Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGERTIAN AKIDAH AKHLAK

Diajukan untuk memenuhi tugas akidah akhlak


Dosen pengampuh : darmaningsi , M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
IBRAHIM TANEBE
NIM : 520620008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aqidah dan akhlak merupakan pondasi dasar yang wajib ditanamkan
kepada peserta didik sejak dini khususnya di tingkat Madrash Ibtidaiyah.
Sebagai seorang calon guru yang akan dicetak sebagai guru yng profesional,
sudah semestinya kita sebagai calon guru mengenal bagaimana
pembelajaran aqidah akhlak di tingkat madrasah ibtida’iyah. Seperti yang
kita ketahui bahwa pada peserta didik khususnya di tingkat MI masih
membutuhka pondasi akan pentingnya aqidah akhlak tersebut.
Ni1ai suatu prilaku itu ditentukan oleh kandungan moral yang terpatri
dibalik perilaku tersebut. Semakin besar dan bermanfaat nilainya semakin
penting untuk dipelajarinya.Perilaku yang paling penting adalah akhlakul
karimah yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang
Pencipta.Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir
meskipun dia Profesor Doktor, pada hakekatnya dia bodoh.Adakah yang
lebih bodoh daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya?
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap--
lengkapnya dibanding dengan makhluk/ciptaan lainnya.Kemudian Allah
bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya.
Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup
para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada
di Mekkah pada bagian ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan.
Di dalam tubuh manusia seperti kepadanya.Maka apabila suatu ummat
sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi adalah akhlak dan aqidahnya
terlebih dahulu. Disiniah pentingnya aqidah ini.Apalagi ini menyangkut
kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akherat.Dialah kunci menuju surga.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi Aqidah Akhlak ?
2. Apa hakekat pembelajaran aqidah akhlak ?
3. Bagaimana konsep dasar pembelajaran Aqidah Akhlak MI ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui definis Aqidah Akhlak
2. Mengetahui hakekat pembelajaran Aqidah Akhlak.
3. Mengatahui konsep dasar pembelajaran Aqidah Akhlak MI

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AQIDAH DAN AKHLAK


1. Pengertian Aqidah
Kata ‘aqidah berasal dari kata bahasa arab. Secara
bahasa, aqidah berarti sesuatu yang mengikat. Kata ini, sering juga
disebut dengan ’aqa’id, yaitu kata plural (jama’) dari ’aqidah yang
artinya simpulan. Kata lain yang serupa adalah i’tiqad, mempunyai
arti kepercayaan. Menurut Sayyid Sabiq, seperti dikutip Nurcholis
Madjid (baca: Cak Nur), tauhid atau al-‘aqidah al-islamiyyah adalah
suatu sistem kepercayaan Islam yang mencakup didalamnya
keyakinan kepada Allah dengan jalan memahami nama-nama dan
sifat-sifatNya, keyakinan terhadap malaikat, ruh, setan, iblis dan
makhluk-makhluk gaib lainnya, kepercayaan terhadap Nabi-nabi,
Kitab-kitab Suci serta hal-hal eskatologis lainnya, seperti Hari
Kebangkitan (al-ba’ts), hari kiamat/hari akhir (yaum al-qiyamah/yaum
al-akhir), surga, neraka, syafa’at, jembatan gaib (al-shirath al-
mustaqim), dan sebagainya.
Aqidah adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari
segala keraguan. Atau dengan kata lain Aqidah adalah suatu perkara
yang harus dibenarkan dalam hati sehingga melahirkan jiwa yang
tenang dan mantap serta tidak dipengaruhi keraguan dan meyakini
dengan penuh keyakinan bahwa apa yang menjadi rukun Iman umat
islam benar Mutlaq meyakini keberadaannya.

2. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, al-khuluqu atau al-khuluq
yang berarti watak, tabiat, keberanian atau agama. Sedangkan secara
istilah Muuhammad Rabbi Muhammad Jauhari mengutip pendapat
Ibnu Maskawaih bahwa Akhlak adalah suatu keadaan bagi jiwa yang
mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa
melalui fikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua: ada yang

3
berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan
yang berulan-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan-tindakan itu
melalui fikiran dan pertimbangan, dan dilakukan terus-menerus, maka
jadilah suatu bakat dan akhlak. Akhlak merupakan konsep kajian
terhadap ihsan. Ihsan merupakan ajaran tentang penghayatan akan
hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri yang sedang
menghadap dan berada di depan Tuhan ketika
beribadah. Ihsan juga merupakan suatu pendidikan atau latihan untuk
mencapai kesempurnaan Islam dalam arti sepenuhnya (kaffah),
sehingga ihsan merupakan puncak tertinggi dari keislaman
seseorang. Ihsan ini baru tercapai kalau sudah dilalui dua tahapan
sebelumnya, yaitu iman dan islam. Orang yang mencapai
predikat ihsan ini disebut muhsin. 
Dalam kehidupan sehari-hari ihsan tercermin dalam bentuk
akhlak yang mulia (al-akhlak al-karimah). Inilah yang menjadi misi
utama diutusnya Nabi Saw. ke dunia, seperti yang ditegaskannya
dalam sebuah hadisnya: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan akhlak mulia”. Tugas yang amat berat dan sangat
mulia itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh Nabi berkat bimbingan
langsung dari Allah Swt. dan juga didukung oleh kepribadian beliau
yang sangat agung. Terkait dengan ini Allah Swt. berfirman: 
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS. al-Qalam : 4)

Jadi konsep dasar mempelajari aqidah akhlak di madrasah


adalah suatu pernyataan sekaligus gambaran dasar dalam mempelajari
suatu ikatan dan keyakinan dasar dalam kehidupan beragama sehingga
diharapkan dapat melahirkan budi pekerti dan akhlakul karimah pada
peserta didik. 

B. Hakikat Pembelajaran Aqidah Akhlak


Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila
setelah belajar tidak terjadi perubahan, maka tidaklah dapat dikatakan

4
bahwa padanya telah berlangsung proses belajar. Selain itu belajar juga
selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar,
apakah itu mengarah yang lebih baik, direncanakan atau tidak.
Kemudian untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman dalam
memberikan definisi tentang pembelajaran aqidah akhlak ini, penulis akan
memaparkan dalam tiga bagian, yaitu:
a. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Di
dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen, yaitu guru,
siswa dan materi pelajaran. Interaksi antara ketiga komponen utama
ini melibatkan sarana dan prasarana seperti metode, media dan
penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta suatu proses
pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah
direncanakan.
Untuk memahami hakikat pembelajaran, dapat dilihat dari dua
segi, segi etimologis (bahasa) dan segi terminologis (istilah). Secara
etimologis pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa Inggris,
instruction yang bermakna upaya untuuk membelajarkan seseorang
atau kelompok orang, melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai
strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan pengertian terminologis adalah Pembelajaran
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, atau menghasilkan respon
dalam kondisi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan
Menurut S. Nasution pembelajaran adalah proses interaktif yang
berlangsung antara guru dan siswa atau juga antara sekelompok siswa
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap
serta menetapkan apa yang dipelajari itu.
Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Zainal Aqib
adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur

5
manusiawi, materiil, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sehingga berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik pengertian
bahwa pembelajaran adalah usaha orang dewasa yang
sistematis, terarah, yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan dasar menuju perubahan tingkah laku dan
kedewasaan anak didik, baik diselenggarakan secara formal maupun
non formal.

b. Akidah Akhlak
Para ahli sangat bervariasi dalam mendefinisikan aqidah yang
beranjak dari pengertian yang terkesan terbuka sampai pada yang
terperinci, bahkan sangat berhati-hati dalam mengungkapkannya.
Menurut Zuhairini, aqidah adalah: i’tikad batin, mengajarkan keEsaan
Allah SWT, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan
meniadakan.
Menurut Zaki Mubarok Latif yang mengutip pendapat dari
Hasan Al Banna mengatakan bahwa aka’id (bentuk jamak dari
aqidah) artinya beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya
oleh hati. Sedang kutipan pendapat dari Abu Bakar Jabir Al Jazani
mengatakan bahwa aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan
fitrah.
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa setiap manusia memiliki fitrah tentang adanya Tuhan
yang didukung oleh hidayah Allah SWT berupa indra, akal agama dan
lain sebagainya, dan keyakinan sebagai sumber utama akidah itu
tidak boleh bercampur dengan keraguan. Tiap-tiap pribadi pasti
memiliki kepercayaan, meskipun bentuk dan pengungkapannya
berbeda-beda. Dan pada dasarnya manusia memang membutuhkan
kepercayaan, karena kepercayaan itu akan membentuk sikap dan
pandangan hidup seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pengertian aqidah adalah sesuatu yang pertama dan utama

6
untuk diimani oleh manusia. Kemudian pengertian akhlak adalah
suatu perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa
seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan
tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan
dan direncanakan sebelumnya. Akhlak itu timbul dan tumbuh dari
dalam jiwa, kemudian berbuah kesegenap anggota menggerakkan
amal-amal, serta menghasilkan sifat-sifat yang baik dan utama dan
menjauhi segalayang buruk dan tercela. Pemupukan agar dia bersemi
dan subur ialah berupa humanity dan iman, yaitu kemanusiaan dan
keimanan yang kedua-duanya bersama menuju perbuatan. Dari
pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa aqidah akhlak adalah suatu
bidang studi yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk dapat
mengetahui, memahami dan meyakini aqidah Islam serta dapat
membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai
dengan ajaran Islam. Jadi aqidah akhlak merupakan bidang studi yang
mengajarkan dan membimbing siswa dalam suatu rangkaian yang
manunggal dari upaya pengalihan pengetahuan dan penanaman nilai
dalam bentuk kepribadian berdasarkan nilai-nilai ketuhanan.

