Anda di halaman 1dari 42

PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

DISUSUN OLEH : PUTRI AMALIA (1920100235)

DOSEN PENGAMPU :

DIDIK MAULANA, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PADANGSIDIMPUAN

T.A 2019/2020
RESUME KELOMPOK 1

METODOLOGI STUDI ISLAM

Metodologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua suku kata yaitu mehtodos yang
berarti cara atau jalan, dan logos yang berarti ilmu. Metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara
untuk memudahkan seseorang memahami sesuatu.

Pembelajaran yaitu proses pertumbuhan yang disebabkan oleh proses pendewasaan biologis.
Karena belajar merupakan proses perubahan tingkah laku (baik yang dilihat maupun tidak)., maka
keberhasilan belajar trletak pada perubahan tingkah laku yang secara relative dan permanen.

Perubahan yang terjadi dari hasil belajar menurut taksonomi bkoom meliputi domain-domain
sebagai berikut :

1. Kognirif yaitu meliputi perubahan dari segi penguasaan pengetahan dan perkembangan
keterampilan yang diperlakukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.

2. Afektif yaitu meliputi perubahan dari segi sikap mental, perasaan dan kesdaran.

3. Psikomotorik yaitu meliputi perubahan dalam segi bentuk motoric.

Dengan demikian anak adapat belajar secara aktif dan guru berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing dan pengorganisir terhadap proses belajar.

Adapun menurut Raflis Kosasi pembelajaran adalah usaha untuk membuat siswa dapat belajar
yaitu usaha yang dilakukan guru untuk merubah tingkah laku pada diri anak yang disebabkan oleh
interaksi antara anak dengan lingkungannya. Adapun perubahan tersebut terjadi Karena adanya
faktoer yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Faktor intern yaitu dari diri sendiri.


2. Faktor ekstern yaitu yaitu lingkungan yang dapat merangsang, menunjan dan memperlancar
proses belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses usaha mengubah prilaku
anak yang menggunakan interaksi trhadap lingkungan sehingga tercipta kondisi belajar yang baik.

Adapun pengertian Akidah Akhlak yaitu akidah akhlak tersiri dari dua kata akidah dan akhlak
akidah yaitusecara bahasa berasal dari kata adada-yaqidu-aqidatan yang artinya ikatan atau
perjanjian. . Sedangkan secara istilah adalah eyajinan hati terhadap sesuatu. Adapun akhlak secara
bahasa berasal dari bahasa arab yaitu kholaqun-akhlaqun yang artinya tingkah laku, perangai, tabiat,
watak, moral, atau budi pekerti.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metodologi pembelajaran akidah akhlak adalah
jalan atau cara yang digunakan untuk memberikan pemahaman atau perubahan kepada seseoran
agar percaya dan yakin terhadap Allah SWT didalam hatinya dan dibuktikan dengan tingkah
lakunya.yang baik.

1
Kedudukan Metodologi Pembelajaran Akidah Pembelajaran

Pembelajaran Akidah akhlak adalah upaya untuk menyiapkan peserta didik mengenal,
memahami, menghayati, dan mengimani Allah SWT dan merealisasikan dalam perilaku kehidupan
sehari-hari berdasarkan Alquran dan hadis. Metode yang berkaitan erat dengan pembelajaran
akidah akhlak yaitu metode kisah. Metode kisah sangat efektif dalam pembelajaran Akidah akhlak
contohnya tentang kisah para nabi, para ulama, dan tokoh-tokoh islam yang dapat dijadikan sebagai
ibrah untuk memperbaiki akidah dan akhlak peserta didik menjadi ebih baik ntuk mewujudkan insan
kamil yang berkualitas dari segi dza hiriyahnya dan batiniyahnya.

Adapun indikator metode kisah dalam pembelajaran akidah akhlak adalah :

1. Selama proses pembelajaran peserta didik lebih antusias dan tidak mudah jenuh
2. Peserta didik kebih mudah memahami materi yang disammpaikan.
3. Dapat merubah tingkah laku atau akhlak peseta didik.
4. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Akidah akhlak.
5. Dapat melahirkan generasi muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlakul karimah.

Apabila indikator diatas telah terlaksan aselama pembelajaran Akidah akhlak maka dapat
diartikan bahwa metode kisah tersebut sudah efektif dan bisa menjadi metode yang digunakan
untuk matapelajaran pendidikan agama islam. Pendidik juga dapat memadukan metode kisah
dengan metode lainnya yang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga lebih bervariasi dan
menyenangkan bagi peserta didik.

Urgensi Mempelajari Metodologi Akidah Akhlak

Pendidikan adalah salah satu upaya yang paling baik untuk individu atau kelompok. Melalui
pendidikan tingkah laku atau akhlak manusia dapat dibentuk, dimulai dari budi pekerti dan agama
serta bagaimana mereka bersifat dan bersikap setiap harinya. Akidah akhlak biasa hadir dan dibahas
di pembelajaran agama, namun dilakukan di masyarakat dan social. Karena melakukan sesuatu
dengan baik, sama saja dengan belajar untuk menguasai konsep diri di bidang akhlakul Kharimah.

Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam bertingkah
laku. Dari sisi manfaatnya, kehadiran agama tidak hanya memberikan bimbingan dan arahan agar
menemukan dimensi spritualisme saja, namun juga berdampak pada sisi sosiologis yang terkait
tentang keseimbangan hidup untuk senantiasa berbuat baik dan memberikan kepedulian kepada
sesama, terutama untuk hidup berdampingan atau bersocialan.

Namun dalam realitasnya yang terjadi di masyarakat sekarang ini untuk terbentuknya pribadi
muslim yang baik sangatlah sulit, karena telah banyak terjadi penyimpangan norma, etika, tingkah
laku sebagai bentuk kemerosotan mental atau moral kepribadian yang sangat tidak sesuai dengan
etika ajaran Islam ataupun budaya ketimuran bangsa Indonesia. Terlebih untuk kalangan anak muda
atau milenial di zaman sekarang ini, karena sudah banyak candu dari warga asing melalui
kecanggihan zaman ini. Dengan semua itu, mereka menganggap soal etika dan akhlak remeh, walau
di tengah lembaga-lembaga social. Akidah juga berupa keyakinan bagi diri manusia, keyakinan
adalah penggerak semua aktifitas manusia. Sikap dan perbuatan manusia pada dasarnya adalah
cerminan dari keyakinannya. Selanjutnya, Kaidah menjadi penting karena dua hal yakni:

2
• Pertama, akidah adalah bagian terpenting dalam ajaran Islam. Jika ajaran Islam ini
diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah jantung yang memompa darah
kehidupan ke sekujur badan. Demikian halnya dengan akidah.
• Kedua, akidah mempunyai manfaat yang besar dalam kehidupan. Hidup ini sangat labil,
penuh dengan ujian dan cobaan. Untuk menghadapi situasi semacam ini manusia
memerlukan pegangan.

Akhlak yang mulia adalah pertanda kematangan iman serta merupakan kunci kesuksesan hidup
di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus oleh Allah untuk mengemban
misi penyempurnaan akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu.
Beliau bersabda:

ِ ‫ٳنَّ َمابُعِثْتُ ِِلُتَمِم َمك‬


ِ َ‫َار َم ْاِلَ ْخال‬
)‫ق (رواه أحمدوالبيهقى‬
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk. Biasanya orang bertakwa
akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan baik merupakan wujud
kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk.
Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang
ditunjukkan. Bahkan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang berakhlak
jika dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya.

3
RUSUME KELOMPOK 2

Relevansi Metodologi Pembelajaran dengan Tujuan Pembelajaran Akidah akhlak

A. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Pengertian Aqidah Akhlaq Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu
[ ]ً‫عقْد‬
َ -ُ‫يَعْ ِقد‬-‫عقَ َد‬
َ artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah
menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan
rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh
badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah
adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang
tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan
keraguan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah


dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari
ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan
yang mengikat. Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [ ]‫خلق‬
jamaknya [ ]‫أخالق‬yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi
pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan.
Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut
pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah,
atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-
perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.

1.Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlaq


A. Fungsi
Mata pelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah berfungsi untuk :
• Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat
• Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlaq mulia
peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam
lingkungan keluarga
• Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui
Aqidah Akhlaq ;
• Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari
• Pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari
budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari
• Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlaq, serta sistem

dan fungsionalnya.

• Penyaluran peserta didik untuk mendalami Aqidah Akhlaq pada jenjang


4
• pembelajaran yang lebih tinggi.

B. Tujuan
Mata pelajaran Aqidah Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik
tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yan terus berkembang
dan meningkat kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.

B. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlaq

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya


dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq adalah
sebagai berikut:

a. Pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan mata pelajaran yang dikembangkan


dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari Al-
Quran dan Al-Hadits. Untuk kepentingan pembelajaran, dikembangkan materi
Aqidah dan Akhlaq pada tingkat yang lebih rinci sesuai tingkat dan jenjang
pembelajaran.
b. Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan yang tersimpul dan
terhujam kuat di dalam lubuk jiwa atau hati manusia yang diperkuat dengan dalil-
dalil naqli, aqli, dan wijdani atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan
rukun iman yang enam yaitu, iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir. Prinsip-prinsip Akhlaq adalah
pembentukan sikap dan kepribadian seseorang agar berakhlak mulia atau Akhlaq Al-
Mahmudah dan mengeliminasi akhlak tecela atau akhlak Al-Madzmumah sebagai
manifestasi akidahnya dalam perilaku hidup seseorang dalam berakhlak kepada
Allah dan Rasul-Nya, kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada alam
serta makhluk lain.
c. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan salah satu rumpun mata pelajaran
pembelajaran agama di madrasah (Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Syari’ah/Fiqih
Ibadah Muamalah dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang secara integratif menjadi
sumber nilai dan landasan moral spiritual yang kokoh dalam pengembangan
keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian Aqidah dan Akhlaq yang terkait
dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya.
d. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk
menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang Aqidah dan Akhlaq dalam ajaran
Islam, melainkan yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat
mengamalkan Aqidah dan Akhlaq itu dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran
Aqidah dan Akhlaq menekankan keutuhan dan keterpaduan antara pengetahuan,
sikap, dan perilaku atau lebih menekankan pembentukan ranah efektif dan
psikomotorik yang dilandasi oleh ranah kognitif.
e. Tujuan mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq adalah untuk membentuk peserta didik
5
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki akhlaq mulia. Tujuan inilah
yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk
memperbaiki akhlak manusia. Dengan demikian, pembelajaran Aqidah dan Akhlaq
merupakan jiwa pembelajaran agama Islam. Mengembangkan dan membangun
akhlak yang mulia merupakan tujuan sebenarnya dalam setiap pelaksanaan
pembelajaran. Sejalan dengan tujuan itu maka semua mata pelajaran atau bidang
studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah memuat pembelajaran akhlak
dan oleh karena itu setiap guru mengemban tugas menjadikan dirinya dan peserta
didiknya berakhlak mulia.

C. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Cakupan kurikulum Pembelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz Allah,
keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan Mu’jizat-Nya dan Hari Akhir.
b. Aspek akhlaq terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu, ikhlas, bertauhid,
inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh,
jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
c. Aspek akhlaq tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah dan ghibah.
d. Standar Kompetensi Bahan Kajian Pembelajaran Aqidah Akhlaq Dengan landasan Al
Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, peserta didik beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT, berakhlak mulia/berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam
perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam
sekitar ; mampu menjaga kemurnian aqidah Islam ; memiliki keimanan yang kokoh
yang dilandasi dengan dalil-dalil naqli (Al Qur’an dan Hadist), dalil aqli, maupun dalil
wijdani (perasaan halus), serta menjadi pelaku ajaran Islam yang loyal, komitmen
dan penuh dedikatif baik untuk keluarga, masyarakat maupun bangsanya, dengan
tetap menjaga terciptanya kerukunan hidup beragama yang dinamis. Kompetensi
mata pelajaran Aqidah Akhlaq berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus
dikuasai peserta didik selama menempuh pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah.
Kompetensi ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan
dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat aqidah serta
meningkatkan kualitas akhlaq sesuai dengan ajaran Islam.

D. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah digunakan beberapa metode


pembelajaran yang dalam penggunaan metodenya telah disesuaikan dengan kemampuan
dasar, tujuan yang hendak dicapai serta materi/ pokok bahasan yang hendak disampaikan.
Selain metode tanya jawab yang menjadi pokok pembahasan penelitian ini, dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah menggunakan metode sebagai
berikut:

• Metode Ceramah

Metode ceramah sangat lazim digunakan dalam proses belajar mengajar. Tidak berlebihan

6
sekiranya penulis katakan bahwa metode ceramah adalah metode yang sangat pertama

sekali. Berdasarkan observasi di kelas guru lebih sering menggunakan metode ini. Metode
ceramah digunakan oleh guru mulai awal pertemuan sampai dengan akhir pertemuan (mulai
awal kegiatan inti sampai jam pelajaran habis).

• Metode Diskusi

Merode diskusi ini dilaksanakan pada materi-materi tertentu saja, yang dianggap manarik
untuk dibahas. Itu pun sifatnya tidak rutin minimal dua kali dalam satu bulan. Karena
metode ini hampir mendekati fungsi dan manfaatnya dengan metode tanya jawab.

• Metode Pemberian Tugas

Dalam memberikan tugas ini ada yang langsung dikerjakan di sekolah seperti menjawab
soal-soal latihan yang ada dibuku, membuat rangkuman dan sebagainya, dan langsung
diselesaikan pada waktu pelajaran tersebut. Dan ada juga pemberian tugas untuk dikerjakan
dirumah oleh siswa.

E. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang
terpadu melalui pendekatan:

• Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan


keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan.
• Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan
hasil-hasil pengamalan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
• Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku
yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al Qur’an dan
Hadist serta dicontohkan oleh para ulama.
• Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah dan
Akhlaq dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan
nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
• Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati
aqidah dan akhlak mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
• Fungsional, menyajikan materi Aqidah dan Akhlaq yang memberikan manfaat nyata
bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
• Keteladanan, yaitu pembelajaran yang menempatkan dan memerankan guru serta
komponen Madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu yang
memiliki keimanan teguh dan berakhlak mulia.

F. Pengertian Relevansi Metodologi Pembelajaran

Relevan memiliki arti bersangkut paut atau berguna secara langsung. Pengertian relevansi
adalah hubungan antara dua hal yang saling terikat jika kedua hal tersebut dicocokkan satu
sama lain, maka hal tersebut saling berhubungan satu sama lain. Secara umum konsep
relevansi adalah bagaimana cara kita saat mencoba menghubungkan konsep satu topic

7
dengan konsep yang lainnya dengan cara bersamaan mempertimbangkan satu sama lain.

Metodologi dapat diartikan suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan metode,
peraturan, atau kaedah yang diikuti dalam ilmu pengetahuan. Pembelajaran adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal atau kegiatan yang di
dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan mengatur
serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar biasa belajar sehingga tercapai
tujuan pendidikan.

G. Relevansi metodologi pembelajaran dengan tujuan Akidah Akhlak

Dengan adanya metodologi pembelajaran akan memudahkan seorang guru dalam


mencapai suatu tujuan akidah ahlak tesebut. Dengan adanya bermacam-macam metode
yang dapat digunakan dalam pembelajaran maka guru dapat memilih salah satu diantara
metode tersebut yang dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan akidah-akhlak yang
akan dicapai. Metode pembelajaran tersebut berupa:

a. Metode ceramah yaitu metode pembelajaran yang dilakukan dengan


menyampaikan pesan dan informasi secara satu arah lewat suara yang diterima
melalui indera telinga.
b. Metode tanya jawab yaitu metode penyajian pelajaran melalui interaksi dua arah
yaitu dari guru ke pesrta didik atau sebaliknya dari peserta didik ke guru.
c. Metode bermain peran yaitu dipergunakan dalam pokok bahasan, berbakti kepada
ayah dan ibu, adab makan dan minum, adab kepada guru, orang yang tua, teman
dan sebagainya.
d. Metode demonstrasi yaitu penyajian bahan pelajaran oleh guru atau instruktur
kepada siswa dengan menunjukkan urutan prosedur pembuatan sesuatu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
e. Metode diskusi yaitu suatu cara penyampaian materi pelajaran dengan
jalan bertukarpikiran atau mendiskusikannya, baik antara guru dengan siswa ataupun
sesama siswa. Seiring dengan itu, metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid
berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan- persoalan yang
kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban.

8
RESUME KELOMPOK 3

RELEVANSI METODOLOGI PEMBELAJARAN DENGAN MATERI PEMBELAJARAN AQIDAH AKH

a. Pengertian Aqidah Akhlaq

1. Aqidah
Aqidah berasal dari kata Aqidah ( ُ‫ع ِقيْدَة‬
َ ) bentuk jamaknya adalah aqoid ( ‫) عقا ئد‬, yaitu
sesuatu yang wajib dipercayai atau diyakini hati tanpa keraguan . Aqidah menurut syara‟
ialah : iman yang kokoh terhadap segala sesuatu yang disebut dalam Al-Qur’an dan Hadits
shahih yang berhubungan dengan tiga sendi Aqidah Islamiyah, yaitu :
-ketuhanan, meliputi sifat-sifat Allah SWT, nama-nama-Nya yang baik dan segala pekerjaan-
Nya.
-Kenabian, meliputi sifat-sifat Nabi, keterpeliharaan mereka dalam menyampaikan risalah,
beriman tentang kerasulan dan mukjizat yang diberikan kepada mereka. Dan beriman
dengan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka.
-Alam kebangkitan ; meliputi pertama; Alam rohani, membahas alam yang tidak dapat dilihat
oleh mata. Kedua; Alam barzah, membahas tentang kehidupan di alam kubur sampai bangkit
pada hari kiamat. Ketiga; Kehidupan di alam akhirat, meliputi tanda-tanda Kiamat, huru-
hara, pembalasan amal perbuatan.
Pengertian aqidah secara terminologi (istilah) dikemukakan oleh para ahli diantaranya :
Menurut Hazairin, aqidah adalah iman dengan semua rukun-rukunnya yang enam. Berarti
menurut pengertian ini iman yaitu keyakinan atau kepercayaan akan adanya Allah SWT,
Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, hari kebangkitan dan Qadha dan
Qadar-Nya.
Aqidah berarti pula keimanan. Keimanan menurut Muhammad Naim Yasin terdiri dari tiga
unsur :
1) Pengikraran dengan lisan,
2) Pembenaran dengan hati, dan
3) Pengamalan dengan anggota badan.

b. Akhlaq
Akhlaq dilihat dari segi bahasa adalah berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata Khuluk ( ُ‫خلق‬
) yang artinya perangai atau tabiat. Namun kata ( ُ‫ ) خلق‬atau ( ُ‫ ) اَلْخلق‬mengandung segi-segi
yang sesuai dengan ( ( َُ‫ اَلْ َخلَق‬yang bermakna tabiat8. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
(1989) budi pekerti ialah tingkah laku, perangai, akhlak, budi pekerti mengandung makna
perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi .

B.Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak

Materi Aqidah dan Akhlak merupakan salah satu rumpun materi pembelajaran agama
di madrasah (AL-Qu’an Hadist, Aqidah Akhlak, Syari’ah/Fiqih ibadah Muamalah dan Sejarah
kebudayaan islam) yang secaraintehratif menjadi sumber nilai dan landasan moral spiritual
yang kokoh dalam mengembangkan keilmuan dan kajian Aqidah Akhlak yang terkait dengan
ilmu dan teknologi serta seni dan budaya.

9
C.Ruang Lingkup Materi Pelajaran Aqidah Akhlaq

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat


mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami
rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara
sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai
bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a. Aspek akidah (keimanan) meliputi:.
1) Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah,
basmalah, alhamdulillaah, subhanallaah, Allaahu Akbar, ta’awwudz, maasya
Allah, assalaamu’alaikum, salawat, tarji’, laa haula walaa quwwata illaa billah,
dan istighfaar.
2) Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al- Khaliq, ar-
Rahmaan, ar-Rahiim, as- Samai’, ar-Razzaaq, al-Mughnii,
3) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat thayyibah, al-
asma’ al-husna dan pengenalan terhadap salat lima waktu sebagai manifestasi
iman kepada Allah.
4) Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari akhir
serta Qada dan Qadar Allah).
b. Aspek akhlak meliputi:
• Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap
semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah dan lainnya.
• Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap
semester dan jenjang kelas, yaitu:, sombong, malas, durhaka,dan lainnya.
c. Aspek adab Islami, meliputi:
1) Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil,
berbicara, meludah, berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.
2) Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.
3) Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman, dan
tetangga.
4) Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di tempat
umum, dan di jalan.
d. Aspek kisah teladan, meliputi:
Secara garis besar, mata pelajaran aqidah akhlaq berisi materi pokok sebagai
berikut :
• Hubungan vertikal (antara manusia dengan khalik-Nya) mencakup dari segi
aqidah .
• Hubungan horizontal (antara manusia dengan manusia), materi yang dipelajari
meliputi: akhlaq dalam pergaulan hidup sesam manusia, Hubungan manusia
dengan lingkungannya, materi yang dipelajari meliputi akhlaq manusia terhadap
alam lingkungannya.
Materi pokok atau ruang lingkup pelajaran aqidah akhlaq satu persatu sebagai berikut :
a. Hubungan manusia dengan Allah
Dalam kurikulum hubungan manusia dengan Allah merupakan materi pertama yang
harus ditanamkan terhadap siswa yang menjadi dasar Aqidah Islam, agar mereka meyakini
keagungan dan ke-Esaan Allah sebagai Tuhan yang mencipta alam ini.
10
b. Hubungan Sesama Manusia
Hubungan sesama manusia merupakan materi pelajaran aqidah akhlaq yang
ditanamkan kepada siswa, yang merupakan kelangsungan dan manifestasi dari bentuk
hubungannya dengan Allah.
B. Hubungan Manusia dengan
Alam Lingkungannya
Manusia disamping taat kepada Allah, mampu bergaul sesama manusia dengan baik,
juga diharapkan mampu mengelola dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya,
antara binatang dan tumbuhan.

D.Pemahaman Materi Aqidah Akhlak


Pemahaman materi aqidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimami Allah
SWT. Dan merealisasikan dalam perilaku ihsan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

E.Relevansi Metodologi Pembelajaran Dengan Materi Aqidah Akhlak


a. Dasar pemahaman materi aqidah akhlak.
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan
harus mempunyai dasar untuk landas an sebagai tempat berpijak yang kuat dan baik,
agar dapat mencapai hasil yang diinginkan
b.Tujuan pemahaman materi aqidah akhlak.
Tujuan dapat mengarahkan kemana suatu proses itu hendak dibawa, disamping itu
juga dapat memberikan motivasi terhadap suatu proses. Sedangkan yang dimaksud
dengan tujuan pemahaman materi aqidah akhlak adalah perubahan yang diinginkan
setelah sesuai dengan konsep dan nilai yang terkandung dalam materi aqidah akhlak.
c.Prinsip-prinsip Aqidah Akhlak
• Sumber aqidali adalah kitab Allah (Al-Qur’an), sunah Rasulullah SAW. Yang shahih
dan ijma’ para salaf yang sholeh.
• Prinsip dalam asma dan sifat Allah adalah menetapkan apa yang ditetapkan Allah
untuk dirinya atau yang ditetapkan nabi Rasulullah SAW tanpa tamtsil.
• Prinsip-prinsip utama dalam agama (ushuludin) semua telah dijelaskan oleh Nabi
SAW.
• Berserah diri dan patuh hanya kepada Allah dan RasulNya lahir dan batin.
• Dalil aqli yang benar akan sesuai dengan dalil nakli harus didahulukan.
• Kaum muslimin wajib senantiasa mengikuti manhaj (metode) Al-Quran dan sunnah
dalam menyampaikan sanggahan dalam aqidah dan dalam menjelasakan suatu
masalah.
C. Metode Pengajaran atau
Pendidikan Materi Aqidali
Akhlak.
Adapun metode-metode yang digunakan adalah Metode Ceramah, Metode Tanya
Jawab, Metode risitasi (pemberian tugas), Metode Dokumentasi, Metode Diskusi, Metode
Drill / latihan ulang.

11
RESUME KELOMPOK 4

Relevansi Metedologi Pembelajaran Dengan Alat Bantu Pembelajaran Akidah Akhlak

A. Pengertian Media /Alat Bantu Pembelajaran Akidah Akhlak

Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan
Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata
“medium”dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat
mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber
(pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan
saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi .
Dari keseluruhan pengertian di atas secara umum dapat dikatakan bahwa subtansi dari
media pembelajaran adalah :
a. Bentuk saluran yang digunakan menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran
kepada penerima pesan atau pembelajaran
b. Berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapt merangsang
pembelajar untuk belajar
c. Bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk
belajar dan
d. Bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untukbelajar, baik
cetak maupun audio, visual dan audio visual.

B. Tujuan Media Pembelajaran akidah akhlak


Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran diantara nya yaitu:
1.Mempermudah proses belajar mengajar
2.Meningkatkan efesiensibelajar mengajar
3.Menjaga relevansi dengan tujuan belajar
4.Membantu konsentrasi Mahasiswa

C. Fungsi Media Pembelajaran akidah akhlak

• Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif


• Media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar ini
merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh seorang guru.
• Dalam pemakaian media pengajaran harus melihat tujuan dan bahan pelajaran.
• Media pengajaran bukan sebagai alat hiburan, akan tetapi alat inidijadikan untuk
melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
• Di utamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar serta dapat membantu siswa
dalam menangkap pengertian yang disampaikan oleh guru.
• Penggunaan alat ini diutamakan untuk meningkatkan mutu belajar mengajar.

D. Manfaat media pembelajaran akidah akhlak


Manfaat media pembelajaran bagi pengajar yaitu:
1) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar

12
2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar
3) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk
belajar
4) Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik sehingga
memudahkan pembelajar untuk belajar
5) Merangsang pembelajar untuk berfokus dan beranalisis
6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan
7) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan
pengajar lewat media pembelajaran .

E. Jenis jenis media pembelajaran akidah akhlak


a. Media cetak
Media cetak adalah jenis media yang paling banyak digunakan dalam proses belajar. Jenis
media ini memiliki bentuk yang sangat bervariasi, mulai dari buku, brosur, leaflet, studi
guide, jurnal dan majalah ilmiah.
b. Media pameran
Jenis media yang memiliki bentuk dua atau tiga dimensi. Informasi yang dapat dipamerkan
dalam media ini, berupa benda-benda sesungguhnya (realita) atau benda reproduksi atau
tiruan dari benda-benda asli.
c. Media yang diproyeksikan
Media yang diproyeksikan juga memiliki bentuk fisik yang bervariasi, yaitu overhead
transparansi, slide suara, dan film strip.
d. Rekaman radio
Rekaman radio adalah jenis medium yang sangat tepat untuk digunakan dalam
pembelajaran bahasa asing, Al-Qur’an dan latihan-latihan yang bersifat verbal.
e. Video dan VCD
Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara dapat ditayangkan melalui media video
dan video compact disk (VCD).
f. Komputer
Komputer bukan lagi sesuatu yang baru, karena komputer telah banyak digunakan baik oleh
pengajar, pembelajar, perkantoran, lembaga-lembaga latihan kerja, warnet.

F. Relevansi metodologi pembelajaran dengan alat bantu pembelajaran


akidah akhlak
mengenai tujuan pendidikan Islam terdiri atas lima sasaran, yaitu (Menurut Muhammad
Athiyah al-Abrasy, 1970: 1-4):

1. Membentuk akhlak mulia


2. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3. Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segala kemanfaatannya
4. Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik.
5. Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil

G. Langkah-langkah Penyiapan Media Pembelajaran Akidah Akhlak


Langkah- langkah penyiapan media pembelajaran Akidah akhlak adalah sebagai berikut:
• Pemilihan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang ingin dicapai, media juga harus disesuaikan dengan biaya yang sesuai dengan
13
• kondisi keuangan sekolah.

