Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN AKIDAH BAGI MANUSIA DAN ALAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Studi Akidah Akhlak

Dosen :

Dr. SITI ROUDHOTUL JANNAH, M.A

Disusun Oleh :

HERI SUYANTO
M.KATIBUL UMAM
ADI KURNIAWAN
PUJI UTAMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU METRO LAMPUNG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT. atas limpahan
rahmat, ridha dan karunianya. Sholawat dan salam tak lupa dihaturkan kepada
Nabi Muhammad Saw yang kita harap-harapkan safaatnya kelak di yaumul
kiamat nanti.

Penulisan makalah kami yang berjudul “Akidah Akhlak” ini dapat


diselesaikan oleh bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah yang berisi
analisis dan konkret ini dapat menjadi refrensi bagi pihak yang terkait untuk
mempelajari lebih dalam mengenai ketahan dan geostrategi negara kesatuan
republic Indonesia. Selain itu juga kami berharap agar pembaca mendapatkan
sudut pandang baru serta banyak pengetahuan mengenai ketahanan nasional
negara kesatuan republic Indonesia setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini, masih memerlukan penyempurnaan


terutama pada bagian isi, kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca
demi penyempurnaan karya kami. Apabila terjadi terdapat banyak kesalahan pada
hasil karya kami, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian yang dapat kami sampaikan akhir kata semoga makalah dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Metro,02 Oktober 2022

ii
Abstrak
Salah satu elemen penting dalam ajaran Islam adalah akidah.
Ajaran ini merupakan persoalan mendasar yang harus diyakini seorang
Muslim sebelum ajaran-ajaran lainnya. Ibarat tali kekang, akidah
mengendalikan seorang Muslim agar tidak berjalan tanpa arah yang jelas.
Sebaliknya, akidah akan mengarahkan seorang Muslim menuju satu tujuan
yang dicita-citakan. Terminal dari akidah adalah kebahagiaan dunia dan
akhirat. Tidak hanya ajaran yang bersifat normatif, akidah juga
memberikan efek positif dalam kehidupan seorang Muslim. Oleh sebab
itu, tulisan ini menguraikan bagaimana akidah memberi pengaruh dalam
kehidupan seorang Muslim. 1
Disini disadari bahwa peranan aqidah sangat penting dalam
pembinaan manusia dan masyarakat. Benar bahwa Rasul Saw. diutus
untuk menyempurnakan akhlak manusia, tetapi akhlak yang sempurna ini
tidak akan dapat terwujud tanpa disandarkan pada landasan aqidah yang
mantap. Bila aqidahsudah dapat diwujudkan dalam amal, maka dengan
otomatis akhlak manusia pun akan dapat mengikutinya. Salah satu hal
yang harus diketahui dalam mengkaji aqidah adalah melakukan
reinterpretasi terhadap makna syahadah.

1
https://www.annaba-center.com/kajian/pengaruh-akidah-dalam-kehidupan

iii
A. Latar Belakang Masalah
Aqidah berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan
tentang wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang
menyekutuinya, baik dalam zat, sifat-sifat maupun perbuatannya (Basyri,
1988: 43). Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik
maka dengan sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh
pasti tidak ada keragua*n dalam hatinya dan tidak tercampuri oleh
kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan melaksanakan segala
perintahnya dan menjauhi larangannya. Beriman kepada Allah juga harus
beriman kepada malaikat, Nabi, kitab, hari akhir, qada dan qadar Allah.
Aqidah memiliki peranan penting dalam mendidik siswa, ruang
lingkup aqidah yang dapat membentuk akhlak mulia akan mengantarkan
manusia Indonesia sebagai manusia yang mumpuni dalam segala aspek
kehidupan. Ruang lingkup dari aqidah yaitu: Ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat,
dan sam’iyyat (Ilyas, 2000: 6). Dari ruang lingkup aqidah yang dijadikan
rujukankan terbentuknya manusia berakhlakul karimah, berarti manusia
dapat menghindari akhlak tercela sebagai manifestasi dari ajaran-ajaran
aqidah Islam.
Aqidah akhlak yang bersumber dari Qur’an dan hadits dijadikan
pengembangan nilai spiritual yang dapat menghasilkan generasi
berkualitas. Aqidah tidak terlepas dari akhlak, akhlak mulia menjadi
cermin bagi kepribadian seseorang, disamping mampu mengantarkan
seseorang kepada martabat yang tinggi. Pendidikan akhlak dapat dikatakan
sebagai pendidikan moral dalam diskursus pendidikan Islam (Tafsir, 2012:
10).
Baik dan buruknya prilaku seseorang sangat ditentukan oleh nilai
akhlaknya. Pembentukan karakter dilakukan sejak dini, agar dapat
mencegah timbulnya kemrosotan dimasa yang akan datang.
B. Perumusan Masalah

