Anda di halaman 1dari 18

PEMBAHASAN

A. Definisi Pendidikan Akhlak


1. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education, yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah pendidikan ini
sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti Pendidikan1. Pengertian
pendidikan menurut Marimba dalam Ahmad Tafsir, menyatakan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama2.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu bentuk usaha

yang dilakukan sebagai proses dalam pembentukan individu secara integral,

agar dapat mengembangkan, mengoptimalkan potensi kejiwaan yang dimiliki

dan mengaktualisasikan dirinya secara sempurna.

2. Pengertian Akhlak

Mengenai pengertian akhlak secara luas, banyak sekali tokoh yang


memberikan pengertian secara bervariasi. Akhlak adala keadaan dalam
jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan3. Sedangkan menurut Abdullah Darraz,
akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan
kehendak mana berkombinasi membawa kecendrungan pada pemilihan
pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang
jahat).
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang tertanam kuat atau
terpatri dalam diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan - perbuatan

1
Moh.Rosyid, Ilmu Pendidikan(Sebuah Pengantar)Menuju Hidup Prospektif, UPT.UNNES Press, Semarang,
hlm. 9
2
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2008, hlm. 24.
3
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo persada, Jakarta, 2010, hlm. 3.
yang tanpa melalui pemikiran atau perenungan terlebih dahulu. Artinya
bahwa perbuatan itu dilakukan dengan refleks dan spontan tanpa
dipikirkan terlebih dahulu, jika sifat yang tertanam itu darinya muncul
perbuatan-perbuatan terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat tersebut
dinamakan akhlak baik (akhlak al-mahmudah). Sedangkan jika yang
terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan dengan
akhlak buruk.
3. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak adalah suatu usaha sadar yang mengarahkan


pada terciptanya perilaku lahir batin manusia sehingga menjadi manusia
yang berbudi pekerti luhur, memiliki totalitas kepribadian yang baik
kepada dirinya sendiri atau orang lain.

Pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan


mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dalam
pendidikan. Pendidikan akhlak merupakan pendidikan mengenai dasar-
dasar moral(akhlak) dan keutamaan perangai, tabiat yang dimiliki dan
harus dijadikan kebiasaan oleh anak sejak dini hingga ia menjadi tua
nanti4.

4. Dasar Pendidikan Akhlak


Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur‟an dan al-Hadits, karena
akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-
Qur‟an dan alHadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan
kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur‟an sebagai dasar
akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan
bagi seluruh umat manusia, maka selaku umat Islam sebagai penganut
Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia, sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab: 21:

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر‬
‫هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬

4
Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam, Ponorogo Stain Press,2009.hlm.49
Artinya : Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan bahwasanya terdapat suri teladan
yang baik dalam diri Rasulullah SAW yang telah dibekali akhlak yang mulia
dan luhur. Selanjutnya juga dalam QS. Al-Qalam :

‫َظي ٍْم‬ ٍ ُ‫َواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخل‬


ِ ‫قع‬
Artinya :Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
(Q.S. al-Qalam : 4)

Bahwasannya Nabi Muhammad Saw dalam ayat tersebut dinilai


sebagai seseorang yang berakhlak agung (mulia). Hadits juga menyebutkan
tentang betapa pentingnya akhlak di dalam kehidupan manusia. Bahkan
diutusnya Rasulullah adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak yang
baik, sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang artinya: Aku diutus terutama
untuk menyempurnakan akhlak.