• Pemilihan media harus sesuai dengan ketepat gunaan (dalam penggunaan media
harus efektif dan efisien ).
• Pemilihan media harus disesuikan dengan keadaan peserta didik (karakteristik siswa)
agar menarik perhatian, adanya penonjolan/penekanan (misalnya dengan warna),
direncanakan dengan baik, serta memungkinkan siswa lebih aktif belajar.
• Pemilihan media harus sesuai dengan media yang tersedia disekolah atau guru bisa
membawa langsung media yang dimiliki dan guru mampu menggunakan media
tersebut.
• Dalam penggunaan media memerlukan langkah langkahseperti perencanaan
(pemilihan media yang sesuai), pelaksanaan (pemakaian media), tindak lanjut
(setelah melaksanakan media tersebut apa pengaruhnya terhadap perilaku siswa).

14
RESUME KELOMPOK 5
Relavansi Metodologi Pembelajaran dengan situasi dan kondisi siswa

1. Pengertian Situasi Dan Kondisi Siswa

Siswa dalam kurikulum merupakan “produsen” artinya siswa sendiri yang Mencari tahu
pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya Memiliki kemampuan
yang beragam: pandai, sedang dan kurang. Karenanya guru Perlu mengatur kapan siswa
bekerja perorangan, berpasangan dan kelompok, Siswa yang baik adalah siswa yang
memenuhi kriteria ideal, antara lain:

• Siswa yang berakhlak mulia dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
• Kesehatan jasmani badan dan rohani sangat mempengaruhi semangat belajar
• Apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajarsering
• Disamping aktif, untuk mendukung (motivasi) siswa dalam belajar perlengkapan pelajar
harus dilengkapi.

2. Bentuk-bentuk kondisi siswa dalam proses pembelajaran

a.Kondisi Internal

Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, yang termasuk dalam kondisi
internal, yaitu:

• Faktor Jasmani

Faktor jasmani meliputi: faktor kesehatan, kebugaran tubuh, siswa.

• Faktor Psikolgi

Yang termasuk faktor Psikolgis dalam kondisi siswa yang sanga berpengaruh adalah intelegensia
perhatian, minat, bakat, motif,Kematangan, kesiapan dan kelelahan.

b.Kondisi eksternal

Kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa, yangTermasuk dalam kondisi
eksternal, yaitu keluarga.

• Faktor sekolah
Contohnya Guru, sarana kelas, Kurikulum, Disiplin, Materi Pembelajaran.
• Faktor Masyarakat
Contohnya : Pemberian motivasi, Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
membuat lingkungan belajar yang menggairahkan, mengadakan refreshing.

Masalah Dalam Pengelola Kelas

Apabila seorang guru tidak dapat mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan
ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator kegagalan itu Adalah prestasi belajar siswa
rendah, tidak sesuia dengan standar atau batas Ukuran yang ditentukan.

15
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat Perorangan atau individual dan yang

bersifat kelompok. Perbedaan antara Kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila
guru ingin mengenali dan menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi
tanggungjawabnya. Masalah pengelolaan kelas tersebut, yaitu :

a. Masalah Individual

Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya Secara wajar dalam suasana hubungan
sosial yang saling menerima Biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian
Orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat Dijumpai pada anak-anak yang
suka pamer, melawak(memperolok), Memperlihatkan kenakalan, pencari perhatian yang pasif dapat
Dijumpai pada anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta Bantuan orang lain. Masalah
individual tersebut akan tampak dalam Berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang
tidak hanya Akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain Atau kelompok.
Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya Masalah-masalah individu seperti diuraikan
diatas pada diri para siswa.

b. Masalah Kelompok

Ada beberapa masalah kelompok yang berkaitan dengan Pengelolaan kelas, diantaranya:

• Kurangnya kekompakan

Kurangnya kekompakan dikarenakan kurangnya kecocokkan (konflik) diantara para anggota


kelompok. Konflik antara siswasiswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda
Termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat Dibayangkan bahwa kelas yang siswa-
siswa tidak kompak akan Beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, Ketegangan dan
kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan Merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya
sehingga mereka Tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para Siswa tidak saling
bantu membantu.

• Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan Lingkungan

Ketidak-mampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan Terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi
secara tidak wajar Terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan,
pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok)
sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi
itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah
laku yang tidak baik dari siswa terhadap guru pengganti misalnya pada pembelajaran akidah akhlak,
padahal pembelajaran akidah akhlak itu adalah pembelajaran yang menanamkan bagaimana
perilaku yang tepuji itu dan bagaimana cara pengaplikasian dalam kehidupan serta bagaimana
perilaku tercela itu dan bagaimana cara terhindar darinya. Dan biasanya kondisi siswa di kelas itu
adalah kelas yang baik.Siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, perlu
diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan optimalisasi prestasi
belajar siswa.

• Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang.

Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang terjadi apabila kelompok itu mendorong

16
timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma

sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan
(memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi
maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok
kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.

Relevansi Metodologi Pembelajaran Dengan Situasi Dan Kondisi Siswa

Secara umum, arti dari relevansi adalah kecocokan. Relevan adalah bersangkut paut, berguna
secara langsung (kamus bahasa Indonesia).Semua guru mengetahui bahwa murid-murid berbeda
satu dari yang lainnya. Kemungkinan perbedaaan itu cukup besar dan tidak ada dua orang anak yang
Identik. Terdapat beberapa kecenderungan umum yang dapat diamati, tetapi pada Dasarnya setiap
anak adalah seorang individu. Masalah perbedaan individu ini Mendapat perhatian secara teoretis
dalam lembaga pendidikan guru pada umumnya. Beberapa perbedaan murid cukup jelas dan
dengan segera dapat diamati dan diketahui oleh guru pada saat pertama kali memasuki kelas,
Perbedaaan itu terutama mengenai fisik. Perbedaan-perbedaan lainnya seperti Perbedaan
kepribadian dan watak akan kelihatan setelah beberapa waktu Kemudian. Untuk menyadari
perbedaan-perbedaan itu perlu waktu agak lamaNamun demikian dalam jangka waktu tertentu akan
jelas bahwa terdapat Ketidakseragaman dalam materi yang dipelajari, dalam kecepatan belajar,
sikap Terhadap pelajaran dan dalam cara belajar. Begitu pula kita jumpai murid dalam Kelas memiliki
tingkat pengalaman yang berbeda di rumah atau disekolah yang terdahulu (ibtidaiyah).

Disebabkan oleh perbedaan tersebut di atas, setiap kesempatan belajar yang diberikan di sekolah
akan berbeda bagi murid yang berbeda, semuanya ini sudah diketahui dengan baik. Guru-guru
sanggup menukil contoh-contoh dari pengalaman mereka sendiri tentang perbedaan yang beraneka
ragam dan menerima teori dalam pendidikan guru harus memperhatikan perbedaanperbedaan
individu dan menyiapkan pendidikan bagi murid yang dapat memenuhi perbedaan itu. Hal ini
teoretis sifatnya yang bagaimana dalam prakteknya.

17
RESUME KELOMPOK 6

METODE MENGAJAR

A. Pengertian Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan olah
seorang guru atau instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas baik secara individu maupun
kelompok.

B. Macam-Macam Metode Mengajar


• Metode Ceramah (Lecturing Method)

Metode ceramah merupakan metode tertua yang paling lazim digunakan dalam berbagai
situasi. Selain sering digunakan juga paling sering dikritik.

• Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan pelajar atau
kelompok pelajar melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam rangka
mewujudkan tujuan pengajaran. Metode diskusi tidak banyak melibatkan pengarahan guru.
Karenanya, diskusi mengandung unsur-unsur demokratis.Terdapat bermacam-macam jenis diskusi
yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:

a. Diskusi kelas

Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang
dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.

b. Diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok.
Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan
permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagibagi ke dalam submasalah yang
harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil.

c. Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari
berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.

d. Diskusi panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis
yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audiens.

• Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi dan eksperimen adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan
memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil dari proses itu untuk mencapai
tujuan pengajaran. Kedua metode ini dapat dipakai secara terpisah, tetapi pada umumnya
digunakan secara bersama-sama.

18
• Metode Tugas dan Resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas
tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.

• Metode Kerja Kelompok

Adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh peserta didik (secara
kelompok) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran.

• Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik.
Guru bertanya peserta didik menjawab, atau peserta didik bertanya guru menjawab.

• Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)

Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan
pelajar kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikannya dalam rangaka pencapaian
tujuan pengajaran.

• Metode Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai
metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

Simulasi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya:

a. Sosiodrama

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan fenomena sosial dan permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter dan lain sebagainya.

b. Psikodrama

Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari
permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu
menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.

c. Role Playing

Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang
diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian
yang mungkin muncul pada masa mendatang.

Prinsip-Prinsip Metode Mengajar

Prinsip (dari kata principia) berarti permulaan, titik awal yang darinya lahir hal-hal tertentu. Prinsip
dapat juga diartikan asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak.
Sedangkan pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat
timbal balik, baik antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik untuk m

19
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Tanpa adanya perhatian, proses
belajar tidak mungkin terjadi. Perhatian akan timbul pada peserta didik apabila bahan pembelajaran
dirasakan sebagai: sesuatu yang dibutuhkan; diperlukan untuk belajar lebih lanjut; atau diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.

