Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK DAN RUANG LINGKUNGNYA

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Ahlak

KELOMPOK I

Dosen Pengampu : Novita Herawati

Disusun Oleh :

Fajar Shodiq Ibrahim (2301072004)


Rahmania Chintya Maharani (2301071026)

JURUSAN S1 TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kesehatan dan kesempatan sehingga kelompok penulis bisa menyelesaikan tugas makalah
“Pengertian Akidah Akhlak dan Ruang Lingkupnya” sebagai mana mestinya. Tak lupa pula
kelompok 1 ucapkan banyak terima kasih terhadap teman satu kelompok yang turut ikut andil
dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekeliruan dan kekurangan dalam segi penyusunan dan sistematika penulisan yang baik dan
benar oleh karena itu penulis selaku penyusun sangat berharap banyak terhadap para pembaca
agar memberi saran dan masukkan sehingga penulis bisa menyempurnakan kekurangan
tersebut. Semoga makalah yang penulis susun ini bermanfaat bagi kita semua terutama
terhadap penulis.

Metro, 21 September 2023

Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akidah yang berarti tali pengikat sesuatu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Jika masih dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan
sekaligus berarti belum ada akidahnya. Dalam pembahasan yang masyhur akidah diartikan
sebagai iman, kepercayaan atau keyakinan. Dalam kajian Islam, akidah berarti tali pengikat
batin manusia dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang patut disembah dan
Pencipta serta Pengatur alam semesta ini. Akidah sebagai sebuah keyakinan kepada hakikat
yang nyata yang tidak menerima keraguan dan bantahan. Apabila kepercayaan terhadap
hakikat sesuatu itu masih ada unsur keraguan dan kebimbangan, maka tidak disebut akidah.
Jadi akidah itu harus kuat dan tidak ada kelemahan yang membuka celah untuk dibantah.
Sedangkan M. Syaltut menyampaikan bahwa akidah adalah pondasi yang di atasnya
dibangun hukum syariat. Syariat merupakan perwujudan dari akidah. Oleh karena itu
hukum yang kuat adalah hukum yang lahir dari akidah yang kuat. Tidak ada akidah tanpa
syariat dan tidak mungkin syariat itu lahir jika tidak ada akidah. Ilmu yang membahas
akidah disebut ilmu akidah. Ilmu akidah menurut para ulama adalah sebagai berikut:
1. Syekh Muhammad Abduh mengatakan ilmu akidah adalah ilmu yang membahas
tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap ada pada-Nya, juga
membahas tentang rasul-rasul-Nya, meyakinkan mereka, meyakinkan apa yang wajib
ada pada mereka, apa yang boleh dihubungkan pada diri mereka dan apa yang
terlarang menghubungkan kepada diri mereka.
2. Sedang Ibnu Khaldun mengartikan ilmu akidah adalah ilmu yang membahas
kepercayaan-kepercayaan iman dengan dalil-dalil akal dan mengemukakan alasan-
alasan untuk menolak kepercayaan yang bertentangan dengan kepercayaan golongan
salaf dan ahlus sunnah. Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu
akidah adalah ilmu yang membicarakan segala hal yang berhubungan dengan rukun
iman dalam Islam dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang meyakinkan. Semua yang
terkait dengan rukun iman tersebut sudah disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-
Baqarah ayat 285: Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya dan rasul-rasul nya. (mereka
mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang (dengan yang lain) dari
rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami dengar dan Kami taat. (mereka
berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

(Q.S. Al-Baqarah [2] :285) Dalam suatu hadis Nabi Saw. menjawab pertanyaan Malaikat
Jibril mengenai iman dengan mengatakan: “Bahwa engkau beriman kepada Allah, kepada
malaikat-Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat. Dan juga engkau beriman
kepada qadar, yang baik dan yang buruk.” ( HR. Bukhari ) Berdasarkan hadis tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa rukun iman itu ada enam:

1. Iman kepada Allah


2. Iman kepada Malaikat Allah
3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada qada’ dan qadar

Sebagaimana telah kita diketahui bahwa agama Islam itu berasal dari empat sumber: al-
Qur’an, hadis/sunnah Nabi, ijma’ (kesepakatan) dan qiyas. Akan tetapi untuk akidah Islam
sumbernya hanya dua saja, yaitu al-Qur’an dan hadis sahih, Hal itu berarti akidah mempunyai
sifat keyakinan dan kepastian sehingga tidak mungkin ada peluang bagi seseorang untuk
meragukannya. Untuk sampai pada tingkat keyakinan dan kepastian ini, akidah Islam harus
bersumber pada dua warisan tersebut yang tidak ada keraguan sedikitpun bahwa ia diketahui
dengan pasti berasal dari Nabi. Tanpa informasi dari dua sumber utama al-Qur’an dan hadis,
maka sulit bagi manusia untuk mengetahui sesuatu yang bersifat gaib tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Urgensi Akidah dan Akhlak
2. Pengertian Akidah dan Akhlak
3. Identifikasi Antara Moral, Akhlak dan Etika
4. Akidah Ahlak dan Ruang Lingkupnya

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Akidah Akhlak
2. Untuk Mengetahui Moral Akhlak dan Etika
3. Untuk Mengetahui Peranan Penting Akidah Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Urgensi
Urgensi jika dilihat dari bahasa latin bernama “urgere” yaitu kata kerja yang berarti
mendorong dan jika dilihat dari bahasa inggris bernama “urgent” yang memiliki arti kata
sifat. Menurut kamus bahasa Indonesia, Urgensi adalah hal yang sangat penting atau
keharusan yang sangat mendesak untuk diselesaikan, dengan demikian mengandaikan
ada suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti.

2. Pengertian Akidah dan Akhlak


Secara etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata “aqadaya’qidu-aqdan”, berarti ikatan
perjanjian, sangkutan dan kokoh. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi
sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman
atau keyakinan. Menurut istilah (terminologi) akidah ialah dasar-dasar pokok
kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber ajaran Islam yang
wajib dipegang oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Syaikh
Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah kumpulan dari hukum-hukum
kebenaran yang jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang
diyakini oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan
keshalehannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu benar serta
berlaku selamanya. Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang Pencipta, keyakinan
akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan manusia akan kewajiban ketaatan kepada-Nya dan
menyempurnakan akhlak-yang dimaksud aqidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa
Indonesia ditulis akidah). Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, bentuk
jamak kata khuluq atau al-khulq yang secara bahasa antara lain berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabiat.

Pada hakikatnya khulq (budi pekerti) adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dari jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan
dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa melakukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tadi timbullah kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan
syariat dan akal pikiran maka ia dinamakan budi pekerti mulia (akhlak mahmudah).
Sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk maka disebut sebagai budi pekerti
yang tercela (akhlak madzmumah). Definisi akhlak menurut al-ghazali ialah: ‫الخلق عبا رة‬
‫“ عن هيئة في النفس را سخة عنها تصد را ال فعا ل بسهولة و يسر من غير حا جة الى فكر و رؤية‬Akhlak ialah
sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan yang dengan
gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan” Menurut
pengertian di atas, jelaslah bahwa hakikat akhlak menurut Al-Ghazali harus mencakup 2
syarat:
a. Perbuatan itu harus konstan yaitu dilakukan berulang kali (kontinu) dalam bentuk yang
sama sehingga dapat menjadi kebiasaan.
b. Perbuatan konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksi dari jiwanya
tan pertimbangan dan pikiran, yakni bukan adanya tekanan atau paksaan dari orang
lain.

Sejalan dengan pendapat Al-Ghazali di atas, Ibnu Maskawaih dalam kitabnya


Tahdzib al-Akhlak mengatakan bahwa akhlak adalah sifat jiwa yang tertanam dalam jiwa
yang dengannya lahirlah macammacam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.

