BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Akhlak
dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang memiliki arti perangai (as-
din).1
dari sisi bahasa kata al-Khalaq (fisik) dan al-Khuluq (akhlak) adalah dua
kata yang sering dipakai secara bersamaan. Karena manusia terdiri dari
dua unsur fisik dan non-fisik. Unsur fisik dapat dilihat oleh mata kepala,
Qur’an, yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal dari kata itu yaitu
1
Ulil Amri Syarif. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Press.
Hlm: 72.
2
Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. Akhlak Mulia,Terj. Abdul Hayyi al-Kattienie dengan judul asli
al-Tarbiyah al-Khuluqiyah. Jakarta: Gema Insani Press. Hlm: 28
3
M. Quraish Shihab. 2004. Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Ummat, Bandung: Mizan. Hlm:253
12
13
اﳕﺎ ﺑﻌﺜﺖ ﻷ ﲤﻢ ﺻﺎﱀ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ: ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة ﻗﺎل
4
()رواﻩ اﲪﺪ.اﻻﺧﻼق
Artinya: “Dari Abi Hurairoh berkata, Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya Aku hanya diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.” (H.R. Ahmad)
segi-segi persesuaian dengan kata kholqun yang berarti kejadian serta erat
lama).6
4
Al Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Juz II, (Beirut : Darul Kutub al Ilmiyah, t.th.), hlm. 504
5
Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Hlm: 5.
6
Mahjuddin. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia. Hlm: 3
14
adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
1) Tabiat, yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa
2) Adat, yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan,
yang diupayakan hingga menjadi adat. Kata akhlak juga dapat berarti
7
Ibid. hlm: 4
8
Ali Abdul Halim Mahmud. Akhlak Mulia. Op.Cit. hlm. 34
9
M. Furqon Hidayatulloh. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta:
Yuma Pressindo. Hlm: 11
15
dengan ajaran dan sumber Islam tersebut yaitu wahyu. Sikap dan penilaian
antaranya:10
a. Bersifat universal.
masyarakat.
d. Tolak ukur tidak saja ditentukan dengan realita perbuatan tapi juga di
f. Akhlak islami selalu memandang manusia sebagai insan yang terdiri dari
10
Ulil Amri Syarif, Pendidikan, Op.Cit. hlm: 74-76
16
berbuat baik dan mencegah perbuatan yang tidak baik dalam hubungannya
dengan sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di
dunia. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran Islam yang berpedoman
terbagi menjadi dua bagian. Pertama, akhlak baik yang dinamakan akhlak
akhlak yang baik dan benar menurut syari’at islam. Kedua, akhlak
mamdudah adalah akhlak tercela dan tidak benar menurut syari’at islam. 11
Dilihat dari ruang lingkupnya, akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian,
yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah SWT) dan akhlak terhadap makhluq
filusuf dan ajaran Islam, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah segala
sesuatu yang telah tertanam kuat atau terparti dalam diri seseorang, yang
dengan reflek dan spontan tanpa difikirkan terlebih dahulu. Jika sifat yang
11
Ibid. Hlm: 73
17
dan syari’at- maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan
suatu kondisi atau sifat yang telah meresap ke dalam jiwa dan menjadi
dan pemikiran.
Hal ini sesuai dengan al-Qur’an surat asy-Syams ayat 8-10 yang
manusia.
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya”.
