. Beliau mencintai orang miskin dan duduk bersama mereka,beliau
banyak diam dan tawa beliau adalah senyuman.Maka oleh sebab itu sepatutnya
kita meneladani akhlak rasulullah. Berakhlak kepada rasulullah dapat diartikan
suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada Baginda Rasulullah saw.
sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia ke jalan
yang benar.
Berakhlak kepada Rasullullah perlu kita lakukan atas dasar :
a. Rasullullah Saw.sangat besar jasanya dalam menyelamatkan manusia dari
kehancuran.Beliau banyak mengalami penderitaan lahir batin, namun semua itu
diterima dengan ridha.
b. Rasulullah sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia. Pembinan
ini dilakukan dengan memerikan contoh teladan yang baik kepada umat
manusia.
c. Rasulullah berjasa dalam menjelaskan Al-Qur’an kepada manusia sehingga
jelas dan mudahdilaksanakan. Allah berfirman :
Artinya :“ Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
diantara mereka,yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkankepada mereka
kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya
benar-benardalam kesesatan yang nyata. ( Q.S. Al- Jumu’ah:2)
d. Rasulullah telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat
mulia dalamberbagai bidang kehidupan.

Cara Berakhlak Kepada Rasulullah Saw :


1. Ridha dan beriman kepada Rasulullah.
Ridha dan beriman kepada rasulullah merupakan sesuatu yang harus
kita nyatakan. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang
disampaikannya.
2. Mentaati dan mengikuti Rasulullah.
Mentaati dan mengikuti Rasulullah merupakan sesuatu yang bersifat
mutlak bagi orangorang yang beriman. Allah Swt. akan menempati orang-
orang yang mentaati Allah dan Rasul kedalam derajat yang tinggi dan
15
mulia. Disamping itu juga dicintai Allah Swt sehingga Allah mudah
mengampuni dosa orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul. Barang
siapa yang mentaati Rasul berarti juga mentaati Allah Swt.
3. Mencintai dan memuliakan Rasulullah.
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik
kepada rasul adalah mencintai beliau dan ahlul baitnya setelah kecintaan
kita kepada Allah Swt. Sebagaimana Rasulullah bersabda :
“Tidak beriman salah seorang dari mu, apabila ia tidak mencintaiku
melebihi dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya” .
( H.R. Bukhari Muslim )
“Barang siapa mencintai ahlul baitku, berarti mencintai aku, mencintai aku,
berarti mencintai Allah”. (H.R. Bukhari Muslim).
Terbukti umat Islam seluruh dunia didalam shalat lima waktu
sehari semalam dalam duduk tahyat terakhir mengucapkan: “ Allahumma
shalli a’laa Muhammad wa’ala ali Muhammad”.

4. Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah.


Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah merupakan
sebagai tanda ucapan terima kasih dan sukses dalam perjuangannya.
Rasulullah bersabda :
“ Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku, tetapi ia tidak
bershalawat kepada ku ” . ( H.R. Ahmad )
“ Barang siapa yang bershalawat kepada ku satu kali, Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat ” . ( H.R. Ahmad )
“ Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan ku pada hari kiamat,
ialah orang yang paling banyak bershalawat kepada ku ” . ( H.R.Tirmidzi )
5. Melanjutkan misi Rasulullah.
Misi Rasulullah adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-
nilai islam. Dan inilah tugas kita selanjutnya sebagai seorang muslim.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
“ Sampaikanlah dari ku walau hanya satu ayat, dan ceritakanlah tentang
bani israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas ( nama ku )dengan
sengaja,makahendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya dineraka”
( H.R. Ahmad,Bukhari danTarmidzi dari Ibnu Umar )28

F. Akhlak Terhadap Orang Tua


Kita harus berbuat baik kepada anggota keluarga terutama orang tua. Ibu
yang telah mengandung kita dalam keadaan lemah, menyusui dan mengasuh kita
28
Syarifah Habibah, Jurnal Pesona Dasar, Oktober2015, hlm. 81-83