iv
Untuk memudahkan pemahaman masalah yang akan diteliti, maka
berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan. Adapun Perumusannya
adalah sebagai berikut: Bagaimana peran akidah untuk manusia dan alam.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Mengetahui
apa saja peran akidah bagi manusia dan alam.

D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharakan dapat memberikan wawasan
tentang pendidikan aqidah akhlak dalam membentuk jiwa manusia
dan manfaat bagi alam.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapk99an dapat memberikan manfaat
penelitian untuk mengkaji tentang pendidikan aqidah akhlak pada
kehidupan sehari hari.
b. Menambah perbendaharaan ilmu tentang pendidikan aqidah
akhlak dan pendidikan karakter khususnya untuk jurusan
Pendidikan Agama Islam/Tarbiyah.
E. Pembahasan
1. Pengertian Akidah
Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada-
ya’qidu-‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata
aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalam
hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.2
*Secara terminologis (istilahan), terdapat bebrapa definisi (ta’rif)
antara lain:3

2
Susiba dan Yasnel, Akidah Akhlak,(Pekanbaru : CV. Mutiara Pesisir Sumatra,
2014), h.
3
Ibid, h. 26

v
a) Menurut Hasan al-Banna, “Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini ke6*-beradaannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-
raguan”.
b) Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, “Aqidah adalah sejumlah
kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh
manusia didalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa akidah
merupakan suatu keyakinan yang teguh tanpa keragu-raguan terhadap
perkara-perkara yang dapat diterima kebenarannya berdasarkan akal,
wahyu dan fitrah, apabila kita berpegang teguh padanya akan
menimbulkan ketentraman didalam jiwaorang yang meyakininya.
Iman tidak hanya sekedar kepercayaan dan pengakuan, tetapi
mencakup dimensi pengucapan dan perbuatan. Keyakinan ini merupakan
bentuk pengakuan sungguh-sungguh tentang kebenaran adanya Allah
SWT, selanjutnya diikuti oleh suatu pernyataan lisan dalam bentuk
melafazkan dua kalimah syahadat. Dua unsur keimanan ini lalu
disempurnakan oleh unsur yang ketiga, yaitu perbuatan (amal).
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Iman itu ialah
pengakuan dengan hati, pengucapan dengan dan pengalaman dengan
anggota”. (H.R Thabrani)
“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mantap
dalam hati dan dibuktikan kebenarannya dengan amalan”. (H.R Muttafaq
Alaih)
Apa yang dinyatakan dalam hadist-hadist tersebut sesuai dengan
apa yang terjadi didalam jiwa manusia sewaktu menanggapi sesuatu.
Mula-mula sesuatu itu mengenai panca inderanya, lalu oleh syarafnya
dilaporkan ke otak, otak lalu mempertimbangkannya, kemudian meminta
keputusan pada hati, setelah hati memutuskan barulah otak memerintahkan
anggota badan lewat syaraf untuk melakukan tindakan terhadap sesuatu

vi
itu. Jadi, tindakan (berupa pengucapan dan pengalaman) barulah akan ada
setelah hati memutuskan.4
Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang mengajak
manusia beriman dengan proses seperti yang dijelaskan diatas, diantaranya
QS.Ali-Imran ayat 191 yang artinya:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.(QS. AliImran ayat 191).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pengakuan
hati, pengucapan lidah, dan pengalaman anggota adalah tiga hal yang
harus sejalan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Jika tidak sejalan atau
terpisah-pisah, maka akan menyebabkan seseorang menjadi fasiq dan
munafiq.