c. Pembelajaran Akidah Akhlak


Pembelajaran aqidah akhlak merupakan tiga kata yaitu terdiri
dari kata pembelajaran, aqidah dan akhlak. Berdasarkan pengertian
tiga kata itu sebagaimana yang telah diuraikan diatas dalam bab ini,
maka dapat difahami dan diketahui bahwa yang dimaksud dengan
pembelajaran aqidah akhlak adalah suatu wahana pemeberian
pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar dapat
memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam, serta
bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Disamping
itu pengertian pembelajaran aqidah akhlak adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar untuk dapat menyiapkan peserta didik agar
beriman terhadap ke-Esaan Allah SWT, yang berupa pendidikan yang
mengajarkan keimanan, masalah ke-Islaman, kepatuhan dan ketaatan
dalam menjalankan syari’at Islam menurut ajaran agama, sehingga

7
akan terbentuk pribadi muslim yang sempurna iman dan Islamnya.
Dengan demikian yang penulis maksudkan dengan pembelajaran
aqidah akhlak adalah: usaha atau bimbingan secara sadar oleh orang
dewasa terhadap anak didik untuk menanamkan ajaran kepercayaan
atau keimanan terhadap ke-Esaan Allah SWT, yaitu keyakinan penuh
yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah, dan diwujudkan oleh
amal perbuatan. Selain itu pembelajaran aqidah akhlak adalah salah
satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan
pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, meyakini dan
menghayati kebenaran ajaran Islam sehingga dapat membentuk
prilaku-prilaku siswa yang sesuai dengan norma dan syariat yang ada.

C. Konsep Dasar Pembelajaran Akidah Akhlak MI


Dasar-Dasar Pembelalajaran Akidah Akhlak MI
1. Adapun dasardasar pembelajaran aqidah akhlak pada MI adalah sebag
ai berikut:
a. Dasar Psikologi
Pada dasarnya manusia secara Fitrah bawaan sudah
membawa keimanan semenjak di dalam kandungan. Sehingga
secara naluria manusia akan berusaha mencari jatuhan. Alquran
mengisyaratkan bahwa kehadiran Tuhan ada dalam setiap diri
manusia, dan dalam hal tersebut merupakan Fitrah bawaan
manusia sejak asal kejadiannya. Sebagaimana dalam Alquran
yang telah ditegaskan :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui” (Q.S Ar-Rum:30)
Berhubungan dengan hal tersebut, Dr. M Quraish Shihab,
M A, dalam bukunya wawasan Alquran menggambarkan bahwa

8
apabila manusia bebas dari Segala persoalan hidup maka akan
mendengar suara nurani yang mengajak manusia untuk
berbicara mendekat bahkan menyatu dengan suatu totalitas
wujud yang maha mutlak . suara itu mengantarkan pada
pengakuan betapa lemah manusia dihadapannya betapa kuasa
dan Perkasa dia Yang Maha Agung suara yang didengarkan oleh
Nurani tersebut adalah suara fitrah manusia.
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa secara
psikologis setiap manusia mempunyai pembawaan untuk
mengakui dan mencari adanya Allah sebagai zat yang
menguasai manusia dan seluruh alam semesta.

b. Dasar Antropologis
Pada dasarnya manusia ingin mencari perlindungan
kepada zat yang maha kuasa baik itu disadari maupun tidak
disadari. Pada saat-saat tertentu manusia pasti membutuhkan
perlindungan atau pertolongan dari suatu kekuatan yang tidak
dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia itu sendiri. Hal itu
dikarenakan sejak prasejarah menurut para ahli antropologi
sudah mengakui bahwa ada suatu kekuatan tinggi alam gaib di
balik kekuatan duniawi, sebagaimana Andrew Lang (1814-
1912) mencekam teori Taylor yang telah dikutip oleh
koentjaraningrat yang menyatakan bahwa dalam jiwa manusia
ada suatu kekuatan atau kemampuan gaib yang dapat bekerja
lebih kuat pada saat aktivitas pikiran manusia yang rasional
mengalami kelemahan atau . akhir yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan rasionalnya. Dari uraian di atas dapat diambil
pengertian bahwa menurut ahli antropologi manusia sejak
zaman prasejarah hingga sekarang ini, semua yakin dan percaya
bahwa kekuatan gaib dibalik kekuatan manusia itu ada dan
diyakini dapat melindungi setiap manusia . kekuatan yang luar
biasa tersebut adalah Allah SWT, sang Maha Kuasa yang
menciptakan seluruh alam semesta. Allah berfirman:

9
“orang-orang yang beriman dan Tiada mencampur baurkan iman
mereka dengan suatu kezaliman mereka memperoleh keamanan
pada hari kiamat dan merekalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (Q.S AL An'am : 82)

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Akhlak


Zaki Mubarok mengutip pendapat dari Hasan Al Banna menunjukkan
empat bidang yang berkaitan dengan lingkup pembahasan mengenai
aqidah yaitu :
a. Ilahiyat
Illahiyat yaitu: pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubu
ngan dengan Illah (Tuhan) seperti wujud
Allah SWT , asma Allah, sifat-sifat yang
wajib ada pada Allah, dan lain-lain.

b. Nubuwwat
Nubuwat yaitu: pembahasan tentang segala sesuatu yang berhub
ungan dengan
Rasul-Rasul Allah, termasuk Kitab suci, mu’jizat, dan lain-lain.

c. Ruhaniyyat
Rukhyat yaitu: pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaita
n dengan roh atau metafisik, seperti malaikat, jin, iblis setan, roh
dan lain-lain.

d. Sam’iyyat
yaitu: pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diket
ahui Sam’iyyat melalui sam’i (dalil naqli: Al Qur’an dan As Sun
ah seperti surga neraka, alam barzah, akhirat, kiamat, dan lain-
lain.

3. Fungsi Pembelajaran Akidah Akhlak MI


Ada beberapa fungsi pembelajaran aqidah akhlak pada usia anak.
Mata pelajaran aqidah akhlak pada Madrasah Ibtidaiyah berfungsi:

10
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa
kepada Allah SWT yang telah ditanamkan di lingkungan
keluarga. Dengan demikian dasar-dasar
keimanan dianggap telah ditanamkan
sebelum siswa memasuki madrasah.
b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam
keyakinan,pemahaman,
dan pengamalanajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini dikarenakan pengembangan keimanan
yang dilakukan
di madrasah dijalankan melalui proses yang sistematis
dalam kerangka ilmu pengetahuan.
c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
diri siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia I
ndonesia seutuhnya.
d. Pengajaran,
yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan tentang keimanan
dan akhlak.

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebagai
berikut:
Aqidah adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala
keraguan. Atau dengan kata lain Aqidah adalah suatu perkara yang harus
dibenarkan dalam hati sehingga melahirkan jiwa yang tenang dan mantap
serta tidak dipengaruhi keraguan dan meyakini dengan penuh keyakinan
bahwa apa yang menjadi rukun Iman umat islam benar Mutlaq meyakini
keberadaannya. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak
memerlukan pikiran terlebih dahulu.
Jadi konsep dasar mempelajari aqidah akhlak di madrasah adalah
suatu pernyataan sekaligus gambaran dasar dalam mempelajari suatu ikatan
dan keyakinan dasar dalam kehidupan beragama sehingga diharapkan dapat
melahirkan budi pekerti dan akhlakul karimah pada peserta didik. Adapun
dasar-dasar pembelajaran Akidah Akhlak sebagai berikut:
a. Dasar Psikologi
b. Dasar Antropologis
c. Dasar Sosiologis
Jadi sudah jelas bahwa Aqidah dan Akhlak merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan karena kedua hal inilah seorang hamba bisa
menuju keridhoan Robbnya.

B. Saran
Kita sebagai calon pendidik sudah semesti mempersiapkan diri untuk
bertingkah laku dengan akhlakul karimah sejak sekarang karena mau tidak
mau ketika kita terjun ke lapangan tentunya sudah menjadi barang pasti kita
akan mejadi panutan bagi para peserta didik kita. Selanjutnya untuk para
orang tua seharusnya mengarahkan dan membiasakan para anak-anaknya

12
untuk beretika sebagaimana mestinya. Tidak terlupakan kami sebagai
penulis mengharapkan kepada pemerintah untuk ikut berpatisipasi dalam
mengalokasikan para generasi bangsa untuk menjunjung tinggi akhlakul
karimah lewat lembaga dan wewenang yang mereka pegang agar tercipta
bangsa dan negara yang bermartabat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami, Bandung:


Pustaka Setia, 2006

Mahrus, modul Akidah, Jakarta : 2012

Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, Yogyakarta: Wahana Press, 2009

Heri Gunawan, Kurikulum dan pembelajaran PAI, Bandung: Alfabeta, 2012

S. Nasution, Kurikulum Dan pengajaran, Jakarta: Bina Aksara, 1984

Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan


Cendikia, 2002

Zaki Mubarok Latif, dkk, Akidah Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001

M. Quraish Shihab, Wawawsan Al Qur’an, Bandung: Mizan, 1996

14

Anda mungkin juga menyukai