Anda di halaman 1dari 8

Akidah, Iman, Islam dan Ihsan

Deprizon1, Isnaini2, Novia Syafri Ramadhani3, Wulan Dwinata


Bustami4

Universitas Riau

Email: deprizon@umri.ac.id1, isnaini0878@student.unri.ac.id2,


novia.syafri2591@student.unri.ac.id3,
wulan.dwinata4590@student.unri.ac.id4

ABSTRAK
Materi mengenai akidah, iman, islam dan ihsan menjadi salah satu pokok dari
pendidikan agama islam. Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih dalam
mengenai akidah, iman, islam dan ihsan serta mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akidah, iman, islam dan ihsan
menjadi satu kesatuan yang berpengaruh terhadap perbaikan perilaku individu.
Akidah, iman, islam dan ihsan merupakan pemahaman yang mendasar sehingga
akan mengikat hati dan jiwa individu pada kebaikan sesuai dengan tujuan
pendidikan agama islam yaitu membentuk pribadi yang berakhlakul karimah.

Kata Kunci: Akidah, Iman, Islam, Ihsan, Akhlakul Karimah

ABSTRACT
The material on aqidah, faith, islam and ihsan is one of the main points of Islamic
religious education. This study aims to understand more deeply about aqidah,
faith, Islam and Ihsan and implement them in everyday life. The research method
used is library research. The results of the study indicate that aqidah, faith, Islam
and ihsan become a single entity that influences the improvement of individual
behavior. Akidah, faith, Islam and Ihsan are basic understandings that will bind
the hearts and souls of individuals to goodness in accordance with the objectives of
islamic religious education, namely to form a person who has good character.

Keywords: Aqidah, Faith, Islam, Ihsan, Good Character

PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan dalam islam adalah mengantarkan peserta didik
menjadi insan yang memiliki keimanan yang kuat dan akal yang diselimuti
dengan nilai-nilai akidah sehingga tidak mudah dipengaruhi ajaran yang
menyimpang dari ajaran agama. Kemajuan teknologi informasi telah banyak
mempengaruhi pada budaya dan pola pikir peserta didik, pentingya
pendidikan akidah, iman, islam dan ihsan dimasukan pada kurikulum
pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Salah Satu konsep pendidikan yang dijalankan Rasulullah adalah
memberikan kesempatan belajar tidak hanya pada usia produktif dan
bersifat formal. Untuk memperoleh hasil berpikir diperlukan sistem
pendidikan yang terencana secara matang, kematangan berpikir yang baik
dan terarah sesuai dengan bimbingan Allah swt yaitu adanya satu kesatuan
akidah, iman, islam dan ihsan. Allah memberi potensi manusia baik dan
buruk, potensi itu diberikan karena manusia dibekali dengan akal sehingga
dapat memilih mana yang baik dan perbuatan mana yang buruk. Dengan
akal manusia memiliki kemampuan membuat keputusan (decision making)
memecahkan masalah( problem solving) atau menghubungkan
pengetahuan menjadi pengetahuan yang baru.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui pengertian
akidah. 2) Mengetahui Dalil/Argumentasi dalam Akidah. 3) Mengetahui
tujuan akidah. 4) Mengetahui metode-metode peningkatan kualitas akidah.
5) Memahami pengertian iman, islam dan ihsan. 6) Mengetahui hubungan
antara iman, islam, dan ihsan. 7) Mengetahui perbedaan iman, islam dan
ihsan.

PEMBAHASAN
A. Akidah
a. Pengertian akidah
Akidah berakar dari kata ‫ عقيدة‬- ‫ يعقد‬- ‫ عقد‬yang berarti tali
pengikat sesuatu dengan yang lain, sehingga menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika masih dapat
dipisahkan berarti belum ada pengikat dan belum ada akidahnya.
Dalam kajian Islam, akidah berarti tali pengikat batin manusia
dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang patut
disembah dan Pencipta serta Pengatur alam semesta ini. Akidah
sebagai sebuah keyakinan kepada hakikat yang nyata yang tidak
menerima keraguan dan bantahan. Apabila kepercayaan terhadap
hakikat sesuatu itu masih ada unsur keraguan dan kebimbangan,
maka tidak disebut akidah. Jadi akidah itu harus kuat dan tidak
ada kelemahan yang membuka celah untuk dibantah.
M. Syaltut menyampaikan bahwa akidah adalah pondasi yang
di atasnya dibangun hukum syariat. Syariat merupakan
perwujudan dari akidah. Oleh karena itu hukum yang kuat
adalah hukum yang lahir dari akidah yang kuat. Tidak ada akidah
tanpa syariat dan tidak mungkin syariat itu lahir jika tidak ada
akidah.
b. Dalil/Argumentasi dalam Akidah
Dalil dalam akidah ada dua yaitu.

1. Dalil ‘Aqli
Dalil ‘Aqli adalah dalil yang didasarkan pada penalaran akal
yang sehat. Orang yang tidak mampu mempergunakan akalnya
karena ada gangguan, maka tidak dibebani untuk memahami
Akidah. Segala yang menyangkut dengan Akidah, kita tidak
boleh meyakini secara ikut-ikutan, melainkan berdasarkan
keyakinan yang dapat dipelajari sesuai dengan akal yang sehat.

2. Dalil Naqli
Dalil naqli adalah dalil yang didasarkan pada al-Qur’an dan
sunah. Walaupun akal manusia dapat menghasilkan kemajuan
ilmu dan teknologi, namun harus disadari bahwa betapapun
kuatnya daya pikir manusia, ia tidak akan sanggup mengetahui
hakikat zat Allah yang sebenarnya. Manusia tidak memiliki
kemampuan untuk menyelidiki yang ghaib, untuk mengetahui
yang ghaib itu kita harus puas dengan wahyu Allah. Wahyu
itulah yang disebut dalil Naqli. Kebenaran dalil Naqli ini bersifat
pasti, kebenarannya mutlak serta berlaku untuk semua ruang
dan waktu.

c. Tujuan Akidah Islam


Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yaitu.
1. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah.
Karena Allah adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-
Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan
hanya kepada-Nya
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang
timbul dari lemahnya akidah. Karena orang yang lemah
akidahnya, adakalanya kosong hatinya dan adakalanya
terjerumus pada berbagai kesesatan dan khurafat.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini
akan memperkuat hubungan antara orang mukmin dengan
Allah, sehingga ia menjadi orang yang tegar menghadapi
segala persoalan dan sabar dalam menyikapi berbagai
cobaan.
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan yang menyimpang dalam
beribadah kepada Allah serta berhubungan dengan orang
lain berdasarkan ajaran al-Qur’an dan tuntunan Rasulullah
saw.
5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak
menghilangkan kesempatan yang baik untuk beramal baik.
Sebab setiap amal baik pasti ada balasannya. begitu
sebaliknya, setiap amal buruk pasti juga ada balasannya. Di
antara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta
balasan terhadap seluruh perbuatan.

d. Metode-metode Peningkatan Kualitas Akidah


Mengingat pentingnya kekuatan akidah itu dimiliki oleh
setiap mukmin, maka diperlukan upaya-upaya atau cara-cara yang
baik agar bisa meningkatkan keyakinan dan memudahkan
menerapkan semua keyakinannya itu di dalam kehidupannya di
masyarakat. Di antara cara atau metode yang bisa diterapkan yaitu.

1. Melalui pembiasaan dan keteladanan


Pembiasaan dan keteladanan itu bisa dimulai dari
keluarga. Di sini peran orang tua sangat penting agar
akidah itu bisa tertanam di dalam hati sanubari anggota
keluarganya sedini mungkin. Keberhasilan penanaman
akidah tidak hanya menjadi tanggungjawab guru saja,
tetapi menjadi tanggungjawab semua pihak. Karena itu,
semuanya harus terlibat. Selain itu pembiasaan hidup
dengan kekuatan akidah itu harus dilakukan secara
berulang-ulang (istiqamah), agar menjadi semakin kuat
keimanannya.

2. Melalui pendidikan dan pengajaran


Pendidikan dan pengajaran dapat dilaksanakan baik dalam
keluarga, masyarakat atau lembaga pendidikan formal.
Pendidikan keimanan ini memerlukan keterlibatan orang
lain untuk menanamkan akidah di dalam hatinya.
Pendidikan dan pengajaran menjadi salah satu cara yang
tepat dalam menanamkan akidah dan meningkatkan
kualitas akidah. Islam mendidik manusia supaya
menjadikan akidah dan syariat Allah sebagai rujukan
terhadap seluruh perbuatan dan tindakannya. Oleh sebab
itu, pendidikan Islam menjadi kewajiban orang tua dan
guru di samping menjadi amanat yang harus dipikul oleh
satu generasi untuk disampaikan kepada generasi
berikutnya, dan dijalankan oleh para pendidik dalam
mendidik anak-anak.

B. Iman, Islam dan Ihsan


a. Pengertian iman, islam, dan ihsan
1. Iman
Iman secara bahasa ‫ ٰا َمنَ – يُ ْؤمِ نُ – اِ ْي َمانًا‬berarti
percaya. Sedangkan menurut istilah iman itu adalah

ِ ‫ع َمل بِ ْاْلَ ْرك‬


‫َان‬ َ ‫ان َو‬
ِ ‫س‬َ ِّ‫ب َو ا ِْق َرار بِا ِل‬
ِ ‫ص ِديْق بِا ْلقَ ْل‬
ْ َ ‫اَ ْ ِْل ْي َمانُ ت‬
“Iman adalah membenarkan dengan hati,
mengucapkan dengan lisan dan dilaksanakan dengan
anggota badan (perbuatan).”
Jika seseorang sudah mengimani seluruh ajaran
Islam, maka orang tersebut sudah dapat dikatakan
mukmin (orang yang beriman). Iman terdiri atas tiga
tingkatan:
a. Tingkatan mengenal, artinya seseorang baru
mengenal sesuatu yang diimani.
b. Tingkat kesadaran, artinya iman seseorang sudah
lebih tinggi karena sesuatu yang diimani disadari
oleh alasan tertentu.
c. Tingkat haqqul yakin, artinya iman yang tertinggi,
seseorang mengimani sesuatu tidak hanya
mengetahui dengan alasan tertentu tapi diikuti
dengan ketaatan dan berserah diri kepada Allah
Swt.

2. Islam
Islam secara bahasa ‫اسالما‬-‫يسلم‬-‫اسلم‬ tunduk, patuh,
menyerah diri dan selamat. Sedangkan menurut istilah
islam ialah agama yang mengajarkan agar manusia tunduk
patuh dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Islam mencakup 5 hal :
a. Bersyahadat dengan 2 kalimat syahadat
b. Menegakkan shalat
c. Puasa di bulan Ramadhan
d. Menunaikan zakat
e. Haji jika mampu Kelima kalimat tersebut
terangkum dengan apa yang disebut dengan rukun
Islam. Karena itu kewajiban setiap muslim adalah
melaksanakan rukun Islam tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

3. Ihsan
Ihsan secara bahasa ‫احسانا‬-‫يحسن‬-‫احسن‬ berarti
berbuat baik, berbakti atau mengabdikan diri. Sedangkan
menurut istilah berbakti dan mengabdikan diri kepada
Allah Swt. dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan.
Berbakti kepada Allah yakni berbuat sesuatu yang
bermanfaat bagi diri sendiri, sesama manusia maupun bagi
makhluk lain. Semua perbuatan itu dilakukan semata-
mata karena Allah, seolah-olah orang yang melakukan
perbuatan itu sedang berhadapan dengan Allah.
Ihsan ada empat macam, yaitu:
a. Ihsan terhadap Allah
b. Ihsan terhadap diri sendiri
c. Ihsan terhadap sesama manusia
d. Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan

b. Hubungan Antara Iman, Islam dan Ihsan


Hubungan iman, Islam, dan ihsan tidak bisa dipisahkan
satu dengan yang lainnya. Artinya, jika seseorang mengaku
berakidah Islam /sebagai muslim, maka harus ada tiga unsur
pokok ini didalam dirinya yaitu iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya
mempunyai hubungan yang sangat erat. Iman menekankan pada
akidah dan keyakinan(amal batin). Ilmu yang membahasnya
adalah ilmu tauhid, yaitu hal-hal yang diyakini oleh seorang yang
mukallaf (orang yang telah dewasa yang wajib menjalankan
hukum-hukum agama) yang terdiri dari ketuhanan, kenabian dan
hal-hal yang sam’iyyat (masalah yang ghaib).
Islam lebih menekankan amal lahir, tindakan yang nyata
sebagai bukti keimanannya. Ilmu yang membahasnya adalah ilmu
fikih, yaitu ilmu tentang hukum-hukum syari’at praktis yang
diwajibkan Allah Swt. untuk dilaksanakan oleh kaum muslimin.
Ihsan adalah perwujudan dari iman dan Islam seseorang,
sekaligus sebagai cermin kadar iman dan Islam seseorang. Rukun
ihsan berisi tentang pelaksanaan ibadah dengan khusuk, rendah
hati, ikhlas, menghadirkan hati, menghadirkan keagungan Allah
Swt. merasa dilihat Allah Swt. baik ketika diam maupun bergerak.
Ilmu yang membahasnya adalah ilmu tasawuf, yaitu tentang ilmu
akhlak batin yang merupakan hal-hal yang menyelamatkan, wajib
dijadikan hiasan oleh seorang hamba, dan hal-hal yang merusak
yang harus ditinggalkan, untuk meraih akhlak yang terpuji.
Seseorang yang kadar keimanannya tinggi akan melakukan rukun
Islam yang lima dengan penuh keikhlasan dan kekhusukan.

c. Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan


Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga
terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan
identitas masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi
keyakinan dalam hati. Islam merupakan sikap untuk berbuat
dan beramal. Sedangkan Ihsan merupakan pernyataan dalam
bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur
tipis atau tebal iman dan islamnya.
Iman dan islam bila disebutkan secara bersamaan,
maka yang dimaksud dengan Islam adalah amal perbuatan
yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian
iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun
iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang
disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum
keduanya.
Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan
iman lebih umum daripada Islam. Ihsan lebih umum dari sisi
maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang
hamba tidak akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila
ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih spesifik dari sisi
pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman.
Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap
mukmin adalah muhsin. adalah mukmin.

KESIMPULAN
Akidah adalah pokok dan dasar dalam agama. Ajaran Islam meliputi
tiga hal, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Akidah adalah hal yang pertama
dan utama yang harus kita miliki. Akidah merupakan pondasi dari segala
amal yang akan kita lakukan. Amal dan akhlak tidak ada nilainya bila tidak
didasarkan pada akidah atau keimanan yang benar.
Oleh karena itu untuk membekali diri dan menjaga kualitas
keimanan, maka setiap mukallaf memiliki kewajiban memahami hakikat
akidah Islam beserta ruang lingkupnya secara benar. Pemahaman dan
komitmen yang benar terhadap akidah Islam akan menjadi penuntun setiap
mukallaf dalam berperilaku.
Tiga unsur yang tidak mungkin dipisahkan dalam akidah Islamiyah
adalah iman, Islam, dan ihsan. Iman adalah bentuk keyakinan, Islam
sebagai bentuk ibadah, dan Ihsan sebagai bentuk perbuatan baik kepada
Allah maupun kepada sesama. Islam dan ihsan merupakan implementasi
dari keimanan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mendapat
petunjuk dalam menjalankan akidah Islam secara utuh dan tanpa keraguan.
Memiliki keimanan yang kuat dengan cara menampilkannya dalam bentuk
menjalankan rukun Islam dengan benar dan memiliki keihsanan yang
sempurna dalam kehidupan. Dan akhirnya, kita akan mendapatkan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dalam naungan ridha-Nya.

REFERENSI
Abdurrohim, U. d. (2014). Akidah Akhlak. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Madrasah.

Fauzi, A. (2020). Akidah Akhlak. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah.

Anda mungkin juga menyukai