KAJIAN TEORI
A. Nilai-nilai Akhlak
Inggris) dan dari bahasa Latin yaitu “valere” secara harfiah berarti
berada dalam hati nurani dan pikiran sebagai suatu keyakinan atau
kepercayaan.2
diri. Nilai adalah sesuatu yang berharga baik menurut logika, estetika,
etika, Agama, dan menjadi acuan atas sistem keyakinan diri maupun
1
Hasan Alwi, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.
783.
2
Prof. Dr. Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Moral, (Bandung: Alfabeta,
2007), Cet. 1., hlm. 50.
26
27
kehidupan.3
manusia. Akan tetapi, agar lebih jelas dan meyakinkan , kata “akhlak”
praktis yang setiap hari kita dengar, tetapi sekaligus dipahami secara
oleh Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., antara lain sebagai berikut:6
3
Ibid., hlm. 27-28.
4
Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), Cet. 3., hlm. 9.
5
Dr. Subur, M.Ag., Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah, (Yogyakarta: Kalimedia,
2015), hlm. 64.
6
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010),
hlm. 13-15.
28
dibagi menjadi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula
saling melengkapi dan memiliki lima ciri penting dari akhlak, yaitu:
pemikiran.
c) Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
tanpa dibuat-buat atau tanpa dorongan dari luar. Jika perbuatan itu baik
akhlak tercela.
7
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. dan Drs. K.H. Abdul Hamid, M.Ag., Ilmu Akhlak,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 15.
30
melakukan apa yang harus diperbuat, yakni perbuatan yang baik atau
buruk.
)١٢( َكثِيرًا
memiliki akhlak yang paling mulia. Oleh karena itu, seluruh umat
manusia yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan bagi orang-
orang yang senantiasa mengharap rahmat dan kasih sayang Allah dan
8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume. 10., hlm. 438.
31
ِ َّللاَ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإلحْ َسا ِن َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َش
اء َو ْال ُم ْن َك ِر إِ هن ه
9
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010),
hlm. 33.
10
Abdul Majid, Op.Cit., hlm. 59.
32
baik atau berakhlakul karimah bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dan Allah melarang segala perbuatan dosa yaitu berbuat jelek dan
dinilai dari tiga hal, yaitu: kesesuaian antara perkataan dan perbuatan,
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume. 6., hlm. 697.
12
Abdul Majid, Loc.Cit., hlm. 60.
33
akhlak yang baik harus dilakukan tanpa adanya paksaan atau dorongan
2. Macam-macam Akhlak
akhlak yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu akhlak
yang baik atau terpuji (mahmudah), dan akhlak yang buruk atau tercela
(madzmumah).
13
Aminuddin, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. 1., hlm. 96.
34
14
Kasmuri Selamat, Akhlak Tasawuf Upaya Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan
Ilahi, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 51.
15
Prof. Dr. Rosihon Anwar, Op.Cit., hlm. 88.
35
16
Ibid., hlm. 89-114.
36
orang tua, dan segala perbuatan tercela menurut Al-Qur’an dan As-
Sunnah.18
a. Insting
17
Ibid., hlm. 121.
18
Dr. H. M. Jamil, MA., Op.Cit., hlm. 16-20.
37
sifat jiwa yang pertama yang membentuk akhlak, yang tidak dapat
diasuh.19
kepribadiannya.20
c. Lingkungan
kemajuan hidup.
19
Prof. Dr. Ahmad Amin, Etika; Ilmu Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), Cet. 8.,
hlm. 17-19.
20
Ibid., hlm. 37.
38
keluarga yang harmonis, sekolah yang maju, kawan yang baik dan
d. Kebiasaan
atau buruk karena dua faktor, yaitu kesukaan hati kepada suatu
dalam hati maka perbuatan itu akan sia-sia. Dan tidak hanya
senang dalam hati saja tanpa adanya perulang, maka tidak akan
21
Ibid., hlm. 41-43.