16
memberikan kasih sayang yang tiada tara. Ketika kita lapar, tangan ibu yang
menyuapi, ketika kita haus, tangan ibu yang memberi minuman. Ketika kita
menangis, tangan ibu yang mengusap air mata. Ketika kita gembira, tangan ibu
yang menadah syukur, memeluk kita erat dengan deraian air mata bahagia.
Ketika kita mandi, tangan ibu yang meratakan air ke seluruh badan,
membersihkan segala kotoran. Tangan ibu, tangan ajaib, sentuhan ibu, sentuhan
kasih, dapat membawa ke Surga Firdaus.Begitu juga ayah dialah sosok
seorang pria yang hebat dalam hidup yang telah menafkahi kita tanpa
memperdulikan panasnya terik matahari, maut yang akan menghadang demi
anak apapun akan dilakukan, mendidik kita tanpa lelah meski terkadang kita
melawan perintahnya ia tak pernah bosan memberi yang terbaik agar
anaknya selamat dunia dan akhirat, menyekolahkan anaknya hingga sukses. Tak
pernah lupa dalam doa mereka untuk kita. Begitulah perjuangan orang tua maka
sudahkah kita berbakti, mendoakan mereka disetiap selesai shalat, ingat kepada
mereka setiap saat, maka sepatutnya lah kita patuh kepada kedua mereka dalam
hidup kita ini .
Firman Allah dalam surah Al-Ahqaf ayat 15 :
Artinya:“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibubapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannyadengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tigapuluh bulan, sehingga apabila dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya
aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." ( Q.S
Al-Ahqaf :15 )

Akhlak Terhadap Orang Tua antara lain :


1. Mencintai mereka melebihi rasa cinta kita terhadap kerabat yang lain.
2. Lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan
3. Merendahkan diri di hadapannya.
4. Berdoa kepada mereka dan meminta doa kepada mereka.
5. Berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya.

17
6. Berterima kasih kepada mereka.29

G. Akhlak Baik terhadap Diri Sendiri


Dalam kehidupan manusia, susah senang, sehat sakit, suka duka dating
silih berganti bagaikan silih bergantinya siang dan malam. Namun, kita harus
ingat bahwa semua itu dating dari Allah SWT. Untuk menguji dan mengukur
tingkat keimanan seorang hamba. Contoh dari akhlak terhadap diri sendiri ini
adalah memelihara kesucian diri, menutup aurat, adil, jujur dalam perkataan dan
perbuatan, ikhlas, sabar, pemaaf, rendah hati dan menjauhi sikap dengki serta
dendam.

Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan


rohani. Organ tubuh kita harus dipelihara dengan memberikan konsumsi makanan
yang halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak halal dan tidak
baik, berarti kita telah merusak diri sendiri. Akal kita juga perlu dipelihara dan
dijaga agar tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus disucikan agar menjadi orang
yang beruntung. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Asy-Syam [91] : 9-10 :
Artinya : “ Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa. Dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” .
Kemudian menahan pandangan dan memelihara kemaluan juga termasuk
berakhlak terhadap diri sendiri. Sebagaimana Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang
berpakaian tapi yang telanjang yang condong kepada maksiat dan menarik orang
lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan
mencium baunya”. ( H.R.Bukhari dan Muslim) “
Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak boleh
dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga
pergelangan” (H.R. Abu Daud)
Memang berat untuk mengenakan busana Muslimah yang baik dan sesuai
ajaran Islam. Karena mungkin busana muslim yang baik itu seperti ibu-ibu, tidak
modis, tidak seksi, dan sebagainya tetapi itulah yang benar. Dan pada saat ini
sudah banyak busana muslim yang baik dantetap terlihat modis dan anggun.Tetapi
juga harus diingat jangan berlebihan. Ajaran islam tentang menjaga kehormatan

