Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata

Kuliah Aqidah ahlak Dan Tasawuf

Dosen pengampu: Dr. H. Rumbang Sirojudin M.A

Disusun Oleh:

Abdullah : NIM 211210022

Robby Nurhabib : NIM 211210021

Ina Aulia : NIM 211210023

Ila Yuspita Haerudin : NIM 211210025

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

TAHUN 2022 M / 1444 H


A. Pendahuluan
Secara bahasa aqidah berarti ikatan kepercayaan, keyakinan atau janji . Sementara
secara istilah aqidah yakni meyakini dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan
melakukan dengan perbuatan. Aqidah di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut
keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan pikiran yang
mantap itu benar, itulah yang disebut aqidah yang benar, seperti keyakinan umat islam
tentang keesaan Allah. Namun jika salah, itulah yang disebut aqidah yang batil.
Aqidah Islam merupakan bentuk dari merealisasikan rukun Iman. Sebagaimana kita
ketahui ada enam rukun iman, yakni: iman kepada Allah, iman kepada para malaikat,
iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para rasul Allah, iman kepada hari akhir
(kiamat), dan iman kepada qadar Allah yang baik atau yang buruk. Aqidah Islam
merupakan hal penting yang harus dimiliki jiwa jiwa yang mengaku muslim, maka
sebagai umat muslim kita wajib mempelajarinya. Hal yang demikian bertujuan untuk
memantapkan hati terhadap keimanan. Diantara pentingnya belajar aqidah islam,
yakni: Memperoleh petunjuk hidup yang benar. Ini bermaksud bahwa ketika kita
belajar maka kita akan mengetahui. Sebagaimana halnya dalam konteks di atas ketika
kita mempelajari aqidah islam, maka kita akan mengetahui esensi dari islam itu
tersendiri. Sehingga, kita akan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Terbebas dari kemusyrikan. Syirik berasal dari bahasa arab asy syirkatu yang berarti
persekutuan, yakni membuat tandingan bagi Allah SWT
Manfaat mempelajari aqidah akhlak selanjutnya ialah Membebaskan akal dan pikiran
dari kegelisahan yang timbul dari lemahnya aqidah. Maksud dari pernyataan ini ialah,
ketika kita memiliki aqidah yang kokoh, layaknya batu di lautan yang menancam
keras ke dasar, sehingga tidak akan terombang-ambing kendati di terpa ombak. Ini
bermakna bahwa kita akan mendapatkan kebebasan yang hakiki. Kita tidak akan
mudah terpengaruh oleh dunia dan seisinya1

1
Dedi, Bunga rampai aqidah akhlak dan pembelajarannya, (Metro Lampung : Cet, 2017), Hal 1-2

1
B. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak

Aqidah adalah salah satu disiplin dari agama ini yang berkaitan dengan keyakinan dan
keimanan, dimana sisi yang lain berkaitan dengan amaliyah yaitu fiqih. Dua cabang ilmu ini
wajib dipelajari setiap muslim, dengan ilmu aqidah seseorang akan dapat meluruskan
keimanannya yang menjadi pondasi bagi amalan yang diperbuatnya, dan dengan ilmu fiqih
seseorang akan dapat beribadah secara benar sesuai dengan tuntutan syar’i keduanya, ilmu
aqidah dan fiqih merupakan kewajiban perorangan untuk mempelajarinya, karena keduanya
merupakan tuntutan Allah yang dibebankan akan setiap hamba. Aqidah yang shahih adalah
aqidah Islamiyah yang merupakan pondasi yang menjadi tegaknya agama dan benarnya
amal.2 Beberapa tokoh telah banyak yang mengemukakan tentang pengertian pembelajaran.
Dari beberapa literature juga banyak ditulis tentang makna pembelajaran. Dalam undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 diterangkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik/siawa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa,
serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan atau membangun pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Munif Chatib
mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses transfer ilmu dua arah, antara guru
sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerimanya. Jika proses pembelajaran ini
ingin berhasil, Munif melanjutkan bahwa harus ada kerjasama yang baik dari dua pihak,
yakni guru dan murid. Sebaliknya, proses pembeljaran akan gagal jika tidak ada kerjasama
yang baik dari keduanya. Kegagalan yang dimakasud yakni tidak tercapainya indikator
keberhasilan dalam
silabus atau RPP yang telah direncal..kan.

Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sedangkan Omar Hamalik mengemukakan
bahwa pembelajaran merupakan kombinasi yang tertata meliputi segala unsur manusiawi, 3

Akidah dan akhlak selalu disandingkan sebagai satu kajian yang tidak bisa lepas satu
sama lain. Hal tersebut dikarenakan sebelum melakukan sesuatu akhlak, maka terlebih dahulu
meniatkannya dalam hati (akidah). Semakin baik akidah seseorang, maka semakin baik pula

2
M.hidayat , Nia, Pembelajaran Aqidah akhlak Dan korelasinya dengan peningkatan akhlak Al-karimah Peserta
didik , Vol 6 , No 12, Hal 109
2
3
Kutsiyyah, Pembelajaran Aqidah Akhlak, (Pamekasan : 2017), Hal 1-2

3
akhlak yang diaplikasikannya dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya semakin buruk tingkat
keyakinan akidah seseorang, maka akhlaknya pun akan sebanding dengan akidah akhlak
dalam kehidupan sehari hari. Sama seperti ilmu lainnya, kajian akidah akhlak juga memiliki
tendensi yang kuat untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan jika
disuruh memilih, lebih baik tidak tahu makna akidah dan akhlak secara etimologis daripada
tidak tahu cara berakidah dan berakhlak yang baik. Sebagaimana yang telah disabdakan rasul
tentang hadits Jibril, diantaranya menanyakan tentang iman, tentang Islam, dan tentang Ihsan.
Berarti tiang tonggak Islam itu pertama mengenai akidah, kedua mengenai syariah (islam),
dan tiang tonggak ketiga adalah ihsan, yaitu terkait hubungannya dengan akhlak.4

4
M.hidayat , Nia, Pembelajaran Aqidah akhlak Dan korelasinya dengan peningkatan akhlak Al-karimah Peserta
didik , Vol 6 , No 12, Hal 109

4
C. Prinsip Prinsip Pembelajaran Akidah Akhlak
Sesuai dengan penjelasankan sebelumnya bahwa Aqidah Akhlak merupakan salah
satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun pembelajaran PAI
tidak sesederhana dalam proses penyampaiannya. Akan tetapi jauh dari itu, fungsi dan
peran PAI sampai pada pembentukan akhlak karimah dan kepribadian seutuhnya. Oleh
karena itu pengembangan pembelajaran PAI memerlukan model-model pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan. Begitu pula prinsip–prinsip
yang menyokong pembelajaran PAI juga perlu diperhatikan.44 Bahasa adalah alat
komunikai antar manusia. Banyak ditemukan perbedaan dalam cara-cara orang
berbicara. Ada yang berbicara panjang lebar akan tetapi informasi yang didapat
sedikit. Ada pula yang memperpanjang pembicaraan, sementara dia mengetahui
bahwa hal itu bisa diringkas tanpa menghilangkan sedikit pun inti pembicaraannya.
Demikian hal tersebut merupakan salah satu dari permasalahan pendidikan. Oleh karena
itu perlu adanya mencari cara terbaik sekaligus benar untuk berkomunikasi dengan
siswa. Adapun yang dapat dijadikan rujukan untuk cara terbaik sekaligus benar dalam
komunikasi adalah Rasulullah SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah:
“Rasulullah tidak berbicara sambung menyambung seperti yang kalian lakukan ini.
Akan tetapi Rasulullah berbicara dengan terpisah-pisah dan dengan jeda. Jika seseorang
menghitung kata- katanya, tentu ia dapat menghitungnya. Sedangkan jika Rasulullah
mengucapkan satu kalimat, dia mengulanginya sebanyak tiga kali agar dapat diingat.”
Adapun mengenai cara mendidik Rasulullah SAW memberikan pengajaran melalui
sabda beliau: “Allah akan memberikan rahmat kepada orang tua yang membantu
anaknya berbuat baik kepadanya. Yakni orangtua yang tidak menyuruh anaknya berbuat
sesuatu yang sekiranya anak itu tidak mampu mengerjakannya.” Dari beberapa uraian
diatas, maka terdapat prinsip yang dijadikan pelajaran dari tindakan Rasulullah SAW
dalam menanamkan akhlak terhadap anak, yaitu:
a. Motivasi, segala ucapan Rasulullah SAW mempunyai kekuatan yang menjadi
pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan.
b. Fokus, ucapannya ringkas dan langsung pada inti pembicaraan sehingga mudah
dipahami.
c. Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu yang
cukup kepada anak untuk menguasainya.

