Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya
suatu masyarakat tergantung bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik,
maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah
lahir dan batinnya.
Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik
akan membuat seseorang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang
tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban-
kewajibannya. Dia melakukan kewajiban kepada dirinya sendiri, terhadap Tuhan,
terhadap makhluk lain dan sesama manusia.

Sedangkan tasawuf dapat dikatakan sebagai suatu revolusi spiritual. Tidak


seperti dimensi keagamaan lainnya, tasawuf akan selalu memperbaharui dan
menyemai kekosongan jiwa manusia. Hati menjadi penopang kehidupan di dunia
ini. Para sufi adalah orang yang kaya akan hati, tetapi tidak pasif terhadap
kenyataan hidup. Kehidupan dunia bagi sufi adalah fakta yang tidak dapat
diingkari. Mereka menghadapinya secara realistis. Kedekatan sufi dengan Allah ,
membuat percaya diri dan optimis. Semangat mereka dalam beraktivitas selalu
menyala, sebab semua yang dilakukan bertujuan mencari ridha Allah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman yang Dimaksud dengan Akhlak?
2. Apa Saja Ruang Lingkup Akhlak?
3. Apa Saja Jenis Akhlak Baik dan Buruk?
4. Apa Saja Aspek Aspek Yang Memengaruhi Akhlak?
5. Bagaiman yang Dimaksud dengan Tasawuf?
6. Bagaimana Tasawuf dan Agama Islam?
7. Bagaimana Hubungan Akhlak dengan Tasawuf?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak
yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi
(peristilahan). Dari sudut kebahasaan akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa,
yang berarti kelakuan, watak dasar, kebiasaan, peradaban yang baik,agama.1
Pengertian akhlak dari sudut kebahasaan ini dapat membantu kita dalam
menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah. Akhlak diartikan sebagai
perbuatan diri yang tertampak pada lahir/fisik. Para ahli berbeda pendapat namun
intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat para ahli tersebut
dikimpulkan sebagai berikut:

1. Abdul Hamid mengatakan akhlak adalah ilmu tetntang keutamaan yang


harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan
kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga
jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.

2. Ibrahim Anis mengatakan akhlak adalah ilmu yang objeknya membahas


nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan
dengan baik dan buruknya.

3. Menurut Ahmad Amin akhlak ialah keiasaan baik dan buruk. Contoh
apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlaqul
karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah.

4. Soegrada Poerbakawatja berpendapat bahwa akhlak yaitu budi pekerti,


kesusilaan, watak, serta kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap
jiwa yang benar terhadap kholiqnya dan terhadap sesama.2

1
?
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), hal 1.
2
M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an (Jakarta:Sinar Grafika
Offset,2007), hal 3

2
B. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang
perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan
tersebut tergolong perbuatan yang baik atau pebuatan yang buruk. Ilmu akhlak
dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal
tingkah laku manusia kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan
tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk.
Dengan demikian, obyek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma
atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan seseorang. Jika kita
katakan baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan adalah ukuran
normatif. Selanjutnya jika kita katakan sesuatu itu benar atau salah maka yang
demikian itu termsuk masalah hitungan atau akal pikiran.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah
perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah
baik atau buruk. Dalam hubungan ini, Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut :
Bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya
perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk.3
Pendapat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa objek pembahasan ilmu
akhlak adalah perbuatan manusia untuk selanjutnya diberikan penilaian apakah
baik atau buruk.

C. Akhlak Baik dan Buruk


Akhlak dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan,
kenikmatan yang dinilai positif oleh yang yang menginginkannya. Dikatakan
buruk apa yang dinilai sebaliknya. Jadi, nilai baik dan buruk akhlak bersifat
subjektif, karena tergantung pada individu yang menilainya.4
Tujuan dari setiap sesuatu walaupun berbeda-beda, semuanya bermuara
pada satu tujuan, yaitu baik dan bahagia, tujuan akhirnya sama.

Al Ghazali berpendapat bahawa sumber-sumber akhlak baik adalah :

3
?
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), hal 9.
4
M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an (Jakarta:Sinar Grafika
Offset,2007), hal 24

3
1. Kitab suci Al Qur’an

2. Sunah Nabi

3. Akal pikiran

Sedangkan menurut Abu A’la Al-Maududi berpendapat bahwa sumber nilai-


nilai akhlak islam itu terdiri dari :

1. Bimbingan Tuhan, sebagai sumber pokok. Imbingan Tuhan adalah al


Qur’an dan sunah Nabi Muhammad.