29
Ibid hlm., 84-86

18
diri baik laki-laki maupun perempuan ini sungguh suci dan mulia. Tidak ada
ajaran agama lain yang mengatur demikian cermatnya. Jika ini dilaksanakan, tidak
mungkin ada perzinaan, prostitusi, dan perselingkuhan suami istri. Orang islam
tidak boleh hina dina, tetapi sebaliknya harus suci dan mulia30.
Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai,
menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya,
karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus
dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Untuk menjalankan perintah
Allah dan bimbingan Nabi Muhammad SAW maka setiap umat Islam harus
berakhlak dan bersikap sebagai berikut:
1. Hindarkan minuman beracun/ keras
2. Hindarkan perbuatan yang tidak baik
3. Memelihara kesucian jiwa
4. Pemaaf dan pemohon maaf
5. Sikap sederhana dan jujur
6. Hindarkan perbuatan tercela31

H. Akhlak Dalam Belajar


1. Adab belajar
Hukum belajar bagi anak islam adalah wajib baik bagi laki-laki
maupun perempuan. Belajar dapat dilakukan dimana saja baik disekolah
maupun dirumah.
Rasulullah bersabda sebagai berikut :
Artinya : mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim (hadis riwayat al
baihaqi) 32Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang islam,
dengan belajar maka kita akan menjai pintar, belajar akan membuat
kita berilmu Allah akan meninggikan derajat orang yang memiliki
ilmu.
Allah berfirman dalam surat al mujadalah ayat 11
Artinya : Hai orang- orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu
berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
30
Ibid hlm., 83
31
Ibid hlm., 55-56
32
Wiyadi, Membina Aqidah dan Akhlaq (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2009), hal.125

19
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Pelajaran yang didapat dari sekolah diulang di rumah anak islam tidak
pernah malas mengulang pelajaran. Anak islam yang rajin belajar tentu akan
pandai. Pada pagi hari anak-anak sudah tiba disekolah, anak-anak memberi
salam pada guru didepan pintu gerbang sekolah. Bel tanda masuk belum
berbunyi. Anak-anak bermain bersama dihalaman sekolah, pukul tujuh pagi
bel berbunyi, semua siswa berbaris didepan kelas masing-masing dengan
tertib. Guru menyilakan siswa masuk kekelas siswa duduk dibangku dengan
tenang lalu Sebelum pelajaran dimulai siswa terbiasa membaca do a sebelum
belajar. Doa yang dibaca adalah sebagai berikut;
Artinya : wahai tuhan tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah
kepadaku kepahaman.33
Biasakan berdoa sebelum belajar, berdoa akan membantu kita dalam
belajar. Allah menyayangi orang yang berdo’a dan mau belajar. Ketika guru
menerangkan pelajaran siswa memerhatikan dengan tenang dan tidak
membuat gaduh dikelas.
Apabila guru memberikan tugas siswa menyelesaikan dengan baik.
Jika ada pelajaran yang kurang jelas siswa Bertanya secara sopan dengan
mengacungkan jari terlebih dahulu. Siswa semangat dalam belajar. Selesai
pelajaran siswa membaca do a. yang dibaca adalah sebagai berikut :
Artinya : Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Siswa pulang bersama dengan tidak tergesa-gesa.setelah ganti pakaian dan
makan siang siswa istirahat. Kemudian pada sore hari siswa mengulang
pelajaran yang diberikan guru.dan mengerjakan tgas yang diberikan oleh
guru. Selesai belajar dan mengerjakan tugas siswa menyiapkan buku dan alat
tulis yang akan dibawa esok hari.
2. Adab Menuntut Ilmu
a) Ikhlash semata karena Allah Ta’ala dalam menuntut dan menimba ilmu.
b) Harus mengetahui tentang keutamaan dan pentingnya ilmu syara’.
c) Berdo’a kepada Allah agar diberikan taufiq dalam menuntut ilmu.

