Anda di halaman 1dari 6

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam


Jurusan : Manajemen Dakwah
Pengampu : Dede Irawan, S.Kom.I.,M.Sos

Jawablah pertanyaan berikut:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan agama beserta diemensi-dimensinya!


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan islam idealita, konseptual dan realita!
3. Jelaskan Al quran dan Hadist sebagai sumber ajaran sekaligus bagaimana pendekatan
dalam memahaminya!
4. Jelaskan sikap bijak sana dalam menghadapi perbedaan pemahaman fiqih!
5. Berikan kritik terhadap problematika umat islam di zaman sekarang perspektif Al quran,
Hadist dan ilmu umum!

Nilai Tambah:
 Referensi Buku
 Kata kunci di-bold contoh ; Al Quran merupakan wahyu Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad .

Ketentuan:
 PDF
 Maksimal 10 Hlm
 Spasi 1.5
 Times Newroman
 Size 12
 Rataan, Justify
 Moderat
Teknis Pengumpulan:
Dikumpukan di PJ mata kuliah dalam bentuk pdf, disimpan dalam google drive.
NAMA : RAMA IQSAN MAULANA
NIM : 1234030018
JURUSAN/KELAS : MANAJEMEN DAKWAH/1A

JAWABAN
1. Agama berasal dari bahasa sansekerta a dan gam. A berarti tidak dan gam berarti
pergi. Jadi, kata tersebut berarti “tidak pergi”, “tetap di tempat”, ”Langgeng”
diwariskan secara turun-temurun. Dalam pandangan Islam, istilah agama selalu
dihubungkan dengan istilah din, millah, wijhah, dan syir’ah. Kata din secara
etimologi adalah peraturan Ilahi yang mengantarkan orang yang berakal sehat dengan
sadar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Menurut AlMaududi, din adalah
serangkaian ajaran yang berisi tuntunan lengkap tentang cara berfikir, bersikap,
berbuat, dan bertingkah laku yang baik tanpa terikat oleh faktor ruang dan waktu. 1
Dimensi ajaran Islam secara garis besar dihimpun dan diklasifikasikan menjadi tiga
pokok utama, yaitu: aqidah, syari'at, dan akhlak yang masing-masing merupakan
pembahasan mendalam dari kerangka dasar ajaran Islam yang disebut rukun agama
yaitu iman, islam, dan ihsan.
Dimensi tersebut merupakan subsistem dari sistem ajaran Islam. Artinya, akidah tanpa
syariat dan akhlak adalah omong kosong. begitu pula syariat harus berdiri di atas
landasan akidah, dan keduanya harus dijalin dengan akhlak. Syariat tanpa akhlak
adalah kemunafikan, iman tanpa akhlak adalah kesesatan.2
DIMENSI- DIMENSI ISLAM
 AQIDAH ( IMAN)
Iman berasal dari bahasa Arab, yaitu diambil dari kata kerja ‘aamana’-yukminu’-
iimanan yang berarti ‘percaya’ atau ‘membenarkan’. Secara istilah, Iman adalah:
“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, mengamalkan dengan
perbuatan”. Iman atau kepercayaan juga disebut dengan ‘aqidah, berasal dari kata
aqada, yu’qidu, aqdan, aqidatan yang berarti ikatan, perjanjian, dan kokoh. Aqidah
adalah ma ‘uqida ‘alayh al-qalb wa al-dhami yang artinya sesuatu yang mengikat hati
dan perasaan. Dari etimologi diatas bisa diketahui bahwa yang di maksud dengan
“akidah” ialah keyakinan atau keimanan; dan hal itu diistilahkan sebagai akidah
karena ia mengikatkan hati seseorang kepada sesuatu yang di yakini atau di imaninya
1
Abdul Wahib, Pengantar Studi Islam, (Jember: IAIN JEMBER, 2020), hal. 1.
2
Yulia Suhartatik, Dimensi Ajaran Islam, diakses dari KOMPASIANA, pukul 21.00 WIB
dan ikatan tersebut tidak boleh di lepaskan selama hidupnya. Inilah makna asal
“akidah” yang merupakan derivasi dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan yang artinya
mengikat.3
 SYARIAT ( ISLAM )
Secara bahasa syariat berasal dari kata syara’ yang berarti menjelaskan dan
menyatakan sesuatu. Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW bukan hanya dalam
bentuk nilai-nilai yang abstrak, namun juga dituangkan dalam aturan-aturan yang
disebut dengan Syariat Islam. Menurut istilah, Syariat Islam adalah tata aturan
(hukum-hukum) Allah SWT yang mengatur tata hubungan manusia dengan Allah
SWT dan manusia dengan manusia.
Dalam Islam pokok-pokok ibadah terumuskan dalam rukun Islam, Islam dibangun
atas lima perkara:
(1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah,
(2) mendirikan shalat,
(3) menunaikan zakat,
(4) berpuasa di bulan Ramadhan, dan
(5) melaksanakan haji bila mampu.
Namun ibadah tidak hanya sebatas dalam menjalankan rukun Islam, tetapi ibadah juga
berlaku pada semua aktivitas duniawi yang didasari rasa ikhlas. Oleh karena itu
ibadah terdapat dua klasifikasi yaitu khusus (berkaitan dengan arkan al-Islam, seperti
syahadat, shalat, zakat, puasa, haji) dan umum (segala aktivitas yang titik tolaknya
ikhlas yang ditunjukkan untuk mencapai ridha Allah SWT berupa amal saleh).4
 AKHLAK ( IHSAN )
Kata ihsan berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘hasana-yuhsinu-husnaan’ yang berarti
baik, bagus. Sedangkan menurut istilah dalam hadis, ihsan dinyatakan sebagai
berikut:
‫َأْن َتْع ُبَد َهللا َك َأَّنَك َتَر اُه َفِإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفِإَّنُه َيَر اَك‬
“Engkau beribadah kepada Allah, seolah-olah engkau melihat Allah, dan jika kamu
tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihat engkau.” (HR. Al-
Bukhari).
Ihsan dapat diartikan melakukan berbagai amal kebaikan kemanusiaan yang
didasarkan atas ibadah semata-mata karena Allah SWT. Ihsan dalam arti yang
3
Taufik Abdillah Syukur, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: KBM INDONESIA), hal. 33.
4
Ibid, hal. 32.
demikian itu pada hakikatnya dekat dengan akhlak al-karimah. Kata ‘akhlak’ berasal
dari bahasa arab, merupakan bentuk jamak dari ‘khuluq’ yang menurut bahasa berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak al-karimah berarti sifat-sifat
terpuji yang sudah tertanam dalam jiwa yang dengannya, maka lahirlah macam-
macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan
lagi.5
2. Islam Idealita
Menurut Al-ustadz Dede Irawan, S.Kom.I.,M.Sos. Islam Idealita adalah Islam yang
digambarkan dalam (melalui doktrin) Al-Qur’an dan dipraktikkan langsung oleh
Rasulullah SAW. Islam Idealita adalah Islam yang dialami secara empiris (nyata),
Islam ideal dapat diartikan sebagaimana idealnya seorang muslim yang hidup
menjalankan agama islam sesuai Al-qur'an dan Sunnah.
Islam Konseptual
Islam konseptual adalah Islam yang berfokus kepada konsep agama atau inti dari
ajaran agama Islam. Islam memiliki konsep kerangka dasar ajarannya yaitu Aqidah,
Syari'ah, dan Akhlak. Tiga kerangka dasar ajaran islam tersebut bermuara kepada
rukun agama Islam, Adapun rukun agama islam, yaitu: Iman, Islam, dan Ihsan.
Islam Realita
Islam realita adalah Islam yang dijalankan oleh umat muslim dengan nilai-nilai agama
dengan mempertimbangkan realitas sosial,
3. AL-QUR'AN
Secara bahasa (etimologi), kata Al-Quran berasal dari kata qara’a yang berarti
membaca. Qara’a juga berarti mengumpulkan menjadi satu. Sedangkan secara
istilah, Al-Qur’an adalah kitab suci yang isinya mengandung firman Allah, turunnya
secara bertahap melalui malaikat Jibril, yang diwahyukan kepada Rasulullah yang
susunannya dimulai dari surah al-Fatihah diakhiri surah an-Nas dan bernilai ibadah
bagi yang membacanya. Fungsi dari Al-Qur’an sebagai sumber ajaran dan sebagai
konfirmasi dalam memperkuat keyakinan pendapat akal pikiran, juga sebagai
informasi terhadap hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh akal. Kemudian, Al-Qur’an
juga berfungsi sebagai suatu tata cara atau aturan untuk mengatur jalannya
kehidupan manusia agar berjalan lurus, menjadi pedoman dalam hidupnya,
sehingga tidak mengherankan jika tema sentral Al-Qur’an pembahasannya adalah
tentang manusia, yang didalamnya diterangkan mengenai hakikat manusia, siapa
5
Ibid, hal. 36.
dirinya, dari mana dia berasal, dimana dia berada, untuk apa ia diciptakan, apa yang
harus dilakukannya, dan hendak kemana ia pergi. 6 Isi dari kandungan Al-Qur'an
antara lain, Aqidah dan Tauhid, Ibadah dan Muamalah, Akhlak, Hukum,
Sejarah/kisah umat masa lalu, dan Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
HADIST
Ḥadiṡ Nabi merupakan sumber ajaran Islam yang kedua, setelah al-Qur’an. Hal ini
ḥadiṡ merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktik atau penerapan ajaran Islam
secara faktual dan ideal. Mengingat bahwa pribadi Nabi merupakan perwujudan dari
Al-Qur'an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dilihat dari periwayatannya, ḥadiṡ berbeda dengan Al-Qur’an.
Al-Qur’an semuanya diriwayatkan secara muttawātir, sehingga tidak diragukan lagi
kebenaran atau keṣaḥīhannya. Adapun ḥadiṡ Nabi, sebagiannya diriwayatkan secara
muttawātir dan sebagian lainnya secara ahād. Dengan demikian, jika dilihat dari
periwayatannya ḥadiṡ muttawātir tidak perlu diteliti lagi karena tidak diragukan
kebenarannya, adapun ḥadiṡ ahad, masih memerlukan penelitian. Dengan penelitian
itu, akan diketahui, apakah ḥadiṡ yang bersangkutan dapat diterima periwayatannya
ataukah tidak.7
4. Menurut Habib Husein Ja'far, Fiqih merupakan cabang keilmuan islam yang paling
sesak dengan perbedaan, namun di antara imam-imamnya justru sangat "mesra"
hubungannya, saling memahami, saling memuji.8 Sikap bijak dalam menghadapi
perbedaan pemahaman fiqih, adalah dengan tidak mempunyai sikap fanatik pada
pandangan sendiri dan sinis terhadap keyakinan orang lain. Melainkan menanamkan
sikap terbuka, saling menghargai, dan toleran. Perbedaan adalah niscaya dan
rahmat, Para sahabat, imam, dan ulama terdahulu dengan keilmuan yang dimilikinya
tidak berat hati bila ada yang berbeda pendapat. Sebaliknya, mereka mengapresiasi
perbedaan pendapat di antara mereka. Adapun kaidah dalam kitab Ta'limul
Muta'allim karangan Syekh Az-Zarnuuji "Al-hurmatu khairun minatthoo'ah"
yang artinya "Sikap menghormati lebih baik dari mentaati".9

6
Ibid, hal. 10.
7
Ibid, hal. 14.
8
Husein Ja'far Al-Hadar, Tuhan Ada Di Hatimu, (Jakarta: Noura Books, 2020), hal. 185.
9
Syeikh Az-Zarnuuji, Ta'limul Muta'allim
5. Banyak sekali problematika umat muslim di zaman sekarang umumnya di dunia
khususnya di Indonesia. Menurut Kh. Said Aqil Siroj, Masalah besar atau
problematika umat islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, bukan di bidang
aqidah atau dalam hal berkeyakinan, tapi dalam mewujudkan sebuah
peradaban.10Kunci dari masalah kemunduran islam atau problematika umat islam di
zaman sekarang adalah pendidikan, karena umat muslim di zaman ini melupakan
syari'at pertama yang Allah SWT berikan yaitu "Membaca". Umat muslim sekarang
banyak sekali yang kurang dalam pemahaman yang benar terkait isi konteks dari Al-
Qur'an dan Sunnah. Sebagian ada yang paham namun belum mengaplikasikan atau
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Umat muslim sekarang terlalu
sibuk mengurusi hal-hal yang tidak perlu. Misalnya, Terlalu sibuk dalam
mengurusi perbedaan pendapat dalam hal apapun khususnya di bidang keilmun fiqih,
Terlalu fanatik dalam hal apapun sehingga mudah mengkafirkan orang lain. Menurut
Habib Husein Ja'far, Mayoritas umat muslim sekarang tidak menjalankan Islam
secara substansi, namun hanya simbolik.11

10
Kh. Said Aqil Siroj, Masalah Umat Islam bukan Aqidah, tapi Peradaban, diakses dari NU Online, pukul
17.06 WIB
11
Husein Ja'far Al-Hadar, op.cit. hlm 27

Anda mungkin juga menyukai