5
d. Repetisi, senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimatkalimatnya
supaya dapat diingat atau dihafal.
e. Teladan, serasi antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang
tulus karena Allah
7. Prosedur Pembelajaran
Aqidah Akhlak Pengembangan kegiatan belajar mengajar PAI harus diorientasikan
pada fitrah manusia yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan ruh. Ketiga
dimensi tersebut haruslah dipelihara agar terwujud keseimbangan. Untuk mewujudkan
keseimbangan tersebut diperlukan ketepatan dalam menentukan pendekatan, metode
dan teknik. Berikut adalah penjelasannya:

a. Pendekatan Konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran agama Islam yang


disajikan Depag (2004) meliputi:

1. Keimanan, mengembangkan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan


pemahaman adanya Tuhan.
2. Pengalaman, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan
pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas dan masalah kehidupan
3. Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan
perilaku dan sikap yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa.
4. Rasional, usaha memberikan peranan rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan
membedakan berbagai bahan ajar dalam standard materi dan kaitannya dengan
perilaku yang baik dan buruk.
5. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati
perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
6. Fungsional, menyajikan bentuk standard semua materi dari segi manfaatnya bagi
peserta didik dalam arti luas sesuai dengan tingkat perkembangannya dalam
kehidupan sehari-hari.
7. Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan non agama serta petugas
lainnya maupun orangtua peserta didik sebagai cermin manusia berkepribadian
agama.
b. Metode Berikut adalah beberapa metode yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak:
1. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan cara menyampaikan ilmu
pengetahuan secara lisan. Hendaknya ceramah mudah diterima, mudah

6
dipahami dan mampu menstimulasi pendengar (anak didik) untuk
melaksanakan hal yang

7
baik dari isi ceramah yang telah didengar. Adapun menurut Suryono, metode
ceramah adalah penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam
pelaksanaanya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas
uraian yang disampaikan kepada muridmuridnya.Adapun menurut Roestiyah
N.K, metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok
persoalan serta masalah secara lisan5

Ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran Aqidah akhlak yang harus diperhatikan

1) Perhatian dan motivasi


Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pembelajaran. Karena pada kenyataannya menunjukkan perhatian
tidak mungkin terjadi pembelajaran yang baik dari pihak pendidik maupun
dari pihak peserta didik. Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi
(memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya
tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan akan berjalan dengan
sangat baik, bahkan lebih mudah untuk masuk kedalam ingatan. Motivasi
juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang
akan berhasil dalam proses belajar apabila keinginan untuk belajar itu timbul
dari dirinya. Walaupun dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus
sejalan. Berbeda halnya kalau perhatian yang disengaja atau sekehendak, hal
ini diperlukan adanya motivasi.
2) Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar, pengalaman
tersebut diperoleh jika peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi
terhadap lingkungannya. Termasuk dalam proses pembelajaran peserta didik
harus berusaha untuk selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah
diamati sampai padazz kegiatan psikis yang susah untuk diamati. Dengan
demikian untuk mencapai proes belajar yang berhasil harus melalui berbagai
macam aktivitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal
rumus-rumus atau informasi tetapi belajar yang lain seperti membaca,