33
Asy ari, Pendidikan Agama Islam I (Semarang: Aneka Ilmu,Anggota IKAPI, 2007),
hal. 126.

20
d) Bersemangat untuk bersafari dalam menuntut ilmu.
e) Menghadiri halaqah-halaqah ilmu semampunya.
f) Jika seseorang terlambat dalam menghadiri majlis ilmu, maka lebih baik
baginya untuk tidak mengucapkan salam jika hal tersebut bisa
mengganggu perjalanan majlis tersebut. Namun jika tidak memberikan
pengaruh apapun maka mengucapkan salam adalah sunnah.34
g) Diriwayatkan dari Imam Ahmad rahimhullah bahwa seorang lelaki
bertanya kepadanya: “Aku ingin menuntut ilmu tapi ibuku mencegahku
untuk mewujudkan keinginanku, dia ingin agar aku menyibukkan diri
dengan berdagang. Beliau menjawab: “Hendaklah dia tetap tinggal di
rumahnya, dan di kampung halamannya, serta janganlah kamu
meninggalkan menuntut ilmu”.
h) Ibnul Jauzi berkata: Dan pada saat seorang penuntut ilmu tidak
memahami suatu pelajaran, hendaklah dia bersabar sampai gurunya
tersebut berhenti berbicara, lalu barulah bertanya kepada syekh dengan
beradab dan cara yang lembut serta tidak memotong penjelasan gurunya
saat berbicara.
i) Beradab dalam mengajukan pertanyaan kepada guru, maka hendaklah
seseorang tidak bertanya dengan pertanyaan yang sengaja dibuat-buat
dan dipaksakan, atau mengajukan pertanyaan yang telah diketahui
jawabannya dengan tujuan menyingkap kelemahan guru atau untuk
menampakkan kemampuan diri yang telah mengetahui masalah tersebut,
atau bertanya dengan suatu pertanyaan yang tidak terjadi. Para ulama
salaf mencela perbuatan seperti ini yaitu jika seseorang mengajukan
pertanyaan yang dipaksakan.
3. Adab Penuntut Ilmu terhadap Dirinya Sendiri
a) Menyucikan hati dari segala sifat-sifat tercela, agar mudah menyerap
ilmu.
b) Meluruskan niat dalam mencari ilmu, yakni ikhlas hanya karena ingin
mendapat ridha Allah.
c) Menghargai waktu, dengan cara mencurahkan segala perhatian untuk
urusan ilmu.
34
Seperti yang diungkapkan oleh Syaekh Utsaimin rahimahullah. (Fatawa Islamiyah
1/175).

21
d) Memiliki sifat qana’ah dalam kehidupannya, dengan menerima apa
adanya dalam urusan makan dan pakaian, serta sabar dalam kondisi
kekurangan.
e) Membuat jadwal kegiatan harian secara teratur, sehingga alokasi waktu
yang dihabiskan jelas dan tidak terbuang sia-sia.
f) Hendaknya memperhatikan makanan yang dikonsumsi, harus dari yang
halal dan tidak terlalu kenyang sehingga tidak berlebih-lebihan. Karena,
makanan haram dan mengkonsumsi berlebihan menyebabkan terhalang
dari ilmu.
g) Bersifat wara’, yaitu menjaga diri dari segala sifatnya syubhat dan
syahwat hawa nafsu.
h) Menghindari diri dari segala makanan yang dapat menyebabkan
kebodohan dan lemahnya hafalan, seperti apel, asam, dan cuka.
i) Mengurangi waktu tidur, karena terlalu banyak tidur dapat menyia-
nyiakan usia dan terhalang dari faedah.
j) Menjaga pergaulan, yaitu hanya bergaul dengan orang-orang saleh yang
memiliki antusias dan cita-cita tinggi dalam ilmu, dan meninggalkan
pergaulan dengan orang yang buruk akhlaknya, karena hal itu berdampak
buruk terhadap perkembangan ilmunya.35
4. Adab Murid Kepada Guru
Komitmen seorang murid tidak cukup hanya sekedar belajar dan
beramal, tetapi juga diharuskan menjaga tata krama dan loyalitas kepada guru
agar ilmu yang didapat itu diberkati. Dari sekian banyak tata aturan dan pola
hubungan dalam tarekat, dapat dirumuskan dalam beberapa hal yang penting,
antara lain:
a. Ketaatan dan kepatuhan kepada guru secara utuh, baik sewaktu berada
di lingkungan ribath maupun di tempat lain.
b. Menjaga dan mengawal kehormatan guru, baik sedang berhadapan
maupun berjauhan, semasa guru hidup maupun sudah meninggalnya.
c. Murid dilarang membantah ajaran guru walaupun bertentangan
dengan pendapatnya. Apa ajaran guru harus diikuti.36
35
Al_attas, konsep pendidikan dalam islam, Bandung; Mizan, 1984 hlm. 80-87
36
Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 269-270.