Dari beberapa definisi akhlak di atas dapat dilihat ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam diri
seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
b. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan
melakukan suatu perbuatan dalam keadaan sehat akal pikirannya.
c. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa adanya paksaan atau tekanan dari orang, yakni atas kemauan
pikiran atau keputusan dari yang bersangkutan.
d. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan sesungguhnya bukan
main-main atau bukan karena sandiwara.
e. Kelima, perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan
karena ingin dipuji-puji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian. Dari
pengertian akidah dan akhlak di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
akidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan manusia untuk
mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam
perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

3. Identifikasi Antara Moral, Akhlak dan Etika

a. Moral
Moral atau moralitas berasal dari kata bahasa latin mos (tunggal), mores (jamak), dan
kata moralis bentuk jamak mores memlliki makna kebiasaan, kelakuan, kesusilaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata moral berarti mempunyai dua
makna. Pertama, ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dan sebagainya; dan kedua, kondisi mental seseorang yang membuat
seseorang melakukan suatu perbuatan atau isi hati/keadaan perasaan yang terungkap
melalui perbuatan. Istilah lain yang sama dengan moral adalah etika dan akhlak. Etika
berasal dari kata ethiek (Belanda), ethics (Inggris), dan ethos (Yunani) yang berarti
kebiasaan, kelakuan. Akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq, jamak dari khuluqun,
menurut lughot diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Dalam
bahasa Indonesia, budi pekerti merupakan kata majemuk, berasal dari kata budi dan
pekerti. Kata budi berasal dari bahasa sansekerta yang berarti yang sadar atau yang
menyadarkan, atau alat kesadaran. Sedangkan pekerti memiliki arti kelakuan. Istilah
Moral seringkali digunakan secara silih berganti dengan akhlak. Berbeda dengan akal
yang dipergunakan untuk merujuk suatu kecerdasan, tinggi rendahnya intelegensia,
kecerdikan dan kepandaian. Kata moral atau akhlak digunakan untuk menunjukkan suatu
perilaku baik atau buruk, sopan santun dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai kehidupan.

b. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab “khuluqun” yang menurut lughat berarti budi pekerti
atau perangai, tingkah laku atau tabi’at. Selanjutnya definisi akhlak yang menurut bahasa
berarti budi pekerti, perangai atau tingkah laku dan tabiaat atau watak dilahirkan karena
hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa. Dari pengertian diatas
menunjukan bahwa akhlak adalah kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa
manusia dimana timbul perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa
mempertimbangkan terlebih dahulu yang dilakukan berulangulang hingga menjadi
kebiasaan dan perbuatan itu bisa mengarah pada perbuatan yang baik atau buruk.
Rasulullah SAW bersabda:
Yang Artinya: “Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” (HR, Tirmidzi). Adapun menurut Imam Al-Ghazali mengatakan akhlak
adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Sedangkan
menurut para ahli dasar akhlak itu adalah adat kebiasaan, yang harus dinilai dengan
norma-norma yang ada dalam Al-Qur an dan Sunah Rasul kalau sesuai dikembangkan
kalau tidak harus ditinggalkan. Sedangkan tujuan dari akhlak itu sendiri adalah menanam
tumbuhkan rasa keimanan yang kuat, menanam kembangkan kebiasaan dalam
melakukan amal ibadah, amal soleh, dan akhlak yang mulia. Menumbuh kembangkan
semangat untuk mengolah dan sekitar sebagai anugrah Allah SWT kepada manusia.
Kesadaran bahwa manusia dalam hidupnya membutuhkan manusia lainnya menimbulkan
perasaan bahwa setiap manusia terpanggil hatinya untuk berbuat yang terbaik bagi orang
lain, karena Islam mengajarkan bahwa sebaikbaik manusia adalah yang banyak
mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Dan kesadaran manusia untuk berbuat baik
sebanyak mungkin tersebut akan melahirkan sikap peduli kepada orang lain karena Islam
mengajarkan untuk berbuat baik dalam segala hal dan melarang perbuatan yang jahat
atau tercela. Karena pada dasarnya baik atau buruknya perbuatan seseorang akan kembali
kepada dirinya masing-masing. Oleh karena itu akhlak sangat diperlukan dalam
pergaulan sehari-hari karena itu pelajaran akidah akhlak sangatlah dibutuhkan terutama
bagi pelajar disekolah.

c. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti kebiasaan.
Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika bersifat abstrak dan
berkenaan dengan persoalan baik dan buruk. Pengertian ini menunjukan bahwa, etika
ialah teori tentang perbuatan manusia yang ditimbang menurut baik dan buruknya, yang
juga merupakan pada inti sari atau sifat dasar manusia: baik dan buruk manusia. Dalam
bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi
latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles
(284-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, kita membatasi diri
pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan. Etika dalam arti lain merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang di lakukan manusia untuk
dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain aturan atau pola tingkah laku yang di hasilkan
oleh akal manusia. Dengan adanya etika pergaulan dalam masyarakat akan terlihat baik
dan buruknya. Kemudian, terkait dengan terminologi etika. Terdapat istilah lain yang
identik dengan kata ini, yaitu: “Susila” (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-
dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Etika pada dasarnya mengamati
realitas moral secara kritis, dan etika tidak memberikan ajaran melainkan kebiasaan, nilai,
norma dan pandangan-pandangan moral secara kritis. etika lebih kepada mengapa untuk
melakukan sesuatu itu harus menggunakan cara tersebut. Dari beberapa pernyatan tentang
etika, dapat disimpulkan bahwa, secara umum asal-mula etika berasal dari filsafat tentang
situasi atau kondisi ideal yang harus dimiliki atau dicapai manusia. Etika juga suatu ilmu
yang membahas baik dana buruk dan teori tetang moral. Selain itu, teori etika berorientasi
kepada cara pandang atau sudut pengambilan pendapat tentang bagaimana harusnya
manusia tersebut bertingkah laku di masyarakat.

4. Akidah Ahlak dan Ruang Lingkupnya

a. Ruang lingkup Akidah


Menurut Hasan al-Banna ruang lingkup pembahasan akidah terdiri dari :
a. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah
(Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama- nama dan sifat- sifat Allah, Af’al dan lain-
lain.
b. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab- kitab Allah, mu’jizat, karamah dan
sebagainya.
c. Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain- lain.
d. Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sami’ (dalil naqli berupa Al- Qur’an dan sunnah seperti alam barzah, akhirat, azab
kubur, tanda- tanda kiamat, surga neraka, dan sebagainya)
Selain yang terpapar diatas, ruang lingkup aqidah bisa juga mengikuti sistematika
arkanul iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah SWT
2. Iman kepada malaikat- malaikat Allah
3. Iman kepada kitab- kitab Allah
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada qadha dan qadar Allah