5
http://digilib.uinsby.ac.id/5739/5/Bab%202.pdf

8
mendengar, menulis, berlatih keterampilanketerampilan, dan sebagainya.
Aktivis diatas menurut psikologi bahwa segala pengetahuan harus diperoleh
melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Oleh karena itu dalam
pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan
kemauan, kemampuan bakat, dan latar belakang masing-masing, pendidik
hanya memperhatikan keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan
pelajaran (Dimyati, 2009).
3) Keterlibatan Langsung
Prinsip keterlibatan langsung sangatlah penting dalam pembelajaran.
Pembelajaran sebagai aktifitas belajar dan mengajar, maka peserta didik dan
pendidik harus terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Edge Dale
mengatakan “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung” pembelajaran bukan hanya sekedar duduk dalam kelas ketika
pendidik sedang menjelaskan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik
terlibat langsung dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran yang
diberikan pendidik merupakan pengalaman belajar bagi peserta didik.
4) Pergaulan
Prinsip pembelajaran menekankan pentingnya pergaulan, dari bebrgai terori
menekankan sangatlah penting prinsip pergaulan dalam pembelajaran
walaupun dengan tujuan yang berbeda. Sebab dalam pembelajaran masih
sangat dibutuhkan pergaulan-pergaulan atau latihan-latihan. Hubungan
stimulus dan respon akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan
berkurang apabila sama sekali jarang untuk digunakan. Oleh karena itu perlu
banyak latihan, pergaulan, dan pembiasaan.
5) Proses Individual
Proses pembelajaran yang berlangsung disekolah-sekolah pada saat ini
masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang pendidik
menghadapi 30-40 peserta didik dalam satu kelas. Dan pendidik masih saja
menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran dikelas. Bahkan pendidik memperlakukan semua
peserta didiknya secra merata tanpa pendidik memperhatikan latar belakang
sosial budaya, kemampuan individual dan segala perbedaan tentang
individual peserta didik. Setiap peserta didik pasti memiliki cirri-ciri
pembawaa yang berbeda. Ada peserta didik yang mempunyai badan

9
tinggi kurus, gemuk

10
pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban, mudah
tersinggung, dan beberapa sifat-sifat individual yang berbeda. Oleh karena
itu untuk memberikan bantuan kepada peserta didik agar dapat mengikuti
kegiatan pembelajaran yang disajikan oleh pendidik, maka pendidik harus
benar-benar bisa memahami karakter peserta didik atau ciri-ciri para peserta
didik. Begitu pula pendidik juga harus mampu mengatur kegiatan
pembelajaran, dimulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada
tahap terakhir yaitu tahap evaluasi, sehingga peserta didik secara
keseluruhan bisa mengikuti proses kegiatan pembelajaran dengan baik tanpa
perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang
berbeda. Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi pendidik untuk
mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan didalam kelas.
Karena perbedaan individual merupakan suatu prinsip dalam kegiatan
pembelajaran yang tidak boleh dihiraukan demi keberhasilan dalam proses
kegiatan pembelajaran (Rohani, 2004).
6) Tantangan
Tantangan menurut pernyataan Field Teory dari Kurt Lwein (Soeparlan,
2014) mengemukakan bahwa peserta didik dalam situasi belajar berada
dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar peserta
didik pasti akan menghadapi suatu tujuan dan juga akan menghadapi suatu
hambatan yaitu mempelajari materi pembelajaran pasti akan menemukan
motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan cara mempelajari bahan
pembelajaran tersebut apabila hambatan tersebut sudah diatasi artinya
bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai maka ia akan memasuki tujuan
baru.
7) Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama
ditekankan oleh teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner, pada
teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya sedangkan pada
operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Menurutnya peserta
didik akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan
hasil

11
yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya (Darmawan, 2012).6

D. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak

Ruang lingkup akidah akhlak tidak jauh berbeda dengan ruang lingkup ajaran Islam
itu sendiri, khusunya berkaitan denga pola interaksi. Ruang lingkup disini untuk
memfokuskan bidang kajian yang akan dipelajari dalam Pembelajaran Akidah Akhlak sesuai
dengan tingkat atau jenjang pendidikan.

Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang
merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di
Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang
dibuktikan dengan dalil- dalil naqlidan aqli, serta pemahaman dan penghayatan

Ruang Lingkup Aqidah Akhlak Ruang lingkup pembelajaran Aqidah Akhlak terdiri dari tiga
bagian: pertama Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifatsifat Allah, al-
asma’ al-husna, iman kepada Alla kitab-kitab Allah, rasulrasul Allah, malaikat-malaikat
Allah dan hari akhir serta qada qadar. Kedua Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas tauhid,
ikhlaas, ta’at, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyaar, sabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu’,
husnuzhzhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remaja.
Ketiga Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadab,
tamak, takabur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah. Pendidikan Aqidah Akhlak
bagi Pembentukan Karakter dapat dipahami adalah suatu pembentukan dan penerapan serta
kinerja dari lembaga pendidikan, karena setiap momentum yang terjadi dalam dunia
pendidikan dapat dijadikan sebagai wadah penanaman karakter siswa yang berguna bagi
kehidupannya. Sehingga bisa pula dikatakan bahwa setiap pembelajaran yang dilakukan akan
terdapat fungsi pedagogis dan edukatif dalam konteks penanaman karakter siswa. Pendidikan
Aqidah Akhlak berkontribusi memberikan berbagai motivasi kepada peserta didik untuk
mempelajari serta menerapkan akidahnya dalam berbagai bentuk pembiasaan untuk
melakukan akhlak terpuji dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur seperti nilai keutamaan,
nilai kerja keras, nilai cinta tanah air, nilai demokrasi, nilai kesatuan, nilai toleransi, nilai
moral, dan nilai-nilai kemanusiaan yang