22
Dalam proses belajar-mengajar tentunya tidak lepas dari
adanya interaksi murid kepada guru. Interaksi tersebut tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu yaitu di mana pun dan kapan pun ketika antara
murid dengan guru saling bertemu. Dengan menampakkan perilaku
atau adab yang baik kepada guru, seorang murid telah dapat
mengamalkan isi dari kitab Adāb al- „Alim wa al-Muta‟allim. Di
mana kitab tersebut adalah kitab yang mengajarkan prinsip-prinsip
adab atau etika dalam menuntut ilmu.

Seorang pelajar hendaknya patuh kepada gurunya serta tidak


membelot dari pendapat (perintah dan anjurananjurannya). Bahkan
idealnya sikap pelajar kepada gurunya adalah laksana sikap seorang pasien
kepada seorang dokter ahli yang menangani (penyakit) nya. Oleh karena
itu, hendaknya selalu meminta saran terlebih dahulu kepada sang guru atas
apapun yang akan ia lakukan serta berusaha mendapatkan restunya.
Sesungguhnya kehinaan seorang pelajar di hadapan gurunya justru
merupakan suatu kemuliaan. Ketundukannya adalah suatu kebanggaan.
Dan kerendahan hati terhadapnya adalah suatu keluhuran.37
Sebagai wujud penghormatan seorang pelajar kepada guru, di
antaranya, adalah tidak memanggil gurunya dengan panggilan “kamu,”
“Anda”, dan lain sebagainya, termasuk panggilan langsung nama gurunya
itu. Apabila ia hendak memanggil gurnya, seyogyanya ia memanggil
dengan menggunakan sebutan “Ya Sayyidi (wahai Tuanku),” “Ya Ustadzi
(wahai Guruku)”, dan sejenisnya. Hal yang demikian itu demi
mengagungkan kedudukan seorang guru.38 Kesuksesan cita-cita seseorang
disebabkan ia sangat mengagungkan ilmu, ulama dan guru serta
memuliakan dan menghormatinya. Sebaliknya kegagalan seseorang dalam
belajar itu karena tidak mau mengagungkan, memuliakan dan
menghormatinya, bahkan meremehkannya.
5. Tanggung Jawab Guru Terhadap Murid
Salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran
di kelas adalah guru. Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan
37
Mohamad Kholil, Etika Pendidkan Islam Petuah KH.M.Hasyim Asy‟ari untuk Para
Guru (Kyai) dan Murid (Santri),hlm. 28-29.
38
Ibid., hlm. 29-30.

23
mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan peranan aktif (medium) antara
pesta didik dengan ilmu pengetahuan. Mengenai tugas guru, ahli-ahli
pendidikan Islam juga ahli pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas guru
ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian
dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan
dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain-
lain.    Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggungjawab yang
harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas
tersebut identik dengan dakwah islamiyah yang bertujuan mengajak umat
Islam untuk berbuat baik. Di dalam Al-Qur’an Ali Imran ayat 104 Allah
berfirman:
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Profesi seorang guru juga dapat di katakan sebagai penolong orang


lain, karena dia menyampaikan hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran Islam
agar orang lain dapat melakasanakan ajaran Islam. Dengan demikian akan
tertolonglah orang lain dalam memahamin ajaran Islam. Musthafa Al-Maraghi
mengatakan ”Orang yang diajak bicara dalam hal ini adalah umat yang
mengajak kepada kebaikkan, yang mempunyai dua tugas, yaitu menyuruh
berbuat baik dan melarang berbuat mungkar”,39 Dalam tafsir Al-Azhar,
diterangkan bahwa: “Suatu umat yang menyediakan dirinya untuk mengajak
atau menyeru manusia berbuat kebaikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf
yaitu, yang patut, pantas, sopan, dan mencegah dari yang mungkar.40

