Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sama seperti orang yang membutuhkan uang, demikian juga
perusahaan dan pemerintah di seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan perlu
uang untuk ekspansi bisnis dan membiayai pengeluaran mereka, sementara
pemerintah harus membayar utangnya dan membutuhkan dana untuk
program-program pembangunan infrastruktur. Semua ini dapat dicapai
dengan penerbitkan obligasi di pasar. Dengan berkembangnya bisnis yang
berbasis syariah, maka demikian pula obligasi yang beredar di Indonesia
ini. Dualisme antara obligasi konvensional (umum) dan obligasi syariah
meramaikan pesar efek di Indonesia.
Hal ini menjadi sesuatu yang menarik untu dibahas. Oleh karena
itu penyusun akan mengulas bagaimana perkembangan obligasi syariah
jika dibandingkan dengan obligasi konvensional.

1.2 Rumusan Masalah

 Apakah pengertian dari obligasi konvensional dan obligasi syariah?


 Apakah dasar dan landasan hukumnya?
 Bagaimanakah konsep dasar obligasi konvensional?
 Bagaimanakah model prakteknya?
 Apa sajakah problem kesyariahannya?
 Adakah konsep alternatifnya dari obligasi?
 Bagaimana praktiknya di lembaga keuangan syariah?
 Apa saja kritik dan konsep dari obligasi tersebut?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obligasi

Obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “obligate” yang dalam bahasa
Indonesia disebut dengan “obligasi” yang berarti kontrak. Dalam keputusan RI
Nomor 775/KMK 001/1982 disebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa
surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu,
untuk jangka waktu yang sekurang-kurangnya tiga tahun dengan menjanjikan
imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya telah ditentukan terlebih
dahulu oleh emiten (Badan Pelaksana pasar modal).1

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa obligasi adalah surat utang
yang dikeluarkan oleh emiten (bisa berupa badan hukum atau perusahaan, bisa
juga dari pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasional
maupun ekspansi dalam memajukan investasi yang mereka laksanakan.

Sedangkan yang dimaksud dengan obligasi syariah berdasarkan Fatwa


Dewan Syariah (DSN) Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 menjelaskan, yang
dimaksud dengan obligasi syariah adalah sebuah surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margn/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.2

Menurut Heru Sudarsono, obligasi syariah bukan merupakan utang


berbunga tetap sebagaimana yang terdapat dalam obligasi konvensional, tetapi
lebih merupakan penyertaan dana yang didasarkan pada prinnsip bagi hasil.
Transaksinya bukan akad utang piutang melainkan penyertaan.

1
Abdul manan, Hukum Ekonomi Syariah (dalam persfektik kewenangan peradilan agama, (Jakarta
; kencana prenada media grup;2012), hal 325.
2
Ibid, hal 332.

2
2.2 Landasan dan Dasar Hukum Obligasi

Landasan dan dasar hukum obligasi adalah sebagai berikut :

1. Fatwa DSN MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah.


2. Fatwa DSN MUI No. 33/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah
Mudharabah.
3. Fatwa DSN MUI No. 41/DSN-MUI/III/2004, tentang Obligasi Syariah Ijarah.
4. Fatwa DSN MUI No. 59/DSN-MUI/V/2007, tentang Obligasi Syariah
Mudharabah Konversi.
5. UU No:19 tahun 2008, tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

2.3 Konsep Dasar Konvensional

Obligasi sebagai surat hutang yang dapat diterbitkan oleh Pemerintah,


BUMN, maupun swasta adalah dalam rangka menambah suntikan dana yang
masuk dalam katagori jangka panjang.
Sama halnya dengan catatan hutang, obligasi merupakan catatan hutang
yang termasuk dalam efek. Sehingga catatan utang ini dapat diperjual belikan di
bursa. Namun pada awalnya surat hutang ini (obligasi) telah mendapatkan
pertambahan nilai dalam kontrak awalnya. Sehingga walaupun tidak
diperdagangkan dalam bursa efek, sebenarnya obligasi telah mendapat untung di
akhir tanggal jatuh tempo maupun setiap tahunnya sesuai dengan perjanjian
diawal.
Pertambahan nilai investasi di obligasi didapatkan dari besarnya bunga
yang dijanjikan dalam perjanjian di awal tadi. Besarnya bunga yang diberikan di
investasi obligasi terpengaruh tingkat suku bunga deposito. Semakin tinggi bunga
deposito maka bunga obligasi akan semakin turun. Begitu pula sebaliknya.
Pada mekanisme obligasi yang umum, terdapat pembayaran yang
dilakukan pada waktu-waktu tertentu di antara tanggal penerbitan dan tanggal
jatuh tempo. Penerbit berjanji kepada investor untuk membayarkan sejumlah uang

3
tertentu dalam bentuk pembayaran bunga pinjaman selama periode tertentu dan
melunasi pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.3

2.4 Model Praktek Obligasi

Obligasi merupakan hutang jangka panjang kepada investor, pemegang


hanya akan memperoleh keuntungan tetap dari hasil bunga obligasi sampai jatuh
tempo. Oleh sebab itu bunga tetap memberi jaminan yang aman selama
investasi.disamping itu dalam masa pelunasan obligasi, investor akan
mendapatkan prioritas pelunasan lebih dahulu dibandingkan pemegang saham,
ketika perusahaan penerbit mengalami kesulitan keuangan dan likuiditas. Namun
investor pada obligasi tidak memiliki hak suara dalam rapat umum seperti halnya
pemegang saham.
a. Prosedur penerbitan obligasi
Dalam penerbitan obligasi, perusahaan penerbit (emiten)
menjelaskan jumlah dana yang diperlukan yang dikenal dengan jumlah
penerbitan obligasi (emisi obligasi). Jika perusahaan memerlukan dana
sebanyak Rp.500 milyar misalnya, maka obligasi akan diterbitkan sesuai
dengan jumlah dana yang tersediapenetapan banyak atau sedikitnya
jumlah obligasi yang diterbitkan didasarkan atas cah flow perusahaan serta
bisnis perusahaan.
Ketika perusahaan akan menerbitkan obligasi, ia mesti
memperkirakan waktu jatuh tempo obligasi tersebut, apakah 5 atau 10
tahun. Semakin cepat waktu jatuh tempo, maka obligasi ini akan diminati,
karena mempunyai resiko yang kecil. Ketika waktu jatuh tempo, pihak
perusahaan mesti melunasi hutang pokok beserta bunga. Disamping itu
kadar bunga yang diberikan diupayakan lebih banyak dari kadar bunga
perbankan , karena penetapan ukuran bunga (kupon) sangata penting, agar
investor berminat untuk membeli obligasi.

3
Prututor pendidikan investasi dua bulanan.2010 diunduh dari prudential.co.id diakses
pada 19 Maret 2014

4
Kemudian perusahaan penerbit dating kepada perusahaan efek
untuk memberi bantuan terhadap persiapan syarat-syarat penerbitan, sesuai
dengan aturan yang ditetapkan oleh badan pengawas yaitu Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).Perusahaan efek yang dimaksud
disini bertindak sebagai Wali Amanat yang selanjutnya mempunyai
peranan untuk membeli obligasi. Adapun prosedur penerbitan obligasi
yang ditetapkan adalah :4
Penetapan Pendaftaran yang telah dinyatakan efektif oleh BAPEPAM
1) Laporan yang diaudit akuntan terdaftar di BAPEPAM.
2) Nilai nominal obligasi yang dicatatkan Rp 25 milyar.
3) Jarak waktu pemohonan dengan penerbitan sekurang-kurangnya 6
bulan, dan waktu jatuh tempo obligasi minimal 4 tahun
4) Perusahaan penerbit telah beroperasi minimal 3 tahun
5) Pada dua tahunterakhir perusahaan telah mendapat keuntungan dan
tidak ada kerugian pada 1 tahunterakhir.
6) Angota pengawas dan pengurus memiliki nama baik.

Dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi berbeda dengan


dokumen saham. Perbedaan ini berkaitan dengan Wali Amanat yang bertindak
sebagai agen .Wali Amanat merupakan wakil, dan juga pihak yang
mempertahankan kepentingan pemegang obligasi.

b. Proses penawaran dan perdagangan obligasi


Proses penawaran pertama obligasi dilakukan melalui
penyampaian isi prospectus. Hal itu meliputi sejarah singkat perusahaan
dan pemegang saham, struktur aktivitas, serta mas depan perusahaan,
jumlah nominal obligasi, harga penawaran, tingkat buanga dan jatuh
tempo. Hal ini disampaikan kepada calon investor dengan mencantumkan
fakta dan pertimbangan penting. Seperti anggaran perusahaan, bidang
usaha perusahaan, jumlah nilai obligasi dan tujuan penggunaannya.Data

4
Jakarta Stock Exchange, peraturan go public, dalam Hulwati, Ekonomi Islam (teori dan praktikum
perdagangan obligasi syariah di pasarmodal Indonesia dan Malaysia (Jakarta : ciputat press
group; 2006), hal171

5
laporan penting seperti laporan keuangan terbaru dilampirkan secara
keseluruhan.Disamping itu dilengkapi dengan istilah-istilah yang yang
perlu dipahami oleh investor.Setelah semua disahkan oleh lembaga
pengawas (BAPEPAM), obligasi dapat diperdagangkan dipasar, baik di
pasar utama maupun di pasar sekunder.5
Peringkat obligasi menunjukkan kualitas kredit dari suatu obligasi
dan seberapa besar kemungkinanpenerbit akan memenuhi kewajiban.
Lembaga pemeringkat independen seperti Standard & Poor's,Fitch Rating,
dan Moody's menyampaikan kemungkinan terjadinya gagal bayar (default)
pada suatuobligasi. Skala penilaian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Standart
Pefindo Artinya
& Poor’s
AAA AAA Surat hutang berisiko paling rendah dan mampu
membayar bunga dan pokok hutang dari pada
semuakewajiban keuangan sesuai dengan
perjanjian awal
AA AA Surat hutang berisiko paling rendah dan mampu
membayar bunga dan pokok hutang daripada
semua kewajiban keuangannya sesuai dengan
perjanjian, tidak mudah dipengaruhi oleh
keadaan yang merugikan
A A Surat hutang berisiko pelaburan rendah dan
mampu membayar bunga dan pokok hutang
daripada semua kewajiban keuangannya sesuai
dengan perjanjian, dan hanya sedikit dipengaruhi
oleh keadaan yang merugikan
BBB BBB Surat hutang berisiko paling cukup rendah,
mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk
membayar bunga dan pokok hutang daripada
semua kewajiban keuangannya sesuai dengan
perjanjian, meskipun kemampuannya tersebet
cukup peka terhadap keadaan yang merugikan
BB BB Surat hutang yang masih mampu untuk
membayar bunga dan pokok dari semua
kewajiban keuangan sesuai dengan perjanjian,
namun risiko pelaburan cukup tinggi.
B B Surat hutang berisiko sangat tinggi dan
kemampuannya sangat rendah untuk membayar
bunga dan pokok hutang daripada semua

5
Hulwati, Ekonomi Islam (teori dan praktikum perdagangan obligasi syariah di pasarmodal
Indonesia dan Malaysia (Jakarta : ciputat press group; 2006), hal 173.

6
kewajiban keuangan sesuai dengan perjanjian.
CC CC Surat hutang yang tidak mampu lagi untuk
memenuhi semua kawajiban keuangannya,
sehingga dapat dikatakan kualitinya sangat
rendah dan bersifat spekulatif
C C Surat hutang yang macet dan sudah berhenti
berusaha. Tingkat spekulasi tinggi mendekati
gagal

c. Perdagangan obligasi di pasar utama


Tahap awal yang mesti dilakuakan dalam proses transaksi obligasi
adalah memilih perusahaan efek yang memiliki perusahaan tetap (fixed
income), mempunyai peranan untuk membeli atau menjual obligasi.
Selanjutnya investor membuka rekening untuk memperoleh informasi
perdagangan obligasi setiap saat.
Setelah melakukan analisis terhadap obligsi yang akan dibeli
kemudian investor memilih perusahaan efek dan memberikan keprcayaan
kepada Wali Amanat untuk membeli obligasi yang dikehendaki dengan
menjelaskan spesifikasinya. Seterusnya wali Amanat bertindak sebagai
broker untuk membeli obligasi atas nama investor.
Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan penawaran dan pemesanan
obligasi pada pasar utama :6
1) investor dilakukan oleh Wali Amanat dan agen penjual di pasar
utama.
2) Kemudian investor menghubungi Wali Amanat atau agen penjual
(broker) sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
3) Pemesanan obligasi diikuti dengan pembayaran.
4) Wali Amanat atau agen penjual member pengumuman mengenai
hasil penawaran umum kepada investor.
5) Penawaran pertama obligasi yang diterbitkan perusahaan kepada
6) Proses pemberian (allotment) obligasi kepada investor dilakukan
oleh wali Amanat dan perusahaan penerbit obligasi.

6
Bursa efek Surabaya, proses perdagangan dan penyelesaian obligasi, dalam Hulwati, Ekonomi
Islam (teori dan praktikum perdagangan obligasi syariah di pasarmodal Indonesia dan Malaysia
(Jakarta : ciputat press group; 2006), hal174

7
7) Apabila jumlah obligsi kurang dari yang dipesan investor maka
kelebihan dana investor akan dikembalikan (proses ini disebut
dengan refund).
Kemudian obligasi dibagikan kepada investor melalui pemegang
kepercayaan dan agen penjual. Obligasi yang telah diterbitkan perusahaan akan di
beli atau di jual di pasar utama dengan harga nominal.
Untuk mengetahui proses perdagangan pada pasar utama dapat diperhatikan pada
bagan berikut :
PROSES PENAWARAN OBLIGASI
DI PASAR PERDANA

PERUSAHAAN PENERBIT

UNDERWRITER BROKER/PIALANGNG

INVESTOR

Dana

` obligasi

8
Sementara tempat-tempat perdagangan obligasi si pasar modal tergambar dari
bagan dibawah ini :

PERDAGANGAN OBLIGASI

PASAR PERDANA

adalah kegiatan penawaran dan penjualan surat


hutang untuk pertama kali

PASARSEKUNDER

Adalah kegiatan perdagangan surat hutang yang


telah dijual di Pasar primer

BURSA OVER THE COUNTER (OTC)

Setelah dilakukan penawaran dan perdagangan obligasi pada pasar


utama, kemudian dicatatkan di bursa efek. Proses selanjutnya adalah
obligasi pada pasar sekunder atau Over the Counter (OTC).
Secara umum perdagangan obligasi di bursa efek Surabaya, yaitu
pada Over the Counter Fixed Income Service (OTC-FIS). OTC-FIS
merupakan pengembangan pasar sekunder. Surat berharga yang biasa
dipergadangkan adalah saham dan obligasi. Namun Indonesia OTC
dijadikan untuk perdagangan obligasi karena hampir 95% obligasi di
Indonesia diperdagangkan di OTC-FIS. Melalui OTC-FIS dapat

9
mewujudkan pasaran yang lebih transparan serta memberikan penawaran,
permintaan dan proses perundingan. Pada umumnya OTC-FIS terdiri dari
perusahaan efek dan bank.
Sistem perdagangan melalui OTC-FIS memberi informasi tentang
kuota pembekalan dan permintaan, informasi tentang transaksi dan laporan
perdagangan secara langsung ( Real time). Sistem ini memungkinkan
partisipasi pasar untuk memasukkan, membatalkan dan merubah kuota
beli maupun kuotasi jual selama belum terjadi ketetapan transaksi.
Partisipan pasar obligasi dapat mengajukan satu kuota beli atau
kuota jual dalam sistem OTC-FIS. Kemudian partisipan lain yang
berminat dengan kuota tersebut dapat memasukkan perintah beli atau jual
dalam sistem ini. Calon pembeli dan calon penjual dapat melakukan
perundingan. Apabila terjadi persetujuan, maka masing-masing
memberikan konfirmasi selambat-lambatnya pada akhir hari bursa
perdagangan obligasi tersebut.
Dipasar ini harga obligasi dapat di atas atau di bawah nilai
nominal. Hal ini tergantung pada perbandingan antara ukuran bunga
obligasi dengan ukuran bunga yang berlaku umum yaitu ukuran bunga
deposit bank.Konsekuensi dari fluktuasi perubahan harga obligasi sebagai
berikut :
a. Jika ukuran bunga deposit bank lebih tinggi maka investor akan
lebih memilih menempatkan dananya pada doposito bank.
b. Jika ukuran bunga dopositbang rendah maka investor akan
lebih memilih menempatkan dananya pada deposito. Sehingga
menimbulkan permintaan yang tinggi dan harganya naik.

d. Sistem pembayaran obligasi


Bagi obligasi swasta, pembelian dan pembayaran obligasi
dilakukan melalui pengalihan ke rekening perusahaan efek.
Sementara obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, maka
rekening mesti dibuka melalui institusi keuangan yang didaftarkan
sebagai sub registry oleh Bank Indonesia. Pengalihan obligasi dari

10
rekening penjual ke rekening pembeli dikuasakan kepada Bank
Indonesia. Berdasarkan hal itu, bank juga akan melakukan
pembayaran dari rekening pembeli kepada rekening penjual di
Bank Indonesia. Informasi jual beli diperoleh dari sub registry
masing-masing ( pembeli dan penjual ) tentang status kepemilikan
obligasi. terdapat sejumlah sub registry yang akan
mengadministrasikan kepemilikan obligasi bagi investor bukan
bank atau market maker.
Investor dikenakan biaya jasa yang diberikan sub registry,
sedangkan central registry, tidak memberi beban biaya kepada
Bank Indonesia sistem kliring, registrasi dan informasi obligasi
pemerintah, ( BI-SKRIP) atau \sub registry dan market maker.
Pembayaran obligasi dilakukan melalui prinsip Delivery Versus
Payment (DVP). Delivery Versus Payment adalah suatu prinsip
bahwa jika Transfer Dana merupakan suatu kewajiban yang timbul
dari perjanjian lain antara Pengirim dan Penerima pada saat
Penyelenggara Penerima Akhir telah melakukan Pengaksepan
Perintah Transfer Dana, kewajiban Pengirim untuk melakukan
pembayaran kepada Penerima telah selesai dan Pengirim
berhakatas objek yang diperjanjikan.7 Prinsip ini berlaku bagi
obligasi swasta dan pemerintah.
Sebagai alternatif, investor dapat membayar melalui broker
atau bank, kemudian dilakukan penyelesaian transaksi. Pendaftaran
secara DVP terjadi ketika pembeli dan penjual sepakat apabila
pengalihan obligasi hanya akan terjadi jika pembayaran telah
dilakukan.

7
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2011/3TAHUN2011UUPENJEL.htm diakses pada
Rabu, 19 Maret 2014 jam 12.22

11
2.5 Problem Kesyariahan Obligasi

Sebagian besar ulama Islam kontemporer melarang jual beli obligasi


konvensional dalam semua jenis dan secara keseluruhan, serta menganggap
bahwa hukumnya haram mutlak. Para ulama yang berpendapat seperti itu ialah
Syaikh Shaltut, Muhammad Yusuf Mussa, Syaikh Yusuf Qardawi, Abdul Aziz al
Kahiat, Ali al Salus, dan Saleh Marzuki dengan memberi petunjuk fiqh yang
menjadi dasar keluarnya fatwa larangan tersebut yaitu:
1. Obligasi konvensional yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah
dianggap sama seperti utang yang di dalamnya terdapat bunga. Bunga ini bisa
dikategorikan sebagai riba al-nasia yang diharamkan oleh Islam.
2. Utang obligasi sama dengan deposito yang disimpan dalam bank, dan hitungan
bunga atas obligasi dianggap sama dengan bunga deposito, walaupun uang dari
obligasi itu bisa diinvestasikan secara khusus setelah diserahkan kepada pihak
yang mengeluarkan obligasi serta dijamin atas pengembaliannya setelah jatuh
tempo plus tambahnya (bunga). Cara ini dianggap sama saja dengan utang yang
dipakai untuk produksi yang dikenal di zaman jahiliah dan diharamkan oleh Al-
Qur’an dan Sunah.

2.6 Konsep Alternatif

Meskipun banyak ulama besar yang mengharamkan penjualan obligasi.


Bukan berarti obligasi harus dihapuskan. Oleh karena itu DSN-MUI memberi
kelonggaran terhadap transaksi obligasi.
Adapun batasan-batasan obligasi yang diperbolehkan dalam syariah
islamberdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) tentang Obligasitersebut adalah:
 Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat
hutang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga.
 Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.

