Anda di halaman 1dari 10

AKHLAN DAN BEBERAPA TINJAUAN TERHADAPNYA

Makalah ini Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akidah Khlak

Disusun Oleh
MARDIANTO (2131118)
TADRIAN (2131119)
NURUL FITRIAH (2131105)

Dosen Pengampu

Abdurrahman M,Ag

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH KELAS D

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan taufik dan
hidayah-Nya makalah yang berjudul “Akhlak dan Beberapa Tinjauan Terhadapnya” telah
diselesaikan penyusunannya.
Penyusunan makalah ini dapat terlaksana berkat adanya bimbingan dan arahan dari guru
kami  serta dukungan orang tua dan teman-teman, sehingga kami ucapkan banyak terima kasih
atas bantuan yang telah mereka berikan demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini semata-mata hanya untuk memenuhi tugas Akidah
akhlak, serta untuk memperluas pengetahuan kita tentang qada dan qadar di mana kita dapat
memahami apa yang disebut qada dan qadar. Dan berusaha mengimani dengan cara
melaksanakan ibadah, seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan, shalat sunnah dan sebagainya.
Perlu disadari bahwa Penyusunan makalah  ini masih dijumpai adanya kekurangan
ataupun kesalahan, maka sikap adaptif dan  responsive serta kritik saran sangat dibutuhkan guna
perbaikan dimasa yang akan datang.

Petaling, 2 desember 2021

Disusun Oleh Kelompok 8

                                      
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis dan teologis, akhlak dapat memandu perjalan hidup manusia agar selamat
di dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW. adalah
untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung
keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal
ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an kepada umat manusia, khususnya yang beriman
kepada Allah diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan
contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin
keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.
Kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan Syari’ah agama itu hanya dapat
terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan
tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, semua bukanlah
merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut. Timbulnya kesadaran akhlak dan
pendirian manusia terhadapnya adalah pangkalan yang menentukan corak hidup manusia. Etika,
moral dan susila adalah pola tindakan yang didasarkan nilai mutlak kebaikan. Dalam makalah ini
kami akan mencoba menguraikan secara jelas pengertian Akhlak, Etika, Moral dan Susila, serta
manfaat mempelajarinya.

B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Akhlak
B. Dasar Hukum Akhlak
C. Tujuan Akhlak
D. Pembagian Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Kata "akhlak" berasal dari bahasa arab yaitu " Al-Khulk " yang berarti tabeat, perangai, tingkah
laku, kebiasaan, kelakuan.  Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri
seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu
pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau
kelakuan. Sedangkan menurut para ahli, pengertian akhlak adalah sebagai berikut:

 Menurut Ibnu Maskawaih : Menurutnya akhlak ialah "hal li nnafsi daa'iyatun lahaa ila
af'aaliha min ghoiri fikrin walaa ruwiyatin" yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
 Menurut Abu Hamid Al Ghazali : Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang
darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa
memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu. 
 Menurut Ahmad bin Mushthafa : Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat
diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara
tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau nafsu.
 Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani : Akhlak merupakan sesuatu yang
sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir dan direnungkan.

Dalam Al-Qur'an surat Al-Qolam ayat 4 dikatakan bahwa "Dan sesungguhnya engkau


(Muhammad) berada diatas budi pekerti yang agung". Dan dalam sebuah haditspun dikatakan
bahwa " Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia". 

Sehingga jelas bagi umat Islam diseluruh alam berpatokan pada akhlaknya nabi Muhammad
SAW. Akhlak terpuji yang ada dalam diri Rasulullah SAW patut kita jadikan contoh dan suri
tauladan yang baik. Ada dua sumber yang harus dijadikan sebagai pegangan hidup yakni Al-
Qur'an dan As-Sunnah yang keduanyapun dijadikan sumber akhlak islamiyah. Jika manusia telah
berakhlakul karimah atau akhlak yang baik, mulia, terpuji InsyaAllah hidupnya akan jauh lebih
baik. 
B. Dasar hukum akhlak
Dalam islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik buruknya sifat seseorang itu
adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi SAW. Apa yang baik menurut Al-Quran dan As-
Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya,
apa yang buruk menurut Al-Quran dan As-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.  

Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia menjawab :


Artinya:
“Akhlak Rasulullah ialah Al-Quran”
Maksud perkataan ‘Aisyah adalah bahwa segala tingkah laku dan tindakan beliau, baik yang
lahir maupun batin senantiasa mengikuti petunjuk dari  Al-Quran. Al-Quran selalu
mengajarkan umat islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk.
Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh Al-Quran.  

Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam Al-Quran. Al-Quran
menjelaskan berbagai pendekatan yang melekatkan Al-Quran sebagai sumber pengetahuan
mengenai nilai dan akhlak yang paling terang dan jelas. Pendekatan Al-Quran dalam
menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoritikal, tetapi dalam bentuk
konseptual dan penghayatan. Akhlak yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam
perwatakan manusia, dalam sejarah, dan alam realita kehidupan manusia semasa Al-Quran
diturunkan.   