B. Definisi Pendidikan Karakter

1. Pendidikan karakter dalam perspektif islam


Karakter berasal dari bahasa Yunani karakter yang berakar dari
diksi “karasso” atau “charassein” yang berarti memahat atau mengukir,
sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan tanda 5.
Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai sifat
kejiwaan/tabiat/watak.
Karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-
sifat yang relatif tetap. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai
sifat manusia pada umumnya di mana manusia mempunyai banyak sifat
yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang. Definisi dari “The stamp of individually or group
impressed by nature, education or habit.” Karakter merupakan nilai-nilai
5
Abdullah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah, Sleman
,Pedagogia, 2010, hlm. 2.
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Salah satu karakter yang penting diajarkan adalah karakter religius.
Kemendiknas mengartikan bahwa karakter religius sebagai sikap dan
perilaku yang patuhdalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadahagama lain, serta hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
Sementara itu, Karakter religius adalah karakter manusia yang
selalu menyandarkan segala aspek kehidupannya kepada agama.Ia
menjadikan agama sebagai penuntun dan panutan dalam setiap tutur kata,
sikap, dan perbuatannya, taat menjalankan perintahTuhannya dan
menjauhi laranganNya. Karakter religius sangat penting, hal itu merujuk
pada pancasila, yaitu menyatakan bahwa manusia Indonesia harus
menyakini adanyaTuhan Yang Maha Esa dengan konsekuensi
melaksanakan segala ajaran agamanya.Dalam Islam seluruh aspek
kehidupan harus berlandaskan dan bersesuaian dengan ajaran Islam.6
2. Nilai – nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dianggap sebagai pendidikan nilai moralitas
manusia yang disadari dan dilakuakan dalam tindakan nyata. Tampak
disini
terdapat unsur pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada
pengetahuan untuk melakukannya. Nilai-nilai itu merupakan nilai yang
dapat membantu interaksi bersama orang lain secara lebih baik. Nilai
tersebut mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti hubungan dengan
sesama, diri sendiri, hidup bernegara, lingkungan dan Tuhan.7 Berikut
beberapa nilai – nilai Pendidikan karakter.

a. Jujur
6
Alivermana Wiguna , Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam ,Yogyakarta, Deepublish, 2014, hlm. 161.
7
Masnur Muslih, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
Bumi Aksara, Jakarta. 2011. hlm. 67.
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri maupun pihak
lain. Dalam ajaran Islam mengandung ajaran yang menyeluruh dan
terpadu, ia mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam
unsur-unsur keduniaan, maupun yang menyangkut hal-hal keakhiratan.
Sikap Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-
orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang
berlimpah untuk mereka. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada
perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan,
tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. 8
Perilaku jujur sejak masa lalu hingga masa kini sangat
diprioritaskan dalam kehidupan manusia. dengan berperilaku jujur
akan menjadikan hidup dan kehidupan manusia cenderung ke arah
yang lebih baik. Lebih lanjut, Mappanganro mengatakan bahwa
"pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan dapat dilakukan
kapan dan dimana saja, baik di sekolah, rumah tangga maupun di
tengah-tengah masyarakat. Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa
Karenanya, umat Islam selalu mempunyai perhatian yang tinggi
terhadap pelaksanaan pendidikan untuk kepentingan masa depan umat
Islam.12 Begitu pula dalam Al-Qur’an QS. Al-Ahzab: 70 Allah
bersabda :

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َوقُوْ لُوْ ا قَوْ اًل َس ِد ْيد ًۙا‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar.
b. Bertanggung jawab
Bertanggungjawab merupakan sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 9
Dalam wacana keislaman, tanggung jawab adalah tanggung
jawab personal. Seorang muslim tidak akan dibebani tanggung jawab
8
Mohtar Mas’oed, Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan ,Yogyakarta, UII Press, 1997, hlm. 37
9
Djohan Effendi, Spritualitas Baru: Agama dan Aspirasi Rakyat ,Yogyakarta, Interfidei, 1994, hlm. 26
orang lain. Tanggung jawab bisa dikelompokkan dalam dua hal.
Pertama, tanggung jawab individu terhadap dirinya pribadi. Dia harus
bertanggung jawab terhadap akal-pikirannya, ilmu, raga, harta, waktu,
dan kehidupannya secara umum. Kedua, tanggung jawab manusia
kepada orang lain dan lingkungan (sosial) di mana ia hidup. Diketahui
bersama bahwa manusia adalah makhluk yang membutuhkan orang
lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, ia
mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan
sosialnya. Kewajiban sangat erat kaitannya dengan eksistensi
seseorang sebagai bagian dari masyarakat. Oleh karena itu,
berdasarkan firman Allah swt dalam Al-Qur’an QS. Al-Ahzab: 72

ِ َ‫ض َو ْال ِجب‬


‫ال فَاَبَ ْينَ اَ ْن‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫اِنَّا ع ََرضْ نَا ااْل َ َمانَةَ َعلَى السَّمٰ ٰو‬
ُ ۗ ‫يَّحْ ِم ْلنَهَا َواَ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا َو َح َملَهَا ااْل ِ ْن َس‬
ۙ ‫ان اِنَّهٗ َكانَ ظَلُوْ ًما َجهُوْ اًل‬

Arinya : Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat


kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
c. Cinta Damai.
Semua agama mengajarkan kedamaian. Tindak kekerasan harus
dihilangkan. Selalu menjunjung tinggi sikap kebersamaan,
kekompakan dan persatuan. Kejahatan dan kekerasan menjadi musuh
bersama yang paling utama. Islam agama yang cinta damai,
menjunjung tinggi hak setiap warga masyarakat, mengedepankan sikap
toleransi dengan agama lain.
Penanaman rasa cinta damai pada anak dapat dimulai dengan
mengenalkan anak cara bersosialisasi yang baik dengan teman dan
orang lain. Mengajarkan pada anak untuk tidak membeda-bedakan
teman yang satu dengan yang lain, mengajarkan anak untuk tidak
memiliki rasa dendam terhadap orang lain, mengajarkan anak untuk
memiliki sportifitas dalam segala hal, mengajarkan anak untuk tidak iri
dengan oran lain atau teman.
Oleh karena itu, salah satu tugas pendidik adalah mendidik
peserta didiknya agar senantiasa mengedepankan sikap cinta damai.
Hal ini berdasarkan QS. Al- Furqan: 63,

ِ ْ‫َو ِعبَا ُد الرَّحْ مٰ ِن الَّ ِذ ْينَ يَ ْم ُشوْ نَ َعلَى ااْل َر‬


‫ض هَوْ نًا َّواِ َذا َخاطَبَهُ ُم‬
‫ْال ٰج ِهلُوْ نَ قَالُوْ ا َس ٰل ًما‬

Artinya : Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu


(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-
kata (yang mengandung) keselamatan.
d. Peduli sosial

Rasa kasih sayang adalah rasa yang timbul dalam diri hati yang
tulus untuk mencintai, menyayangi, serta memberikan kebahagian
kepada orang lain atau siapapun yang dicintainya. Kasih sayang
diungkapkan bukan hanya kepada kekasih tetapi kasih kepada Allah,
Orang tua, keluarga, teman, serta makhluk lain yang hidup dibumi.

Hidup akan terasa indah apabila selalu saling memberi kasih


dan saling menyayangi tanpa memandang perbedaan. makna dari kasih
sayang tersebut ialah selalu berbuat yang terbaik baik itu hubungan
antara kita dengan Tuhan, Manusia, alam dan Makhluk hidup lainnya
didunia ini. Oleh karena itu, seorang pendidik seharusnya mendidik
peserta didiknya untuk berkasih sayang terhadap sesama makhluk
Allah Swt,

e. Toleransi
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak
dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat10. Contohnya
adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu
10
Husein Muhammad, Mengaji Pluralisme Kepada Mahaguru Pencerahan Bandung, Mizan, 2011, hlm. 24
masyarakat menghormati keberadaan agama atau kepercayaan lainnya
yang berbeda.
Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai
adalah makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan
hidup11. Dengan demikian, tindakan toleransi sangat perlu karena
tindakan toleransi adalah salah satu tindakan mewujudkan tatanan
sosial yang harmonis sesuai dalam QS. An-Nahl: 125, yakni:

‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي‬ ُ ‫اُ ْد‬
َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬ َ ‫ك هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬ َ َّ‫ِه َي اَحْ َس ۗ ُن اِ َّن َرب‬
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
f. Mandiri

Mandiri berarti mampu menjalani kehidupan dengan


kemampuan diri sendiri, kemampuan untuk melakukan sesuatu seorang
diri tanpa banyak melibatkan bantuan orang lain. Setiap kita yang
merasa dirinya ingin sukses maka kita memerlukan sikap mandiri,
karena kemandirian adalah sikap yang mutlak diperlukan sebagai
prasyarat utama untuk meraih berbagai keberhasilan dalam kehidupan
ini. Sebagai suatu sikap positif, kita semua perlu memiliki sifat
mandiri12

Perilaku mandiri dalam ajaran Islam sangat ditekankan sesuai


dengan QS. Al-Mu’minun/62:

‫ق َوهُ ْم اَل‬ ُ ‫ف نَ ْفسًا اِاَّل ُو ْس َعهَ ۖا َولَ َد ْينَا ِك ٰتبٌ يَّ ْن ِط‬
ِّ ‫ق بِ ْال َح‬ ُ ِّ‫َواَل نُ َكل‬
ْ ‫ي‬
َ‫ُظلَ ُموْ ن‬

11
Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran , Bandung: Mizan, 2011, hlm. 43
12
Kasim Yahiji dan Damhuri, Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam syair Zuhdiyat Karya Abu Al-‘Athiyah,
Jurnal Al-Ulum, Vol. 14 No. 1, 2014, hlm. 85-108.
Artinya : Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya, dan pada sisi kami ada suatu Kitab yang
membicarakan kebenaran dan mereka tidak dianiaya.

g. Disiplin
Disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan. Sebuah proses pendidikan
tidak akan berhasil jika tidak ada penerapandisiplin kepada para
peserta didik. Disiplin adalah kemampuan memanfaatkan waktu
untukmelakukan hal-hal yang positif guna mencapai sebuah prestasi.
Disiplin juga berarti kemampuan berbuat hanya yang memberikan
manfaat bagi diri, orang lain, dan lingkungan.
h. Demokratis

Perilaku yang demokratis merupakan perilaku yang dapat


mendukung tegaknya prinsip-prinsip demokrasi. Perilaku demokratis
warga negara merupakan cerminan adanya kepribadian yang
demokratis terbentuknya karakter bagi wargna negara, termasuk
peserta didik13.

Perilaku demokratis sangat dianjurkan dalam ajaran Islam


sesuai dengan QS. As-Syura: 38, sebagai berikut

‫ةَ َواَ ْم ُرهُ ْم ُشوْ ٰرى بَ ْينَهُ ۖ ْم‬£ۖ‫َوالَّ ِذ ْينَ ا ْستَ َجابُوْ ا لِ َربِّ ِه ْم َواَقَا ُموا الص َّٰلو‬
َ‫ۚ َو ِم َّما َر َز ْق ٰنهُ ْم يُ ْنفِقُوْ ن‬
Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.

i. Gemar Membaca
Membaca merupakan gerbang ilmu dan kunci sukses dalam
dunia akademis anak. Oleh karena itu kebiasaan membaca harus
diajarkan sejak anak usia dini. Tetapi, untuk mendidik anak agar rajin
13
Kasim Yahiji dan Damhuri, Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam syair Zuhdiyat Karya Abu Al-‘Athiyah,
Jurnal Al-Ulum, Vol. 14 No. 1, 2014, hlm. 87-108.
.
membaca bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan rangsangan
yang tepat agar anak mau terbiasa membaca sejak kecil. Para orang tua
harus kreatif dan cerdas dalam mengajarkan kebiasaan membaca untuk
anak. Oleh karena itu, dalam mendidik anak agar gemar membaca
diperlukan cara dan tips yang tepat sehingga anak mau sedikit-sedikit
menyukai kebiasaan membaca14.
j. Kerja Keras
Kerja keras dapat diartikan melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau dicita-
citakan. Kerja keras dapat dilakukan dalam segala hal, mungkin dalam
bekerja mencari rezeki, menuntut ilmu, berkreasi, membantu orang
lain, atau kegiatan yang lain. Bekerja keras merupakan salah satu
ajaran Islam yang harus dibiasakan oleh umatnya. Islam menganjurkan
umatnya agar selalu bekerja keras untuk mencapai keinginan dan cita-
cita. Secara tegas mengingatkan bahwa kita dilarang hanya
mementingkan kehidupan akhirat, dan melupakan kehidupan dunia.
k. Peduli Lingkungan
Lingkungan hidup merupakan faktor yang sangat penting
dalam kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, menjaga dan
mengelola lingkungan hidup dengan baik merupakan sebuah
keharusan. Jika lingkungan hidup terus diabaikan dan dirusak, manusia
bukan hanya akan mendapat kerugian, tapi juga akan binasa.15
Perilaku peduli lingkungan ini juga dijelaskan di dalam Al
Qur’an, hal ini dapat di lihat QS Al-Qashash: 77
‫وا ْبتَغ ف ْيمٓا ٰا ٰتى َ هّٰللا‬
‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َواَحْ ِس ْن َك َمٓا‬ َ َ‫َص ْيب‬ ِ ‫سن‬ َ ‫ار ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬
َ ‫ك ُ ال َّد‬ َ ِ ِ َ
َ‫ض ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬
ِ ْ‫ك َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِى ااْل َر‬ َ ‫اَحْ َسنَ هّٰللا ُ اِلَ ْي‬