b. Ruang Lingkup Akhlak

Ruang lingkup akhlak sangat luas karena menjangkau seluruh tingkah laku manusia,
mulai dari sikap, perkataan dan suara hati. Sedangkan ruang lingkup akhlak meliputi:
a. Akhlak manusia terhadap Allah SWT Allah SWT yang menciptakan segalanya
termasuk manusia dengan segala kebutuhannya patut disembah dan diagungkan.
Akhlak terhadap Allah SWT adalah keseluruhan tingkah laku, perkataan dan suara
hati dalam menyembah dan mengagungkan Sang Pencipta, seperti dalam
mentauhidkan-Nya, berzikir, berdoa, bersyukur atas nikmat-Nya, kepatuhan atas
perintah dan larangan-Nya, serta totalitas beribadah kepada-Nya.
b. Akhlak manusia terhadap manusia Di dalam al Quran banyak sekali ayat yang
menerangkan hubungan manusia dengan manusia lainnya, diantaranya:
1. Akhlak terhadap Rasulullah SAW. Mencintai setulus hati dengan mengikuti
semua sunnah beliau, bershalawat kepada beliau dan menjadikannya panutan
dalam berakhlak.
2. Akhlak terhadap orang tua dengan menyayangi mereka, bertutur kata dengan
lemah lembut, membantu mereka, tidak membuat susah dan membanggakan
mereka.
3. Akhlak terhadap guru, menghormati, mengikuti nasehat baiknya, karena guru
yang mengajar dan mendidik, juga menjadi pengganti orang tua kita disekolah.
4. Akhlak terhadap diri sendiri dengan memelihara nama baik diri, menjaga
kesucian diri seperti berpakaian yang pantas, menutup aurat, menghiasi diri
dengan sikap baik, jujur, amanah, pemaaf dan sifat baik lainnya.
5. Akhlak terhadap masyarakat, karena manusia membutuhkan pertolongan dari
orang lain, maka perlunya kerja sama, saling menolong, saling menghormati antar
sesama. Akhlak manusia terhadap alam Alam adalah seluruh apa yang ada
dilangit, dibumi, baik tumbuhtumbuhan, hewan, serta apa yang dikandungnya.
Manusia sebagai khalifah di bumi sepatutnya berakhlak terhadap alam dalam
menjaga kelestarian dari kerusakan-kerusakan oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab. Jangan sampai manusia merusak lingkungan dan alam sekitar
karena akan berdampak kembali ke manusia seperti tanah longsor akibat
penggundulan hutan, banjir karena membuang sampah ke sungai dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari materi Berdasarkan tulisan di atas diketahui bahwa antara
akhlak dengan etika, dan moral memiliki kesamaan arti, cakupan dan tujuan.
Namunpun demikian, juga memiliki perbedaan satu sama lainnya. Dalam perspektif
Islam akhlak dan tasawuf sangat berkaitan erat karena samasama bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Serta dapat pula disimpulkan 4 hal yaitu bahwa
Akhlak, etika dan moral adalah suatu disiplin ilmu yang membicarakan tentang
persoalan baik dan buruk, Antara akhlak, etika dan moral, memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama mengkaji masalah baik dan buruk,
sedangkan perbedaanya adalah terletak pada landasan yang dipakai, Dalam konteks
sejarah, antara akhlak dan tasawuf memiliki tujuan dan esensi yang sama, yaitu
sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta Indikator orang
berakhlak adalah beriman atau tidaknya seseorang. Salah satu karakter seseorang
dikatakan beriman adalah ketika ia mampu melahirkan kedamaian dan ketenteraman
bagi alam lingkungannya.

B. Saran
Adapun saran yang akan kami sampaikan adalah Kita harus bisa membentengi diri
kita dengan keimanan dan ketaqwaan agar modernisasi dan globalisasi tidak
mempengaruhi etika, moral dan akhlak kita tetapi kita yang mengendalikan
modernisasi dan globalisasi yang harus kita peroleh dan pelajari dengan akhlak, etika,
moral,dan dalil yg kita miliki.
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.iaihnwpancor.ac.id/index.php/badaa/article/download/249/155/1431
https://ejournal.iaitfdumai.ac.id/index.php/tam/article/download/88/75/
https://www.researchgate.net/publication/
325316382_Prinsip_dan_Ruang_Lingkup_Pendidikan_Aqidah_Akhlaq/fulltext/
5b055dfc4585157f87090f7c
https://ejournal.unisnu.ac.id/JPIT/article/download/2098/pdf
https://jurnal.usk.ac.id/PEAR/article/download/7527/6195
BIODATA PENULIS

Nama : Rahmania Chintya Maharani


Alamat : Tulang bawang, Astra ksetra
Tempat Tgl Lahir : Madiun, 30 Oktober 2005
Motto :"Kita bisa karena terbiasa."

Nama : Fajar Shodiq Ibrahim


Alamat : Sidorahayu, Kec.Punggur Kab.Lampung Tengah
Tempat Tgl Lahir : Bengkulu, 13 September 2001
Motto :"Ride to Jannah"

Anda mungkin juga menyukai