39
baik.22
e. Kehendak
dan pertimbangan.
22
Ibid., hlm. 21-24.
40
f. Pendidikan
23
Ibid., hlm. 48-51.
41
berakhlak mulia.24
hasil dari pendidikan telah berhasil dan apabila akhlak itu buruk
juga harus adanya peran orang tua di dalamnya. Sebab orang tua
24
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 110.
25
Ridwan Abdullah Sani, Pendidikan Karakter Mengembangkan Karakter Anak yang
Islami, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Cet.1., hlm. 4.
42
26
Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 81.
27
Ary Ginanjar, ESQ Emotional Spiritual Quontient, (Jakarta: Arga Wijaya Persada,
2010), hlm. 9.
43
ditetapkan.28
28
Agus Efendi, Op.Cit., hlm. 172.
29
Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 1., hlm. 13-16.
44
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang
lain.
intelektual.
Kesadaran diri tidak lepas dari rasa percaya diri, rasa percaya
dan inovasi.31
30
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 97.
31
Ibid., hlm. 77.
46
antara lain:32
lebih baik.
32
Ibid., hlm. 181-182.
47
d). Empati.
lain, kemampuan mengelola emosi dengan baik dalam diri sendiri serta
33
Ibid., hlm. 158.
48
disebut street smart atau kemampuan khusus yang disebut akal sehat.
kemampuannya tersebut.
34
Muhammad Muhyidin, Manajemen ESQ Power, (Jogjakarta: DIVA Press, 2007), Cet.
1., hlm. 49.
49
pada tindakan.35
dihubungkan dengan kalbu, atau term lain yang mirip dengan aktifitas
hati yang jernih, dan mendengar apa yang telah terjadi dalam
kesalahan-kesalahannya.
35
Ibid.,hlm. 37.
36
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume. 8. hlm. 235.
50
Emosi yang ada di dalam hati harus selalui dilatih dengan baik
As-Sunnah. Apabila emosi yang ada di dalam hati sudah terta dengan
baik, dan jernih, maka dapat mengenali dan mempergunakan suara hati
diajarkan oleh Rasulullah 1.400 tahun yang lalu, jauh sebelum konsep
EQ diperkenalkan saat ini sebagai sesuatu yang lebih penting dari IQ.37
37
Ary Ginanjar, Loc.Cit., hlm. 285-286.
51
Tuhanan.39
38
Sudirman Tebba, Loc.Cit., hlm. 24.
39
Agus Nggermanto, Quantum Quotient Kecerdasan Quatum, (Bandung: Nuansa, 2003),
hlm. 37.
40
Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,
(Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), hlm. 57.
52
suara hati dalam otak manusia. God spot merupakan faktor-faktor yang
41
Ibid., hlm. 46.
53
ق ه
َ َّللاِ َذ ِل
ك ِ اس َعلَ ْيهَا َال تَ ْب ِدي َل ِل َخ ْل
َ َّللاِ اله ِتي فَطَ َر النه ْ ك ِللدِّي ِن َح ِنيفًا ِف
ط َرةَ ه َ َفَأ َ ِق ْم َوجْ ه
42
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume. 11. hlm. 60.
43
Jalaluddin Rahmat, Menyinar Relung-relung Ruhani Membangun EQ dan SQ Cara
Sufi, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 113-114.
54
lebih dalam. Sebab mengenal diri, maka dia mengenal tujuan dan
makna terhadap apa yang telah terjadi pada dirinya. Orang yang
apa yang dia pilih. Karena apa yang dia lakukan sesuai dengan apa
sehingga kalau mengganggu apa pun dan siapa pun pada akhirnya
akan kembali kepada diri sendiri. Oleh karena itu, orang yang
cerdas secara spiritual tidak akan menyakiti orang lain dan alam
sekitar.
dan mengoptimalkan God spot atau suara hati secara efektif yang
kehidupan sehari-hari.
