Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Hubungan Antara Aqidah dan Akhlak

Disusun Oleh:

Fingky Shellyra Amandaruni

Eldita Dife Wandari

Dwi Fitri Yani

Prodi S1 Farmasi

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
nikmatnya,sehingga Penulis diberi kesempatan dan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan Tugas ini

Dalam penulisan Tugas ini, Penulis banyak dibantu berbagai pihak, baik
secara morilmaupun materil, untuk itu tidaklah berlebihan jika penulis
mengucapkan terima kasih

Adapun tujuan penulisan tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata
kuliah pembelajaran Pendidikan Pancasila

Dan penulis berharap agar pembaca bias memberi kritik dan saran yang
bersifat membangun, demi menyempurnakan tugas ini. Untuk itu Penulis
meminta maaf atas kekurangan dari pesan tugas ini. Semoga bermanfaat bagi
pembaca dan penulis, Amin.

Mataram,29 September 2022

Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN
Kehadiran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW diyakini dapat
menjamin kehidupan yang sejahtera bagi manusia baik lahir maupun batin. Sumber
Doktrin Berbagai ajaran agama dalam kehidupan manusia yang terkandung dalam Al-
Qur'an dan Hadits tampaknya sangat ideal dan luhur. Dan gunakan akal sebagai alat
untuk memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah. Ketentuan ini sejalan dengan Islam itu
sendiri dan merupakan wahyu dari Allah SWT. Hal ini dikatakan dalam ayat 59 Surat An-
Nisa dari Al-Qur'an: "Barangsiapa di antara kamu yang beriman, taatilah Allah, taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Maka, jika kamu berselisih tentang sesuatu,
maka jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir, kembalilah kepada
Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Hadits-Nya). Ini lebih penting bagimu dan hasilnya lebih
baik" (QS. An-Nisa': 59).

Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang mengandung unsur-unsur dasar


keimanan, menggambarkan asal usul dan hakikat keberadaan agama. Moralitas sebagai
sistem etika menggambarkan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh agama. Seorang
Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang terus terang dan kuat yang
mendorongnya untuk menegakkan hukum Syariah hanya karena Allah, dengan demikian
menggambarkan kesalehan moralnya yang terpuji. Akhlak dalam Aqidah, Syariat, dan Al-
Qur'an disebut Iman dan Amalan. Iman mewujudkan makna aqidah, sedangkan amal
shaleh mewujudkan makna akhlak.

BAB 2
PEMBAHASAN

Aqidah
Menurut bahasa, kata Aqidah berasal dari bahasa Arab, yang berasal dari kata 'aqadaya'
qidu-'aqdan-'aqidatan. 'Aqdan berarti kesimpulan, kesepakatan dan ikatan yang kokoh, yang
berarti keyakinan setelah akidah terbentuk (Sinaga et al., 2017). Menurut Haroen, aqidah dari
'aqada berarti mengikat, mengikat, mengakhiri, memperkuat atau komitmen. Pemahaman ini
juga diperkuat oleh Yunahar Ilyas yang menyatakan bahwa aqidah adalah keyakinan yang
berakar kuat dalam hati, mengikat dan mengandung kesepakatan (Imran, 2017). Dari beberapa
poin di atas, aqidah merupakan keyakinan yang dianut oleh setiap individu, yang menjadi dasar
dari aktivitas dan pandangan hidupnya.

Aqidah Islam adalah tauqifi, artinya ajaran yang hanya dapat ditentukan dengan
dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, sumber-sumber ajaran aqidah Islam
terbatas pada Al-Qur'an dan Hadits. Karena tidak ada yang lebih mengetahui tentang Allah
selain Allah sendiri, dan setelah Allah tidak ada yang lebih mengetahui tentang Allah
kecuali Rasulullah. Namun, sebagian ulama menambahkan ijma' sebagai sumber ajaran
Islam ketiga setelah Al-Qur'an dan Hadits.

Penjelasan dari sumber-sumber aqidah akhlak yaitu sebagai berikut:

a. Al-Quran

Menurut bahasa Al-Qur'an memiliki arti membaca. Makna dan gaya bahasa (ushlub)
yang terdapat dalam mushaf menurut istilah Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan
secara lisan kepada Nabi Muhammad SAW yang dikutip secara mutawatir. Al-Qur'an adalah
kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah dari Lauh Mahfuz melalui Malaikat Jibril,
dan proses turunnya wahyu merupakan petunjuk bagi umat manusia. Komunikasikan
kepada kami dengan cara mutawatir (banyak orang, tidak mungkin setuju untuk
berbohong) dan mencegah penyimpangan, variasi, penambahan dan pengurangan.