Al-Quran menggambarkan akidah orang-orang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan
gambaran kehidupan mereka yang tertib, adil, luhur, dan mulia. Berbanding dengan
perwatakan orang-orang kafir dan munafik yang jelek dan merusak. Gambaran mengenai
akhlak mulia dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia sepanjang sejarah. Al-
Quran juga menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan
murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran, dan
kemunafikan yang mencoba menggoyahkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras
kehidupan yang luhur dan murni itu.  

Terjemahan:
“Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu
banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah,  Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan dengan (kitab itu pula), Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke
jalan yang lurus. (Q.S.Al-Maidah (5) : 15-16) 

Pribadi Rasulullah SAW. Adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam
membentuk pribadi yang akhlakul karimah.
Terjemahan:
“sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”(Q.S. Al-Ahzab (33) : 21) 

C. Tujuan akhlak

1. akhlak bertujuan membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim
yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan
Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan.
2. Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan
oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-
pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan
manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh akhlak agar
manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
3. Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria
perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang
baik dan perbuatan yang buruk.
4. Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai
berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK
yang maju disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang Ia miliki itu akan
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang
memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan,
namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalah gunakan
yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
5. Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan
ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha
menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan
yang dapat membahyakan dirinya.( http://abiturohmansyah.blogspot.com )
6. Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan
makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram.
Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen
syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran mengalahkan
nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat
D. Pembagian akhlak
Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah menurut sudut pandang
Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi objeknya. Dari segi sifatnya, akhlak
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak
mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak
madzmumah.

 Akhlak Mahmudah

Yakni akhlak terpuji atau akhlak yang baik. Contohnya : pemaaf, sabar, ikhlas, menepati janji,
qonaah, jujur, penyayang, pemurah, baik hati, husnudzon dan lain sebagainya. Dimana akhlak
mahmudah ini semuanya membawa kebaikan dan tidak merugikan orang lain. Karena setiap
akhlak terpuji ini telah ada tuntunan dan ajarannya baik dalam Al-Qur'an ataupun Hadits nabi.
Dari Imam Malik berkata "setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak islam ialah malu". Malu
merupakan dasar akhlak manusia, karena dengan memiliki rasa malu pada Allah SWT maka
akan takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan keji.

 Akhlak Madzmumah

Yakni akhlak tercela atau perbuatan yang buruk. Contohnya : 

o Riya': Beramal atau melakukan suatu perbuatan baik dengan niat untuk dilihat orang atau
mendapat pujian orang, dengan kata lain riya' sama artinya dengan pamer.
o Sum'ah:  Melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar didengar oleh orang lain dengan
maksud agar namanya dikenal.
o Ujub: Mengagumi diri sendiri
o Takabur: Membanggakan diri sendiri karena merasa dirinya jauh lebih hebat dibandingkan
orang lain.
o Tamak: Serakah atau rakus terhadap apa yang ingin dimiliki.
o Malas: Enggan melakukan sesuatu.  
o Fitnah: Mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya. Memfitnah merupakan salah satu dosa
yang sangat dilarang oleh agama karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
o Bakhil: pelit, medit dan tidak suka membagi atau memberikan sesuatu yang dimiliki pada
orang lain
E. Akhlak dari segi objeknya, atau kepada siapa akhlak itu diwujudkan.

dapat dilihat seperti berikut:

Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah, mencintai Allah, mencintai
karena Allah, beramal karena allah, takut kepada Allah, tawadhu’, tawakkal kepada Allah,
taubat, dan nadam.

Akhlak kepada Rasulullah saw., meliputi antara lain: taat dan cinta kepda Rasulullah saw.

Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah, kepada ibu, kepada
anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada keponakan, dan seterusnya.

Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada tetangga, akhlak kepada
sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.

Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang, merawat tumbuhan,


dan lain-lain.

 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
  Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun
buruk dengan Khaliq ataupun dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang
paling penting dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak
merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang
manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W
Anas Bin Malik radhiallahu’anhu seorang sahabat nabi mengatakan:
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi
pekertinya. (HR. Bukhari dan Muslim).

B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi para penyusun dan para
pembaca. Serta diharapkan, dengan makalah ini pembaca dan penyusun dapat menerapkan
Akhlak yang baik dengan meneladani akhlak nabi S.A.W
C. Kritik
Kami Menyadari dalam Pembuatan Makalah ini masih Kurang baik oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritikan yang Membangun dari para Pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, T. Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak, Solo:PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2008

El-Saha, M Isoma dan saifu Hadi, Sketsa al-Qur’an .t. tp:Lista Fariska Putra,2005.
 Muhammad Yusuf, Ahmad. Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta:

Widya Cahaya, 2009.Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-
Kamil. Jakarta Timur:  Darus Sunnah, 2007.

Nizhan, Abu. Al-Qur’an Tematis. Bandung: Mizan Pustaka,2011.

Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan. Jakarta: Universitas
Indonesia,1986.

Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil, (Jakarta
Timur: Darus Sunnah, 2007),278.

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, (Jakarta: Universitas
Indonesia,1986),33.Ibid,.

Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits,(Jakarta: Widya
Cahaya, 2009),336.

Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, op, cit, 278

Abu Nizhan, Al-Qur’an Tematis, (Bandung: Mizan Pustaka,2011),242.

M. Ishoma El-Saha dan saifu Hadi, Sketsa al-Qur’an (t. Tp:Lista Fariska Putra,2005),589.

Anda mungkin juga menyukai