2. Keaktifan

Menurut pandangan psikologi, anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk
berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang
lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalaminya sendiri. John Dewey sebagaimana

3. Keterlibatan langsung/pengalaman

Pembelajaran akan lebih bermakna jika peserta didik “mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”
bukan “mengetahui” dari informasi yang disampaikan guru, Pentingnya keterlibatan langsung dalam
belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami
melalui perbutan langsung dan harus dilakukan oleh peserta didik secara aktif.

4. Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori
ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya.

5. Tantangan

Teori medan (field theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa peserta didik dalam situasi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam belajar, peserta didik menghadapi suatu
tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu menguasai bahan belajar, maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.

6. Balikan dan penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar
operant conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah
stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori
belajar ini adalah law of effect versi Thorndike.

7. Perbedaan individu

Setiap peserta didik merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang yang sama
persis. Tiap peserta didik memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar peserta didik.

20
RESUME KELOMPOK 7

PENGOLAHAN KELAS

A. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas berbeda pengertian dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan


pembelajaran lebih menekankan pada pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam
suatu pembelajara. Sedangkan pengelolaan kelas lebih kepada upaya-upaya untuk dapat
menciptakan atau mempertahankan kondisi-kondisi dimana proses belajar dapat terjadi secara
optimal. Proses pengelolaan kelas meliputi proses pembinaan, pengawasan, penghentian perilaku
yang menyimpang dari peserta didik, pemberian hukuman, dan pemberian tugas-tugas kepada
peserta didik.

Dilihat dari susunan katanya, pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu, pengelolaan dan
kelas. Pengelolaan merujuk pada arti mengatur dan menjaga. Sedangkan kata kelas secara sempit
memiliki pengertian sebagai tempat siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar. Maka dari itu,
dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah sebuah usaha yang sadar dari seorang guru
untuk menciptakan, mengatur, dan memelihara kegiatan proses belajar mengajar secara positif dan
efektif yang mengarah pada mempersiapkan peserta didik untuk dapat berkembang.

B. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Pelaksanaan pengelolaan kelas tidak selalu berjalan dengan lancar. Pasti ada faktor-faktor yang
sering mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan kelas. Ada faktor internal dan faktor eksternal yang
berasal dari siswa. Faktor internal siswa berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku.
Sedangkan faktor eksternal siswa berkaitan dengan lingkungan belajar, pengelompokan siswa, dan
jumlah siswa. Dalam rangka memperkecil kemungkinan masalah gangguan di dalam kelas, dapat
digunakan beberapa prinsip dalam pengelolaan kelas. Berikut adalah beberapa prinsip yang dapat
digunakan.

• Hangat dan Antusias

Guru yang memiliki kehangatan dan antusiasme dapat memudahkan terciptanya kondisi
belajar yang positif atau menyenangkan sehingga proses belajar dapat berjalan dengan optimal.
Guru yang bersifat hangat secara tetap akan menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas, kegiatan,
dan siswanya. Dengan demikian, guru dikatakan berhasil dalam mengelola kelas.

• Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang dari guru kepada siswa
dapat memancing munculkan gairah atau semangat dalam belajar pada diri siswa. Hal ini juga dapat
mengurangi perilaku menyimpang yang mungkin akan muncul dari siswa.

• Bervariasi

Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru
dan anak didik akan munculnya gangguan apa yang disebutkan diatas merupakan kunci untuk
tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

21
• Keluwesan

Keluwesan tingkah laku seorang guru ditujukan untuk dapat mengubah strategi mengajarnya,

mencegah kemungkinan munculnya gangguan pada siswa, dan menciptakan iklim belajar mengajar
yang efektif. Keluwesan seorang guru dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak
didik, tidak adanya perhatian, dan siswa yang tidak mengerjakan tugas.

• Pendekatan Pada Hal Positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang
positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada
hal yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif
daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian penguatan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar

• Penanaman Disiplin diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah siswa dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.
Guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri
hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanan tanggung jawab. Jadi, guru
yang mampu menjadi teladan kedisiplinan akan membantu proses pengelolaan kelas yang efektif.

C. Tujuan Pengelolaan Kelas

Berikut ini adalah beberapa tujuan dilakukannya pengelolaan kelas.

• Menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan. Menciptakan kondisi belajar yang


menyenangkan dapat memungkinkan para siswa dapat belajar dengan optimal
• Menghilangkan hambatan yang dapat menghalangi terciptanya interaksi dalam
pembelajaran;
• Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan
sifat-sifatnya sebagai individu.

D. Fungsi pengelolaan Kelas

Manajemen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas
yang optimal, manajenen kelas berfungsi sebagai berikut;

• Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti:


a. Membantu kelompok dalam pembagian tugas,
b. Membantu pembentukan kelompok,
c. Membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi,
d. Membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas
e. Membantu prosedur kerja,
f. Merubah kondisi kelas.

• Merencanakan, yaitu memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan, dan
tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat.
1. Mengorganisasikan, meliputi:
22
a. Menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mecapai tujuan
organisasi.
b. Merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang yang mampu
membawa organisasi pada tujuan.
c. Menugaskan sesorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung jawab tugas dan
fungsi tertentu.
e. Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berubungan dengan keleluasaan
melaksanakan tugas.

• Memimpin, pemimpin harus memiliki sifat kepemimpinan dan kepribadian yang dapat
menjadi suri tauladan
• Mengendalikan, yaitu memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang
direncanakan.

E. Macam-macam pengelolaan kelas

Prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana
pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan tingkah laku dari anak didik dan mencapai tujuan pengajaran. Maka dari itu,
hendaknya guru mengetahui langkah-langkah preventif (pemeliharaan kondisi belajar) dalam
pengelolaan kelas. Prosedur pengelolaan kelas secara preventif akan meliputi langkah-langkah
peningkatan kesadaran guru sebagai pendidik, peningkatan kesadaran siswa, penampilan sikap guru,
pengenalan terhadap tingkah laku siswa, penemuan alternatif pengelolaan kelas, dan pembuatan

23
RESUME KELOMPOK 8

MEDIA PEMBELAJARAN

Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat bantu pembelajaran, yaitu segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau ketrampilan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar.

Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media yang terpenting adalah sebagai saluran untuk menyampaikan informasi atau
materi pembelajaran secara verbalistis (ceramah) serta merangsang perhatian dan mengaktifkan
siswa. Penyampaian materi secara verbalistis dapat membuat siswa cepat bosan, hal ini
dikarenakan guru dalam menyampaikan setiap topik secara monoton. Selain itu membuat siswa
cenderung pasif, interaksi guru dan siswa hanya dilakukan satu arah.

1.Memperjelas informasi belajar sehingga mudah dipahami siswa

Bagian materi pelajaran yang bersifat verbalisme, berisi uraian kalimat dan penjelasan belaka, akan
lebih mudah dipahami oleh siswa melalui bantuan gambar, model, tabel, grafik, dan lain sebagainya.

2.Membuat materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit

Mata pelajaran tertentu mungkin berisi penjelasan abstrak dan susah dicerna oleh fikiran siswa.
Dengan bantuan media yang sesuai, siswa akan dapat memahami materi pelajaran tersebut.

3.Menarik minat siswa untuk memahami sesuatu

Media belajar dapat menarik minat siswa. Jika siswa sudah berminat dan termotivasi oleh media,
misalnya gambar yang unik, siswa akan mudah menangkap materi pelajaran.

4.Meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar

Media berpotensi untuk mengarahkan konsentrasi belajar anak. Siswa yang semula acuh tak acuh,
bisa saja menjadi berkonsentrasi mendengar penjelasan guru.

5.Menjadi hiburan belajar

Penggunaan media belajar akan dapat menjadi bahan penyegaran bagi siswa dalam proses belajar.
Misalnya, penggunaan telepon seluler guru untuk memutar lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu daerah,
dan lain sebagainya.

Fungsi Media Pembelajaran

• Pemusat perhatian siswa

Media pembelajaran dapat berfungsi dengan baik sebagai pemusat perhatian siswa. Apalagi jika
media pembelajaran itu bersifat menarik. Guru IPS dapat menarik perhatian siswa misal dengan
hanya menempel peta di papan tulis saat akan memulai pembelajaran. Siswa akan selalu terpusat
perhatiannya kepada hal-hal baru yang ditunjukkan atau dibawa oleh guru ke dalam ruang kelas. Jadi
jangan ragu untuk selalu menggunakan media pembelajaran.

24
• Menggugah emosi siswa
Emosi siswa terhadap suatu hal (dalam hal ini materi pembelajaran) dapat dengan mudah digugah
dengan menggunakan media pembelajaran. Misalnya saja, mereka dapat dengan cepat bersimpati
dengan orang yang memiliki kekurangan fisik dengan hanya menonton video singkat tentang
seorang cacat yang harus dapat melakukan beragam kegiatan sehar-hari secara mandiri. Dengan
media pembelajaran serupa kita dapat membuat siswa mencintai lingkungan dan peduli dengan
kelestarian alam sekitar.

• Membantu siswa memahami materi pembelajaran

Jika guru ingin menggunakan media pembelajaran dan berhasil efektif, maka guru harus memilih
media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang sesuai akan
membantu siswa memahami materi pembelajaran yang sedang dibelajarkan.

• Membantu siswamengorganisasikan informasi

Berbagai media pembelajaran seperti tampilan power point yang dirancang dengan sungguh-
sungguh, menyajikan grafik atau bagan-bagan, atau diagram, dapat membantu siswa
mengorganisasikan materi pembelajaran dengan lebih mudah. Guru dapat menyajikannya dengan
menambahkan pula simbol-simbol khusus sehingga memperkuat retensi (daya ingat) siswa.