b. Sunnah

Menurut bahasa Arab, sunnah adalah ath-tariqah, yang berarti tata cara, kebiasaan,
cara hidup atau tingkah laku. Kata tersebut berasal dari kata as-sunan, yang merupakan
sinonim dari ath-tariq (artinya jalan). Mengikuti Sunnah berarti mengikuti jalan tindakan,
tindakan, pemikiran, dan keputusan Rasulullah SAW. Sunnah (sering disebut hadits) adalah
segala perbuatan Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan dan keputusan
(taqrir). Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Allah SWT telah
mengamanatkan kepatuhan terhadap hukum dan tindakan yang dikomunikasikan oleh
Nabi Muhammad SAW.

c. Ijma’

Ijma' dalam pengertian linguistik adalah usaha (tekad) terhadap sesuatu. Sedangkan
menurut istilah, ijma berarti sumber akidah, kesepakatan yang dicapai oleh para mujtahid
umat Muhammad SAW tentang urusan suatu masa setelah wafatnya. Mereka bukanlah
orang-orang yang hanya mengetahui masalah-masalah ilmiah, tetapi juga memahami dan
mengamalkan ilmunya. Atas ijma', Allah SWT. Bersabda: "Barangsiapa menentang Rasul
setelah kebenaran jelas, tidak berjalan di jalan orang beriman, saya membebaskannya dari
kesesatan dalam genggamannya, saya melemparkannya ke neraka dan neraka adalah
tempat terburuk untuk kembali." "( Surah An-Nisa' : 115).Aqidah adalah keyakinan hidup
yang dimiliki oleh manusia.Manusia membutuhkan keyakinan hidup ini sebagai pedoman
hidup untuk memandu tujuan hidup sebagai pribadi yang kodrati.Petunjuk hidup ini juga
digunakan sebagai pedoman hidup. dasar bagi semua aktivitas manusia arsitektur atau
disebut juga moralitas
Akhlak
Kata akhlak (akhlaq) berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk jamak dari
“khuluq”, yang berarti budi pekerti, tabiat, tingkah laku atau budi pekerti menurut bahasa.
Kata tersebut mengandung korespondensi persegi dengan kata "khalq", yang berarti
peristiwa. Ibnu 'Athir menjelaskan dalam Didiek bahwa khuluq adalah gambaran dari
pikiran manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan ciri-ciri batin) dan khalq adalah
gambaran dari bentuk fisiknya (ekspresi wajah, warna kulit, tinggi dan rendah tubuh dll).
dapat dikatakan sebagai sistem etika yang menggambarkan maksud dan tujuan agama.
Kata khulq adalah bentuk tunggal dari moralitas dan dikatakan dalam ayat ke-4 surah Al-
Qalam dari Al-Qur'an: "Sungguh, kamu (Muhammad) melampaui karakter yang agung."
(Quran: 4)

Secara terminologi, para ahli telah mengajukan beberapa definisi moralitas,


termasuk definisi Ahmad Amin tentang moralitas sebagai kebiasaan kehendak. Hal ini
sejalan dengan pemahaman Imam Anzali tentang akhlak, yang ia definisikan sebagai
kualitas yang tertanam dalam jiwa yang memudahkan tindakan tanpa pemikiran dan
pertimbangan. dan perencanaan. Moralitas menempati posisi penting dalam kehidupan
manusia, termasuk menjadi standar nilai nasional dan patokan nilai pribadi seseorang.
Islam percaya bahwa moralitas sangat penting untuk mencapai perdamaian dunia dan
keamanan manusia. dan seterusnya. Untuk itu Nabi Muhammad SAW diutus untuk
meningkatkan akhlak manusia agar tercipta kedamaian, sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam Surah Al-Ahzab ayat 21: karena (Rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kebangkitan,
ia sering menyebut Allah.(QS Al-Ahzab: 2. Ayat ini menyiratkan bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah teladan hidup bagi orang-orang yang beriman, Bagi mereka yang bertemu
langsung dengan Nabi Muhammad, mereka bisa meniru Nabi secara langsung. Adapun
mereka yang tidak sezaman dengan Nabi Muhammad, maka cara meniru Nabi Muhammad
adalah dengan mempelajari, memahami dan mengikuti hadits atau berbagai unsur yang
terkandung di dalamnya.

Hubungan Antara Aqidah dengan Akhlak


Aqidah adalah gudangnya etika yang kuat. Ia mampu menciptakan rasa diri bagi
manusia untuk menjunjung tinggi norma dan nilai moral yang tinggi. Moralitas mendapat
perhatian khusus dalam aqidah Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi). Islam
menggabungkan agama yang benar dan moralitas. Menurut teori ini, agama mendorong
setiap orang untuk memiliki akhlak yang mulia sebagai suatu kewajiban (taklif) yang dapat
mendatangkan pahala atau hukuman baginya. Atas dasar ini, agama bukan sekadar
ekspresi moralitas, tanpa rasa tanggung jawab. Bahkan agama-agama menganggap
moralitas sebagai pelengkap ajarannya, karena agama terdiri dari keyakinan (aqidah) dan
tindakan, oleh karena itu moralitas menurut pandangan Islam harus didasarkan pada
keyakinan. Keyakinan tidak cukup hanya tinggal di hati, tetapi juga harus diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam bentuk moral yang baik. Dengan kata lain, untuk
menggunakan dan menjalankan bagian dari aqidah dan ibadah, bagian lain yang disebut
bagian akhlak juga harus dipegang teguh. Sejarah seluruh proses Theology membuktikan
bahwa kebahagiaan dalam segala aspek kehidupan hanya dapat diperoleh melalui budi
pekerti (budi pekerti). Hasbi Ash Shiddieqy mengatakan dalam bukunya "Islam" bahwa
dalam Al Qur'an, iman dan karakter hampir merupakan hukuman, hukuman yang sama,
hukuman yang sama. Karena itu, Allah menganugerahkan kehormatan moral dan
mengangkat statusnya. Bahkan Allah memerintahkan umat Islam untuk bermoral dalam
perintah yang jelas, jelas, tegas. Tidak masuk akal bagi umat Islam untuk menyia-nyiakan
sedikit moralitas mereka, mereka bahkan tidak boleh membuatnya mudah.

Aqidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan
tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik.
Sebaliknya akhlak tanpa aqidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak
tetap, yang selalu bergerak. Oleh karena itu Islam memberikan perhatian yang serius
terhadap pendidikan akhlak. Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman
seseorang terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “Orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR.
Muslim).Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui
tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari
imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman
yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai iman yang
lemah. Dengan kata lain, keyakinan yang kuat mewujudkan karakter yang baik dan mulia,
sedangkan keyakinan yang lemah mewujudkan karakter yang jahat dan jahat. Orang-orang
pemarah disebut oleh para nabi sebagai orang-orang yang kehilangan iman. Beliau
bersabda, “Rasa malu dan iman berjalan beriringan, dan jika kamu kehilangan yang satu,
kamu kehilangan yang lain.” (HR. Hakim) Jika memperhatikan hadits di atas, jelaslah
bahwa rasa malu erat kaitannya dengan iman, dan dapat dikatakan bahwa setiap orang
mukmin Seseorang pasti memiliki rasa malu; jika dia tidak memiliki rasa malu, itu berarti
dia tidak memiliki kepercayaan diri, atau kepercayaan dirinya lemah.

Aqidah erat kaitannya dengan akhlak. Aqidah adalah dasar dan dasar dari segala
perbuatan. Moralitas adalah segala perbuatan baik seorang mualaf, baik dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, maupun dengan lingkungannya. Jika
diimbangi dengan keyakinan yang kuat terhadap Akida, berbagai tindakan tersebut akan
memiliki nilai pemujaan, dan berbagai penyimpangan dapat dikendalikan. Oleh karena itu,
keduanya tidak dapat dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan tubuh. Allah menekankan
hal ini dalam Al-Qur'an, yang menyatakan bahwa orang-orang yang beriman dalam
mengerjakan segala macam amal saleh akan diberi pahala oleh-Nya. Dia akan masuk surga
surga.Hal ini secara tegas dinyatakan dalam firman Allah SWT. Sebagai berikut:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, karena mereka itu
surganya surga, sebagai tempat tinggal, mereka akan mendiaminya, dan mereka tidak mau
meninggalkannya” (QS. Al-Kahfi: 107 -108) Lihat Aqidah dan Akhlak Betapa pentingnya
keduanya digabungkan dan satu akan menerima pahala yang besar dari Allah dan jaminan
surga di surga. Hubungan antara akidah dan akhlak tercermin dalam sabda Nabi
Muhammad SAW dari Abu Hurairah, artinya: “Dari Abu Hurairah ra., Rathulula SAW.
Bersabda, “Seorang mukmin yang meyakini kesempurnaan adalah akhlak yang paling
baik”. memiliki akidah yang benar, maka akhlaknya harus benar, baik dan lurus.dan
sebaliknya, jika aqidahnya salah maka akhlaknya akan salah, orang yang akhlaknya baik
dapat memperkuat aqidahnya, dapat beribadah dengan benar dan benar, sehingga dapat
menjalankan tauhid kepada akhlak yang mulia. (akhlaqul karimah) Hubungan dengan Allah
SWT dan perilakunya terhadap Allah SWT ditentukan dengan mengikuti nilai-nilai aqidah
yang telah ditetapkan. Karena siapa pun yang mengenal penciptanya dengan benar, dia
pasti akan mengikuti perintah Allah dengan mudah. Sehingga tidak mungkin baginya untuk
menjauhi atau bahkan meninggalkan perilaku yang telah ia tetapkan.

BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Aqidah erat kaitannya dengan akhlak. Aqidah adalah dasar dan dasar dari segala
perbuatan. Moralitas adalah segala perbuatan baik seorang mualaf, baik dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia, maupun dengan lingkungannya. Jika diimbangi dengan
keyakinan yang kuat terhadap Akida, berbagai tindakan tersebut akan memiliki nilai pemujaan,
dan berbagai penyimpangan dapat dikendalikan. Oleh karena itu, keduanya tidak dapat
dipisahkan, seperti halnya antara tubuh dan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai