Anda di halaman 1dari 15

ASURANSI SYARIAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS)

Dosen Pengampu
Ika Trisnawati Alawiyah, MSI

Oleh :
Vina Luthfiana (181130079)
Anjeli Selma (1811300)
Luthfi Afifatul M (181130099)

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIM NU)
METRO LAMPUNG
2020M /1441H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang
masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila
kerugian itu menimpa salah seorang anggota dari perkumpulan tersebut, maka kerugian itu akan
ditanggung bersama. Dalam setiap kehidupan manusia senantiasa menghadapi kemungkinan
terjadinya suatu malapetaka, musibah dan bencana yang dapat melenyapkan dirinya atau
berkurangnya nilai ekonomi seseorang baik terhadap diri sendiri, keluarga, atau perusahaannya
yang diakibatkan oleh meninggal dunia, kecelakaan, sakit, ataupun lanjut usia. Kehilangn fungsi
dari pada suatu benda, seperti kecelakaan, kehilangan akan barang dan juga kebakaran.
          Masyarakat muslim sekarang sangat memerlukan asuransi untuk melindungi harta dan
keluarga mereka dari akibat musibah. Usaha yang sudah maju dan menguntungkan mungkin bisa
bangkrut dalam seketika ketika kebakaran melanda tempat usahanya. Keluarga yang terlantar
ditinggal pemberi nafkah, dan usaha yang bangkrut karena kebakaran sebenarnya tidak perlu
terjadi kalau saja ada perlindungan dari asuransi. Asuransi memang tidak bisa mencegah
musibah, tapi setidaknya bisa menanggulangi akibat keuangan yang terjadi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian asuransi syariah ?
b. Bagaimana sejarah berdirinya asuransi syariah ?
c. Apa saja prinsip-prinsip asuransi syariah ?
d. Apa saja jenis jenis asuransi syariah?
e. Bagaimana perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional?
f. Apa keunggulan asuransi syariah?
g. Bagaimanakah mekanisme kerja asuransi syariah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi Syariah


  Dalam Undang-Undang Hukum Dagang pasal 246 disebutkan:”Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikat diri kepada
seorang tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
satu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
            Sedangkan menurut UU No.2 tahun 1992 tentang uasaha perasuransian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
            Dari beberapa diatas, dapat diketahui setidaknya ada tiga unsur yang ada di asuransi.
Pertama, bahaya yang dipertanggungkan; kedua, premi pertanggungan; ketiga sejumlah uang
ganti rugi pertanggungan.
Mayoritas ulama mengatakan bahwa praktik asuransi yang demikian hukumnya haram menurut
Islam, karena:
1. Adanya unsur gharar, yaitu unsur ketidakpastian tentang hak pemegang polis dan
sumber daya yang dipakai menutup klaim.
2. Adanya unsur maysir, yaitu unsur judi karena dimungkinkan ada pihak yang
diuntungkan diatas kerugian orang lain.
3. Adanya unsur riba, yaitu diperolehnya pendapatan dari membungakan.
Asuransi dalam Islam dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul resiko
diantara sesama orang , sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas
resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong menolong dalam
kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan dana/sumbangan/derma (tabarru’) yang ditunjuk
untuk menanggung resiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan surah Al
Maidah(5):2 “ Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa,
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Asuransi syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Menurut
Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/III/2002 tentang asuransi syariah, yaitu usaha saling melindungi
dan tolong menolong diantara sejumlah orang /pihak melaui investasi dalam bentuk asset/dan
tabarru’/ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Jadi dasar didirikannya asuransi syariah adalah penghayatan terhadap semangat saling
bertanggung jawab, kerjasama dan perlindungan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat , demi
terciptanya kesejahteraan umat dan masyarakat umumnya. Sebagai seorang muslim, kita wajib
percaya bahwa segala hal yang terjadi diatas tidak terlepas dari qadha dan qadhar Allah Swt.
terhadap hamba-hambanya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang
berbunyi “ Dan tiada seorangpun dapat mengetahui dengan pasti apa yang diusahakannya esok,
dan tiada seorangpun yang mengetahui dibumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS Luqman[31]:3

B. Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah


Secara historis, asuransi tidak pernah ada pada zaman Nabi Muhammad Saw, sahabat dan
tabi’in. ia pertama kali terjadi pada tahun 1182 m. ketika orang-orang yahudi diusir dari Prancis,
untuk menjamin resiko barang-barang mereka yang diangkut lewat laut. Pada tahun 1680 , di
London didirikan lembaga asuransi kebakaran karena kebakaran yang terjadi pada tahun 1666
yang menghanguskan sekitar 13 ribu rumah dan 100 buah gereja.
Dalam Al Qur’an dan hadits terdapat tuntutan bermuamalah yang benar dan baik , yaitu
terhindar dari kesamaran (al gharar) , untung-untungan (maysir), dan riba. Oleh karena itu,
hukum asuransi adalah boleh selama terhindar dri samar, untung-untungan, dan riba. Dengan
kata lain, hukum asuransi itu boleh selama mengandung unsur:
1. Saling Bertanggung Jawab
1. Saling Membantu/ Kerjasama
2. Saling Melindungi Penderitaan Satu Sama Lain.
Kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah diawali dengan mulai
beroperasinya bank-bank syariah. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 7 tahun 1992 tentang
perbankkan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah. Untuk itulah pada tanggal 27 Juli 1993,
ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa Tugu Mandiri
sepakat memprakarsai pendirian Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan
asuransi Takaful Indonesia(TEPATI).

C. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah


Beberapa prinsip yang terkandung dalam asuransi Syariah yaitu :
1. Saling bekerja sama atau Bantu-membantu. Seorang muslim bagian dari sistem
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, seorang muslim dituntut mampu merasakan dan
memikirkan  saudaranya yang akan menimbulkan sikap saling membutuhkan dalam
menyelesaikan masalah.
“Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan)kebaikan dan taqwa. Dan jangan
tolong,menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS.Al Maidah[5];2)   
2. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain. Hubungan
sesame muslim ibarat suatu badan yabg apabila satu anggota badan terganggu atau
kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan. Maka saling membantu  dan tolong-
menolong menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu menghardiknya”’.
(Adh.Duiha [93]9-10)
3. Sesama muslim saling bertanggungjawab. Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan
menjadi tanggung jawab sesama muslim. Sebagaimana dalam firman Allah swt surat Ali
Imran93) ayat 103
“Dan peganglah kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan
ingatlah  akan  nikmat Allah kepamu ketika dahulu (masa Jahilliyah) bermusuh-musuhan,
maka, Allah merpersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-
orang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk”
4. Menghindari  unsur gharar, maysir, dan riba.
D. Perbedaan Asuransi Syarah Dan Asuransi Konvensional

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1 Konsep Perjanjian antara dua pihak atau Sekumpulan orang yang


lebih, dengan mana meningkatka saling membantu, saling
diri dengan menerima premi menjamin dan bekerja sama
asuransi untuk memberikan dengan cara-cara masing-
pergantian kepada tertanggung masing mengeluarkan
akad tabarru’.

2 Visi dan Misi Secara garis besar misi utama dari Misi yang diemban dalam
asuransi konvensional adalah misi asuransi syariah adalah misi
ekonomi dan misi social. aqidah, misi ibadah
(ta’awun ), misi ekonomi
(iqtishod), dan misi
pemberdayaan umat (sosial).
Asuransi takaful di Indonesia
mempunyai visi sebagai
lembaga keuangan yang
konsisten menjalankan
transaksi asuransi secara
islami. Operasional
perusahaan dilaksanakan atas
dasar prinsip- prinsip syariah
yang bertujuan memberikan
fasilitas dan layanan terbaik
bagi umat islam khususnya
dan masyarakat Indonesia
umumnya.
3 Sumber Hukum Bersumber dari pikiran manusia Bersumber dari hokum Allah
dan kebudayaan. Berdasarkan sumber hokum dalam Syariah
hokum positif, hokum alami, dan Islam adalah al – Qur’an,
contoh sebelumnya. sunnah, atau kebiasaan Rasul,
Ijma’, Fatwa Sahabat, Qiyas,
Istihsan, Urf “tradisi”, dan
Maslahah Mursalah.

4 Maghrib Tidak selaras dengan syariah islam Bersih dari adanya praktek
karena adanya maisir, gharar, dan gharar, maisir, dan Riba
Riba; hal yang di haramkan dalam
muamalah

5 DPS Tidak ada, sehingga dalam banyak Ada, yang berfungsi untuk
prakteknya bertentangan dengan mengawasi pelaksanaan
kaidah- kaidah syara’ operasional perusahaan agar
terbebas dari praktek- praktek
muamalah yang bertentangan
dengan prinsip- prinsip
syariah

6 Akad Akad jual beli (akad mu’awadhah, Akad tabarru’ dan akad ijarah
akad idz’aan, akad gharar, dan akad (mudharabah, wakalah,
mulzim) wadiah, syirkah, dan
sebagainya)