2. Pengalaman, rasio, dan intuisi manusia, sebagai sumber tambahan atau


sumber pembantu.5

Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar, yaitu akhlak karimah dan
akhlak madzmumah. Di samping istilah tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan
istilah munjiyat untuk akhlak mahmudah dan munhilat untuk akhlak
madzmumah. Di kalangan ahli tasawuf dikenal sistem pembinaan mental dengan
istilah takhali, tahalli, dan tajalli.
Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat
tercela, karena sifat itulah yang dapat mengotori jiwa manusia. Tahalli adalah
mengisi jiwa dengan sifat-sifat terpuji.
Jadi, dalam rangka pembinaan mental, penyucian jiwa hingga dapat berada
dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pembersihan jiwa
dari sifat-sifat yang tercela. Setelah itu, jiwa yang bersih diisi dengan sifat-sifat
yang terpuji, hingga akhirnya sampailah pada tingkat yang berikutnya yang
disebut dengan tajalli, yaitu tersingkapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur
Ilahi. Akhlak mahmudah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik.
Akhlak madzmumah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela.
Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik yang terpendam dalam
jiwa manusia. Demikian pula akhlak madzmumah dilahirkan oleh sifat-sifat yang

5
?
M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an (Jakarta:Sinar Grafika
Offset,2007), hal 25.

4
tercela. Oleh karena itu, sikap dan tingkah laku yang lahir merupakan cermin atau
gambaran dari sifat batin.6
Adapun sifat-sifat mahmudah itu adalah :
1. Al amanah (setia, juur, dapat dipercaya)
2. As sidqu (benar,jujur)
3. Al ‘adl (adil)
4. Al ‘afwu (pemaaf)
5. Al alifah (disenangi)
6. Al wafa’ (menepati janji)
7. Al haya’ (malu)
8. Ar rifqu (lemah lembut)
9. Anisatun (bermuka manis)
Adapun sifat-sifat madzmumah adalah sebagai berikut :
a. Ananiah (egois)
b. Al baghyu (melacur)
c. Al buhtan (dusta)
d. Al khianah (khianat)
e. Az aulmu (aniaya)
f. Al ghibah (mengumpat)
g. Al hasad (dengki)
h. Al kufran (mengingkari nikmat)
i. Ar riya’ (ingin dipuji)
j. An namimah (adu domba)

D. Aspek Aspek Yang Memengaruhi Akhlak


1. Tingkah Laku Manusia
Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam
perbuatan. Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau
tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari tetapi adanya kontradiksi antara sikap
dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara teoritis hal itu terjadi tetapi

6
?
M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an (Jakarta:Sinar Grafika
Offset,2007), hal 25.

5
dipandang dari sudut ajaran Islam termasuk iman yang tipis. Untuk melatih
akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari, ada contoh-contoh yang dapat
diterapkan sebagai berikut:
a. Akhlak yang berhubungan dengan Allah

b. Akhlak terhadap diri sendiri

c. Akhlak terhadap keluarga

d. Akhlak terhadap masyarakat

e. Akhlak terhadap alam sekitarnya

2. Insting dan Naluri


Menurut bahasa (etimologi) insting berarti kemampuan berbuat pada suatu
tujuan yang dibawa sejak lahir, merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan
nafsu, dan dorongan psikologis. Insting juga merupakan kesanggupan melakukan
hal yang kompleks tanpa dilihat sebelumnya, terarah kepada suatu tujuan yang
berarti bagi subjek tidak disadari langsung secara mekanis.
3. Pola Dasar Bawahan
Manusia memiliki sifat ingin tahu, karena dia datang ke dunia ini dengan
serba tidak tahu (la ta’lamuna syaian) . Apabila seorang mengetahui suatu hal dan
ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahui, bila diajarkan padanya maka ia
merasa sangat senang hatinya. Tingkat kesenangan itu dapat dibagi dua, yaitu:
a. Ladzdzat, yaitu kepuasan

b. Sa’adah, yaitu kebahagiaan

4. Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa Arab, yaitu nafsun yang artinya niat. Nafsu ialah
keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan amanah dan
sahwat yang ada pada manusia. Menurut Agus Sudjanto nafsu ialah hasrat yang
besar dan kuat, ia dapat memengaruhi seluruh fungsi jiwa. Hawa nafsu ini
bergerak dan berkuasa di dalam kesadaran. Nafsu memiliki kecenderungan dan
keinginan yang kuat, ia memengaruhi jiwa seseorang, inilah yang disebut hawa
nafsu.

