Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MENGELOLA AKHLAK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN MATA KULIAH: SUMA K. SALEH, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:

PARAMESWARI WULANDARI HASTAKRAMA (22031174)

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai
2022

0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
Pendidikan Agama Islam ini yang memiliki tema “Manajemen” dan “Pendidikan
Islam” dengan judul “Mengelola Akhlak dalam Pendidikan Islam” lancar tanpa
kendala apapun.

Dikesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1 Allah SWT. yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya.

2. Bapak Suma K. Saleh, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Islam yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini.

Saya harap makalah ini bisa dimanfaatkan dengan baik dan bisa menambah
wawasan bagi siapa yang membacanya. Saya sadar bahwa dalam penyusunan
makalah ini, masih terdapat banyak kekukarangan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang
membacanya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca-pembaca sekalian.

Luwuk, 25 Desember 2022

PENYUSUN

PARAMESWARI WULANDARI H.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 1
C. TUJUAN................................................................................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................................................ 2
A. MANAJEMEN ........................................................................................................................ 2
B. AKHLAK ................................................................................................................................ 2
C. PENDIDIKAN ISLAM............................................................................................................. 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................................................... 4
A. JENIS PENELITIAN ............................................................................................................... 4
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
A. MANFAAT BERAKHLAK BAIK .............................................................................................. 5
B. PENDIDIKAN AKHLAK DIZAMAN RASULULLAH SAW ........................................................ 6
C. METODE YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGELOLA AKHLAK ANAK/REMAJA PADA ERA
MODERN ............................................................................................................................ 11
BAB V PENUTUPAN................................................................................................................................ 17
A. KESIMPULAN...................................................................................................................... 17
BAB VI DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... iii

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akhlak merupakan salah satu faktor penting pada dunia pendidikan.
Akhlak yang mulia menggambarkan kepribadian seseorang. Selain itu,
akhlak yang mulia dapat mengntarkan seseorang pada martabat yang tinggi.
Penilaian baik dan buruknya akhlak seseorang sangat mempengaruhi
kehidupan seseorang.
Akhlak yang baik sangat mahal dan sulit untuk dicari. Oleh karena itu,
hendaknya penanaman akhlak digalakkan sejak usia dini. Karena
pembentukannya akan lebih mudah ketimbang anak tersebut menginjak usia
dewasa.
Pendidikan Islam adalah suatu bentuk pendidikan yang komprehensif,
yang berusaha mengelola dan membimbing seseorang yang secara jasmani
dan rohani sesuai Al-Qur’an serta sunnah Rasulullah SAW menuju
terbentuknya kepribadian yang sempurna berdasarkan ajaran Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa manfaat yang diperoleh seseorang yang berakhlak baik?
2) Bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan akhlak kepada pengikut-
pengikutnya?
3) Bagaimana mengelola akhlak anak dalam pendidikan agama Islam pada
era modern?

C. TUJUAN
1) Mengetahui manfaat apa yang diperoleh bagi seseorang yang berakhlak
baik
2) Mengetahui bagaimana Rasulullah SAW nebgajarkan akhlak kepada
pengikut-pengikutnya
3) Mengetahui bagaimana mengelola akhlak anak melalui pendidikan
agama Islam pada era modern

1
BAB II LANDASAN TEORI

A. MANAJEMEN
Kata "manajemen" berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu ménagement,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur".
Menurut Ricky W. Griffin manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

B. AKHLAK
Akhlak menurut bahasa berasal dari kata “khuluq” (‫ )خلق‬yang artinya
“sikap”, “tindakan”, dan “kelakuan”.Khuluq merupakan bentuk jamak dari
kata kerja “khalaqa” (‫ )خلق‬yang memiliki arti “menciptakan”.
Menurut Imam al-Ghazaliy “Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam
dengan kokoh didalam jiwa manusia, yang menjadi sumber kahirnya
perbuatan-perbuatan, tindakan-tindakan dengan gampang dan mudah tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Jika keadaan itu menjadi
sumber lahirnya perbuatan-perbuatan yang terpuji dan indah, baik menurut
akal maupun hukum, disebut akhlak yang baik (khuluq hasan). Jika keadaan
itu menjadi sumber lahirnya perbuatan-perbuatan jelek dan kotor, maka ia
disebut akhlak kotor (khuluq sayyi’).`
Setiap manusia memliki akhlak, akhlak yang dimiliki dapat berupa
akhlak baik dan akahlak buruk.

a) Akhlak Baik/Akhlak Mahmudah (‫)األخالق المحمودة‬


menurut Muhammad Husni dalam Studi Pengantar Pendidikan
Agama Islam, sifat terpuji adalah perilaku yang melekat dalam
diri manusia, dapat mendatangkan kesenangan, mempunyai
nilai kebenaran, mendatangkan rahmat, dan memberikan
kebaikan. Akhlak mahmudah ini akan mendatangkan
keselamatan dan kebahagiaan.
b) Akhlak Buruk/Akhlak Madzmumah (‫)االخالق المذمومة‬

2
Akhlak mazmumah merupakan akhlak yang tercela. Dari buku
Belajar Aqidah Akhlak oleh Muhammad Asroruddin Al Jumhuri,
akhlak tercela adalah segala tingkah laku manusia yang dapat
mendatangkan kebinasaan dan kehancuran diri.
Berhubungan dengan sesuatu yang tidak bermoral, tidak
menyenangkan, dan bertentangan dengan norma-norma yang
ada. Hal-hal yang mendorong manusia untuk berbuat maksiat
adalah dunia beserta isinya, manusia, iblis, dan nafsu.
Akhlak tentunya terkatit erat dengan perilaku dan kehidupan manusia,
oleh karena itu akhlak digunakan untuk menunjukkan perilaku yang baik
dan buruk. Perilaku tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia
baik pada masa sekarang maupun dimasa depan.

C. PENDIDIKAN ISLAM
Menurut Zakiah Daradjat (1992: 28) pendidikan Islam merupakan
pendidikan amal dan pendidikan iman. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran
tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan
hidup perorangan dan bermasyarakat, maka pendidikan Islam adalah
pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.
Pendidikan Islam pada khususnya bersumber pada nilai-nilai dalam
menanamkan dan membentuk sikap hidup yang dijiwai oleh nilai-nilai Islam,
juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan
nilai-nilai Islam yang melandasinya (Nur Uhbiyati 1997: 22). Pendidikan
Islam selain berisikan tentang sikap dan tingkah laku masyarakat menuju
hidup perseorangan dan bersama, juga berisikan kemampuan dalam ilmu
pengetahuan yang sejalan dengan nilai-nulai Islam yang menjadi dasarnya.

3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Pada makalah ini jenis penelitian yang digunakan adalah Studi Pustaka
(Library Research). Studi Pustaka atau Library Research adalah bagian dari
sebuah karya tulis ilmiah yang memuat berbagai pembahasan penelitian
terdahulu dan referensi ilmiah yang terkait dengan penelitian yang
dijelaskan oleh penulis dalam karya tulis tersebut.
Studi Pustaka dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi
yang relevan dengan topik atau kasus yang akan atau sedang diteliti.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-
peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-
sumber tertulis baik cetak maupun elektronik.

4
BAB IV PEMBAHASAN

A. MANFAAT BERAKHLAK BAIK


1. Kemajuan Rohaniah
Orang-orang yang memiliki pengetahuan dalam pendidikan akhlak
lebih utama dibandingkan orang-orang yang tidak mengetahuinya,
karena dapat mengantarkan seseorang menuju jenjang kemuliaan
akhak, dapat memilah mana perbuatan yang baik dan dan mana
perbuatan yang jahat, dapat menjaga diri agar selalu pada berada
pada garis akhlak yang mulia dan menjauhi segala bentuk tindakan
yang tercela dan dimurkai Allah Swt.

2. Penuntun Kebaikan
Akhlak dapat mempngaruhi dan mendorong manusia untuk
membentuk hidup yang lurus dengan melakukan kebaikan yang
mendatangkan manfaat bagi sesama manusia. Manusia digiring ke
dalam kebaikan jika memiliki akhlak yang baik pula.

3. Kebutuhan Primer dalam Keluraga


Keluarga yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, maka
tidak akan bahagia, sekalipun kekayaan materialnya melimpah.
Sebaliknya, terkadang suatu keluarga yang serba kekurangan dalam
ekonomi namun dapat bahagia berkat pembinaan akhlak yang baik.

4. Terbentuk Insan Kamil


Mempelajari akhlak dapat menjadi sarana terbentuknya insan kamil
(manusia yang sehat dan terbina potensi rohaninya hingga dapat
berfungsi secara optimal dan dapat berhubungan baik dengan Allah
dan makhluk lainnya secara benar sesuai dengan ajaran akhlak dan
selamat hidupnya di dunia dan akhirat).

Manfaat pendidikan akhlak ini dapat dilihat dalam QS. Al-Fajr: 27-30 berikut

5
Artinya: Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.S. Al-Fajr
[89]: 27-30)
Allah memberikan penghargaan kepada manusia yang sempurna imannya.
Orang yang sempurna imannya, niscaya sempurna pula budi pekertinya.
Orang tang tinggi budi pekertinya dapat merasakan kebahagiaan hidup. Ia
merasakan dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan potensinya
untuk membahagiakan dirinya dan orang lain.

B. PENDIDIKAN AKHLAK DIZAMAN RASULULLAH SAW


1. Pendidikan Akhlak di Mekkah
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah
pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai
tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka
terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pokok-pokok ajaran tauhid yang terkandung dalam Q.S. al-Fatihah
adalah:
a) Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta. Dialah Allah yang
menguasai dan mengatur alam ini sedemikian rupa, hingga
membentuk tempat yang sesuai dengan kehidupan manusia.
Allah pula yang mengatur kehidupan manusia, mendidik dan
membimbingnya, sehingga mendapatkan kehidupan
sebagaimana yang mereka alami.
b) Bahwa Allah telah memberi nikmat, memberikan segala
keperluan bagi semua makhluk-Nya dan khusus untuk manusia
ditambah dengan petunjuk dan bimbingan agar mendapat
kebahagiaan hidup yang sebenar-benarnya.
c) Bahwa Allah Raja Hari Kemudian, telah memberikan pengertian
bahwa segala amal perbuatan manusia di dunia ini akan
diperhitungkan di sana.

6
d) Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan yang
satu-satunya. Hanya kepada Allah segala bentuk pengabdian
ditujukan.
e) Bahwa Allah adalah penolong yang sebenarnya dan oleh
karenanya hanya kepada-Nya manusia meminta pertolongan.
f) Bahwa Allah yang membimbing dan memberi petunjuk kepada
manusia dalam merugi kehidupan dunia yang penuh dengan
rintangan, tantangan dan godaan.

2. Pendidikan Akhlak di Madinah


Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan
sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan
dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan dibidang
pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan
cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam pada masa ini
(Madinah) adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Konstitusi Madinah yang dalam praktiknya diperinci lebih lanjut dan
disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode
Madinah. Pelaksanaan atau praktik pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan secara ringkas meliputi:
a) Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antar kaum muslimin.
b) Pendidikan kesejahteraan sosial, yakni bagaimana memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari.
c) Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat suami, isteri
dan anakanak), karena inilah yang menjadi inti terbentuknya
masyarakat umat manusia yang lebih luas.
Berikut ini beberapa metode Nabi Muhammad SAW yang berkaitan
laingsung dengan pendidikan karakter dalam mendidik dan mengajar para
sahabat, yang menghasilkan manusia-manusia hebat sepanjang sejarah
lslam:
a. Keteladanan (Uswah al-Hasanah)
Dalam proses pembelajaran yang membutuhkan praktek langsung.
Rasulullah melakukannya dengan memberikan contoh langsung,

7
tidak hanya teori, bahkan Rasulullah melakukannya terlebih dahulu
sebelum menyampaikan kepada para sahabat.
Pengajaran melalui contoh nyata memiliki dua bentuk. Pertama,
pengajar melakukan sesuatu yang dia perintahkan kepada anak
didik, atau menjauhi sesuatu yang dilarang. Pengajar menjadikan
sikap dan perilakunya sebagai teladan bagi anak didiknya. Kedua,
pengajar menjelaskan apa yang diucapkan lalu mengiringinya
dengan praktek. Ada peribahasa yang mengatakan,” perkataan yang
disertai dengan perbuatan lebih dapat menjelaskan dan lebih
meresap ke dalam jiwa pendengar dari pada ucapan semata”.
Imam lbnu Abi Jamroh berkata, ”Mengajari dengan perbuatan dan
contoh lebih mengena dari pada ucapan semata". Nabi kita yang
mulia menggunakan kedua pola pengajaran tersebut sekaligus.

b. Melatih dan Membiasakan


Bila anak terbiasa dengan etika, akhlak, dan nilai-nilai yang baik
sejak masa kecil, maka akan tumbuh besar dan akrab dengan nilai
dan kebiasaan mulia, sehingga anak dengan mudah diarahkan dan
dididik kepada kebaikan dan kemuliaan, serta dimasa tuanya tinggal
menikmati hasilnya karena masa tua terbiasa dengan kondisi di masa
kecil dan muda.
Nabi Muhammad SAW adalah guru mulia yang telah mencanangkan
pendidikan sejak usia dini, meminta para orang tua dan pengajar
menjadi teladan bagi anak didiknya. Nabi memerintahkan kepada
orang tua untuk menanamkan iman kepada anak sejak usia dini,
melatih dan membiasakan akhlak dan karakter yang baik. Nabi
Muhammad SAW mencontohkan dengan menggendong cucunya
Hasan dan Husin ke masjid untuk shalat berjamaah.

c. Membimbing, Mengarahkan, dan Nasehat


Pada anak usia dini, orang tua harus banyak memberikan
pengarahan, bimbingan dan pendidikan kepada anak secara
maksimal, baik dalam bentuk perintah maupun larangan, ataupun

8
dalam bentuk motivasi dalam ajak kepada perbuatan baik maupun
peringatan pada perbuatan tercela.

Dari Abi Hurairah, Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :


“Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya
yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Hr. Bukhari)

Berdasarkan Hadits Nabi Muhammad SAW, bahwa setiap anak


dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu cenderung pada kebaikan,
maka selanjutnya kondisi anak sangat tergantung, kepada
pendidikan, arahan, dan bimbingan orang tua. Usia dini merupakan
masa bagi anak memiliki kemampuan yang sangat besar dalam
menghafal dan meniru.

Anak dan anak didik juga perlu diberikan nasehat (mau’izhoh) dan
peringatan (tadzkiroh). Metode nasehat dan peringatan merupakan
metode yang sangat penting dan dominan yang sering digunakan
oleh Rasulullah dalam mengajar dan mengarahkan umat lslam ke
jalan yang baik. Metode ini sering diaplikasikan beliau, sebagaima
firman Allah :

Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya


peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.” (QS.
Adz-Dzariyaat [51]: 55)

Nasehat yang baik merupakan sarana yang dapat menghubungkan


jiwa anak didik dengan cepat, karena jiwa manusia dapat
terpengaruh apabila yang disampaikan berupa kata-kata. Apalagi jika
kata-kata itu dihiasi dengan keindahan, lunak, santun, dan mudah
dipahami, tentu saja dapat menggetarkan hatinya.

d. Metode Kisah
Dengan metode kisah, anak didik sebagai pendengar secara alamiah
dibiarkan mengambil dan memetik sendiri hikmah yang terkandung

9
dalam cerita tersebut yang disampaikan. Cerita bisa menarik
pendengarnya untuk berinteraksi dan mengikuti dengan segenap
perasaan, pikiran, emosi, dan menyatu ke dalam apa yang
didengarnya. Tujuan dari cerita atau kisah adalah untuk mengambil
manfaat dari kisah tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam firman
Allah :

Artinya: “Sungguh pada kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi


orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, tetapi membenarkan kitab-kitab sebelumnya yang
menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman” (QS. Yusuf: 111)

Al-Qur’an banyak memuat kisah-kisah, baik kisah para nabi maupun


kisah para umat terdahulu. Bahkan seperempat sampai sepertiga
bagian dari Al-Qur’an berisi cerita. Teknik penyampaiannya dinilai
para ulama memiliki keistimewaan yang paling unggul. Syaikh
Manna al-Qaththan menyebutkan, “Kisah-kisah nyata dalam AlQur’an
telah membuktikan bahwa redaksi ke-arab-an yang dimuatnya
secara jelas menggambarkan kisah-kisah yang lebih tinggi nilainya”.
Nabi Muhammad SAW menggunakan metode cerita karena beliau
memandang bahwa metode ini yang paling kuat untuk memperkuat
gagasan dalam mencapai sasaran. Rasulullah telah menggunakan
metode tersebut dengan menceritakan kisah bangsa-bangsa
terdahulu yang telah punah, atau kisah orang-orang pada masa nabi
sebelumnya agar para sahabat dapat mengambil sendiri pelajaran
dan hikmah dari kisah yang Rasulullah ceritakan.
Pujian dan sanjungan membawa dampak besar dalam jiwa anak
didik. Pujian dapat menggerakkan perasaannya, sehingga anak dapat

10
segera memperbaiki peilaku dan perbuatannya. Hatinya akan merasa
senang mendengar pujian, dan akan terus melakukan perbuatan
yang terpuji.
e. Metode Ganjaran
Metode ini erat kaitannya dengan metode meluruskan, apabila anak
didik melakukan kesalahan. Jika segala metode sudah dilakukan dan
belum berhasil, anak didik masih melakukan kesalahan, dan
cenderung melanggar aturan, maka anak didik memerlukan
pengobatan berupa sanksi atau hukuman. Ini dilakukan agar dia
sadar tentang kesalahan yang dilakukannya menjadi masalah serius
dan tidak main-main. Dengan merasakan ganjaran dengan hukuman,
anak didik dapat menyadari nilainya kasih sayang dan kelembutan
dari pendidik. Dia juga dapat meresakan pentingnya disiplin dan taat
aturan yang berlaku, sehingga diharapkan tidak mengulangi lagi
kesalahannya, dan berperilaku yang baik.
Tujuan menjatuhkan hukuman dalam pendidikan lslam untuk
memberikan bimbingan dan perbaikan, bukan untuk pembalasan
atau kepuasan hati. Karena itu watak dan kondisi anak didik harus
diperhatikan terlebih dahulu sebelum menjatuhkan sanksi berupa
hukuman. Seorang prndidik harus menerangkan kekeliruan yang
dilakukan anak didik dan memberi dorongan uuntuk memperbaiki
diri. Kesalahan dan kekhilafannya harus dimaafkan, jika anak didik
tersebut telah memperbaiki diri.

C. METODE YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGELOLA AKHLAK


ANAK/REMAJA PADA ERA MODERN
Pendidikan akhlak yang baik tentunya membutuhkan metode yang tepat,
untuk tercapaina tujuan pendidikan akhlak yang dicita-citakan. Metode
pendidikan akhlak yang digunakan Rasulullah, yaitu:

a. Metode Keteladanan (Uswah al-Hasanah)


Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa secara psikologis manusia
memerlukan tokoh teladan dalam kehidupannya, hal ini merupakan
sifat pembawaan. taqlid (meniru) adalah salah satu sifat pembawaan

11
manusia. Peneladanan itu terbagi menjadi 2 jenis yaitu sengaja dan
tidak sengaja:
 Keteladaan yang disengaja ialah memberikan contoh
membaca yang baik, mengajar ibadah seperti sholat, mengaji,
dsb.
 Keteladanan yang tidak disengaja seperti keteladanan dalam
keilmuan, kepemimpinan, sifat keikhlasan, dsb.
Metode ini cocok digunkan pada anak didik berusia anak-anak dan
juga remaja, sehingga dapat meniru perilaku yang baik.

b. Metode Pembiasaan
Menurut Miqdad Yajian pembiasaan berperan sebagai efek latihan
yang terus-menerus, anak didik akan terbiasa berperilaku dengan
nilai-nilai akhlak.
Sejak kecil anak-anak dibentuk menuju pola tertentu dengan
mempraktikkan amal perbuatan yang mndukung tujuan pendidikan.
Dalam pendidikan, metode ini dapat dilakukan dengan cara
pendidikn membiasakan anak didik untuk hidup bersih, rukun, suka
tolong-menolong, berkata sopan, jujur, menghormati orang lain, dst.

c. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara penyajian atau penyampaian
informasi melalui penerangan dan peraturan secara lisan oleh
pendidik terhadap anak didiknya.
Rasulullah dalam memberikan pelajaran terhadap umatnya banyak
menggunakan metode ini. Metode ceramah dapat membentuk akhlak
mulia dan membina rohani, salah satunya terdapat pada QS. Yusuf
(12): 3 yang berbunyi:

Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik


dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu, dan

12
sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukannya)
adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.”
(QS. Yusuf (12): 3)

d. Metode Pemberian Hadiah (reward) dan Hukuman


(punishment)
Metode pemberian hadiah (reward) merupakan salah satu
pendekatan yang tepat bagi orang tua dan guru dalam pembentukan
akhlak mulia. Contohnya, orang tua atau guru akan berjanji
memberikan hadiah pada anak jika dia berbuat baik, tidak nakal,
memperbanyak kebajikan, rajin shalat setiap harinya, dsb. Hadiah
yang diberikan menurut pandangan ahli pendidikan tidak harus
berupa material.
Sementara metode pemberian hukuman (punishment) menjadi
pendekatan pembentukan akhlak mulia yang akan memberikan efek
jera pada anak atau anak didik, sehingga dengan hukuman yang
diberikan, anak akan selalu ingat dan tidak mengulangi kesalahan-
kesalahan yang pernah dibuat.
Dalam kaitan di atas, Islam memberi arahan dalam memberi
hukuman kepada anak atau anak didik hendaknya memperhatikan
hal-hal berikut :
 Jangan menghukum ketika marah. Karena ketika marah akan
lebih bersifat emosional yang dipengaruhi nafsu
syaithaniyah;
 Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau
orang yang dihukum;
 Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat, misalnya
dengan menghina dan mencaci maki di depan umum;
 Jangan menyakiti secara fisik;
 Bertujuan mengubah perilaku yang kurang baik atau tidak
baik
e. Metode Demonstrasi

13
Metode demonstrasi merupakan metode dimana seorang pengajar atau
seorang lain yang segaja diminta untuk memperlihatkan suatu proses pada
seluruh anak didik di kelas. Metode ini dimaksudkan bisa memperlihatkan
pada seluruh anak didik di kelas tentang pengaplikasian suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun
tiruan, yang disertai dengan penerangan lisan.
Dengan metode demonstrasi, pengajar dapat memberi berbagai contoh baik
seperti berdoa sebelum dan sesudah beraktivitas, membuang sampah pada
tempatnya, dan bersopan santun.
Berdasarkan penjelasan diatas, metode demonstrasi lebih menitik beratkan
pada bagaimana proses, tindakan dan langkah-langkah suatu kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pengajar pada seluruh anak didiknya. Dapat
diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi merupakan cara penyajian
pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu
yang disertai dengan penjelasan lisan.

Selain metode-metode diatas, Ada tiga macam Metode Pembelajaran Nabi


Muhammad SAW yang dapat diterapkan di lingkungan pendidikan, yaitu:

a. Melatih dan Membiasakan

Melatih dan Membiasakan adalah hal yang penting dilaksanakan di


lingkungan pendidikan untuk membangun karakter anak didik, terutama
pada tingkat dasar. Mulai dari masalah ibadah, akhlak, kebersihan,
kerapihan, sampai masalah disiplin. Misalnya membiasakan salam setiap
masuk kelas, atau ketika bertemu guru atau sesama teman, berpakaian rapi,
berdoa sebelum pelajaran dimulai, shalat dhuha, shalat berjamaah, membaca
Al-Qur’an, infaq, sedekah, membuang sampah pada tempatnya, jujur dalam
mengerjakan ujian, dan lain sebagainya. Bahkan sekarang di sekolah-sekolah
sudah ada program pengembangan diri dan pembiasaan. Masing-masing
lembaga haanya perlu mengoptimalkan program pembiasaan tersebut ke
dalam sebuah program yang tersusun dengan baik dan teratur.

b. Bimbingan dan Konseling


Metode bimbingan, pengarahan, dan nasehat sebagaimana yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW, maka ada satu peluang yang dioptimalkan di

14
sekolah yaitu guru bimbingan dan konseling (BK). Bimbingan dan Konseling
memuat program bimbingan masalah pribadi, sosial, dan karier anak didik.
Jika program ini dilaksanakan dengan baik dan benar, maka hasilnya tentu
akan dapat dinikmati dan dirasakan oleh semua pihak.
Al-Maghribi memberikan catatan agar bimbingan dan nasehat dapat
mencapai hasil yang maksimal, berupa:
 Nasehat dan bimbingan itu hendaknya dilakukan secara terus
menerus, rutinitas, dan diulang-ulang serta diperbarui, karena
karakter manusia itu labil dan lupa.
 Nasehat dan bimbingan itu hendaknya menggunalan cara yang
mudah, sesuai usia, daya tangkap, dan akal anak didik.
 Hendaknya orang yang memberikan nasehat adalah seorang yang
bijak,memiliki keilmuan tentang perkembangan anak didik yang
cukup dalam mendidik.
 Hendaknya orang yang memberikan nasehat adalah seorang yang
dapat menyesuaikan antara perbuatan dan perkataan.
 Hendaknya orang yang memberikan nasehat adalah seorang yang
berperilaku benar, mampu memotivasi anak didik untuk dapat
melakukan saran dan arahannya.
c. Evaluasi
Sistem evaluasi yang hanya menekankan pada aspek kognitif semata, seperti
pelaksanaan ujian nasional dengan beberapa mata pelajaran tertentu, tidak
sesuai jika dikaitkan dengan pendidikan karakter yang diharapkan. Karena
tidak memuat aspek afekti dan psikomotor, serta aspek iman dan akhlak
peserta ujian nasional. Dengan sistem evaluasi yang imbang, maka akan
berpengaruh pada pelaksanaan proses pembelajaran yang ada dalam
pendidikan karakter. Karena pendidikan karakter mendapat tempat atau
penghargaan yang sama dengan aspek kognitif.
Pendidikan iman dan akhlak harus mendapatkan porsi yang tepat jika ingin
pendidikan karakter mendapat hasil yang maksimal. Pelaksanaan ajaran
agama lslam harus menjadi pertimbangan kelulusan pendidikan anak didik,
kalau ingin pendidikan karakter berbasis lslam mencapai hasil yang
maksimal.

15
16
BAB V PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Akhlak memiliki hubungan yang erat dengan perilaku manusia, oleh
karena itu kata “akhlak” digunakan untuk menunjukkan perilaku yang baik
dan perilaku yang buruk.
Seorang manusia tidak akan mencapai akhlak karimah tanpa adanya
proses pendidikan. Sejak usia dini manusia harus dididik atau dibina sesuai
dengan taraf pertumbuhan dan perkembangannya.

Dari Al-Hasan ibnu Ali yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar memberi seorang hamba pahala
berkat kebaikan akhlaknya, sebagaimana Dia memberi pahala kepada
seorang mujahid di jalan Allah; pahala berlimpahan baginya disetiap pagi.

17
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, F. (2019). METODE PENDIDIKAN KARAKTER NABI MUHAMMAD SAW DI
MADRASAH. Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam, 63-83.

Anonim. (2021, June 18). Pengertian Akhlak Mahmudah dan Mazmumah, Lengkap
Dengan Contohnya. Dipetik December 29, 2022, dari kumparan:
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-akhlak-mahmudah-dan-
mazmumah-lengkap-dengan-contohnya-1vxc3YtQ8if/full

Daradjat, Z. (1992). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Jakarta PT Bumi Aksara.

Fitriyani. (2022). Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Kegiatan Pembelajaran


Akidah Akhlak Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Qudsiyah Tahun Ajaran
2022/2023. Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah, 107-112.

Gade, S. (2019). Membumikan Pendidikan Akhlak Mulia Anak Usia Dini. Banda Aceh:
Percetakan Universitas Islam Negeri (UIN).

Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2005). Business, Eight Edition. Pearson Education.

Kastolani. (2021, Maret 5). 13 Hadits tentang Akhlak, Dapat Kedudukan Mulia dan Dekat
Rasulullah Hingga Masuk Surga. Dipetik Januari 9, 2023, dari iNews.id:
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/hadits-tentang-akhlak/all

Raya, A. T. (2020, November 18). Pengertian Akhlak Menurut Para Mufasir dan Hakikat
Perbuatan Manusia. Dipetik December 29, 2022, dari tafsiralquran.id:
https://tafsiralquran.id/pengertian-akhlak-menurut-para-mufasir-dan-hakikat-
perbuatan-manusia/

Simpson, J., Weiner, E., & Murray, J. (1928). Oxford English Dictionary. London: Oxford
University Press.

Suhayib. (2016). Studi Akhlak. Yogyakarta: KALIMEDIA.

Suryadi, R. A. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish.

Ubhiyati, N. (1997). Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung: Bandung Pustaka Setia.

iii

Anda mungkin juga menyukai