Artinya : Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu,
14
Ismail SM dan M. Agung Hidayatullah, Learning to live together: Penanaman Karakter Pada Usia Dini,
Jurnal Al-Ulum, Vol. 14 (10), 2014 , Gorontalo, IAIN Sultan Amai, hlm. 229-246.
15
Suhaimi, Pendidikan dalam Platfrom Politik Nurcholish Madjid, Jurnal Al-Ulum, Vol. 14(1), 2014,
Gorontalo: IAIN Sultan Amai, hlm. 189-210
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

3. Lingkungan dan penanggung jawab pembentukan Pendidikan karakter

Menurut Karman, ada tiga lingkungan yang dapat membentuk anak yaitu:

a. Lingkungan keluarga

Keluarga berperan penting dalam proses pembentukan


karakter anak. Faktor keluarga (orang tua) sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Tinggi
rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup
ataukurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, akrab atau
tidaknya hubungan orang tuadengan anak-anaknya, semua itu turut
mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak16.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian


bahwa setiap anak yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk
beragama (mengenal atau mengakuikeesaan Allah), namun bentuk
keyakinan yang akan dianut oleh anak sepenuhnya tergantung
bimbingan dan pengaruh kedua orangtua mereka.

b. Lingkungan sekolah

Sekolah juga berperan dalam pembentukan karakter


anak.Sebagai lembaga pendidikan sekolah menanamkan karakter
kepada peserta didik. Sekolah memiliki misitertentu dalam
membentuk manusia yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia
sesuaidengan aturan yang berlaku.

c. Lingkungan masyarakat

Masyarakat berperan besar dalam proses membentuk


karakter, karena sebagian besarwaktu bermain, bergaul,
berinteraksi anak berada di masyarakat. Sifat- sifat lingkungan

16
M. Dalyono,Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2015), hlm. 59
masyarakat setempat pola hidup, norma norma, adat istiadat,dan
aturan-aturan lain yangmempengaruhi karakter anak17.

4. Metode Pendidikan Karakter


Istilah lain yang mempunyai makna senada dengan strategi adalah
metode. Dapat dikatakan bahwa jika pendekatan dijabarkan akan
menghasilkan suatu metode.Metode merupakan prosedur, urutan, langkah-
langkah, dan cara. Metode-metode yang ditawarkan Abdurrahman An-
Nahlawi dalam bukunya Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi,
diantaranya yaitu :
a. Metode Hiwar atau Percakapan
Metode hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara
dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik, dan
diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki. Dalam proses
pendidikan metode hiwar mempunyai dampak yang sangat mendalam
terhadap pendengar (mustami’) atau pembaca yang mengikuti topik
percakapan dengan seksama. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak
(pendidik dan peserta didik) langsung terlibat dalam pembicaraannya
secara timbal balik, sehingga tidak membosankan. Dialog seperti ini
mendorong kedua belah pihak untuk saling memperhatikan terus pola
pikirnya, sehingga dapat menyingkap suatu hal yang baru.18
b. Metode Qishah atau cerita

Qishshah/kisah, yaitu menyampaikan peristiwa faktual atau


imajinatif sesuai dengan kronologis kejadiannya.Dalam pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah, kisah sebagai metode pendukung
pelaksanaan pendidikan memiliki peranan memiliki peranan yang
sangat penting.Karena didalam kisah terdapat berbagai keteladanan
dan edukasi.19

Menurut Al Bayanuni yang dikutip oleh Ulil Amri Syafri dalam


bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’ an,
17
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter , Bandung:, Konsep danAplikasinya dalam lembaga Pendidikan ,2009,
hlm .71.
18
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implemestasi, Bandung: Alfabeta, 2017, hlm. 88-89
19
M. Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah, Tangerang: Lentera Hati, 2008, hlm. 314.
bahwa dalam suatu keteladanan memiliki tiga karakteristik: Pertama,
“artinya orang lebih cepat melihat lalu melakukan daripada dengan
lisan atau verbal”. Kedua, minimnya kesalahan karena mencontoh
secara langsung. Ketiga, keteladanan lebih berpengaruh, berkesan, dan
membekas dalam hati seseorang dibandingkan hanya dengan
pemberian teori belaka.”20