12
Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang
mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi
Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
Begitu besar keinginan para ekonom muslim untuk mengadakan produk
terutama obligasi yang berdasarkan prinsip Islam. Namun apa yang terjadi setelah
obligasi menggunaan pembiayaan syariah, pelaksanaan dan peraturannya belum
mengikuti syariah. Dalam hal ini obligasi yang diadakan hanya sekedar
menggunakan pembiayaan syariah, idealnya belum berdasarkan syariah secara
keseluruhan.
Karena itu perlunya solusi alternatif ke arah yang lebih baik, dalam artian
prinsip ini dapat diterima dan diakui secara langsung berdasarkan prinsip dan
aturan syariah. Berkaitan dengan ini para ekonom muslim memberi sumbangan
pemikiran terhadap alternatif penerapan obligasi syariah. Alternatif tersebut
diantaranya :
a. Obligasi Muqaradah (Muqaradah Bonds)
Muqaradah Bond adalah suatu kontrak dengan dikan oleh beberapa orang
dan pengelola modal.Obligasi ini telah disahkan secara internasional oleh IOC
Academy. Menurut Hailani Muji Tahir bahwa obligasi muqaradah merupakan
alternative bagi obligasi yang ada. Obligasi ini merupakan dokumen-dokumen
terdaftar yang diterbutkan atas nama pemilik dengan jumlah modal tertentuuntuk
membiayai suatu proyek yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapat
keuntungan berdasarkan akad muqaradah.
Dalam perdagangan muqaradah bonds, investor tidak terlibat dalam jual
beli secara diskon. Namun ketika investor bermaksud menjual muqaradah bonds
sebelum jatuh tempo, maka dapat menjual asetnya berdasarkan harga awal.
Menurut ahli Fiqh, obligasi ini diharuskan berdasarkan qiyaske atas

13
akadmudharabah.8Obligasi ini juga sering disebut dengan istilah obligasi
mudharabah.9
Menurut Fatwa No. 33/DSN-MUI/X/2002 menyatakan bahwa obligasi
syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad
mudharabah,dimana emiten bertindak sebagai mudharib (pengelola dana)
sedangkan pemegang obligasi sebagai shahibul maal (pemodal/investor). Adapun
mekanisme obligasi syariah mudharabah sebagai berikut :10
i. Akad mudharabah dituangkan dalam perjanjian perwaliamanatan
ii. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan berdasarkan komponen
pendapatan (revenue sharing) atau keuntungan (profit sharing).
iii. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara konstan, meningkat
ataupun menurun dengan pertimbangan proyeksi pendapatan
emiten, tetapi sudah ditetapkan diawal akad.
iv. Pembagian hasil pendapatan atau keuntungan dapat dilakukan
secara periodik ( tahunan, semesteran, kuartalan, maupun bulanan)
v. Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja
actual emiten maka obligasi syariah memberikan indicative return
tertentu

b. Prinsip ijarah
Ijarah adalah memberi penyewa kesempatan untuk mengambil manfaat
dari barang sewaan dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan yang telah
disepakati bersama. Dalam akad ijarah yang paling utama adalah aset yang disewa
serta jumlah aset yang jelas dan diketahui oleh kedua belah pihak.
Berkaitan dengan hal ini OIC Fiqh Academy di Jedah menegaskan bahwa:
1) Gabungan aset dapat diwakili dengan catatan tertulis atau obligasi (bon), 2)
catatan ini atau obligasi dapat dijual dengan harga pasar.
Adapun ciri-ciri ari obligasi ijarah sebagai berikut : 11

8
Hulwati. Op. cit hal 298-299
9
http://www.academia.edu/5166686/Sanadat_Al-
Muqaradah_Sukuk_Bond_Obligasi_Indonesian_ hal 5 diakses pada 19 Maret 2014 pukul
15.06
10
Abdul manan. Op. Cit h 334-335
11
Hulwati. Op. cit hal 306

14
i. Obligasi Ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan dari
aset yang ada dan diketahui yang mengikat melalui kontrak ijarah.
Jadi obligasi ijarah dapat diperdagangkan pada pasar dengan harga
yang ditentukan oleh pasar.
ii. Pendapatan dari obligasi ijarah tidak boleh dengan pendapatan
tetap dan ditentukan terlebih dahulu.
iii. Obligasi ijarah dapat diperdagangkan di pasar sekunder, obligasi
ini menawarkan tingkat likuiditas dan fleksibeliti yang tinggi.
Obligasi ijarah diinilai cukup perspektif bagi perusahaan yang bermaksud
untuk menerbitkan obliggasi Islam. Sistem ini sangat menguntungkan para
investor sehingga diasumsikan mampu menarik banyak investor yang akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi Islam. Ketika dalam penyewaan terjadi gagal
bayar maka posisi investor dalam keadaan aman. Investor dapat menarik gedung
tersebut, sebab pada dasarnya gedung ini milik investor.
Tahapan-tahapan dalam menerbitkan obligasi ijarah dapat digambarkan
dalam skema dibawah ini.12