6
5. Adat dan Kebiasaan
Adat menurut bahasa (etimologi) ialah aturan yang lazim diiukti sejak
dahulu. Biasa ialah kata dasar yang mendapat imbuhan ke-an, artinya boleh,
dapat atau sering. Menurut Nasraen, adat itu ialah suatu pandangan hidup yang
mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh, dan benar serta
mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.
6. Lingkungan
Lingkungan ialah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang
dapat berwujud berbeda-beda seperti air, udara, bumi, langit, dan matahari.
Berbentuk selain benda seperti insan, pribadi, kelompok, institusi, sistem,
undang-undang, dan adat kebiasaan. Lingkungan dapat memainkan peranan dan
pendorong terhadap perkembangan kecerdasan, sehingga manusia dapat
mencapai taraf yang setinggi-tingginya dan sebaliknya juga dapat merupakan
penghambat yang menyekat perkembangan, sehingga seorang tidak dapat
mengambil manfaat dari kecerdasan yang diwarisi.
7. Kehendak dan Takdir
Kehendak menurut bahasa (etimologi) ialah kemauan, keinginan, dan
harapan yang keras. Kehendak yaitu, fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu
yang merupakan kekuatn dari dalam hati, bertautan dengan pikiran dan perasaan.
Kehendak merupakan salah satu fungsi kejiwaan dari kekuatan aktivitas jiwa
dalam kelompok trikhotonomi yang dinamakan konasi. Suatu kekuatan yang
dapat melakukan gerakan, kekuatan yang timbul dari dalam diri manusia.
Melakukan suatu perbuatan yang diingini maupun dihindari itu dinamakan
kehendak.

E. Pengertian Tasawuf
1. Pengertian Tasawuf Secara Etimologis
Secara etimologi kata tasawuf berasal dari bahasa arab yaitu tashawwafa,
yatashawwafu, tashawwufan. Ulama berbeda pendapat dari mana asal usulnya.
Ada yang berpendapat dari kata shuf (bulu domba), shaff (barisan), shafa (jernih),
shuffah (serambi masjid Nabawi yang ditempati oleh sebagian besar sahabat
rosul).

7
Pemikiran maing-masing pihak itu, dilatarbelakangi oleh fenomena yang
ada pada diri para sufi. Secara etimologi, pengertian tasawuf dapat dimaknai
menjadi beberapa macam antar lain :
a. Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahl ash-
shuffah yang berarti sekelompok orang di masa rosululloh yang
banyak berdiam di serambi masjid dan mereka mengabdikan
hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Mereka adalah orang-
orang yang ikut pindah dengan rosululloh dari Mekah ke Madinah,
kehilangan harta, berada dalam keadaan miskin, serta tidak
mempunyai apapun. Mereka tinggal di masjid rosululloh dan duduk
di atas bangku batu dengan memakai pelana sebagai bantal.
b. Tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti suci. Kata shafa ini
berbentuk berarti sebagai nama orang bagi orang-orang yang bersih
dan suci. Jadi, maksudnya adalah mereka itu menyucikan dirinya di
hadapan Allah melalui latihan yang berat dan lama.
c. Tasawuf berasal dari kata shaff. Makna shaff ini dinisbahkan kepada
orang-orang yang ketika solat selalu berada di barisan terdepan.
Sebagaimana halnya solat di shaf pertama mendapat kemuliaan dan
pahala, maka orang-orang penganut tasawuf ini dimuliakan dan diberi
pahala oleh Allah.
d. Ada yang menisbahkan tasawuf berasal dari bahasa Yunani shopos.
Istilah tersebut disamakan maknanya dengan kata hikmah yang
berarti kebijaksanaan. Pendapat ini dikemukakan oleh Mirkas,
kemudian . diikuti oleh Jurji Zaidan dalam kitabnya adab Al Lughah
Al-’Arabiyah. Disebukan bahwa filsuf Yunani dahulu telah
memasukkan pemikirannya yang mengandung kebijaksanaan di
dalam buku-buku filsafat. Ia berpendapat bahwa istilah tasawuf tidak
ditentukan sebelum masa penerjemahan kitab-kitab yang berbahasa
Yunani ke dalam bahasa arab. Pendapat ini kemudian didukung oleh
Noul Dik yang mengatakan bahwa dalam penerjemahan dari bahasa
Yunani ke bahasa Arab terjadi proses asimilasi. Contoh orang arab

8
menerjemahkan huruf sin menjadi huruf shod seperti dalam kata
tasawuf menjadi tashawuf.
e. Tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti kain yang terbuat dari
bulu wol. Namun, kain wol yang dipakai adalah wol kasar bukan wol
halus sebagaimana kain wol sekarang. Memakai wol kasar pada
waktu itu adalah simbol kesederhanaan sebaliknya memakai sutera
adalah lawannya. Kain sutera dipakai oleh orang-orang bangsawan di
kalangan pemerintahan yang hidupnya mewah. Para penganut
tasawuf ini sederhana tetapai berhati mulia, menjauhi pakaian sutera
dan memakai wol kasar.
Dari 5 teori di atas tentang asal-usul kata tasawuf yang paling
banyak disetujui yaitu bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuf yang
berarti kain yang terbuat dari bulu wol.

2. Pengertian Tasawuf Secara Terminologi


Para ahli berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian tasawuf. Berikut
ini pendapat mereka :
a. Ma’ruf Al Karkh
Tasawuf menekankan hal-hal yang hakiki dan mengabaikan segala
apa yang ada pada makhluk.
b. Abu Hamzah
Tanda sufi yang benar adalah berpikir setelah ia kaya,
merendahkan diri setelah ia bermegah-megah dan menyembunyikan diri
setelah ia terkenal. Sementara itu, tanda sufi yang palsu adalah kaya
setelah ia berpikir, bermegah-megah setelah ia merendahkan diri, dan
tersohor setelah ia bersembunyi.
c. Al Junaedi
Tasawuf ialah membersihkan hati dari yang mengganggu
perasaan, berjuang menanggalkan pengaruh insting, memadamkan
kelemahan, menjauhi seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci
kerohanian, bergantung pada ilmu hakikat, memakai barang yang
penting dan lebih kekal, menaburkan nasehat kepada semua manusia,

9
memegang teguh janji Allah dalam hal hakikat, serta mengikuti contoh
rosululloh dalam hal syariat.
d. Ibnu Khaldu
Tasawuf semacam ilmu syariat yang timbul kemudian di dalam
agama. Asalnya adalah tekun beribadah, memutuskan pertalian terhadap
segala sesuatu kecuali Allah, hanya menghadapNya, dan menolak
perhiasan dunia. Selain itu, membenci perkara yang selalu memperdaya
orang banyak, sekaligus menjauhi kelezatan harta dan kemegahannya.
Tambahan pula tasawuf juga berarti menyendiri menuju jalan Tuhan
dalam khalwat dan ibadah.
Dari beberapa definisi yang desebutkan oleh pakar tasawuf, ada satu asas
yang disepakati yaitu tasawuf ialah moralitas yang berasaskan islam. Artinya
pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat islam, seluruh ajaran
islam, dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral.7

F. Tasawuf dan Agama Islam


Di tinjau dari segi sejarah dan perkembangannya bahwa gerakan tasawuf
ialah hal yang tidak dapat di pisahkan dengan segala perkembangan umat Islam.
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya tasawuf ini adalah bersumbeer dari Islam
itu sendiri, walaupun terdapat pengaruh dari unsur-unsur luar Islam.
Menurut Dr. Akhmad Fuad Al Ahwani pada mulanya antara filsafat, ilmu
kalam dan tasawuf adalah satu bukan berdiri sendiri seperti sekarang. Pada abad
ke-6 H filasafat mula-mula berpisah dengan ilmu kalam, disusul kemudian
berpisahnya filsafat dengan tasawuf. Pemisahan ini sangat mendasar karena
antara filsafat dengan tasawuf terdapat perbedaan metode dan objek pabila
filsafat melihat dengan mata rasio dan berjalan di atas jalur mujahadah,
musyahadah dan berbicara dengan lidah perasaan dan pengalaman. Kalau filosof
adalah orang yang mementingkan dalil pembuktian maka sufi orang yang
mementingkan perasaan dan intuisi.

Objek filsafat adalah mengetahui tentang hakikat sesuatu dari segala


macam baik fisika, matematika, atau metafisika dan termasuklah Allah SWT.
7
?
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf ,(Jakarta:Teruna Grafica,2012), hal.9.