Tafsir Surat as-Syams ayat 8, 9 dan 10, yaitu bahwa setiap diri
manusia memiliki dua potensi; potensi untuk berbuat buruk dan potensi
berbuat baik atau bertakwa kepada Allah. Lalu kenapa Allah ta’ala
Diri ini harus dibersihkan dari penyakit hati; sombong, dengki, iri, ujub,
diri lupa kepada Allah, dari gambar yang haram, patung dan sebagainya,
agar diri kita selalu condong kepada kebaikan. Disucikanlah diri kita
ditempat mana saja kita berada, baik di kantor, mall, jalan, perpustakaan,
maka rugi tersebut pasti benar dan kerugian itu pasti besar. Rugilah orang
dendam, barang yang haram, ghibah, zina, narkoba, maka mereka adalah
2. Etika
ethos dan ethikos, ethos yang berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat
yang baik. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan
yang baik. Kata “etika” dibedakan dengan kata “etik” dan “etiket”. Kata
etik berarti kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Adapun kata etiket berarti tata cara atau adat, sopan santun
12
Ibnu Katsir. 2003. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor : Pustaka Imam Syafi’i. jilid. 7
19
pengertian etika berubah, seperti sekarang. Etika ialah suatu ilmu yang
dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai buruk dengan
pikiran.15
dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah
3. Karakter
khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
13
Abd Haris. 2007. Pengantar Etika Islam. Sidoarjo: Al-Afkar. Hlm: 3.
14
Ibid. hlm. 3
15
IstighfaroturRahmaniyah. 2010. Pendidikan Etika Konsep Jiwa dan Etika Prespektif Ibnu
Maskawaih. Malang: Aditya Media. Hlm: 58
16
Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan.
Hlm: 6
20
bijaksana dan kumpulan orang yang berakal sehat yang ada dalam
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
positif. Hal ini sejalan firman Allah SWT dalam Surat al-Qalam ayat 4
yang berbunyi:
17
Lickona, Thomas. 1991. Educating For Character. Terjemahan Dari Juma Abdu Wamaungo,-.
Jakarta: Bumi Aksara, hlm, 81.
18
Fathurrohman., Suryana, DKK. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika-
Aditama, hlm, 18.
21
banyak tenaga pendidik tidak memahami apa itu soft skill dan bagaimana
kasat mata namun tetap bias dirasakan. Akibat yang biasa dirasakan adalah
setiap orang tidak sama sehingga mengakibatkan tingkatan soft skill yang
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti, nilai-nilai yang unik dan baik yang
seseorang dengan yang lain. Nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian
19
Fathurrahman., Suryana, DKK. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT. -
Refika Aditama.
20
Taufik, Imam. 2010. Kamua Bahasa Indonesia. Jakarta: Ganesa Exact, hlm, 618.
22
sebagai tahun nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata kehidupan baik.
pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok
atau bangsa.21
stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang. 23 Dapat
dimaknai bahwa dari karakter seseorang akan lebih mudah diketahui dan
dikenal.
21
Samani, Muchlas; Haryanto. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,-
hlm, 42.
22
Ibid, hlm, 43.
23
Adisusilo, J.R ., Sutarjo. 2013. Pembelajaran Nilai – Karakter . Jakarta PT Raja Grafindo-
Persada, hlm, 76.
23
tidak sehat. Yang termasuk karakter sehat adalah afiliasi tinggi, power
sehat adalah karakter yang bermanfaat baik bagi pribadi maupun yang lain.
Sedang karakter yang tidak sehat adalah karakter dapat merusak baik diri
yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di dunia yang bersumber
yang ada di masyarakat yang mencakup tata krama, budaya dan adat
24
Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah Membangun Karakter Dan Kepribadian
Anak. Bandung: CV Yrama Widya, hlm, 1-3.
24
nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan
nasional.
B. Pendidikan Karakter
tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
25
Samani, Muchlas; Haryanto. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
hlm: 46
26
Fathurrohman., Suryana, DKK. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT .Refika
Aditama, hlm, 15-16.
25
para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah
bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental
27
Op.cit. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, hlm, 44.
26
orang lain”.28
secara luas atau secara sempit.31 Menurut Scerenko dalam Samani dan
28
Ibid. Pendidikan Karakter. hlm, 44.
29
Ibid, hlm: 44.
30
Ibid, hlm: 45.
31
Ibid
27
Pendapat di atas dapat dipahami adanya dua hal, pertama pendidikan karakter
karakter pada peserta didik. Kedua adanya tujuan agar peserta didik
terpengaruh dan mengikuti apa yang menjadi harapan dan keinginan guru
32
Ibid
33
Fathurrohman., Suryana, DKK. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Refika Aditama. hlm: 16.
34
Samani, Muchlas; Haryanto. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
hlm, 46.
28
untuk menjadi manusia sutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,
layak atau tidak layak disebut manusia.35 Pendidikan karakter tidak dapat
sosial.36
baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
diajarkan pada peserta didik, yaitu (1) cinta tuhan dan segenap ciptaan-Nya
hormat dan santun (5) dermawan, suka menolong, dan gotong royong (6).
percaya diri, kreatif, dan pekerja keras (7) kepemimpinan dan keadilan (8)
35
Ahmad Tafsir. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011. Hlm: iv
36
Majid merujuk kepada jurnal internasional: The Journal of Moral Education,
volume 36 tahun2007, yang mengangkat pokok bahasan nilai-nilai ajaran Islam.
hlm: 58
29
baik dan rendah hati (9) toleransi, kedamaian dan kesatuan. 37 pendidikan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sekolah maknanya bahwa pendidikan karakter baru dan efektif jika tidak
hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non pendidik di
dengan multi suku, multi ras, multi bahasa, multi adat, dan tradisi.Untuk
37
Megawangi, Ratna. 2007. Pendidikan Karakter. Bogor: Heritage Foundation, hlm, 93.
30
harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif. 38
beramal, tawakal, dan senantiasa bersyukur atas apa pun yang telah
seseorang.
38
Samani, Muchlas; Haryanto. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, -
hlm, 22-24.
39
Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah Membangun Karakter Dan Kepribadian -
Anak. Bandung: CV Yrama Widya, hlm, 53.
31
warga Negara yang baik, adil dan beradab pada gilirannya karakter
40
Fathurrahman., Suryana, DKK. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT . -
Refika Aditama, hlm, 45.
41
Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah Membangun Karakter Dan Kepribadian -
Anak. Bandung: CV Yrama Widya, hlm, 41.
32
cinta tanah air dan bansa Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
dari sikap dan perilakunya yang senantiasa dilandasi nilai dan semangat
42
Fathurrahman., Suryana, DKK. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT. -
Refika Aditama.
43
Komalasari, Kokom. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMP / MTS Kelas 1x .Jakarta:-
PT .Perca, hlm, 42.
44
Ibid, hlm, 42.
33
orang lain, tidak boros, tidak bergaya hidup mewah, suka bekerja keras,
45
Muslich : Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional-.
Jakarta: Bumi Aksara, hlm, 65.
34
dan pekerjaan.
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
46
Muslich :Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional-
Jakarta: Bumi Aksara, hal, 91.
47
Samani, Muchlas; Haryanto. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, -
hlm,, 76.
35
i. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
politik bangsa.
q. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
bahwa manajemen sebagai proses kerja sama melalui orang-orang lain atau
sebegai suatu bidang ilmu pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk
sebagai seni untuk mendapat segala sesuatu dilakukan melalui orang lain . 51
48
Nurdin, Diding. 2009. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian ii: Ilmu Pendidikan Praktis -.
Bandung : PT Imperial Bhakti Utama, hlm, 225.
49
Ali, Eko, Maulana 2012, Kepemimpinan Transformasional Dalam Birokrasi-
Pemerintahan.Bandung : PT .Multicerdas Publising, hlm, 183.
50
Hidayat, Ara: Machali, Imam. 2012. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Kaukaba, hlm, 70.
51
Wibowo. 2012. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm,19.
38
ditetapkan.53
Hidayat dan Machali terdapat titik temu dari para tokoh dalam
organisasi melalui orang lain dan sumber daya organisasi yang lain dengan
1. Fungsi Perencanaan
kondisi di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang
52
Ibid, hlm, 33.