2. Dasar Aqidah
Aqidah adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini
kebenarannya oleh setiap muslim berdasarkan dalil naqli dan aqli (nash
dan akal).5
Adapun dasar dari akidah Islam adalah Al-Qur’an dan hadist.
Didalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat ayat yang menjelaskan pokok
aqidah. Aqidah identik dengan keimanan, karena keimanan merupakan
pokok-pokok akidah Islam. Ayat AlQur’an yang menjelaskan tentang
aqidah diantaranya Q.S AlBaqarah ayat 285 yang artinya:
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasulrasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
4
Ibid, h. 3
5
Ibid, h. 4

vii
mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa):
"Amp*unilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali." (Q.S Al-Baqarah: 285).
Demikian juga didalam hadist juga terdapat penjelasan mengenai
pokok-pokok akidah, diantaranya dalam sebuah hadist riwayat Muslim
yang artinya:
“Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para malikatNya,
kitab-kitabNya, para rasulNya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman
kepada qadar ketentuan baik dan buruk”. (H.R Muslim)
3. Pengertian Manusia
a. Pengertian Manusia Menurut Para Ahli
1. Ludwing Binswanger: Manusia adalah makhluk yang
mempunyai kemampuan untuk mengada, suatu kesadaran
bahwa ia ada dan mampu mempertahankan adanya di
dunia.6
2. Thomas Aquinas: Manusia adalah suatu substansi yang
komplit yang terdiri dari badan dan jiwa.7
3. Marx: Manusia adalah entitas yang dapat dikenali dan
diketahui.8
4. Spinoza, Goethe, Hegel, dan Marx: Manusia adalah
makhluk hidup yang harus produktif, menguasai dunia di
luar dirinya dengan tindakan mengekpresikan kekuasaan
manusiawinya yang khusus, dan menguasai dunia dengan
kekuasaannya ini. Karena manusia yang tidak produktif
adalah manusia yang reseptif dan pasif, dia tidak ada dan
mati.9
5. Betrand Russel: Manusia adalah maujud yang diciptakan
dalam keadaan bersifat mencari keuntungannya sendiri.10
6
Bagus Takwin, Psikologi Naratif Membaca Manusia Sebagai Kisah, Yogyakarta: 2007,
hlm. 4
7
Hardono Hadi, Jati Diri Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 1996, hlm. 33
8
Erich Fromm, Konsep Manusia Menurut Marx, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hlm.
33
9
Ibid., hlm. 39
10
Suparman Syukur, Etika Religius, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 231