10
Objek ini lebih di arahkan kepada penelitian terhadap alam semata sedang
masalah manusia di bahas dari segi akhlak dan politik. Objek tasawuf adalah
mengenal Allah baik dengan jalan syariah atau lewat ilham dan perasaan

G. Hubungan Akhlak dengan Tasawuf


Para ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf menjadi 3 bagian.
Yang pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki, dan yang ketiga tasawuf
amali. Ketiga tasawuf ini mempunyai tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan
memperbaiki diri dengan mengerjakan perbuatan terpuji. Dengan demikian dalam
proses mencapai tujuan tasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia.
Ketiga macam tasawuf ini berbeda dalam hal pendekatan yang digunakan. Dalam
tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akal pikiran
karena dalam tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang
terdapat di kalangan para filosof, seperti filsafat tentang Tuhan, manusia,
hubungan manusia dengan Tuhan dan lain sebagainya. Pada tasawuf akhlaki
pendekatan yang digunakan ialah pendekatan akhlak yang tahapnnya terdiri dari
dari takhalli (menjauhkan diri dari akhlak buruk), tahalli (menghiasnya dengan
akhlak terpuji) dan tajalli (terbukanya dinding penghalang atau hijab) yang
membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga cahaya Tuhan nampak jelas
padanya. Sedangkan tasawuf amali menggunakan pendekatan amaliyayah atau
wirid yang selanjutnya mengambil bentuk tarikat. Dengan mengamalkan tasawuf
baik yang bersifat falsafi, akhlaki, ataupun amaliya manusia dengan sendirinya
akan berakhlak baik. Perbuatan yang demikian itu, ia lakukan dengan sengaja,
sadar, pilihan sendiri, dan bukan karena tepaksa.
Hubungan antara akhlak dengan tasawuf lebih lanjut dapat kita ikuti uraian
dari Harun Nasution. Meurut beliau dalam mempelajari tasawuf ternyata pula
bahwa Al Qur’an dan Al Hadits mementingkan akhlak. Al Qur’an dan Al Hadits
menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan,
tolong menolong, keadilan, murah hati, memaafkan, sabar, baik sangka, berkata
benar, pemurah, suci hati, keberanian, keramahan, kesucian, hemat, menepati
janji, disiplin, mencintai ilmu, menghormati dan menghargai, serta berpikiran
lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh setiap muslim dan

11
dimasukkan ke dalam dirinya dari kecil serta diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa dalam tasawuf masalah ibadah
sangat menonjol, karena bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian
ibadah seperti solat, puasa, dzikir, haji, dan lain sebagainya yang semuanya itu
dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan
dalam bertasawuf itu ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan akhlak.
Dalam hal ini Harun Nasution mengatakan bahwa ibadah dalam islam erat
hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam al Qu’an dikaitkan
dengan takwa dan takwa berarti melaksanakan perintah Tuhan sera menjauhi
larangan-Nya yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tercela. Inilah
yang dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf nahi munkar, mengajak orang pada
kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang
bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution juga mengatakan
kaum sufilah terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada pembinaan
akhlak mulia dalam diri mereka. Dalam istilah sufi hal tersebut disebut dengan al-
takhalluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau bi
shifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat yang dimiliki Allah. 8

BAB III
PENUTUP
8
?
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), hal 17-19.

12
A. Kesimpulan
Akhlak adalah perbuatan diri yang tertampak pada lahir/fisik. Sedangkan
tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang
memerangi hawa nafsu. Keduanya saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.
Untuk mencapai tasawuf, seseorang harus memilikiakhlak yang baik. Hakikatnya
tasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti solat, puasa, zakat, dan lain
sebagainya, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf erat hubungannya dengan
akhlak. Ibadah itu erat hubungannya dengan pendidikan akhlak. Seseorang yang
memiliki akhlakul karimah (akhlak yang baik), dapat melakukan ibadah dengan
baik pula, begitu pula sebaliknya. Seseorang yang tidak tau akhlak mulian, akan
melakukan ibadah dengan buruk.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa didalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu demi pemahaman kita bersama, mari kita membaca dari
buku-buku lain yang bisa menambah ilmu dan pengetahuan kita tentang
Hubungan Akhlak dan Tasawuf dalam Islam, dan penulis sangat mengharapkan
kritik maupun saran yang sifatnya membangun, dari Dosen Pembimbing dan para
pembaca agar untuk berikutnya makalah ini bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Nata Abudin, Akhlak Tasawuf ,(Jakarta:Rajawali Pers, 2011).

13
Amin Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, (Jakarta:Teruna Grafica, 2012).
Abdullah Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an, (Jakarta:Sinar
Grafika Offset, 2007).

14

Anda mungkin juga menyukai