7 Jaminan / Risk Transfer of risk, dimana terjadi Sharing of risk, dimana


(Resiko) transfer resiko dari tertanggung terjadi proses saling
kepada penanggung. menanggung antara satu
peserta dengan peserta
lainnya (ta’awun)
8 Pengolahan Tidak ada pemisahan dana, yang Pada produk- produk saving
Dana berakibat pada terjadinya dana (life)  terjadi pemisahan dana,
hangus (untuk produk saving - life) yaitu dana tabarru’ derma’
dan dana peserta sehingga
tidak mengenal istilah dana
hangus. Sedangkan untuk
untuk term insurance
semuanya bersifat tabarru’

9 Investasi Bebas melakukan investasi dalam Dapat melakukan investasi


batas- batas ketentuan perundang- sesuai ketentuan perundang-
undangan, dan tidak terbatasi pada undangan, sepanjang tidak
halal dan haramnya obyek atau bertentangan dengan prinsip-
sistem investasi yang digunakan prinsip syariah islam. Bebas
dari riba dan tempat- tempat
investasi yang terlarang.

10 Kepemilikan Dana yang terkumpul dari premi Dana yang terkumpul dari
Dana peserta seluruhnya menjadi milik peserta dalam bentuk iuran
perusahaan dan menginvestasikan atau kontribusi, merupakan
kemana saja. milik peserta (shohibul mal),
asuransi syariah hanya
sebagai pemegang amanah
(mudharib) dalam mengelola
dana tersebut.

11 Keuntungan keuntungan yang diperoleh dari Profit yang diperoleh dari


(proft) surplus underwriting, komisi surplus underwriting, komisi
reansuransi, dan hasil investasi reansuransi, dan hasil
seluruhnya adalah keuntungan investasi, bukan seluruhnya
perusahaan. menjadi milik perusahaan,
tetapi dilakukan        bagi
hasil (mudharabah)    dengan
peserta.     

Ada tujuh perbedaan mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.
Perbedaan tersebut adalah:
1. Asuransi syari’ah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang betugas mengawasi
produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini
tidak ditemukan dalam asuransi konvensional.
2. Akad yang dilaksanakan pada asuransi syari’ah berdasarkan tolong menolong. Sedangkan
asuransi konvensional berdasarkan jual beli
3. Investasi dana pada asuransi syari’ah berdasarkan bagi hasil (mudharabah). Sedangkan
pada asuransi konvensional memakai bunga (riba) sebagai landasan perhitungan
investasinya
4. Kepemilikan dana pada asuransi syari’ah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya
sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Pada asuransi konvensional, dana yang
terkumpul dari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas
menentukan alokasi investasinya.
5. Dalam mekanismenya, asuransi syari’ah tidak mengenal dana hangus seperti yang
terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat
melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masareversing
period, maka dana yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana kecil
yang telah diniatkan untuk tabarru’.
6. Pembayaran klaim pada asuransi syari’ah diambil dari dana tabarru’ (dana kebajikan)
seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan
dipakai sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan
pada asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana
perusahaan.
7. Pembagian keuntungan pada asuransi syari’ah dibagi antara perusahaan dengan peserta
sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi
konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan.
E. Keunggulan asuransi syari’ah
1. Asuransi Syariah memilihi tujuan utama untuk mencari keridhoan Alloh sehingga
memiliki filosofi ganda berupa tujuan dunia dan akhirat.
2. Dasar hukum Asuransi Syariah adalah al-Qur’an, hadits serta fatwa para ulama
terkemuka, sehingga kehati-hatian dalam muamalah serta kinerjanya lebih besar karena
dipertanggung jawabkan langsung kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala
3. Dalam Asuransi Syariah keterbukaan laporan menjadi keharusan termasuk dalam hal
sumber dana, penggunaan, serta zakat yang ada. Sedangkan dalam asuransi konvensional
tidak ada keharusan keterbukaan dalam sistem pembukuannya dimana hal ini jelas lebih
membuka peluang besar untuk melakukan tindakan yang tidak di benarkan.
4. Produk yang di  tawarkan terjaga dari unsur yang tidak jelas (gharar), spekulatif (maisir)
dan riba (bunga).
5. Dalam Asyuransi Syariah resiko di tanggung bersama oleh peserta asuransi syariah.
6. Dalam asuransi Syariah investasi berbasis syariah
7. Dalam Asuransi Syariah pembayaran klaim resiko bersumber dari dana Tabbaru’ yang
sudah diniatkan dan di ikhlaskan oleh peserta asuransi di awal untuk kepentingan sosial
atau tolong-menolong diantara peserta asuransi
8. Asuransi Syariah dana yang kita investasikan di jamin keberkahannya.