c. Metode Amtsal atau perumpamaan


Metode perumpamaan ini hampir sama dengan metode kisah
yaitu dengan berceramah (berkisah atau membacakan kisah) atau
membaca teks. An-Nahlawi menyebutkan adanya tujuan pedagogis
dalam metode ini diantaranya adalah mendidik akal supaya berpikir
logis dan menggunakan qiyas yang logis dan sehat. Selain itu
perumpamaan merupakan motif yang menggerakkan perasaan
menghidupkan naluriyang selanjutnya mendorong untuk melakukan
amal baik dan menjauhi segala kemunkara
d. Metode Uswah atau Keteladanan
Pada umumnya peserta didik cenderung meneladani (meniru)
guru atau pendidiknya. Seorang guru harus bisa mencontohkan
perilaku-perilaku yang baik bagi siswanya, sebagaimana junjungankita
Nabi Muhammad SAW menjadi suri tauladan bagi kita semua ,
sebagaimana yangdifirmankan Allah dalam firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulallah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.(Q.S. Al
Ahzab, ayat 21)
Di dalam Tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa, sesungguhnya
norma-norma yangt inggi dan teladan yang menghendakinya. Yaitu
hendaknya kalian mencontoh Rasulullah SAW. Di dalam amal
perbuatannya, dan hendaknya kalian berjalan sesuai dengan petunjuk-
Nya, seandainya kalian benar-benar menghendaki pahala dari Allah
serta takutakan adzab-Nya di hari semua orang memikirkan dirinya
sendiri dan pelindung serta penolong ditiadakan, kecuali hanya amal

20
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm.143
saleh yang telah dilakukan seseorang (padahari kiamat). Dan adalah
kalian orang-orang yang selalu ingat kepada Allah dengan ingatan
yang seharusnya membimbing kamu untuk taat kepada-Nya dan
mencontoh perbuatanperbuatan rasul-Nya21.31
Dari tafsiran diatas, sudah jelas bahwa teladan yang baik sudah di
depan mata yaitu nabi Muhammad saw bagi para sahabat nabi, jika
dikaitkan dengan seorang siswamaka sudah jelas bahwa teladan yang
baik bagi mereka ialah guru-guru mereka. Seorangsiswa biasanya suka
memperoleh tingkah laku baru apabila langsung dari
penyaksiannya,artinya ia suka mempraktekkan dalam bentuk tingkah
laku apa yang dia dilihat.
e. Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agarsesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode
pembiasaan (habituation) ini berintikan pengalaman. Karena yang
dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan.22.
f. Metode‘Ibra atau Mau’idah
Menurut An-Nahlawi kedua kata tersebut memiliki perbedaan
dari segi makna. Ibrah berarti suatu kondisi psikis yang menyampaikan
manusia kepada intisari sesuatuyang disaksikan, dihadapi
menggunakan nalar yang menyebabkan hati
mengakuinya.Sedangkankata mau’idhoh ialah kata nasihat yang
lembut, yang diterima oleh hatidengan cara menjelaskan pahala atau
ancamannya23.

5. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu


yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini,
maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun
harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.24
21
Ahmad Mustofa Al-Maraghi , Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1992, hlm. 277
22
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implemestasi, ..., hlm. 89.
23
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implemestasi, ..., hlm. 96
24
Muslih, Pendidikan Karakter, 29.
Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas,
tidak hanya otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi
adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa
depan. Dengan kecerdasan emosi, seseorang akan dapat berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.

Pendidikam Karakter dari segi pendidikan, pendidikan karakter


bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk


bangsa yang tangguh, kompetitif, nerakhlak mulai,bermoral, bertoleran,
bergotongroyong, berjiwa patriotik, berkembag dinamis, beroreantasi pada
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. 25. Dengan
demikian, menurut penulis tujuan pendidikan karakter memiliki fokus
pada pengembangan potensi peserta didik secara keseluruhan, agar dapat
menjadi individu yang siap menghadapi masa depan dan mampu survive
mengatasi tantangan zaman yang dinamis dengan perilaku-perilaku yang
terpuji.

C. Hubungan Pendidikan Akhlak dengan Pendidikan Karakter


Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa pendidikan
karakter mempunyai orientasi yang sama, yaitu pembentukan karakter. Keduanya
memiliki ruang untuk saling mengisi. Akhlak merupakan komponen dasar Islam yang
berisi ajaran tentang perilaku atau moral. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan
cerminan dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik
merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan
dalam prilaku nyata sehari-hari. Pembahasan akhlak meliputi akhlak kepada Allah,
akhlak kepada manusia, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada keluarga, serta
akhlak kepada lingkungan.
25
M. Mahbubi, Pendidikan Karakter: Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter , ..., hlm. 42
Begitu pentingnya akhlak, sekolah pun kini menerapkan pelajaran aqidah
akhlak yang bertujuan untuk membentuk pribadi seseorang agar memiliki karakter
yang baik serta iman yang kuat. Akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat
pada diri seseorang yang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau
perbuatan. Akhlak yang baik akan menimbulkan karakter yang baik pula. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar antara akhlak
dan karakter/budi pekerti. Keduanya bisa dikatakan sama.

KESIMPULAN

Pendidikan akhlak merupakan pendidikan mengenai dasar-dasar moral(akhlak) dan


keutamaan perangai, tabiat yang dimiliki dan harus dijadikan kebiasaan oleh anak sejak dini
hingga ia menjadi tua nanti. Terdapat suri teladan yang baik dalam diri Rasulullah SAW yang
telah dibekali akhlak yang mulia dan luhur.Diutusnya Rasulullah adalah dalam rangka
menyempurnakan akhlak yang baik.

Pendidikan karakter dapatlah dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan


karakter bangsa pada diri peseta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Dengan
demikian, pendidikan karakter merupakan pendidikan untuk membentuk kepribadia
seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
seseorang, yaitu tingkah laku baik, jujur, bertanggungjawab,menghormati hak orang lain,
kerja keras dan lain sebagainya. Dengan penerapan pendidikan karakter terhadap peserta
didik diharapkan terjadi proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat
sehingg membuat orang dan masyarakat berada.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, A.S. 1992. Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang.
Dalyono,M. 2015. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Effendi, D. 1994. Spritualitas Baru: Agama dan Aspirasi Rakyat ,Yogyakarta: Interfidei

Gunawan,H. 2017. Pendidikan Karakter Konsep dan Implemestasi, Bandung: Alfabeta

Husein, M. 2011. Mengaji Pluralisme Kepada Mahaguru Pencerahan Bandung: Mizan

Ismail. S & Hidayatullah, A. 2014. Learning to live together: Penanaman Karakter Pada Usia
Dini, Jurnal Al-Ulum, Gorontalo: IAIN Sultan Amai, Vol. 14 (10), hlm. 229-246.
Masduqi,I. 2011. Berislam Secara Toleran , Bandung: Mizan

Mas’oed, M. 1997. Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan ,Yogyakarta : UII Press

Munir,Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah,
Sleman: Pedagogia
Muslih,M. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
Jakarta : Bumi Aksara
Mahbubi, M. 1999. Pendidikan Karakter: Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan
Karakter.

Muslih, 2002. Pendidikan Karakter,


Nata, Abudin. 2010. Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo persada
Prahara,E.Y. 2009. Materi Pendidikan Agama Islam, Ponorogo : Stain Press

Rosyid,M, 2001. Ilmu Pendidikan (Sebuah Pengantar) Menuju Hidup Prospektif, Semarang :
UPT.UNNES Press,
Suhaimi, 2014. Pendidikan dalam Platfrom Politik Nurcholish Madjid, Jurnal Al-Ulum.
Gorontalo: IAIN Sultan Amai, Vol. 14(1). hlm. 189-210
Shihab, M.Q. 2008. Tafsir Al Misbah, Tangerang: Lentera Hati.
Syafri, Ulil Amri. 2014. Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers
Tafsir,A. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : PT Remaja Rosda
Karya
Wiguna,A. 2014. Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam ,Yogyakarta : Deepublish
Yahiji, K & Damhuri, 2014. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam syair Zuhdiyat Karya Abu
Al-‘Athiyah, Jurnal Al-Ulum, Vol. 14 (1), hlm. 85-108.

Zubaedi, 2009. Desain Pendidikan Karakter , Bandung: Konsep danAplikasinya dalam


lembaga Pendidikan

Zulkifli. (2019). Pengantar Studi Islam. Tangerang: UWAN.

Anda mungkin juga menyukai