• Membangkitkan motivasi belajar siswa

Guru yang menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat
membuat suasana kelas lebih hidup. Salah satu penyebabnya adalah karena media pembelajaran
mempunyai fungsi penting yaitu sebagai pembangkit motivasi belajar. Siswa akan termotivasi untuk
belajar bila guru mengajar di kelas mereka dengan menggunakan beragam media pembelajaran yang
sesuai.

• Membuat pembelajaran menjadi lebih kongkret

Banyak konsep-konsep abstrak yang harus dipelajari oleh siswa kita di kelas. Cara termudah untuk
menyajikan sesuatu yang abstrak adalah dengan membantu mereka mengkongkretkannya melalui
media pembelajaran. Pembelajaran yang abstrak sukar untuk ditangkap, berbalikan dengan
pembelajaran yang lebih kongkret.

• Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra

Banyak peristiwa, konsep, atau objek yang harus dipelajari oleh siswa tetapi untuk menyajikannya
secara langsung tidaklah mudah (bisa). Misalnya saja, jika guru ingin membawa siswa kepada masa-
masa perang dunia ke-2 berkecamuk, maka guru dapat menyajikannya dengan media pembelajaran.
Banyak video-video dokumentasi tentang perang dunia ke-2 ini tersedia di internet. Dengan
menampilkannya di kelas pada saat pembelajaran, keterbatasan ruang dan waktu dapat diatasi. Pun
jika misalnya guru ingin menyampaikan bagaimana bentuk seekor amuba yang sedang mengambil
makanan, tentu hanya dengan menggunakan media pembelajaranlah tujuan ini dapat dicapai.

• Mengaktifkan pembelajaran

Dijamin, penggunaan media pembelajaran akan mengaktifkan pembelajaran di kelas. Apalagi media
pembelajaran yang dipilih dapat mengaakomodasi banyak siswa dan memungkinkan mereka untuk
berinteraksi dengannya. Pembelajaran yang aktif terbentuk ketika siswa-siswa dapat berinteraksi

25

tidak hanya dengan guru atau dengan siswa lainnya, tetapi juga dengan media pembelajaran.
• Mengurangi kemungkinan pembelajaran yang melulu berpusat pada guru

Banyak guru seringkali terbawa suasana mengajar yang berpusat pada guru.Ini bukan berarti
pembelajaran berpusat pada guru tidak baik. Akan tetapi pembelajaran, apabila melulu dilaksanakan
dalam setting berpusat pada guru akan mengakibatkan kebosanan pada diri siswa. Media
pembelajaran yang digunakan guru pada saat mengajar dapat mencegah guru untuk selalu terbawa
pada kemungkinan ini, apalagi guru dengan cermat memilih media pembelajaran yang
memungkinkan orientasi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

• Mengaktifkan respon siswa

Banyak siswa malas merespon pembelajaran yang diberikan oleh guru karena guru monoton dan
pembelajaran selalu begitu-begitu saja. Pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran
yang bervariasi dan sesuai tujuan pembelajaran dapat mengatasi hal ini. Siswa akan memberikan
respon positif terhadap / selama proses belajar mengajar berlangsung.

Ciri-ciri Media Pendidikan

1.) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan mdia merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi
suatu peristiwa atau obyek. Suatu peristiwa atau obyek dapat diurut dan disusun kembali dengan
media seperti fotografi, video tape, disket computer, dan film. Suatu obyek yang telah diambil
gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat direproduksi dengan
mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian
atau obyek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

2.) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transpormasi suatu kejadian atau obyek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik Pengambilan gambar
time-lapse recording.

3.) Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau kejadian ditranportasikan melalui ruang,
dan sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu.

Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-
sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket
computer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja

26

RESUME KELOMPOK 9
PENERAPAN METODE

A. Penerapan Metode Pengajaran

Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam
jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan
dalam kelas atau diluar kelas. Dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa metode mengajar
berserta penerapannya.

Metode Ceramah

Metode ceramah ialah, penerangan dan penurutan secara lisan oleh guru kepada siswa.
Dengan kata lain dapat pula dimaksudkan, bahwa metode ceramah atau lecturing itu adalah suatu
cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh
guru terhadap siswanya. Dalam memperjelas penuturan/penyajiannya, guru dapat menggunakan
alat-alat batu, seperti : bendanya, gambarannya, sket, peta dan sebagainnya.

Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang pendidik mengajukan
beberapa pertanyaan kepada peserta didik tenteng bahan pelajaran yang telah diajarkan atau
bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik.

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong
peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian
tujuan pengajaran. Sebagai prinsip dasar dalam metode ini adalah perlunya aktifitas dalam
mempelajari sesuatu. Timbulnya aktifitas peserta didik kalau sekiranya pendidik menjelaskan
manfa’at bahan pelajaran bagi peserta didik dan masyarakat.

Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah.

Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan

27
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya
atau hanya sekedar tiruan. Metode demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan


metode

1. Nilai Strategi Metode

Didalam kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik dikelas.

Dalam penyampaian bahan pelajaran, guru harus menggunakan strategi yang tepat. Disnilah,

Kehadiran metode menempati posisi yang penting dalam penyampaian bahan pelajaran.

2. Efektifitas Penggunaan Metode

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam

mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma

hanya karena pengunaan metode yang tidak tepat, yaitu ha-nya menurut kehendak guru dan

mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas serta situasi kelas. Misalnya guru yang selalu senang

menggunakan metode ceramah padahal tujuan pengajarannya adalah agar anak didik bisa

menjalankan ibadah sholat. Kegiatan belajar mengajar semacam ini adalah kurang kondusif, seharus-

nya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukan tujuan yang

menyesuaikan metode.Oleh karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada

kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam

Satpel sebagai persiapan tertulis.

3. Pentingnya Pemilihan dan Penentuan


Metode

Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan

pengajaran. Untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien, antara guru dan anak didik

harus beraktivitas. Anak didi harus memilikilcreativitas yang tinggi dalam dalam beajar, bukan hanya

28
menunggu perintah guru. Dan gurupun harus mengajar dengan giat dan semangat tidak boleh

dengan kemalasan.Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyedakan lingkungan

belajar yang krearif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satunya adalah melakukan

pemilihan dan pemenuhan metode tertentu yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya

tujuan pengajaran agar anak-anak bisa menulis-kan angka 1 s/d 50, maka metode yang sesuai adalah

metode lati-han, tidak tepat bila guru hanya memakai metode cemah saja ataupun diskusi,

demonstrasi dan lainnya. Jadi dalam proses belajar mengajar guru pentig/harus melakukan

pemilihan dan penentuan metode mengajar dengan mengenal karakteristik (kelebihan dan

kekurangan) masig-masing metode pengajaran.

29
RESUME KELOMPOK 10

Kelebihan dan kekurangan metode pengajaran

Kelebihan metode ceramah :

• Efektif untuk proses pembelajaran dengan jumlah peserta didik yang banyak
• Meningkatkan daya dengar siswa dan menumbuhkankembangkan minat belajar dari sumber
lain
• Pendidik dapat menguasai arah pembicaraan seluruh kelas
• Pengorganisasian kelas lebih sederhana
• Memberikan wawasan yang luas
Dapat diikuti jumlah yang besar.

Kekurangan metode ceramah :

• Membuat peserta didik pasif


• Sistem satu arah
• Mudah Menimbulkan kejenuhan siswa
• Materi terbatas dan kurang terfokus karena terbatas daya ingat pendidik dan pembicaraan
sering melantur.
• Keberhasilan siswa tergantung pada daya dengar terhadap info yang disampaikan.
• Sulit mengontrol sejauh mana kemampuan belajar siswa.
• Terbatas untuk menumbuhkan kreativias siswa

Kelebihan metode tanya jawab

• Bersifat dialog dapat meningkatkan keaktifan siswa


• Mengetahui aktifitas siswa dari bertanya dan menjawab
• Memotivasi daya pikir dan nalar siswa
• Menumbuhkan keberanian dalam mengemukaan pendapat
• Pembuka jalam bagi proses belajar lainnya.

Kekurangan metode tanya jawab

• Tidak efektif dengan jumlah siswa yang besar


• Siswa yang kurang aktif cendrung kurang memperhatikan bahan ajar
• Kurang efesien waktu jika siswa tidak responsive terhapat pertanyaan
• Menimbulkan rasa gugup yang tidak memiliki keberanian.

Kelebihan metode diskusi

• Mendorong pastisifasi aktif siswa sebagai ketua, moderator, penangkal sebagai bert
30
i saran dll
• Menimbulkan partisifasi demokratis,berpikit kritis
• Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
• Emosi siswa terbangun
• Mengemukakan pendapat, sehingga menghasilkan keputusan yang lebih baik
• Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain
• Melatih jiwa toleransi jika berbeda pendapat
• Hasil Diskusi lebih baik daripada sendiri.

Kekurangan metode diskusi

• Kurang efektif waktu karna memerlukan waktu yang banyak


• Tidak bisa digunakan dengan peserta didik yang banyak
• Informasi yang didapati peserta didik terbatas
• Permasalahan yang dibahas sering mengambang dan meluas
• Didominasi orang yang aktif saja
• Hasil diskusi sulit diamalkan karena cendrung dibincangkan sebatas dalam diskusi

Kelebihan metode praktik

• Menjadikan bahan jadi jelas dan lebih kongkrit


• Memudahkan peserta didik untuk memahami pelajaran
• Proses pelajar lebih menarik dan menyenangkan
• Dapat mendorong dan merangsang siswa agar lebih aktif.

Kekurangan metode praktik

• Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru secara lebih khusus
• Adanya ketebatasan sumber belajar, alat pelajaran, waktu harus banyak
• Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang.

Kelebihan metode eksperimen

• Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah permasalahan


• Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik.

Kekurangan metode eksperimen

• Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode eksperimen


• Peserta didik kurang mempunyai daya intelektual yang kuat, maka kurang baik hasilnya.

31
Kelebihan Pemberian Tugas

• Melatih daya ingat dan hasil belajar siswa


• Dapat melatih belajar sendiri dan menguasai secara bersama-sama
• Mengembangkan kreativitas, inisiatif, tanggung jawab, disiplin siswa
• Dapat dilaksanakan pada berbagai macam pelajaran
• Meningkatkan keaktifan belajar siswa

Kekurangan Pemberian Tugas

• Sulit mengukur keberhasilan belajar siswa


• Sulit mengontrol keaktifan siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan
• Tugas yang sering diberikan akan membuat siswa merasa terbebani dalam pembelajaran
• Tugas rumah sering dikerjakan orang lain
• Sulit memberikan tugas sesuai dengan perbedaan individu siswa.

Kelebihan metode latihan

• Peserta didik lebih dapat menguasai materi dalam waktu relative singkat
• Peserta didik akan memiliki pengetahuan yang siap pakai
• Peserta didik terbiasa belajar dengan disiplin dan rutin

Kekurangan metode latihan

• Menghambat perkembangan daya inisiatif peserta didik


• Membentuk pengetahuan verbalis dan mekanis
• Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku

32
RESUME KELOMPOK 11

Pembelajaran Akidah Akhlak ditingkat Madrasah Ibtidaiyah

Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI
yang menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan
yang benar, mempelajari bagaimana tata cara berinteraksi dengan manusia (habluminannas) serta
hubungan manusia dengan sang khalik (habluminallah).

AKIDAH DAN AKHLAK


ْ
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [‫عقد ع‬-‫ي ْع ِقد‬- ‫ ]قد‬artinya adalah
mengikat atau mengadakan perjanjian. Dalam Buku, Suplemen Ensiklopedi Islam ( 2002 : 24), kata
Aqidah berakar dari kata ‘ aqada-ya’qidu, yang berarti menyimpulkan atau mengikatkan tali dan
mengadakan perjanjian. Dari kata ini muncul bentuk lain, seperti I’tiqada-ya’taqidu dan I’tiqad, yang
berarti mempercayai, menyakini, dan keyakinan.

Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan
diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh
keragu-raguan.

Karakteristik Pembelajaran akidah dan Akhlaq

Setiap materi memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya materi pelajaran agama
aspek lainnya. Adapun karakteristik materi Aqidah dan Akhlaq adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan materi yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar
yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Untuk kepentingan
pembelajaran, dikembangkan materi Aqidah dan Akhlaq pada tingkat yang lebih rinci sesuai tingkat
dan jenjang pembelajaran.

2. Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan yang tersimpul dan terhujam kuat
di dalam lubuk jiwa atau hati manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli, dan wijdani atau
perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman yang enam yaitu, iman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir. Prinsip-prinsip
Akhlaq adalah pembentukan sikap dan kepribadian seseorang agar berakhlak mulia atau Akhlaq Al-
Mahmudah dan mengeliminasi akhlak tecela atau akhlak Al-Madzmumah sebagai manifestasi
akidahnya dalam perilaku hidup seseorang dalam berakhlak kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada diri
sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada alam serta makhluk lain.

3. Materi Aqidah dan Akhlaq merupakan salah satu rumpun materi pembelajaran agama di
madrasah (Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Syari’ah/Fiqih Ibadah Muamalah dan Sejarah
Kebudayaan Islam) yang secara integratif menjadi sumber nilai dan landasan moral spiritual yang
kokoh dalam pengembangan keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian Aqidah dan Akhlaq
yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya.

4. Materi Aqidah dan Akhlaq tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai
pengetahuan dan pemahaman tentang Aqidah dan Akhlaq dalam ajaran Islam, melainkan yang
terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan Aqidah dan Akhlaq itu dalam
kehidupan sehari-hari.

33
5. Tujuan materi Aqidah dan Akhlaq adalah untuk membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT serta memiliki akhlaq mulia. Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi
utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk memperbaiki akhlak manusia. Dengan demikian,
pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan jiwa pembelajaran agama Islam. Mengembangkan dan
membangun akhlak yang mulia merupakan tujuan sebenarnya dalam setiap pelaksanaan
pembelajaran. Sejalan dengan tujuan itu maka semua materi atau bidang studi yang diajarkan
kepada peserta didik haruslah memuat pembelajaran akhlak dan oleh karena itu setiap guru
mengemban tugas menjadikan dirinya dan peserta didiknya berakhlak mulia.

Tujuan Pembelajaran Akidah dan Akhlak

Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik
agar dapat:

a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan


pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang
akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT.;

b) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi
dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

2) Ruang Lingkup

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan
kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman
dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula,
untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang
pendidikan berikutnya.

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

a) Kalimat tayyibah

· kalimat tayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Lailaha illallah, basmalah, alhamdulillah,
subhanallah, Allahu Akbar, ta’awwuz, masya Allah, assalamu‘alaikum, salawat, tarji’, la haula wala
quwwata illa billah, dan istigfar.

Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat hayyibah, al-Asmw’ al-
ousnw dan pengenalan terhadap salat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.

Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari akhir serta Qada
dan Qadar Allah).

b) Aspek Akhlak meliputi:

Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan
jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana,
rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dll

34
Menghindari akhlak tercela (mazmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester
dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka,
khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah,
fasik, dan murtad.

c) Aspek adab Islami, meliputi:

· Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah,
berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.

· Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.

· Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, dan teman.

d) Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim


a.s. mencari Tuhan, Nabi Sulaiman a.s. dengan tentara
semut, masa kecil Nabi Muhammad Saw., masa remaja
Nabi Muhammad Saw., Nabi Ismail a.s., Kan’an,
Tsa’labah, Masyitah, Abu Lahab, dan Qarun. Materi
kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat
terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak sehingga
tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tetapi
ditampilkan dalam Kompetensi Dasar dan indikator.

Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak ditingkat MI

(1) Problematika pembelajaran Aqidah Akhlak terdapat pada materi yang sulit dipahami siswa,
kurangnya minat belajar siswa, metode pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa,
penerapan materi dan lingkungan yang memiliki pengaruh buruk terhadap siswa. Problematika
tersebut muncul dikarenakan materi Aqidah Akhlak yang lebih membutuhkan pendalaman lebih
lanjut dan tidak mampu dijangkau hanya dengan akal dan pancaindera saja seperti materi iman
kepada Allah, malaikat dan hari akhir. Dengan demikian minat belajar siswa menjadi kurang dan
metode pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan berdampak pada penerapan materi
seperti melalaikan perintah ibadah. Begitu pula pengaruh lingkungan sekitar yang tidak
mendukung untuk penerapan perilaku terpuji dan menghindari akhlak tercela, (2) Upaya yang
dilakukan terkait faktor materi adalah dengan memahami karakteristik siswa yang
membutuhkan pendalaman lebih lanjut dan membatasi pengetahuan tentang iman kepada Allah
dengan membahas ciptaan Allah. Adapun mengenai minat belajar, upaya memberikan motivasi
belajar terus dilakukan. Mengenai metode pembelajaran, guru menyesuaikan dengan kondisi
siswa. Terkait dengan penerapan materi, guru terus memantau perkembangan ibadah siswa.
Adapun mengenai pengaruh lingkungan, guru terus memberi nasihat terhadap siswa agar
menjauhi lingkungan yang memiliki pengaruh buruk.

35
RESUME KELOMPOK 12
Pembelajaran Akidah Akhlak ditingkat Madrasah Tsanawiyah

Tujuan dan fungsi pembelajaran Aqidah Akhlaq


1. Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak
Wawasan Pendidikan. Tujuan dari adanya pembelajaran Aqidah Akhlak adalah :
Agar peserta didik memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan yang benar terhadap hal-
hal yang harus diimani, sehingga dalam bersikap dan bertingkah-laku sehari-hari berdasarkan Al-
Qur’an dan Hadits.
Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk mengamalkan
ahlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam
hubungannya dengan Allali SWT, diri sendiri, antar manusia maupun hubungannya dengan alam
lingkungan.

2. Fungsi pembelajaran Aqidah Akhlak


Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau menghayati dan meyakini
dengan keyakinan yang benar terhadap Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, hari akhir, dan Qadha Qadar-Nya
Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam tentang akhlak, baik yang berkaitan dengan hubungan antara
manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya, dan manusia dengan alam lingkungannya.

RUANG LAdapun ruang lingkup pembelajaran Aqidah Akhlak di tingkat madrasah meliputi :
1. Aspek aqidah terdiri atas keimana kepada sifat wajib, mustahil, zaiz Allah, keimanan kepada
kitab Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mu’jijatnya dan hari akhir.
2. Aspek akhlak terpuji yang terdiri ataskhauf, taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif,
percaya diri, tekat yang kuat, ta’ruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati
janji dan bermusyawarah.
3. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dang ghihab.

Ciri-ciri pembelajaran Aqidah Akhlak dan aspek yang harus dikembangkan dalam suasana
pembelajaran yang terpadu, meliputi :
a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan
keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan hasil pengamalan akhlak
yang mulia dalam kehidupan sehari-hari
c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan prilaku yang baik
sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist.
d. Rasional, usaha meningkatkan kwalitas proses dan hasil pembelajaran aqidah akhlak dengan
pendekatan yang memfungsikan rosio anak didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan
mudah dipahami dengan penalaran.
e. Emosional, upaya mengugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati aqidah dan
akhlak yang mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa anak didik.

36
f. Fungsional, menyajikan materi aqidah akhlak yang memberikan mamfaat nyata bagi peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen
madrasah lainnya sebagai teladan sebagai cermin dari individu yang memiliki keimanan teguh
dan berakhlak mulia.

Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak ditingkat Mts


Pertama, problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak meliputi: metode
pengajaran yang digunakan kurang variatif, kurangnya penguasaan dan pengembangan materi
oleh guru, keteladanan dari para guru, dan adanya kecenderungan orang tua siswa
menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada madrasah (guru). Serta kurang
adanya kekompakan diantara para guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa.
Kedua, problematika yang berhubungan dengan siswa meliput: kurangnya sopan santun pada
diri siswa baik dalam perbuatan maupun perkataan, masih adanya siswa yang kurang disiplin
atau kurang mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan
rentannya siswa terhadap pengaruh teman yang kurang baik akhlaknya.
Ketiga, problem yang berhubungan dengan sarana-prasarana yakni: Masih terbatasnya sarana-
prasarana madrasah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan terdapat beberapa jenis problematika
pembelajaran Aqidah Akhlak yang diperoleh dari masing- masing sekolah sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1) Redahnya Keteladanan dari Guru
Kepribadian guru itulah yang akan menentukan, apakah ia akan menjadi pendidik dan Pembina
yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan
anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil ( tingkat dasar ) dan mereka yang
sedang mengalami kegoncangan jiwa ( tingkat menengah ) Zakia Drajat Dalam Syah ( 2000: 225-
226 ). Problematika pada guru yaitu tidak adanya keteladanan yang menarik minat siswa untuk
belajar pembelajaran Aqidah Akhlak yang merupakan inti dari tujuan pembelajaran tersebut,
dimana Aqidah Akhlak bukan hanya saja membahas tentang keimanan namun seberapa besar
pula implikasi dari pembelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa, dimana guru
menjadi tontonan dan tuntunan.
2) Rendahnya Motivasi
Menurut Hamalik (1992:173), Pengertian Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri atau
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.Berkenaan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak guru kurang motivasi kepada siswa
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sehingga rendahnya semangat untuk belajar materi Aqidah
Akhlak, siswa terlihat cuek, tidak memperhatikan guru saat proses belajar berlangsung.
3) Buruknya sistem pengelolaan (Manajemen Sekolah)
Menurut James Jr. Manajemen sekolah adalah proses pendayagunaan sumber-sumber
manusiawi bagi penyelenggara sekolah secara efektif. Pengelolaaan sekolah atau yang disebut
dengan menejemen sekolah sebagai basis acuan dalam setiap kegiatan yang ada disekolah
terutama dalam proses pembelajaran sangat penting dirancang dan diimplementasikan oleh
para anggota pendidikan didalamnya, hal ini menyangkut bagaimana pimpinan sekolah
menetapkan kebijakan- kebijakannya sebagai standar mutu proses pembelajaran terutama
untuk para guru- gurunya, namun kenyataan dilapangan yang menjadi kendala munculnya
problematika pembelajaran Aqidah Akhlak berdasarkan penemuan di atas pimpinan sekolah
37
minim dalam memahami sistem manajemen pendidikan, sehingga guru terkesan santai dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
4) Metode Pembelajaran
Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.Jadi pembelajaran
merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
5) Peserta Didik
Peserta didik bila dilihat dari sudut pendekatan pembelajaran bisa dijadikan sebagai subjek
atau objek belajar. Dengan demikian, kesadaran peserta didik akan ilmu memicu dirinya untuk
belajar. Akan tetapi banyak faktor yang menghambat dalam memperoleh ilmu tersebut yang
secara umum penulis uraikan sebagai berikut;
a. Faktor Interen
1. Rendahnya minat belajar
2. Kelemahan memahami materi menimbulkan malas belajar
3. Kurangnya sopan santun yang diakibatkan dari gagalnya proses kegiatan belajar
4. Tidak disiplin

a. Faktor Eksteren
1. Pengaruh teman yang kurang baik
• Minimya sarana dan prasarana
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan
dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Yang menjadi standar mutu pendidikan nasional, tidak
akan berjalan dengan baik proses pembelajaran tidak optimal dikarenakan guru akan
kebingungan dalam menyampaikan materi pembelajaran dan rendahnya motivasi belajar siswa
dari masalah tersebut tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik dan menghasilkan
lulusan yang kurang bermutu.
c. Faktor External
Rendahnya peran orang tua
Pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak bukanlah hal yang sepele karena
pendidikan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat
bertahan menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini orang tua semakin menyadari
pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti memberikan banyak dampak positif
bagi anak.

38
RESUME KELOMPOK 13

Pembelajaran Akidah Akhlak ditingkat Madrasah Aliyah

Tujuan

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:


1. Menumbuhkembangkan akidah melalui

pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,


pengamalan,pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT;

2.Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari
ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Ruang lingkup mata
pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah meliputi:

• Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma al-
husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada.

• spek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta’at, khauf, taubat, tawakkal,
ikhtiyaar, shabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu, husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun,
berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remremaj

• Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab,
tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah.

• Aspek adab meliputi: Adab beribadah: adab Shalat, membaca Al Qur’an dan adab
berdoa, adab kepada kepada orang tua dan guru, adab kepada kepada, saudara,
teman, dan tetangga, adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan
tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan.

• kisah teladan meliputi: Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan
Nabi Ayub, Kisah Shahabat: Abu Bakar ra, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib.

RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Peminatan Ilmu-ilmu Agama 1. Akhlak Ruang lingkup mata
pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah peminatan Ilmu-Ilmu Keagamaan sebagai mata pelajaran
peminatan sebagai berikut:

39
A. Aspek akhlak terdiri atas: taubat,wara’,qona’ah,zuhud, amanah, Hak Asasi Manusia,
mujahadah an nafsi, musabaqah bil khairat, etos kerja, dinamis, inovatif dan kreatif, syukur,
dermawan, tawakal dan ikhlas, kewajiban manusia terhadap Allah, Rasul-Nya, diri sendiri,
kedua orang tua, keluarga, pemaaf, jujur ukhuwwah, tasamuh, sabar, ridla, dan istiqamah
disiplin.

B. Akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar seperti mabuk-
mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba, ishraf, tabdzir, fitnah, riya’
takabbur, nifaq, fasik, dan hasad, .serakah, tama’, bakhil, dan israftabdzir, dzalim,
diskriminasi, ghadab, fitnah, namimah dan ghghibah.

C. Adab terdiri atas: adab membesuk orang sakit, takziyah dan ziarah kubur, menuntut ilmu,
mengundang dan memenuhi undangan , musyawarah dan adab salam, bergaul orang yang
lebih tua, teman sebaya, orang yang lebih muda dan dengan lawan jenis, adab di masjid,
membaca al Qur’an, berdo’a, berpakaian, berhias, musafir, bertamu dan menerima tamu.

D. Kisah teladan meliputi: kisah Abu Lahab dan istrinya, istri Nabi Luth, Luqman Hakim, Ashabul
Kahfi dan Maryam, Abu Bakar Ash Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Usman bin Affan ra, Ali
Bin Abi Thalib kwUmar bin Abdul Aziz dan Salahuddin Al Ayyubi.

E. Pengertian, sumber tasawuf dari Al-Qur’an dan al-Sunnah dan hubungan tasawuf dengan
akhlak dan syariat, pengertian maqamat, dan al-ahwal dalam tasawuf serta membandingkan
tasawuf sunni dan tasawuf falsafi serta tokoh-tokohnya, pokok ajaran tasawuf dari Hasan
Basri, Rabi’ah al-Adawiyah, Dzun Nun al-Misri, al Ghazali, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan
Muhy al-Din Ibn `Araby, sejarah dan pokok-pokok ajaran tarikat mu’tabarah Qadiriyah,
Rifa’iyah, Syaziliyah, Maulawiyah, Syatariyah, Naqsabandiyah dan Suhrawardiyah,
problematika masyarakat modern, relevansi dan peranan tasawuf dalam kehidupan modern.

Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak ditingkat MA

simpulkan bahwa problem itu muncul dari beragam aspek yaitu;

1. Pendidik

Pendidik kurang menguasai materi ajar, method, pengelolaan kelas, dan keteladanan bagi peserta

didik ini artinya pendidik atau guru belum memahami seutuhnya tugasnya sebagain guru yang

berdampak kepada kualitas peserta didik dan

40
2. Peeserta Didik

Peserta didik kurang bahkan tidak memiliki semangat belajar di kelas dengan beragam faktor

diantaranya kejenuhan yang muncul, kurang motivasi dari guru, perhatian dan keteladanan.

3. Sarana dan Prasarana

Disebagian madrasah berdasarkan pemaparan di atas kekurangan sarana prasarana

mempengaruhi tinggi rendahnya semangat belajar maupun mengajar. Dampaknya pendidk tidak

berkembang secara optimal dan proses kegiatan belajar mengajar tidak efektif dan efisien.

41

Anda mungkin juga menyukai