F. Mekanisme kerja asuransi syariah


Didalam operasional syariah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung jawab,
membantu dan melindungi diantara para peserta itu sendiri. Perusahaan diberi kepercayaan oleh
para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, memberikan
santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian tersebut.
Adapun proses yang dilalui seputar mekanisme kerja asuransi syariah dapat diuraikan:
1. Underwriting
Adalah proses penafsiran jangka hidup seseorang calon peserta yang dikaitkan dengan
besarnya risiko  untuk menentukan besarnya premi.
2. Polis Asuransi
Adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan perusahaan
asuransi.
3. Premi (Kontribusi)
Premi dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian,  yaitu: Premi tabungan,
Premi tabbaru’, Premi biaya, Pengelolaan Dana Asuransi (Premi).
4. Pengelolaan dana asuransi dapat dilakukan dengan akad mudharobah, mudharobah
musyarakah atau wakalah bil ujrah. Pada akad mudharobah, keuntungan perusahaan
asuransi syariah dari bagian keuntungan dana daari investasi (sistem bagi hasil).
Mekanisme dana peserta dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu ditinjau dari ada atau
tidaknya unsur tabungan dan ditinjau dari aliran dana dalam asuransi syariah.
5. Jenis Investasi Usaha Asuransi Syariah
Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang , baik melalui sarana yang
menghasilkan pendapatan maupun melalui kerja sama yang lebih berorientasi risiko yang
dirancang untuk mendapatkan perolehan modal.
6. Klaim
Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai
dengan kesepakatan dalam akad. Ketentuan klaim dalam asuransi syariah adalah:
a. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian
b. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan
c. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan
kewajiban perusahaan untuk memenuhinya
d. Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban
perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad
7. Penutupan Asuransi
Adalah berakhirnya perjanjian asuransi. Penyebab berakhirnya perjanjian asuransi bisa
disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. Perjanjian secara wajar karena masa berlakunya sudah berakhir sebagaimana 
perjanjian semula
b. Perjanjian berakhir secara tidak wajar karena dibatalkan oleh salah satu pihak walau
masa berlaku perjanjian belum berakhir
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa
yang tidak diduga sebelumnya.
Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta menginfaqkan atau
menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim,
jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas
pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau kontribusi yang
diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam mengoprasikan kegiatannya
antara lain Saling bekerja sama atau bantu-membantu, Saling melindungi dari berbagai
kesusahan dan penderitaan satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan menghindari unsur-
unsur yang mengandung gharar, maysir dan riba.
Secara umum kelebihan asuransi syariah memiliki kelebihan antara lain perusahaan
asuransi syariah memegang amanah dalam menginvestasikan dana nasabah sesuai prinsip
syariah. Dimana prinsip-prinsip syariah akan menguntungkan kedua belah pihak. Sedangkan
kelemahan yang utamanya terletak pada amunisi masyarakat yang masih awam dengan asuransi
syariah, dan masih lebih memilih asuransi konvensional.
Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi kovensional
adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS), akad, Investasi dana, kepemilikan
dana, pembayaran klaim dan keuntungan.

B. Saran
1. Asuransi syariah perlu diperhatikan eksistensinya agar lebih berkembang oleh pemerintah
dan seluruh elemen masyarakat
2. Pemerintah lebih memfokuskan perkembagan asuransi syariah, dengan lebih mendukung
dan membantu segala program yang di buat oleh lembaga asuransi syariah
3. Produk asuransi syariah perlu disosialisasikan lagi sehingga masyarakat mengenal dan
mengetahui segala hal yang berkaitan dengan asuransi syariah.
4. Masyarakat perlu diberikan penyuluhan tentang hukum dan tata cara bermuamalah yang
sesuai syariah, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim dan minimnya
pengetahuan masyarakat tentang hal ini.
DAFTAR PUSTAKA

Barakatullah, Abdul Halim, Hukum Lembaga Ekonomi Islam di Indonesia, Bandung: 


Penerbit Nusa Media, 2011.
Fatwa DSN No. 21/ DSN-MUI/X/ 2001, Tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah
Muhammad syakir sula, asuransi syariah konsep dan sistem operasional, jakarta: GIP,
2004. Hlm: 315
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General), (Jakarta : Gema Insani
Press, 2004), 311
Iqbal Muhaimin, 2005, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani
Press, hal. 2.

Anda mungkin juga menyukai