2.7 Praktek Obligasi di Lembaga Keuangan Syariah

Secara perlahan namun pasti, Indonesia sebagai negara dengan penduduk


mayoritas muslim mulai dikenal luas oleh dunia, memiliki aplikasi
ekonomi/keuangan syariah yang berbeda dari negara-negara kebanyakan.
Indonesia kini dikenali memiliki praktek ekonomi syariah yang relatif komplit
pada semua aspek ekonomi. Dalam bentuk praktiknya, ekonomi syariah telah
berkembang dalam bentuk kelembagaan seperti perbankan, BPRS, Asuransi

12
Mariam Jamilah Abdul Jalil dan Zuriah Abdul Rahman, Sukuk investment Comparison of
the profit obtained by using Ijarah and Musharakah Muthanaqisah principles with long-term
tenure vol.4 no 2/. Malaysia. Emeral Group Publishing Limited. 2012 h.210 di unduh dari
pnri.go.id:2061 pada 19 Maret 2014

15
Syariah, Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah, dengan instrumen obligasi dan
Reksadana Syariah, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, maupun lembaga
keuangan publik islam seperti lembaga pengelola zakat dan lembaga pengelola
wakaf. Sehingga sistem ini tidak hanya berkembang pada sektor perbankan saja,
namun merambah juga pada sektor keuangan mikro, keuangan sosial, dan
praktek-praktek usaha riil yang mencoba memenuhi prinsip-prinsip syariah.

2.8 Kritik Konsep dan Praktek

Semakin menjamurnya lembaga keuangan syariah, semakin banyak pula


praktek ekonomi syariah yang dilaksanakan. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan.
Semakain maraknya pelaksanaan praktek / akad syariah yang dilakukan
menggambarkan keunggulan-keunggulan praktek ekonomi syariah.Namun
semakin tinggi keberadaan kita maka tantangan, kritik yang berkembang pun
semakin marak pula.
Salah satunya dalam praktek obligasi syariah ( SUKUK ). Tidak
membutuhkan waktu lama, setelah sukuk mulai diterbitkan sekarang telah banyak
yang berminat untuk terjun dalam transaksi sukuk.Namun dalam maraknya
transaksi sukuk, banyak aspek yang masih dipertanyakan.
Motivasi awal untuk bertransaksi sukuk misalnya.Ada yang beranggapan
sukuk merupakan hal baru yang terkadang konsepnya pun belum begitu kokoh
sehingga dapat dengan mudah disalah gunakan.
PR besar kita dalah menyempurnakan kembali konsep dan praktiknya
karena ia adalah ‘produk baru’ dimanasaat ini penerbitannya masih berdasarkan
ketentuan umum obligasi (non syariah).13

13
Aziz Budi Setiawan. Obligasi (suukok) Syariah: Alternatif pendanaan Korporasi. IEI
diunduh dari iei.or.id pada 21 Maret 2014 pukul 16.55

16
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan


perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil
sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying
transaction) berupa sejumlah tertentu asset yang menjadi dasar penerbitan sukuk
dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan
prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar
instrument keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
Salah satu perbedaan yang sangat menonjol antara obligasi konvensional
dengan obligasi syariah adalah sistem pengawasannya. Dalam obligasi syariah
selain diawasi oleh wali amanat juga diawasi oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN).
Untuk menerbitkan obligasi syariah, beberapa persyaratan harus dipenuhi,
yakni aktivitas utama (core business) haruslah usaha yang halal, dan tidak
bertentangan dengan substansi fatwa DSN. Adapun tentang penerbitan obligasi
yang sesuai dengan prinsip Islam harus sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah
(DSN) Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Budi Setiawan. Obligasi (suukok) Syariah: Alternatif


pendanaan Korporasi. IEI
Hulwati. Ekonomi Islam (teori dan praktikum perdagangan
obligasi syariah di pasarmodal Indonesia dan Malaysia). Jakarta : ciputat
press group; 2006.
Jalil Mariam Jamilah Abdul dan Zuriah Abdul Rahman.Sukuk
investment Comparison of the profit obtained by using Ijarah and
Musharakah Muthanaqisah principles with long-term tenure vol.4 no 2/.
Malaysia: Emeral Group Publishing Limited. 2012.
MananAbdul.Hukum Ekonomi Syariah (dalam persfektik
kewenangan peradilan agama. Jakarta : kencana prenada media grup. 2012
Prututor pendidikan investasi dua bulanan.2010.

18

Anda mungkin juga menyukai