53
Mutohar, Prim, Masrokan. 2013. Manajemen Mutu Sekolah . Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hlm,
33.
54
Hidayat, Ara: Machali, Imam. 2012. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Kaukaba, hlm, 17.
39
2. Fungsi Pengorganisasian
organisasi yang tepat dan tangguh, system dan lingkungan organisasi yang
organisasi.
3. Fungsi Penggerak
55
Hidayat, Ara: Machali, Imam. 2012. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Kaukaba, hlm, 41.
56
Ibid, hlm. 42.
40
4. Fungsi Pengawasan
57
Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarata. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm, 45.
58
Rohiat.2010. Manajemen Sekolah TeoriI Dasar dan Praktik. Bandung: Aditama, hlm, 63.
59
Mutohar, Prim, Masrokan. 2013. Manajemen Mutu Sekolah . Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hlm,
88.
60
Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarata. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm, 5.
41
Secara teoretis ada dua desain (model) yang ditawarkan banyak pihak
dan budaya satuan pendidikan. Oleh karena itu pendidik dan satuan
61
Mutohar, Prim, Masrokan. 2013. Manajemen Mutu Sekolah . Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hlm,
34.
62
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hlm. 269
42
sebagai milik peserta didik dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap,
guru dan siswa, sebab hal-hal yang terkandung dalam pendidikan karakter
keseharian pembelajaran yang sudah berjalan di sekolah. Hal ini juga yang
Kab. Jepara.
63
Kemendiknas. Desain Induk Pendidikan Karakter. Hlm: 11.
43
terbentuk dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh
peserta didik. Penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondisif
terbentuk penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif yang
pemahaman akan manfaat dan tujuannya yang membuat peserta didik akan
unsur-unsur pendidikan.
64
Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarata. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm, 10.
44
1. Kebijakan
65
Jones, James, J.: Walters, Donald, l. 2008. Human Resource Manajement In Education-.
Yogyakarta: Q-Media, hlm, 443.
66
Komalasari, Kokom. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMP / MTS Kelas 1x .Jakarta:-
PT .Perc, hlm, 52.
45
2. Tindakan
bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan tujuan yang telah
b. Dewan Guru
67
Sa’ud, Udin, Syaefudin; Makmun, Abin, Syamsudin. 2006. Perencanaan Pendidikan. Bandung:-
: PT Remaja Rosda Karya, hal 70.
68
Nurdin, Diding. 2009. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian ii: Ilmu Pendidikan Praktis-.
Bandung : PT Imperial Bhakti Utama, hal, 73.
46
c. Peserta Didik
Karakter
menekankan dengan high standard, antara lain mencakup kerja sama, kerja
cerdas, dan kerja ikhlas, serta memegang teguh disiplin dan harus dijadikan
saja tetapi di luar jam pelajaran baik dalam kegiatan ekstrakurikuler atau
nilai karakter melalui kedisiplinan juga kegiatan yang lain misalnya melalui
dalam ekstrakulikuler.
mencakup kerja sama, kerja cerdas, dan kerja ikhlas, serta memegang teguh
71
Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarata. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hal,43.
72
Fathurrahman., Suryana, DKK. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT. -
Refika Aditama, hal, 3.
48
Sosialisasi ini penting karena agar seluruh warga sekolah mengenal dan
memahami visi dan misi sekolah serta pendidikan karakter yang akan
tertib di tunjang dengan optimis dan harapan yang tinggi dari seluruh
warga sekolah, serta kegiatan yang berpusat pada peserta didik (student
73
Mutohar, Prim, Masrokan. 2013. Manajemen Mutu Sekolah . Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hlm,
17.
74
Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, hlm,-
55.
49
dukungan fasilitas dan sumber belajar yang memadai, agar kurikulum yang
tanpa paksaan.
75
Nurdin, Diding. 2009. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian ii: Ilmu Pendidikan Praktis,-
Bandung : PT Imperial Bhakti Utama, hlm, 20.
