Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muchammad Nauval Arifiyanto

Nim : 090403230621

PAKET 1
1. Pengertian dan pentingnya studi islam di perguruan tinggi yaitu melakukan kajian
terhadap islam secara ilmiah, melalui beberapa pendekatan, bekerja dengan data yang
mengandung makna-makna keagamaan dalam masyarakat atau komunitas, kelompok
atau individu, dengan menggunakan bantuan metodologi, dan memperhatikan secara
penuh apa yang dimaksud dengan beragama dan agama.

2. Dalam kajian studi islam oleh kalangan muslim (insider) dalam merespon hasil-hasil
kajian dari para orientalis itu seringkali bertindak a prori dan cenderung menolaknya,
tanpa mau mengkaji terlebih dahulu secara ilmiah. Bahkan ketika ada muslim yang
menyadur dari pemikiran barat cenderung dikafirkan.
Dalam kajian studi oleh kalangan orientalis barat (outsider) tentang fundamentalis
islam sangat dangkal kajian mereka hanya seputar islam sebagai oknum yang
bertanggung jawab atas semua peristiwa terorisme yang terjadi di masyraka dunia.

3. Memahami dengan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan


agama islam, pokok-pokok ajaran islam , sejarah islam , maupun realitas
pelaksanaannya dalam kehidupan.
PAKET 2

1. Islam di masa Nabi Muhammad SAW (610-632M), yaitu dimulai semenjak Nabi
Muhammad saw melakukan hijrah dari mekkah ke madinah pada tahun 622 M. hijrah
di masa itu tidak hanya sekedar perpindahan tempat tingal, tetapi merupakan bagian
dari upaya perubahan pola pikir, perilaku dan tradisi. Dimana dalam tradisi Arab pra-
islam, suku merupakan nilai suci. Dan meningalkan kelompok yang masih
berhubunggan darah dan bergabung dengan kelompok lain yang tidak memiliki
hubungan darah adalah suatu yang belum pernah terdengar.

2. Setelah Nabi Muhammad saw wafat, umat islam mulai berselisih dalam beberapa hal
dan tidak ada yang mampu menyelesaikan.perselisihan itu diawali dari masalah
penentuan orang yang berhak menggantikan posisi kepemimpinan Nabi Muhammad
saw. Nabi muhammad tidak pernah berwasiat tentang penggantinya, sehingga
kelompok ini melakukan pertemuan di Tsaqifah bani sa’dah untuk melakukan
pengganti Nabi Muhammad saw. Kelompok ini dijuluki sunni. Sesuai kesepakatan
abu bakar terpilih menjadi pengganti Nabi (632-634M). pada masa abu bakar ini
pemerintahan islam berhasil mengumpulkan al-qur’an dalam satu mushaf yang
sebelumnya berserakan dan disimpan dirumah Hafsah. Setelah abu bakar wafat, umar
bin khatab terpilih sebagai penggantinya (634-634M). pada pemerintahannya
penyebaran islam meluas hingga keluar jazirah Arab, kemudian umar bin khatab
wafat dibunuh oleh Abu lu’luah al-majussi yang berasal dari persia (644M). pengganti
umar bin khatab yaitu ustman bin affan (644-656M) pada masa pemerintahannya
berhasil disusun al-qur’an dalam satu mushaf yang mengedepankan dialek al-qur’an,
yang tujuannya adalah agar umat islam bersatu, tidak berselisih dalam membaca al-
qur’an itu. Akan tetapi, pada masa ini kalangan umat islam mulai terpecah belah
karena pembagian kekuasaan yang tidak merata oleh ustman bin affan. Ustman bin
affan pun terbunuh oleh pemberontak ketika ia sedang membaca al-qur’an. Pengganti
ustman bin affan yaitu ali bin abi thalib (656-661M). perpecahan di kalangan umat
islam semakin tajam dengan terbaginya umat islam menjadi dua kubu; pendukung ali
dan pendukung mu’awiyyah bin abu sofyan. Terjadi peperangan antara dua kubu
tersebut , peperangan keduanya akhirnya diselesaikan melalui upaya perdamaian yang
dikenal dengan istilah tahkim. Metode perdamaian ini mengecewakan beberapa
pengikut ali, sehingga mereka menyatakan keluar dari barisan ali dan berbalik
menyerang ali bin abi thalib serta pendukungnya yang mendukung tahkim. Kelompok
ini dinamakan khwarij.

PAKET 3
1. Secara etimologis kata „aqidah berasal dari bahasa Arab. „Aqidah berakar dari kata „aqada-
ya‟qidu-„aqdan-„aqidatan. „Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi „Aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata „aqdan dan „aqidah
adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalan hati, bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian. Senada dengan hal ini Mahrus mengatakan bahwa Kata „aqidah ini
sering juga disebut „aqo‟id yaitu kata plural (jama‟) dari „aqidah yang artinya simpulan.Kata
lain yang serupa adalah I‟tiqod yang mempunyai arti kepercayaan. Dari ketiga kata ini,
secara sederhana dapat dipahami bahwa „aqidah adalah sesuatu yang dipegang teguh dan
terhunjam kuat didalam lubuk jiwa.
Secara terminologis terdapat beberapa depenisi tentang „Aqidah , antara lain Hasan al-
Banna mengatakan „aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh
hati manusia, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur
sedikitpun dengan keragu-raguan. ( jurnal http://repository.uinsu.ac.id)

2. Ilahiyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah SWT,
seperti wujud Allah swt, sifat-sifat Allah swt, perbuatan Allah swt dan lain-lain. Nubuwwat,
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rasul,
termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah swt, mu’jizat, dan lain-lain. Rubaniyyat yaitu
pembahasan tentan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik sepeti
Malaikat, jin, iblis, syaiton, ruh, dan lain sebagainya. Sam’iyyat yaitu pembahasan tentang
segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat dalil naqli berupa al-qur’an dan sunnah,
seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga-neraka, dll.

3. Shari’ah adalah mencakup semua spek kehidupan, baik publik maupun perorangan, bahkan
kesopanan dan akhlak. Dalam bentuknya shari’ah dalam konteks kajian hukum islam lebih
menggambarkan kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari tasyri’. Tasyri’
adalah menciptakan dan menerapkan shari’ah.

PAKET 4

1. Secara terminologis akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Ruang lingkup akhlak yaitu sebagai berikut; (1) akhlak dengan berhubungan dengan
Allah swt, (2) akhlak dalam berhubungan dengan sesama manusia, (3) akhlak dalam
berhubungan dengan alam

2. Akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara
sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Budi pekerti dapat diartikan
sebagai perpaduan dari hasil akal dan rasa yang berwujud pada karsa dan tingkah laku
manusia. Moral adalah tindakan manusia yang baik dan wajar menurut aturan umum
dimana manusia itu berada. Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau
tingkah laku serta prinsip-prinsip ajaran tentang tingkah laku yang benar.

3. Potensi ilmu, potensi amarah, potensi syahwat, potensi adil


PAKET 5

1. Secara umum, para ulama mendefinisikan al-qur'an sebagai " Firman Allah swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat jibril dengan
berbahasa arab, yang dijamin kebenaran isinya, dan menjadi hujjah dan mu'jizat bagi
Rasulullah Saw, sebagai sumber aturan dan petunjun bagi seluruh umat manusia,
dinilai ibadah untuk membacanya, dan terhimpun dalam mushaf dari surat al-fatihah
sampai dengan surat an-nas yang diriwayatkan kepada kita secara muttawatir ".

2. Pada saat Nabi Muhammad Saw masih hidup, beliau sebagai perantara antara manusia
dengan Allah. Sehingga problem yang dihadapi umat islam dalam memahami teks al-
qur'an dapat diselesaikan dengan bertanya kepada nabi muhammad secara langsung.
Tetapi setelah nabi wafat sudah tidak ada lagi tempat bertanya, sejak itu lah terjadi
pemisah antara wahyu dengan umat islam, sehingga dalam memahami al-qur'an umat
islam melakukan ijtihad sesuai dengan kemampuannya, dan kondisi sosial dimana ia
berada.

3. Memahami al-qur'an tidak secara sederhana merujuk pada suatu teks, tetapi juga
selalu merujuk pada teks dalam hubungannya dengan tradisi yang terus hidup, yaitu
hubungannya dengan person atau komunitas imani yang memandangnya
suci dan normatif.
PAKET 6

1. Hadits yaitu terdiri atas bentuk ucapan, perbuatan atau persetujuan secara diam dari Nabi
Muhammad Saw Sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad saw selai
al-qur'an , baik berupa ucapan perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Saw.

2. Berdasarkan tingkat keaslian hadits, kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifilasi
yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan dan
penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4
tingkat yakni shahih, hasan, dha'if, dan maudlu'

Anda mungkin juga menyukai