C. Pendidikan Karakter
44
Hasan Alwi, dkk., Loc.Cit, hlm. 263.
45
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depag RI,
2003), hlm. 34.
58
SWT.
bahasa Inggris, yaitu character yang berarti pribadi, sifat, dan watak.
46
Hamdani Hamid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2013), hlm. 3.
59
dapat pula dipahami sebagai sifat pribadi yang relatif stabil pada diri
standar nilai dan norma yang tinggi. Karakter merupakan nilai yang
47
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), hlm. 521.
48
Hamdani Hamid, Op.Cit., hlm 30.
60
49
Dr. H. M. Najib, M.Hum, Manajemen Masjid Sekolah sebagai Laboratorium
Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasinya, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), Cet. 1.,
hlm. 44.
50
Nurul Zuhriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 19.
61
insan kamil.51
kepada lingkungannya.52
dengan Allah dan sesama manusia yang terwujud dalam pikiran, sikap,
hukum, tata krama, kultur serta adat istiadat, yang diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
51
Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 43.
52
Dharma Kesuma dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), hlm. 5.
62
bahwa pendidikan yang pertama kali dan utama diberikan pada anak
53
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume. 11. hlm. 127.
63
karimah.
54
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 19-22.
64
keberhasilan akademik.
lebih bermartabat.
maupun di rumah.
66
keluarga.55
berada di jalan yang lurus sesuai petunjuk Allah SWT melalui firman-
55
Dharma Kesuma dkk., Loc.Cit., hlm. 9-11.
56
Pupuh Fathurrohman, dkk., Pengembangan Pendidikan Karakter, (Bandung: Refika
Aditama, 2013), hlm. 145-146.
68
1. Pengertian Novel
Prancis roman. Dalam hal ini novel diartikan sebagai cerita atau roman
serangkaian peristiwa dan latar (plot) secara tersusun dan rapi.57 Dalam
yang diturunkan dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru
atau drama, novel baru muncul kemudian. Novel adalah suatu cerita
cerita.
57
Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, ( Yogyakarta: Absolut, 2011),
hlm. 350.
58
Hasan Alwi, dkk., Loc.Cit, hlm. 788.
59
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa,
1991), hlm. 164.
69
padu.61
Popularitas novel sebagai karya sastra terjadi karena daya pikat cerita
60
Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
Cet. 1., hlm. 7.
61
Sugihastuti, Kritik Sastra Faminis Teori dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), hlm. 43.
70
2. Media Pendidikan
diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena
itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu
laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya
hanya dipandang sebagai alat bantu belaka, tetapi lebih sebagai alat
penyalur pesan dari pemberi pesan (guru, penulis buku, produsen, dan
62
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hlm. 1.
63
Ibid., hlm. 3.
64
Arief. S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 10.
71
mengajar.65
guru serta dapat membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
65
Prof. Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),
Cet. 1., hlm. 147.
72
mengingatnya kembali.66
dalam belajar.67
66
Ibid., hlm. 15-17.
67
Ibid., hlm. 25.
73
citakan.
rohani manusia.
68
Nana Sudjana, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), Cet. 8.,
hlm. 2-3.
74
atau kisah. Cerita dalam novel adalah cerminan yang bagus dan
sesuatu.69
cerita dari episode demi episode atau dari awal adegan sampai adegan
yang terakhir. Disadari atau tidak cerita membawa para pembaca atau
69
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 12., hlm. 56-57.
75
senang, benci atau merasa kagum. Teknik yang dilakukan dengan cara
Ibrah. 70
perasaan dan pikiran. Oleh karena itu Islam menjadikan cerita sebagai
Jenis novel yang baik adaah jenis novel yang bisa mengubah
Salah satu novel yang kaya akan nilai-nilai agama khususnya akhlak
pendidikan dan generasi muda saat ini sudah krisis karakter, dilihat