viii
6. Jujun S. Suriasumantri: Manusia adalah makhluk yang
mempunyai kedudukan among (unique) di dalam
ekosistem, namun juga amat tergantung pada ekosistem itu
dan ia sendiri bahkan merupakan bagiannya.11
b. Pengertian Secara Mendalam
 Manusia Terdiri dari Jiwa dan Raga
Menurut Augustinus,bahwa badan dan jiwa adalah dua perkara
yang sangat berbeda satu sama lain, sebab kalau yang pertama (badan),
maka yang kedua (jiwa) sifatnya yang khas satu-satunya ialah berpikir'.
Karena itu perasaan dan pengenalan terhadap jiwa bersifat langsung,
karena pikiran tidak memerlukan perantara dalam mengenal dirinya
sendiri. Selama jiwa itu berpikir, maka artinya ia ada, karena pemikirannya
sama benar dengan wujudnya. Seseorang bisa melepaskan diri dari
badannya, dan dari alam luar dengan segala peristiwa-peristiwanya, serta
mengingkari segala macam kebenaran, dan meragukan segala sesuatu.
Namun seseorang tidak bisa melepaskan diri sama sekali dari jiwanya
yang menjadi sumber keraguan dan pemikirannya itu.12 .
Ibnu Sina13 sependapat dengan Aristoteles, yaitu tentang
kesempurnaan tubuh organik yang memberi kekuatan hidup. Perkataan
sempurna disebut dalam bahasa latin dengan actus primus dan dalam
bahasa arab disebut dengan kamil. Aristotoeles mengatakan, bahwa jiwa
itu termasuk bentuk tubuh, akan tetapi Ibnu Sina membaginya dengan tiga
jenis, yaitu kekuatan, bentuk dan sempurna. Kalau jiwa itu dipandang
kepada tindakannya, ia bernama kekuatan, dan kalau jiwa disebut
sempurna, ia dipandang sebagai peri manusia. Untuk memahamkan filsafat
Ibnu Sina tentang ilmu jiwa, harus dirasakan dalam pikiran, bahwa yang
dikatakan sempurna, tidak sama dengan sempurna yang dimaksudkan oleh
Aristoteles sebagai actus primus. Pokok kesukaran yang terbesar yang
11
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006,
hlm. 237 7
12
A. Hanafi, Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1969, hlm. 141-142
13
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina.
Dikalangan masyarakat barat ia dikenal dengan nama “Avicienna”. Selain sebagai ahli kedokteran,
Ibnu Sina juga dikenal sebagai filosof, psikolog, pujangga, pendidik dan sarjana Muslim yang
hebat.

ix
dihadapi Ibnu Sina adalah dalam soal membedakan antara jiwa dan akal.
Meskipun jiwa itu tidak dapat diserupakan dengan akal, akan tetapi yang
sebenarnya akal itu bagian dari jiwa. Menurut teori Plotinus, jiwa adalah
limpahan dari akal. Himpunan dalam kitab-kitab Ibnu Sina dapat
disimpulkan bahwa akal adalah satu kekuatan yang terdapat dalam jiwa.
Jiwa adalah lebih bersifat umum dari pada akal: "jiwa baru bisa dinamakan
jiwa kalau jiwa bertindak dalam tubuh, kalau jiwa bertindak terpisah,
maka jiwa itu lebih banyak merupakan akal".
Aristoteles membagi jiwa atas tiga jenis, yaitu jiwa tumbuh-
tumbuhan, jiwa hewan dan jiwa manusia. Jiwa tumbuh-tumbuhan
mempunyai tiga fungsi: makanan, tumbuh dan hasil. Fungsi jiwa hewan
adalah perasaan, yaitu penemuan perasaan khusus oleh berbagai rasa dan
gerakan yang ditimbulkan oleh kehendak atau kemauan. Jiwa manusia
yang disebutkan sebagai rational atau akal, adalah bekerja dengan suatu
rencana alam smesta, menghasilkan tujuan-tujuan dengan pemilihan akal
dan pemikiran.
Kekuatan perasaan ada dua macam pula, pertama, menerima
perasaan dari luar. Kekuatan ini dinamakan kekuatan panca indera.14
Pengetahuan indera ialah, segala pengetahuan yang dapat diperoleh
manusia lewat kelima inderanya (panca indera), yakni: mata, hidung,
perasaan (kulit), telinga dan lidah.15 Dengan kekuatan panca indera itu
manusia mendapatkan pengetahuan. Kedua, menerima perasaan dari
dalam, yaitu kekuatan memikir dan arti pemikiran, atau kesatuan antara
pemikiran dengan artinya bersama-sama. 16
Prof. Dr. C.A. Van Peursen
menyatakan dengan tegas. 'Akal budi tak dapat mencerap sesuatu dan
panca indera tak dapat memikirkan sesuatu, hanya bila kedua-duanya
bergabung timbullah pengetahuan'. 17
Kebanyakan ahli filsafat Yunani berpendapat, bahwa roh itu
merupakan satu unsur yang halus yang dapat meninggalkan badan, jika
roh pergi dari badan, dia kembali ke alamnya yang tinggi, meluncur ke
14
Oemar Amin Hoesin, Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1961, hlm. 135-136
15
Miska Muhammad Amien, Op.cit., hlm. 32
16
Oemar Amin Hoesin, Op.cit., hlm. 136
17
Miska Muhammad Amien, Op.cit., Hlm. 26

x
angkasa luar dan tidak mati. Plato mengatakan, bahwa roh itu adalah zat
manusia itu sendiri, dia merupakan zat tersendiri di samping badan dan
badan bukan masuk hakikat roh dan tidak termasuk dalam definisinya.
Roh turun dengan paksa dari alam tinggi masuk ke dalam tubuh manusia.
Menurut kadar kemampuannya, roh berusaha membersihkan dirinya dari
kotoran-kotoran yang menimpa padanya disebabkan roh melekat pada
badan manusia, sedangkan kematian itu merupakan sebagai jalan
keluarnya untuk membersihkan diri dari kotoran-kotoran itu dan roh abadi.
4. Peran Akidah Bagi Manusia
Aqidah mempunyai peran yang mulia dalam mengarahkan dan
membimbing manusia untuk emmproleh keselamatan didunia dan
akhirat.18Untuk lebih jelasnya tujuan akidah Islam sebagai berikut:
1. Memupuk dan mengembangkan potensi-potensi ketuhanan
yang sudah ada sejak lahir.
Manusia sejak lahir sudah mempunyai fitrah ketuhanan,
sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:
‫ت‬ُ ‫َو اِ ۡذ اَخَ َذ َربُّكَ ِم ۡۢن بَنِ ۡۤى ٰا َد َم ِم ۡن ظُه ُۡو ِر ِهمۡ ُذ ِّريَّتَهُمۡ َو اَ ۡشهَ َدهُمۡ ع َٰلٓى اَ ۡنفُ ِس ِهمۡ ۚ اَلَ ۡس‬
‫بِ َربِّ ُكمۡ ؕ قَالُ ۡوا بَ ٰلى ۛۚ َش ِه ۡدنَا ۛۚ اَ ۡن تَقُ ۡولُ ۡوا يَ ۡو َم ۡالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا ع َۡن ٰه َذا ٰغفِلِ ۡينَ ۙ اَ ۡو تَقُ ۡولُ ۤۡوا اِنَّ َم ۤا‬
١٧٣١6٧٢ َ‫ك ٰابَٓاُؤ نَا ِم ۡن قَ ۡب ُل َو ُكنَّا ُذ ِّريَّةً ِّم ۡۢن بَ ۡع ِد ِهمۡ ۚ اَفَتُ ۡهلِ ُكنَا بِ َما فَ َع َل ۡال ُم ۡب ِطلُ ۡون‬
َ ‫اَ ۡش َر‬
Artinya: 172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orangorang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", 173.
atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-
orang tua Kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu,
sedang Kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang)

18
Susiba dan Yasnel, Akidah Akhlak,(Pekanbaru : CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2014), h.

xi
sesudah mereka. Maka Apakah Engkau akan membinasakan
Kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?
2. Memelihara manusia dari kemusyrikan. Untuk mencegah
manusia dari kemusyrikan perlu adanya tuntunan yang jelas
tentang kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
kemungkinan manusia untuk terperosok kepada kemusyrikan
selalu terbuka baik secara terang-terangan maupun secara
tersembunyi.
Dengan adanya aqidah Islam sebagai tuntunan yang harus
dipelajari akan menghindarkan manusia dari kemusyirikan
3. Menghindarkan manusia dari pengaruh akal yang menyesatkan.
Manusia adalah makhluk sempurna yang diberikan
kelebihan oleh Allah SWT berupa akal pikiran. Akal manusia
kadang-kadang bisa menyesatkan manusia jika tidak diberikan
tuntunan dan bimbingan. Tuntunan dan bimbingan itu bisa
diperoleh melalui akidah Islam.
Dengan demikian terlihat jelas, betapa besar pengaruh
akidah bagi kehidupan seseorang, apabila akidahnya benar,
maka hidupnya akan selamat didunia dan akhirat. Oleh karena
itu sangat perlu bagi kita untuk memperlurus dan
memperkokoh akidah. Apalagi pada kehidupan zaman
sekarang yang penuh dengan godaan, zaman yang penuh
dengan kemajuan teknologi yang apabila kita tidak bisa
menyikapinya dengan baik, akan membuat kita tergelincir ke
dalam kesesatan.19
5. Peran Akidah Bagi Alam

Alam semesta diciptakan oleh tuhan dan tuhan pula lah yang
menentukan hukumhukumnya. alam menujukan bahwa ada ciptaan lain
yang diciptakan oleh Allah SWT dimana ciptaan ini sama-sama saling
berhubungan dengan satu dengan yang lainya. keistimewaan manusia di sini
adalah ketika dalam firman allah menyatakan :
19
Ibid, h. 6

xii
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ َ ِ‫ض َج ِميعًا ِم ْنهُ ۚ ِإ َّن فِي ٰ َذل‬
ٍ ‫ك آَل يَا‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬
ِ ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال َّس َما َوا‬

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir.20

Alam pun di tundukan dengan manusia jika menurut firman di atas


tetapi dalam hal ini manusia bisa menguasai alam dengan mudah tetapi ada
hubungan dimana manusia bukan hanya mengunakan alam dengan bebas
tetapi ada keharusan yang dilaksanakan untuk alam tersebut, bagaimana
merawat alam yang nantinya untuk masa depan juga. dan disini pula
bermakna jika manusia merawat alam dengan sebaik-baiknya maka
untunglah manusia tersebut tetapi jika tidak dipergunakan sebaik-baiknya.
jadi walau Tuhan telah menundukan alam pada manusia tidak sebaiknya
manusia berkehendak semuanya tanpa memperdulikan penjagaan alam
tersebut.

Alam telah menujukan kekuasaan Allah, kekuatan dan ke Esaan


Allah. maka dari ini bisa menjadikan tauhid atau kepercayaan manusia
kepada Tuhan nya adalah hal yang wajib karena telah di buktikan dengan
bukti-bukti nyata bahwa Tuhan Maha Esa, Maha pencipta segala.
Menjadikan manusia sadar bahwa hak dan kewajibanyanya pada Alam
bukan hal yang perlu dikesampingkan tetapi harus tetap diutamakan dengan
menjaga dan merawatnya bukan hanya menjadikan atau mencari hak nya
tanpa mewajibkan kewajibanya sebagai khalifah di dunia.

F. Kesimpulan Dan Saran


1. Kesimpulan
Aqidah merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan seorang
muslim. Aqidah merupakan motor penggerak dan otak dalam kehidupan
manusia. Jika terjadi sedikit penyimpangan, maka menimbulkan

20
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, )Bandung: CV Penerbit J-Art,
2004(.88

xiii
penyelewengan dari jalan yang lurus pada gerakan dan langkah yang
dihasilkan. Aqidah merupakan fondasi bangunan. Dia harus dirancang
dan dibangun terlebih dahulu sebelum merancang dan membangun
bagian yang lain. Kualitas pondasi yang dibangun akan berpengaruh
terhadap kualitas bangunan yang ditegakkan. Bangunan yang ingin
dibangun itu sendiri adalah Islam yang sempurna (kamil), menyeluruh
(syamil), dan benar (shahih). Tauhid adalah fondasi dari Islam. Estetika
Tauhid akan mengungkapkan pengembaraan dan perjalanan menuju yang
transendental. Muaranya adalah pada nilai-nilai ilahiah, yaitu suatu
kesadaran tentang keberadaan Tuhan pada setiap gerak dan peristiwa
dalam kehidupan. Di sini saya memaknai konsep tauhid Islam tidak hanya
pada wilayah prinsip penentu yang eksoterik. Namun, tauhid saya
meletakkan pada dimensi esoterik, yaitu ruang kehidupan yang luas,
Tauhid sebagai dasar peradaban adalah unsur-unsur yang memberikan
peradaban yang mengikat dan mengintegrasikan keseluruhan pokok
sehingga membentuk suatu kesatuan yang padu. Peradaban yang
dibangun di atas nilai-nilai tauhid inilah yang sesungguhnya
mencerminkan hak tipikal Islam. Era globalisasi seperti dewasa ini pola
perilaku seseorang muslim sangat rentan untuk terkontaminasi oleh
pengaruh negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, sehingga
sering kita lihat mencuatnya kecenderungan permisif dan liberalisasi nilai
yang terjadi di kalangan umat Islam. Aspek-aspek ajaran akidah, ibadah,
dan moral, tidak jarang melihat kecenderungannya terhadap bentuk-
bentuk formalisme, terutama yang mengambil bentuk tindakan lahiriah
seperti yang terlihat dalam syariat. Krisis di dunia modern pada
hakikatnya berawal dari masalah yang lebih dalam yaitu krisis spiritual.
Untuk mentransformasikan nilai- 14 nilai agama sehingga menjadi
perilaku keseharian umat manusia. Islam menjaga keseimbangan antara
keperluan batin dan kebutuhan rohani, antara keutamaan dunia dan
akhirat. terutama yang mengambil bentuk perbuatan lahiriah seperti yang
terlihat dalam syariat. Krisis di dunia modern pada hakikatnya berawal
dari masalah yang lebih dalam yaitu krisis spiritual. Untuk

xiv
mentransformasikan nilainilai agama sehingga menjadi perilaku
keseharian umat manusia. Islam menjaga keseimbangan antara keperluan
batin dan kebutuhan rohani, antara keutamaan dunia dan akhirat. terutama
yang mengambil bentuk perbuatan lahiriah seperti yang terlihat dalam
syariat. Krisis di dunia modern pada hakikatnya berawal dari masalah
yang lebih dalam yaitu krisis spiritual. Untuk mentransformasikan
nilainilai agama sehingga menjadi perilaku keseharian umat manusia.
Islam menjaga keseimbangan antara keperluan batin dan kebutuhan
rohani, antara keutamaan dunia dan akhirat.
2. Saran

Penyimpangan ajaran-ajaran Islam terkait erat dengan

perkara akidah. Menurut Kiai Satori, akidah memang

merupakan inti dari agama Islam. Namun, akidah juga

sangat terkait dengan ibadah. Hasil dari ibadah akan

tampak pada akhlak dan moral manusia.

Selain membentengi dari aliran menyimpang,


pemahaman akidah yang baik akan menjadikan seseorang menjadi umat
yang baik pula. Oleh karena itu, pendidikan akidah yang baik pada
dasarnya menjadi hak dasar seorang Muslim.

Pengajaran akidah merupakan kewajiban orang tua. Mereka


hendaknya telah menanamkan akidah Islam kepada anak-anaknya sejak
masih kecil. Namun, ada pula orang tua yang tidak mampu atau tidak
mempunyai kapasitas pengetahuan yang cukup untuk menjelaskan perkara
akidah kepada anaknya. Maka, mereka wajib memberikan pendidikan
melalui sekolah atau lembaga pendidikan Islam yang baik.

Daftar Pustaka

Susiba dan Yasnel, Akidah Akhlak,,Pekanbaru : CV. Mutiara


Pesisir Sumatra

xv
Bagus Takwin, Psikologi Naratif Membaca Manusia Sebagai
Kisah, Yogyakarta:

Hardono Hadi, Jati Diri Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 1996

Erich Fromm, Konsep Manusia Menurut Marx, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar,

Suparman Syukur, Etika Religius, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia

Hanafi, Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang

Oemar Amin Hoesin, Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang

Susiba dan Yasnel, Akidah Akhlak,Pekanbaru : . Mutiara Pesisir


Sumatra,

xvi

Anda mungkin juga menyukai