Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Bersyukur kepada Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah, yang telah


memberikan kita nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Dasar dasar
pendidikan, dengan judul: “Teori pembinaan akhlaq dalam sistem pendidikan
islam“.

Sholawat dan salam tercurah dan terlimpah kepada baginda rasulullah


Muhammad salallahu `alaihi wasallam, semoga dengan memperbanyak sholawat
kepada nabi kita akan mendapatkan syafa`atnya Aamiin.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan do`a, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terseleaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Dan akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi dunia Pendidikan.

Langkat, Juni 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembinaan akhlak merupakan suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang


dilakukan melalui usaha sendiri dalam rangka mengembangkan akhlak para anak
didik agar mereka mempunyai akhlak yang mulia, dan memiliki kebiasaan yang
terpuji atau dengan kata lain anak didik diharapkan bisa menjadi pribadi yang
berakhalakul karimah. Ajaran akhlak atau budi pekerti mengacu pada perbuatan
baik manusia sebagai hamba Allah Swt dan manusia sebagai makhluk social.
Baik dan buruknya hakekat kemanusiaan bukan semata-mata dilihat dari apa
yang dimiliki dan apa yang disandangnya, akan tetapi baik buruk dalam Islam
dipandang dari perbuatannya.

B. Rumusan masalah
 Apa yang di maksud dengan pembinaan akhlak?
 Apa tujuan pembinaan akhlak dalam pendidikan islam?
 Apa saja metode pembinaan akhlak dalam pendidikan islam?
 Apa saja ruang lingkup pembinaan akhlak dalam pendidikan islam?

C. Tujuan
 Untuk mengetahui apa itu pembinaan akhlak!
 Untuk mengetahui tujuan pembinaan akhlak dalam pendidikan islam!
 Untuk mengetahui apa saja metode pembinaan akhlak dalam pendidikan
islam!
 Untuk mengetahui ruang lingkup pembinaan akhlak dalam pendidikan
islam!
D.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembinaan Akhlak

Pembinaan menurut KBBI berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan
awalan “pe” dan akhiran “an” yang memiliki arti perbuatan, atau cara. Jadi,
pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk
memperoleh hasil yang lebih baik, yang dalam hal ini kaitannya dengan akhlak.
Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-
karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.
Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologis seseorang dan
membuatnya berperilaku sesuai dan dinilai yang cocok dengan dirinya dalam
kondisi yang berbeda-beda. Dalam hal ini Ibnu Maskawih sebagaimana yang
dikutip oleh Nasharuddin mendefinisikan akhlak sebagai “suatu hal atau situasi
kejiwaan seseorang yang mendorong seseorang melakukan sesuatu perbuatan
dengan senang, tanpa berpikir dan perencanaan”. Ali Mas’ud juga mengutip
pendapat Ahmad Amin mengenai akhlak yaitu “membiasakan kehendak,
maksudnya adalah membiasakan kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan
terlebih dahulu.”1

Selanjutnya kata akhlak atau khuluq menurut Imam Al-Ghazali dalam


karangannya ihya’ ulumuddin, yang di terjemahkan oleh Ibrahim Ba`adillah
yaitu:
Kata al-khuluqu (akhlak) menjadi suatu ibarat tentang kondisi dalam jiwa
yang menetap di dalamnya. Dari keadaan dalam jiwa itu kemudian muncul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran maupun
penelitian. Jadi, apabila aplikasi dari kondisi dimaksud muncul perbuatan-

1
http://etheses.iainkediri.ac.id/139/3/BAB%20II.pdf hal 1, di akses pukul 9:00 WIB, 24 juni 2023
perbuatan yang baik lagi terpuji secara akal dan syara’, maka itu disebut
sebagai akhlak yang baik. Sedangkan apabila sesuatu perbutan-perbuatan
yang mencul dari kondisi dimaksud adalah sesuatu yang berdampak buruk,
maka keadaan yang menjadi tempat munculnya perbuatan-perbuatan itu
disebut sebagai akhlak yang buruk.2

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertancap dalam jiwa seseorang yang nantinya akan memunculkan perbuatan-
perbuatan yang muncul secara spontan, jika yang dimunculkan adalah perbuatan
yang baik, maka disebut akhlak yang baik dan jika perbuatan yang muncul
adalah perbuatan buruk, maka disebut akhlak yang buruk. Oleh karenanya yang
disebut akhlak adalah perbuatan yang secara spontan dimunculkan oleh
seseorang yang mewakili dari sifat orang tersebut.

Jadi pembinaan akhlak merupakan suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan melalui usaha sendiri dalam rangka mengembangkan akhlak para anak
didik agar mereka mempunyai akhlak yang mulia, dan memiliki kebiasaan yang
terpuji atau dengan kata lain anak didik diharapkan bisa menjadi pribadi yang

berakhalakul karimah.

B. Tujuan pembinaan akhlak dalam pendidikan islam

Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan suatu potensi


kreatifitas peserta didik bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi,
berbudi pekerti yang luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya,

2
Imam Al-Ghazali, Ihya‟ „Ulumuddin Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama Juz 4, Terj. Ibnu
Ibrahim Ba’adillah (Jakarta: Republika Penerbit, 2012), 188.
bangsa, negara serta agama. Proses itu berlangsung sepanjang sejarah hidup
manusia (Armai Arief, 2002 : 3).
Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia barada
dalam kebenaran dan senantiasa berada dijalan yang lurus, jalan yang telah
digariskan oleh Allah Subhanahu wata`ala. Akhlak mulia merupakan tujuan
pokok dalam pendidikan akhlak Islam. Akhlak seseorang akan dianggap mulia
jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟an.
Sehingga hal inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di
dunia dan di akhirat (Ali Abdul Halim Mahmud, 2004 : 159).
Ibnu Miskawaih (w. 421 H), pengarang kitab Tahdzib al-Akhlaq
menyebutkan ilmu ini (akhlak) ketika menyinggung menulis kitab tersebut. Ia
mengatakan “tujuan kami menyusun kitab ini adalah agar diri kita memperoleh
moralitas (khuluq) yang membuat seluruh perbuatan kita terpuji sehingga
menjadikan diri kita pribadi yang mudah, tanpa beban dan kesulitan”
(Muhammad Fauqi Hajjaj, 2012 : 224).
Ibnu Sina dalam pendidikan akhlak menyatakan bahwa tugas Ibu Bapak atau
Guru adalah memberi penekanan kepada Pendidikan Agama kepada anak-anak,
karena hal itu bertujuan untuk membentuk adab dan akhlak yang baik. Ibnu Sina
juga mengatakan bahwa kehidupan itu adalah akhlak, tiada kehidupan tanpa
akhlak (perilaku individu). Penekanan ini juga sudah ada semenjak zaman
Yunani demi memberi kebaikan kepada pembentukan suatu bangsa (Abd.
Rachman Assegaf, 2013 : 96-97).3

C. Metode pembinaan akhlak dalam pendidikan islam

Dalam proses pelaksanaan pembinaan akhlak agar dapat tercapai secara


maksimal dan sampai kepada tujuan mesti melalui beberapa metode. Metode

3
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214121110055.pdf hal 4, di akses pukul 11:03,
24 juni 2023
yang lazim digunakan mencakup semua cara bagaimana agar akhlak seseorang
menjadi baik, Ada beberapa metode pembinaan ahklak yang dapat di lakukan
sesuai dengan perspektif islam yaitu sebagai berikut:

1. Metode uswah (teladan)

Yaitu sesuatu yang pantas untuk di ikuti, karena mengandung nilai-nilai


kemanusiaan. Manusia teladan yang harus di contoh dan diteladani adalah
Rasulullah Salallahu `alaihi wasallam. sebagaimana firman Allah subhanahu
wata`ala dalam surah Al-Ahzab ayat 21:

‫ة ِّلَم ن َك اَن َيۡر ُجوْا ٱَهَّلل َو ٱۡل َيۡو َم ٱٓأۡلِخَر َو َذ َك َر ٱَهَّلل‬ٞ‫َّلَقۡد َك اَن َلُك ۡم ِفي َر ُسوِل ٱِهَّلل ُأۡس َو ٌة َحَس َن‬
٢١ ‫َك ِثيٗر ا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Jadi sikap dan perilaku yang harus dicontoh adalah sikap dan perilaku
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam., karena sudah teruji dan diakui oleh
Allah Subhanahu wata`ala di dalam Al Qur`an. Aplikasi metode teladan,
diantaranya adalah tidak menjelek-jelekkan seseorang. Melainkan
menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan,
berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji lalu mengingkari,
dan lain-lain. Yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha
berprestasi dalam bidang tugasnya.

2. Metode Ta`widiyah (pembiasaan)


Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam kamus
umum bahasa indonesia, biasa artinya lazim atau umum seperti: sedia kala,
sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “ Seni Mendidik Anak”, menyampaikan
nasehat imam al-Gazali:

“ seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya hatinya sangat
bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan,
maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut,
sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.”

Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana


peribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan
potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik.
Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa peribadi yang berahlak
mulia. Seperti: terbiasa dalam keadaan berwudhu, terbisa tidur tidak terlalu
larut malam dan bangunnya tidak kesiangan, terbiasa membaca Al-Qur’an
dan Asma’ul husna, shalat brjama;ah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa
sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan, dan lain-lain
sebagainya.

3. Metode Mau`izah (nasehat)

Yaitu kata mai’izah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang
terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.
Allah berfirma dalam surah Al-Baqarah 232:
... ‫ۗ َٰذ ِلَك ُيوَع ُظ ِبِهۦ َم ن َك اَن ِم نُك ۡم ُيۡؤ ِم ُن ِبٱِهَّلل َو ٱۡل َيۡو ِم ٱٓأۡلِخ ِۗر‬

“.. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara


kamu kepada Allah dan hari kemudian..”

Sebagi contoh metode nasehat yang baik yaitu; nasehat dengan argumen
logika, nasehat tentang keuniversalan islam, nasehat yang berwibawa,
nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma’ruf nahi mungkar,”
nasehat tentang amal ibadah, dan lain-lain. Namun paling penting lagi,
pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang di nasehatkan
tersebut, kalau tidak demikian nasehat akan hanya akan menjadi lips-service.
4. Metode Qishash (criteria)

yang mengandung arti, sutu cara dalam menyampaikan materi pelajaran,


dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagimana terjadinya sesuatu
hal, baik yang sebanarnya terjadi, ataupun hanya rekaan saja. Dalam
pendidikan islam, certera yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits
merupakan metode pendidikan yang sangat penting, cerita dalam Al-Qur’an
dan Hadits, selalu memikat dan menyentuh perasaan dan mendidik perasaan
keimanan, contohnya, surah Yusuf, Bani Israail, dan lain-lain. Dengan cara,
seperti mendengarkan casset, vide, cerita-cerita tertulis dan
bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk
bertanya, setelah itu, menjelaskan tentang khikmah qishah dalam
meningkatkan ahklak mulia.

5. Metode Amtsal (perumpamaan)


yaitu metode yang banyak dipergunakan dalam Al-Qur’an dan Ahadits
untuk mewujudkan ahklak mulia. Allah berfirman dalam surahAl-Baqarah
ayat 17:

‫َم َثُلُهۡم َك َم َثِل ٱَّلِذ ي ٱۡس َتۡو َقَد َناٗر ا‬


“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api..”

Dalam beberapa literatur islam, ditemuka banyak sekali perumpamaan,


seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang
tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang yang gemuk
seperti gajah, orang yang kuruus seperti tongkat, dan orang yang ikut-ikutan
separti beo, dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang
baik, ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan
melekat pada pikirannya dan sulit untuk dilupakan. Misalkan, materi yang di
ajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan
guru/orang tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan
membingungkan anak didik.

6. Metode Tsawab (ganjaran)

Sebagaiamana yang telah di utarakan Armai Arief dalam bukunya,


Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, menjelaskan pengertian
tsawab itu, sebagai : “hadiah dan hukum. Metode ini juga penting dalam
pembinaan ahklak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward
and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan
spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat menjadi remote
control dari perbuatan tidak terpuji. Misalkan memanggil dengan panggilan
kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka,
mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, manyambutnya
dengan ramah, menelponnya kalau perlu, dan lain-lain. Sedangkan metode
aplikasi ganjaran yang berbentuk hukuman, di antaranya, pandangan yang
munis, memuji orang lain di hadapannya, tidak mempedulikannya,
memberikan ancaman yang positif, dan menjewanya sebagi alternatif
terakhir. Hadits yang di riwayatkan oleh Imam Nawawi dari Abdullah bin
Basr al-Mani, ia berkata : “aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa
beberapa biji anggur untuk di sampaikan kepada Rasulullah, kemudian aku
memakannya sebelum aku sampikan kepada Beliau dan ketika aku
mendatangi Rasulullah, beliau menjewer telingaku sambil berseru: “wahai
penipu”. Dari hadits diatas, dapat dikemukakan, bahwa menjewer
telinga anak didik, boleh-boleh saja, asal tidak menyakiti. Namun di
negeri ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa
berurusan dengan pihak berwajib, karena Undang-Undang perlindungan
anak.4

D. Ruang lingkup pembinaan akhlak

Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam
itu sendiri khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak dalam Islam
mencakup berbagai aspek, seperti:

1. Akhlak kepada Allah.

Akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang


seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai
khalik. Menurut Abuddin Nata sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad

4
http://duniakampus7.blogspot.com/2015/03/metode-pembinaan-akhlak-dalam.html di akses pukul
13:43, 24 juni 2023
Alim menyebutkan beberapa alasan mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah, diantaranya yaitu:

pertama, karena Allah yang menciptakan manusia. Kedua, karena Allah


telah memberikan perlengkapan panca-indra disamping anggota badan
yang kokoh dan sempurna, hal ini diberikan agar manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan. Ketiga, karena Allah telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana sebagai keberlangsungan
kehidupan manusia. Keempat, Allah telah memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Dan nikmat
serta rahmat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.5

Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara


beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah untuk menyembah-
Nya, berzikir kepada Allah, berdo’a kepada Allah, banyak memujinya yang
selanjutnya diteruskan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yakni
menjadikan Allah sebagai satusatunya yang menguasai diri manusia.

2. Akhlak kepada sesama manusia.

Dalam al-Qur’an banyak sekali rincian yang dikemukakan berkaitan


dengan perlakuan terhadap sesama manusia, seperti larangan melakukan hal
hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa
alasan yang benar. Akhlak terhadap sesama ini dapat juga diperinci seperti
berikut:

 Akhlak kepada Rasulullah


Di lakukan dengan cara mencintai dan mengerjakan sunnah
sunnahnya, membaca sholawat untuknya.
5
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal 152.
 Akhlak kepada kedua orang tua
Dilakukan dengan cara berbuat baik kepada kedua orang tua
dengan ucapan dan perbuatan. Dapat dibuktikan dengan bertutur
kata yang sopan dan lemah lembut, meringankan beban orang
tua, berbuat baik kepada orang tua ini berlangsung walaupun
orang tua sudah meninggal dengan cara mendo’akan dan
meminta ampunan untuk mereka.

 Akhlak kepada diri sendiri


Dilakukan dengan cara bersikap seperti sabar, syukur, tawadhu’,
optimis, melindungi diri dari sesuatu yang dapat merusak,
menyakiti diri sendiri.

 Akhlak kepada keluarga, karib kerabat


Dilakukan dengan cara saling membina rasa cinta dan kasih
sayang dalam kehidupan keluarga, menjaga hubungan
silaturrahmi.

 Akhlak kepada tetangga


Akhlak ini dilakukan dengan cara seperti saling mengunjungi,
membantu diwaktu senggang, lebih-lebih diwaktu susah, saling
memberi, menghormati, dan saling menghindarkan pertengkaran
dan permusuhan.6

 Akhlak kepada masyarakat


Akhlak kepada masyarakat dilakukan dengan cara seperti
memuliakan tamu, masuk ke rumah orang lain dengan seizin

6
Aminuddin, et.al., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum (Bogor: Ghalia Indonesia,
2014), hal 153-154.
pemilik rumah, saling mengucapkan salam jika bertemu, dan
ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, benar, tidak
memanggil atau menyapa dengan sebutan yang buruk, pandai
mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan
bersama diatas kepentingan sendiri, menghormati nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat.

3. Akhlak kepada lingkungan


Yang dimaksud lingkungan di sini menurut Abuddin Nata adalah segala
sesuatu yang ada disekitar manusia, baik binatang, tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya yang diajarkan al-Qur’an
mengenai akhlak kepada lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai
khalifah. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta
bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Akhlak
kepada lingkungan, dapat diaplikasikan dalam bentuk perbuatan, seperti:
sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan
memanfaatkan alam, sayang kepada sesama makhluk dan menggali potensi
alam seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya.
Jadi akhlak kepada lingkungan dapat dilakukan dengan menjaga dan
memelihara kelestarian alam, dalam artian dapat dimanfaatkan sebatas
kebutuhan dan tidak sampai merusak alam.7

7
http://etheses.iainkediri.ac.id/139/3/BAB%20II.pdf hal 15 – 19, di akses pukul 14:02, 24 juni 2023
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
kesimpulan yang dapat di ambil dari penjelasan di atas ialah:
1. pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien
untuk memperoleh hasil yang lebih baik, yang dalam hal ini kaitannya
dengan akhlak. Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri
dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat
seseorang menjadi istimewa. Jadi pembinaan akhlak merupakan suatu
usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan melalui usaha sendiri
dalam rangka mengembangkan akhlak para anak didik agar mereka
mempunyai akhlak yang mulia, dan memiliki kebiasaan yang terpuji
atau dengan kata lain anak didik diharapkan bisa menjadi pribadi yang

berakhalakul karimah.
2. Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia
barada dalam kebenaran dan senantiasa berada dijalan yang lurus, jalan
yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu wata`ala.
3. Metode pembinaan akhlak terbagi atas enam bagian yaitu: Metode
Uswah, metode ta`widiyah, metode mau`izah, metode Qishash, metode
Amtsal, dan yang terakhir metode Tsawab. Dalam metode Tsawab
pemberian sanksi diusahakan tidak mendahulukan sanksi bersifat fisik,
kalau pun terpaksa hendaknya menghindari bagian muka dan bagian lain
yang membahayakan anak didik, kemudian pukulan dilaksanakan hanya
sekedarnya saja, tidak bermaksud balas dendam atau motif lain.
4. Ruang lingkup pembinaan ada tiga aspek, yaitu: Akhlak kepada Allah
subhanahu wata`ala, akhlak kepada sesama manusia, akhlak kepada
sesama manusia mencangkup akhlak kepada Rasulullah, orang tua, diri
sendiri, keluarga, karib kerabat, tetangga dan masyarakat.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai Kami menyadari banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan sebagai referensi dan
evaluasi kami dalam penulisan makalah kedepan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan menambah pengetahuan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, et.al., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal 153-154.

http://etheses.iainkediri.ac.id/139/3/BAB%20II.pdf

https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214121110055.pdf

http://duniakampus7.blogspot.com/2015/03/metode-pembinaan-akhlak-dalam.html

Imam Al-Ghazali, Ihya‟ „Ulumuddin Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama

Juz 4, Terj. Ibnu Ibrahim Ba’adillah (Jakarta: Republika Penerbit, 2012)

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2011)

Anda mungkin juga menyukai