76
Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarata. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm, 27.
50
yakni: pembinaan mental, moral, fisik dan arsitik.77 Kepala sekolah yang
karakter menekankan pada aspek sikap, nilai dan watak peserta didik
77
Muslich :Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.
Jakarta: Bumi Aksara, hlm, 53.
78
Komalasari, Kokom. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMP / MTS Kelas 1x .Jakarta:-
PT .Perca, hlm, 65.
51
H. Kerangka Pikir
sekolah.
79
Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah Membangun Karakter Dan Kepribadian-
Anak. Bandung: CV Yrama Widya, hlm, 30.
52
Penentuan Perancangan
Perencanaan Pendidikan Karakter
Karakter Program
baik kepada warga sekolah maupun orang tua siswa. Pelaksanaan pendidikan
karakter dalam kultur sekolah yaitu berupa penanaman nilai karakter pada
tersebut diciptakan dalam suatu kondisi yang dirancang secara sengaja dalam
kesehatan fisik, perilaku pro sosial, dan input penting bagi pembangunan
kenakalan remaja dan penyakit masyarakat yang lain. Hal ini terjadi karena
dalam diri siswa telah tertanam nilai-nilai yang baik sehingga akan
berpengaruh pada perilaku yang baik kaitan dengan Tuhan, diri sendiri dan
masyarakat.
80
Muslich : Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.
Jakarta: Bumi Aksara, hlm, 82.
81
Megawangi, Ratna. 2007. Pendidikan Karakter. Bogor: Heritage Foundation, hlm, 37.
55
J. Kajian Pustaka
penelitian yang baru, tetapi kajian ini merupakan sebuah pendalaman atau
moral, dan pendidikan budi pekerti. Berdasarkan hal ini maka ada beberapa
karya dan penelitian yang memiliki tema sama atau mirip dengan kajian yang
terdapat dalam classic fairy tales fersi bahasa inggris dan indonesia.
dalam lima puluh classic fairy tales yang ditulis oleh empat orang penulis
terkait antara manusia dengan diri sendiri dan manusia dengan sesama
classic fairy tales terdiri dari dua bentuk yaitu teknik langsung dan teknik
disampaikan dalam lima puluh clssic fairy tales versi bahasa inggris dan
kedalam tiga tipe. Ketiga tipe tersebut adalah sebagai berikut: 1) Aspek
pendidikan karakter dalam lima puluh clssic fairy tales versi bahasa inggris
dalam lima puluh clssic fairy tales versi bahasa inggris dan indonesia
ketiga tipe tersebut, tipe yang sering muncul adalah tipe pertama, yaitu
Aspek pendidikan karakter dalam lima puluh clssic fairy tales versi bahasa
82
Afifah Al-Rosyidah, “Pendidikan Karakter pada Classic Fairy Tales“, (Tesis-Program
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2013)
57
pendidikan karakter tidak melalui ujian tertulis, tetapi melalui retret atau
gladi rohani dan kristalisasi pada siswa tentang profil siswa. Faktor
perubahan zaman.83
83
Prihartoyo Rimawan Yustinus: “Manajemen Pendidikan Karakter di SMA De Britto
Yogyakarta“. (Tesis-Program pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013)
58
Semarang melalui tiga cara, yakni mata pelajaran, pengembangan diri, dan
peserta didik yang ada di MTs N Jatinom Klaten. Penelitian ini merupaka
84
Hery Nugroho: “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 3 Semarang“, (Tesis-Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang, 2012).
59
kelas yang dilakukan oleh guru atau siswa dengan cara mengamati prilaku
yang efektif.85
umum. Berbeda dengan penelitian ini, yang secara khusus membahas tentang
86
Istiningtyas Rahayu: “Penanaman Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Budaya di
SMP Negeri 1 Tasikmadu Kabupaten Karanganyar“, (Tesis. Program pascasarjana, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2014.