39
Ahmad Al-Musthafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Juz IV, (Semarang:
Toha Putra, 1986, hlm. 31
40
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz IV, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 31

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologi) akhlak ialah bentuk jama’ dari Khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, kesusilaan, sopan santun, tata krama
dan tabiat.
Secara etimologi akhlak mahmudah adalah akhlak yang terpuji, sedangkan
akhlak mazmumah adalah akhlak yang tercela.
Adapun jenis-jenis akhlak mahmudah menurut Jabir antara lain: jujur,
sabar, ikhlas, menepati janji, dermawan.
Akhlak madzmumah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu maksiat lahir
dan maksiat batin.Maksiat lahir adalah segala sifat yang tercela yang dikerjakan
oleh anggota lahir seperti tangan,mulut, mata, telinga dan sebagainya.Sedangkan
maksiat batin adalah segala sifat yang tercela yang diperbuatoleh anggota batin,
yaitu hati.
Adapun pembagian akhlak terdiri dari: akhlak kepada allah, akhlak kepada
rasulullah, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada diri sendiri, akhlak dalam
belajar.

B. Saran
Dalam hidup didunia ini kita harus menghiasi diri dengan sifat-sifat yang
mahmudah (terpuji), Seseorang yang memiliki sifat terpuji akan disayangi orang
sehingga banyak teman. Namun sebaliknya jika kita menghiasi diri dengan sifat-
sifat yang mazmumah (tercela), maka kita akan dijauhi oleh banyak orang.

25
DAFTAR PUSTAKA

Al Ghazali, Imam. Ihya Ulumuddin, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011).

Al_attas, konsep pendidikan dalam islam, Bandung; Mizan, 1984.

Al-Musthafa, Al-Maraghi dan Ahmad. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Juz IV,


(Semarang: Toha Putra, 1986.
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Surakarta: Pustaka Al-Hanan, 2009).

Ardani , Moh. Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005).

Asy ari, Pendidikan Agama Islam I,(Semarang: Aneka Ilmu,Anggota IKAPI,


2007).

Azra, Azyumardi. Ensiklopedi Islam, Cetakan. K-9, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve, 2001).

Habibah, Syarifah. JURNALPESONA DASAR, Oktober2015.

Hamka. Tafsir Al-Azhar, Juz IV, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1983).

Hawi, Akmal. Materi Akhlak, (Palembang: Rafah press, 2014).

Hidayat, Saerodjie dan Abdul. Terapi Terhadap 15 Penyakit Hati, Jakarta:


Penerbit Paramarta, 2001.

Idris, Manan, DKK. Reorientasi Pendidikan Islam , (Pasuruan: Hilal Pustaka,


2006).

Kholil, Mohamad. Etika Pendidkan Islam Petuah KH.M.Hasyim Asy‟ari untuk


Para Guru (Kyai) dan Murid (Santri).

Munir, Amin dan Samsul. Ilmu Akhlak, (Jakarta: AMZAH, 2016).

Mustofa. Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010).

Siregar, Rivay Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002).

Subaiti, Musa. Akhlak Keluarga Muhammad SAW, (Jakarta: PT. Lentera


Basritama, 2003).

Sulastri, Siti. Siswa Berakhlak Mulia Raih Prestasi, (Semarang: PT. Sindur Press,
2008).

Umar, Ismail dan Asep. tasawuf, (jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN
Jakarta,2005).

26
Wiyadi, Membina Aqidah dan Akhlaq (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2009).

27

Anda mungkin juga menyukai