6
Miftachul, Dian, Eni, Inovasi Pembelajaran Akidah akhlak menggunakan Metode Cramble ( Umsida Press,
12
Sidoarjo , 2018) Hal 13-

13
lainnya yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Jadi pendidikan Aqidah
Akhlak bersifat suportif atas pendidikan karakter, demikian juga sebaliknya. Paling tidak ada
dua alasan mengapa pendidikan Aqidah Akhlak memiliki peran yang besar dalam pendidikan
karakter, yaitu: Pertama, ditinjau dari segi pelaksanaannya agama adalah pondasi kokoh bagi
pelaksanaan nilai-nilai moral dan tidak akan tergoyahkan sehingga nilai-nilai moral tersebut
diyakini berasal dari perintah dari Tuhan sendiri. Kehidupan rohani akan mampu membuat
manusia memanusiakan manusia, dan dapat melengkapi fitrahnya sebagai seorang mahkluk
sosial yang perlu bantuan dari sesama. Kedua, pendidikan karakter sebenanrnya bukan hanya
sekedar hubungan horizontal antara individu dengan individu yang lainnya, tetapi ada
hubungan vertical dengan Allah yang dipercayai dan diimani. 7

7
http://digilib.uinsby.ac.id/5739/5/Bab%202.pdf

14
E. Kesimpulan
Berdasarkan dari yang telah dibahas dalam makalah ini dapat disimpulkan mengenai
materi prinsip prinsip pembelajaran Aqidah Akhlak Aqidah adalah salah satu disiplin dari
agama ini yang berkaitan dengan keyakinan dan keimanan, dimana sisi yang lain
berkaitan dengan amaliyah yaitu fiqih. Dua cabang ilmu ini wajib dipelajari setiap
muslim, dengan ilmu aqidah seseorang akan dapat meluruskan keimanannya yang
menjadi pondasi bagi amalan yang diperbuatnya, dan dengan ilmu fiqih seseorang akan
dapat beribadah secara benar sesuai dengan tuntutan syar’i keduanya, ilmu aqidah dan
fiqih merupakan kewajiban perorangan untuk mempelajarinya, karena keduanya
merupakan tuntutan Allah yang dibebankan akan setiap hamba.
Ruang lingkup akidah akhlak tidak jauh berbeda dengan ruang lingkup ajaran Islam
itu sendiri, khusunya berkaitan denga pola interaksi. Ruang lingkup disini untuk
memfokuskan bidang kajian yang akan dipelajari dalam Pembelajaran Akidah Akhlak
sesuai dengan tingkat atau jenjang pendidikan.
Ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran Aqidah akhlak yang harus diperhatikan
Perhatian dan motivasi, Keaktifan, Keterlibatan langsung, Pergaulan, Tantangan,
Proses individual

15
F. Daftar Pustaka

Dari Buku dan Jurnal

Dedi Wahyudi M.pd.i ,2017 ’’ Bunga rampai aqidah akhlak dan pembelajarannya,
(Metro Lampung), Hal 1-2
M.hidayat Ginanjar , Nia Kurniawati, Pembelajaran Aqidah akhlak Dan korelasinya
dengan peningkatan akhlak Al-karimah Peserta didik , Hal 109
Kutsiyyah 2017, Pembelajaran Aqidah Akhlak, (Pamekasan : ), Hal 1-2
Siti Miftachul Ummah Dian Dwi Lestari, Eni Fariyatul Fahyuni, 2018 ” Inovasi
Pembelajaran Akidah akhlak menggunakan Metode Cramble ( Umsida Press,
Sidoarjo) Hal 13-16

Dari Internet
http://digilib.uinsby.ac.id/5739/5/Bab%202.pdf Diakses Pada 27 September 2022

16
G. Lampiran

17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai